Anda di halaman 1dari 16

1.

Siapakah Tuhan itu


Dalam al-Qur’an surat al-Ikhlas ayat 1-4 disebutkan bahwasanya Allah
itu maha Esa, Dia-lah Tuhan begantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia
tidak beranak da n tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun
yang setara dengan Dia.
Pertama, dalil tegas yang menyatakan bahwa Allah berada di atas
(dengan menggunakan kata fawqo dan diawali huruf min). Seperti
firman Allah,
‫“ يَخَافُونَ َربَّهُم ِّمن فَوْ قِ ِه ْم‬Mereka takut kepada Rabb mereka yang (berada) di
atas mereka.” (QS. An Nahl : 50)
Kedua, dalil tegas yang menyatakan bahwa Allah berada di atas (dengan
menggunakan kata fawqo, tanpa diawali huruf min). Contohnya seperti
firman Allah Ta’ala,

َ ْ‫“ َوهُ َو ْالقَا ِه ُر فَو‬Dan Dialah yang berkuasa berada di atas sana.” (QS.
‫ق ِعبَا ِد ِه‬
Al An’am : 18, 61)
Ketiga, dalil tegas yang menyatakan sesuatu naik kepada-Nya (dengan
menggunakan kata ta’ruju). Contohnya adalah firman Allah Ta’ala,
‫“ تَ ْع ُر ُج ْال َماَل ئِ َكةُ َوالرُّ و ُح إِلَ ْي ِه‬Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap)
kepada Rabbnya.” (QS. Al Ma’arij : 4).
Sesuatu yang naik pasti dari bawah ke atas. 
Keempat, dalil tegas yang menyatakan sesuatu naik kepada-Nya
(dengan menggunakan kata yas’udu). Seperti firman Allah Ta’ala,
ُ‫“ إِلَ ْي ِه يَصْ َع ُد ْال َكلِ ُم الطَّيِّب‬Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik.”
(QS. Al Ma’arij : 4)
Terdapat pula contoh dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dari Ibnu Umar. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ ‫“ اِتَّقُوْ ا َد ْع َوةَ ال َم‬Berhati-hatilah terhadap do’a
َ ‫ظلُوْ ِم فَإِنَّهَا تَصْ ُع ُد إِلَى هللاِ َكأَنَّهَا َش َر‬
ٌ‫ارة‬
orang yang terzholimi. Do’anya akan naik (dihadapkan) pada Allah
bagaikan percikan api.” (HR. Hakim. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shohih)
Yang dimaksud dengan ‘bagaikan percikan api’ adalah cepat sampainya
(cepat terkabul) karena do’a ini adalah do’a orang yang dalam keadaan
mendesak. (Al Jami’ Al Kabir, 1/806, Asy Syamilah) 
Kelima, dalil tegas yang menyatakan sebagian makhluk diangkat
kepada-Nya (dengan menggunakan kata rofa’a). Allah Ta’ala berfirman,
‫“ بَلْ َرفَ َعهُ هَّللا ُ إِلَ ْي ِه‬Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa
kepada-Nya ..” (QS. An Nisa’ : 158)
Keenam, dalil tegas yang menyatakan ‘uluw (ketinggian) Allah secara
mutlak mencakup ketinggian secara dzat, qodr, dan syarf. Seperti firman
Allah Ta’ala (pada ayat kursi),
‫“ َوهُ َو ْال َعلِ ُّي ْال َع ِظي ُم‬Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al Baqarah :
255)
Begitu pula dalam ayat,
‫“ َوهُ َو ْال َعلِ ُّي ْال َكبِي ُر‬Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS.
Saba’ : 23)
Juga kitas sering mengucapkan dzikir berikut ketika sujud,
‫“ ُس ْب َحانَ َربِّ َى األَ ْعلَى‬Maha suci Rabbku Yang Maha Tinggi.” (HR. Muslim
no. 772)
Dalil-dalil yang menyatakan Allah ‘Maha Tinggi’ di sini sudah termasuk
menyatakan bahwa Allah Maha Tinggi secara Dzat-Nya yaitu Allah
berada di atas.
 Ketujuh, dalil yang menyatakan Al Kitab (Al Qur’an) diturunkan dari
sisi-Nya. Sesuatu yang diturunkan pasti dari atas ke bawah. Firman
Allah Ta’ala yang menjelaskan hal ini,
‫يز ْال َح ِك ِيم‬
ِ ‫ب ِمنَ هَّللا ِ ْال َع ِز‬
ِ ‫“ تَ ْن ِزي ُل ْال ِكتَا‬Kitab (Al Quraan ini) diturunkan oleh Allah
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Az Zumar : 1)
َ‫“ إِنَّا أَ ْنز َْلنَاهُ فِي لَ ْيلَ ٍة ُمبَا َر َك ٍة إِنَّا ُكنَّا ُم ْن ِذ ِرين‬Sesungguhnya Kami menurunkannya
pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang
memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan : 3)
Kedelapan, dalil tegas yang menyatakan Allah fis sama’. Menurut
Ahlus Sunnah, maksud fis sama’ di sini ada dua: • Fi di sini bermakna
‘ala, artinya di atas. Sehingga makna fis sama’ adalah di atas langit
• Sama’ di sini bermakna ketinggian (al ‘uluw). Sehingga makna fis
sama’ adalah di ketinggian Dua makna di atas tidaklah bertentangan.
Contoh dalil tersebut adalah firman Allah Ta’ala,

َ ْ‫“ أَأَ ِم ْنتُ ْم َم ْن فِي ال َّس َما ِء أَ ْن يَ ْخ ِسفَ بِ ُك ُم اأْل َر‬Apakah kamu merasa
‫ض فَإ ِ َذا ِه َي تَ ُمو ُر‬
aman terhadap Allah yang (berkuasa) di (atas) langit bahwa Dia akan
menjungkir balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba
bumi itu bergoncang?” (QS. Al Mulk : 16)
Juga terdapat dalam hadits,

ِ ْ‫“ الرَّا ِح ُمونَ يَرْ َح ُمهُ ُم الرَّحْ َم ُن ارْ َح ُموا أَ ْه َل األَر‬Orang-orang


‫ض يَرْ َح ْم ُك ْم َم ْن فِى ال َّس َما ِء‬
yang penyayang akan disayang oleh Ar Rahman. Sayangilah penduduk
bumi, niscaya (Rabb) yang berada di atas langit akan menyayangi
kalian.” (HR. Abu Daud no. 4941 dan At Tirmidzi no. 1924. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Kesembilan, ayat tegas yang menyatakan Allah beristiwa’
(bersemayam) di atas ‘Arsy. ‘Arsy adalah makhluk Allah yang paling
tinggi dan paling besar. Contoh ayat tersebut adalah,

ِ ْ‫(“ الرَّحْ َم ُن َعلَى ْال َعر‬Yaitu) Rabb Yang Maha Pemurah. Yang
‫ش ا ْستَ َوى‬
bersemayam di atas Arsy .” (QS. Thoha : 5)
Kesepuluh, dalil yang menunjukkan disyariatkannya mengangkat
tangan ketika berdo’a. Seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

ِ ‫إِ َّن َربَّ ُك ْم تَبَا َركَ َوتَ َعالَى َحيِ ٌّى َك ِري ٌم يَ ْستَحْ يِى ِم ْن َع ْب ِد ِه إِ َذا َرفَ َع يَ َد ْي ِه إِلَ ْي ِه أَ ْن يَ ُر َّدهُ َما‬
‫ص ْفرًا‬
“Sesungguhnya Rabb kalian –Tabaroka wa Ta’ala- Maha Pemalu lagi
Maha Mulia. Dia malu pada hamba-Nya, jika hamba tersebut
mengangkat tangannya kepada-Nya, lalu Allah mengembalikannya
dalam keadaan hampa.” (HR. Abu Daud no. 1488. Syaikh Al Albani
dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud mengatakan bahwa hadits ini
shohih)
Kesebelas, dalil yang menyatakan bahwa Allah turun ke langit dunia di
setiap malam. Semua orang sudah mengetahui bahwa turun adalah dari
atas ke bawah. Hal ini sebagaimana terdapat dalam sebuah hadits
muttafaqun ‘alaih,
‫ث اللَّ ْي ِل اآل ِخ ُر يَقُو ُل َم ْن يَ ْد ُعونِى‬ ُ ُ‫اركَ َوتَ َعالَى ُك َّل لَ ْيلَ ٍة إِلَى ال َّس َما ِء ال ُّد ْنيَا ِحينَ يَ ْبقَى ثُل‬
َ َ‫يَ ْن ِز ُل َربُّنَا تَب‬
ُ‫يب لَهُ َم ْن يَسْأَلُنِى فَأ ُ ْع ِطيَهُ َم ْن يَ ْستَ ْغفِ ُرنِى فَأ َ ْغفِ َر لَه‬
َ ‫“ فَأ َ ْست َِج‬Rabb kami –Tabaroka wa
Ta’ala turun setiap malamnya ke langit dunia. Hingga ketika tersisa
sepertiga malam terakhir. Allah berfirman, ‘Siapa saja yang berdo’a
pada-Ku, niscaya Aku akan mengabulkannya. Siapa saja yang meminta
pada-Ku, niscaya Aku akan memberinya. Siapa saja yang memohon
ampunan pada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya’.” (HR. Bukhari
no. 1145 dan Muslim no. 758)
Kedua belas, dalil yang menanyakan ‘aynallah’ (di mana Allah?).
Contohnya dalil dari hadits Mu’awiyah bin Al Hakam As Sulamiy
dengan lafazh dari Muslim, “Saya memiliki seorang budak yang biasa
mengembalakan kambingku sebelum di daerah antara Uhud dan Al
Jawaniyyah (daerah di dekat Uhud, utara Madinah, pen). Lalu pada
suatu hari dia berbuat suatu kesalahan, dia pergi membawa seekor
kambing. Saya adalah manusia, yang tentu juga bisa timbul marah.
Lantas aku menamparnya, lalu mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan perkara ini masih mengkhawatirkanku. Aku lantas
berbicara pada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah aku harus
membebaskan budakku ini?” “Bawa dia padaku,” beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berujar. Kemudian aku segera membawanya
menghadap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya pada budakku ini,

ُ ‫“ أَ ْينَ هَّللا‬Di mana Allah?”


Dia menjawab,
‫“ فِى ال َّس َما ِء‬Di atas langit.”
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, ‫“ َم ْن أَنَا‬Siapa
saya?” Budakku menjawab, ِ ‫“ أَ ْنتَ َرسُو ُل هَّللا‬Engkau adalah Rasulullah.”
Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ٌ‫أَ ْعتِ ْقهَا فَإِنَّهَا ُم ْؤ ِمنَة‬
“Merdekakanlah dia karena dia adalah seorang mukmin.” (HR. Ahmad
[5/447], Malik dalam Al Muwatho’ [666], Muslim [537], Abu Daud
[3282], An Nasa’i dalam Al Mujtaba’ [3/15], Ibnu Khuzaimah [178-
180], Ibnu Abi ‘Ashim dalam As Sunnah [1/215], Al Lalika’iy dalam
Ushul Ahlis Sunnah [3/392], Adz Dzahabi dalam Al ‘Uluw [81]) Inilah
di antara macam dalil yang dibawakan oleh para ulama dan lebih khusus
lagi disebutkan Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafi. Orang yang memperhatikan
dalil-dalil di atas dengan seksama pasti akan mengatakan bahwa Allah
berada di atas langit, berada di ketinggian, di atas seluruh makhluk-Nya.
Pembahasan ini masih bersambung pada perkataan sahabat, tabiin dan
para ulama mengenai keberadaan Allah di atas seluruh makhluk-Nya, di
atas langit. Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihaat. Wa
shalallahu ala Nabiyyina Muhammad wa ala alihi wa shohbihi wa
sallam. **** Yang selalu mengharapkan ampunan dan rahmat Rabbnya
Muhammad Abduh Tuasikal Panggang, Gunung Kidul, 16 Rabiul Akhir
1430 H
2.Proses Nabi Ibrahim dalam mencari Tuhan

Nabi Ibrahim di Masa Kecil


Pada zaman kerajaan yang dipimpin oleh Raja Namrud, ia mengeluarkan
peraturan yang amat meresahkan masyarakatnya. Peraturannya yaitu jika
ada ibu yang melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki maka wajib
untuk dibunuh. Nabi Ibrahim lahir saat masa pemerintah tersebut. Agar
tidak ketahuan, maka ibunda Nabi Ibrahim AS mengasingkannya ke
hutan didalam sebuah goa yang mustahil dapat diketahui oleh orang-
orang.
Raja Namrud memiliki sifat yang sangat angkuh, tidak ingin dikalahi,
dan egois. Dengan dibuatnya peraturan tersebut bertujuan agar tidak ada
laki-laki yang menggantikan dan mengalahkan dirinya dalam berkuasa.
Nabi Ibrahim senantiasa dilindungi oleh Allah SWT, hingga ia menjadi
seorang yang tangguh selalu selamat dari berbagai macam bahaya.
Hingga suatu ketika ia dapat kembali ke masyarakat.
Ketika Nabi Ibrahim AS telah kembali ke masyarakat, ia begitu bingung
akan perilaku orang-orang yang menyembah patung berhala. Hampir
disepanjang perjalanannya, berbagai rumah dan bangunan selalu
terdapat patung berhala untuk disembah masyarakat. Sampai ia
dirumahnya, benda itu masih ditemukan, ternyata ayahnya bekerja
sebagai pembuat patung.
Nabi Ibrahim merasa jera dan bingung terhadap perilaku masyarakat
yang menyembah berhala. Ia pun bertanya-tanya kepada dirinya dan rasa
ingin tahunya sangat besar. Di manakah Tuhan itu? Manakah yang
dinamakan Tuhan?, baiknya Allah memberikan mukjizat kepadanya
yaitu sebuah pemikiran yang cerdas dan kritis. Allah SWT mengutusnya
sebagai penyampai keberadaanNya selama ini kelak masyarakat
meninggalkan berhala yang tidak penting dan bertakwa kepadaNya .

Kisah Nabi Ibrahim Berproses Mencari Tuhan


Ia selalu bertanya dan menyelimuti isi pemikirannya. ‘Siapa sebenarnya
Tuhan? Apakah Benarkah berhala itu adalah Tuhan? Atau justru Raja
namrud yang berkuasa itu adalah Tuhan?’. Kemudian ia melihat bulan,
bintang, dan matahari, namun apalah daya ternyata benda tersebut
menghilang, bukan Tuhanku dalam pemikirannya
Proses Nabi Ibrahim dalam Mencari Tuhan terdapat dalam ayat suci Al-
Quran dalam Surat Al-An’am Allah SWT berfirman:
َ‫ال ٰهَ َذا َربِّى ۖ فَلَ َّمٓا أَفَ َل قَا َل ٓاَل أُ ِحبُّ ٱلْ َءافِلِين‬
َ َ‫فَلَ َّما َج َّن َعلَ ْي ِه ٱلَّ ْي ُل َر َءا َكوْ َكبًا ۖ ق‬
Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:
“Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya
tidak suka kepada yang tenggelam”. (Al-An’am 6:76)
َ‫ال ٰهَ َذا َربِّى ۖ فَلَ َّمٓا أَفَ َل قَا َل لَئِن لَّ ْم يَ ْه ِدنِى َربِّى أَل َ ُكون ََّن ِمنَ ْٱلقَوْ ِم ٱلضَّٓالِّين‬ ِ َ‫فَلَ َّما َر َءا ْٱلقَ َم َر ب‬
َ َ‫از ًغا ق‬
Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”.
Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika
Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang
yang sesat”. (Al-An’am 6:77)
َ‫ى ٌء ِّم َّما تُ ْش ِر ُكون‬ ْ َ‫از َغةً قَا َل ٰهَ َذا َربِّى ٰهَ َذٓا أَ ْكبَ ُر ۖ فَلَ َّمٓا أَفَل‬
ٓ ‫ت قَا َل ٰيَقَوْ ِم إِنِّى بَ ِر‬ َ ‫فَلَ َّما َر َءا ٱل َّش ْم‬
ِ َ‫س ب‬
Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah
Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia
berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang
kamu persekutukan. (Al-An’am 6:78)
Setelah itu Nabi, Ibrahim tersadar akan benda-benda berhala bukan
Tuhannya sama sekali. Kemudian Allah SWT membisikan sebuah
perintah kepada Nabi Ibrahim untuk mengajak orang menyembah pada
Allah SWT, bukan berhala kembali. Seluruh isi jagat raya serta hukum
yang berlaku di dalamnya, kuat agar bukti keesaan Allah dan kebatilan
perbuatan orang-orang musyrikin. Maka Nabi Ibrahim AS menyakini
bahwa Tuhan hanyalah Allah SWT.

Nabi Ibrahim Menghancurkan Berhala Raja Namrud dan


Menjebak didepan Pengikutnya
Dengan kecerdikannya untuk menunjukkan bahwa berhala bukan Tuhan,
ia menjalankan taktik untuk menyadarkan Raja Namrud dan
pengikutnya. Nabi Ibrahim menjalankan askinya saat Raja Namrud
berpergian keluar kota dengan sebagian besar pengikutnya. Ia
menghancurkan semua berhala di wilayah Namrud terkecuali berhala
yang paling besar.
Baca Juga: Kisah Teladan Nabi “Ulul Azmi”
Saat Raja Namrud tiba diwilayahnya bersama sebagian besar
pengikutnya ia sungguh terkejut dan marah besar. Lantas ia mencari
siapakah dalang dari kerusakan berhala-berhalanya. Namun salah satu
pengikutnya yang tidak mengikuti perjalanan keluar kota melihat aksi
Nabi Ibrahim. Sehingga ia memberitahu kepada Raja Namrud bahwa
Nabi Ibrahim pelaku kerusakan berhala tersebut. Tak segan-segan
dengan rasa marahnya ia meminta Nabi Ibrahim untuk menghadapnya.
Pada saat Nabi Ibrahim menghadap ke Raja Namrud, terjadilah
percakapan sehingga membuat pengikut Raja Namrud menjadi tersadar
dan berpikir jernih. Percakapannya adalah sebagai berikut:
Raja Namrud : “Wahai Ibrahim, bukankah engkau yang telah
menghancurkan berhala-berhala ini?”
Nabi Ibrahim : “Bukan!”
Raja Namrud : “Lalu siapa lagi kalau bukan engkau, bukankah kau
berada di sini saat kami pergi dan bukankah engkau membenci berhala-
berhala ini?”
Nabi Ibrahim : “Ya, tapi bukan aku yang menghancurkan berhala-
berhala itu. Aku pikir, berhala besar itulah yang menghancurkannya,
bukankah kampaknya masih berada di lehernya?”
Raja Namrud: “Mana mungkin patung berhala dapat berbuat semacam
itu!”. Mendengar hal itu dengan tegas Nabi Ibrahim berkata
Nabi Ibrahim: “Kalau begitu, kenapa engkau menyembah berhala yang
tidak dapat berbuat apa-apa?”
Begitu pintar dan cerdiknya Nabi Ibrahim menjawab segala pertanyaan
dari Raja Namrud sembari menunjukkannya kepada sebagian besar
pengikutnya. Mereka akhirnya tersadar bahwa Tuhan yang selama ini
mereka sembah tidak dapat bergerak, melihat, hanya diam semata. Raja
Namrud semakin murka dan tidak terima atas kejadia tersebut.

Nabi Ibrahim AS di Bakar Hidup-Hidup


Karena begitu kesal dan dendamnya Raja Namrud kepada Nabi Ibrahim
AS, ia memerintahkan tentaranya untuk menghukum mati Nabi Ibrahim.
Api berkorbar sangat besar dan panas dengan kayu sebagai bahan
bakarnya. Alhamdulillah Allah SWT selalu menunjukkan kuasa-Nya, Ia
belum menghendaki Nabi Ibrahim kalah dan mati dari musyriknya Raja
Namrud.
Raja Namrud dan para pengikutnya telah tertawa saat melihat aksi
pembakaran tersebut dan merasa sangat lega dan puas. Namun, begitu
terkejutnya mereka, seketika kobaran api yang besar itu padam. Seketika
Nabi Ibrahim AS keluar dari puing-puing pembakaran dan selamat tanpa
ada luka sedikit pun. Semenjak itu, pengikut Raja Namrud berbondong-
bondong menjadi umat Nabi Ibrahim AS untuk mentaati dan semangat
berjalan lurus kepada Allah SWT
Nabi Ibrahim AS Menyembelih Putranya
Semasa hidupnya Nabi Ibrahim dikarunia anak-anak yang sangat sholeh
dan diutus oleh Allah SWT untuk menjadi Nabi. Suatu ketika Nabi
Ibrahim mendapatkan suatu mimpi, dan ia berkata kepada putranya yaitu
Ismail: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu.” Perlu dipahami bahwa mimpi para Nabi itu wahyu
yang mesti dipenuhi.
Baca Juga: Apa itu Qurban (Kurban) dalam Islam?
Dalam hadits mawquf –hanya sampai pada perkataan sahabat Ibnu
‘Abbas- disebutkan,
ٌ ْ‫ر ُْؤيَا األَ ْنبِيَا ِء فِي المن َِام َوح‬
‫ي‬
“Penglihatan para nabi dalam mimpi itu wahyu.” (HR. Al-Hakim dalam
Al-Mustadrak 2: 431. Hadits ini kalau dikatakan marfu’ –sabda Nabi- itu
dha’if. Yang benar, hanyalah perkataan sahabat atau hadits mawquf.
Lihat tahqiq Tafsir Ibnu Katsir, 6: 386 oleh Syaikh Abu Ishaq Al-
Huwaini hafizhahullah)
Nabi Ismail AS pun bersabar dan mengharapkan ridho, pahala dengan
menjalankan perintah Allah sebagai wujud berbakti kepada kedua orang
tuanya. Kes’abaran tersebut dikaitkan dengan kehendak Allah karena
memang tanpa kehendak Allah, kesabaran tersebut tak akan dapat
dicapai. Nabi Ibrahim meyakini bahwa hal tersebut merupakan ujian dari
Allah SWT dan wujud cinta-Nya kepadanya. Allah menguji Nabi
Ibrahim lewat anak yang benar-benar ia cintai, diperintahkan untuk
disembelih.
Ketika Nabi Ibrahim akan menyembelih putranya sambil memandang
wajah Nabi Ismail, Allah menunjukkan kembali kuasaNya. Seketika
Allah SWT menggantikan puteranya dengan domba besar sebagai
tebusan. Maka Nabi Ibrahim tidak menyembeli puteranya, melainkan
menyembelih seekor domba. Itulah balasan dari Allah SWT bagi orang
yang beriman, ihsan dalam beribadah, yang selalu mengedepankan ridho
Allah ketimbang syahwat semata.
Hikmah Kisah Nabi Ibrahim
Begitu banyak hikmah yang kita dapatkan dari lima kisah Nabi Ibrahim
AS. Sebagai manusia kita harus menjadikan Nabi Ibrahim sebagai role
model daalam kehidupan kita. Hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik
yaitu dapat disingkat HISTI yaitu:
Husnudzon: Selalu yakin dan berprasangka baik kepada Allah SWT,
bahwa ia telah merencanakan yang terbaik bagi umatnya
Ihsan: Selalu menyembah Allah SWT tanpa kenal lelah.
Sabar: Selalu bersabar atas segala ujian dan yakinlah bahwa ujian
merupakan wujud cinta-Nya Allah SWT kepada hambaNya. Allah tidak
pernah menguji hambaNya diluar batas kemampuan hambaNya.
Tawakkal: Senantiasa berserah diri kepada Allah SWT setelah sudah
berusaha melakukan setiap urusan atau ujian.
Ikhtiar: Selalu berusaha dan tidak pernah menyerah dalam situasi buruk
atau sulit.
Jadilah muslim yang dapat mengimplementasikan kisah Nabi Ibrahim
AS yang merupakan kekasih Allah SWT, memahami kisahnya dan
melakukan HISTI. Adapun HISTI (Husnudzon, Ihsan, Sabar, Tawakkal,
dan Ikhtiar) semoga senantiasa diriasi oleh keberkahan dari Allah SWT.
Mari jadikan bulan Dzulhijjah dan Idul Adha sebagai pijakan untuk
menjadi muslim yang lebih baik dan pantang menyerah. (Glenzi
Fizulmi)
3.Tanda tanda orang beriman dan cara meraihnya
-Bila disebut nama Allah hatinya bergetar
-Iman mereka bertambah bila mendengar ayat Allah
-Bertawakal kepada Allah
-Menegakkan shalat
-Menginfakkan sebagian rezki yang mereka perolah
Cara meraihnya:
-Dengan bersikap sabar
-Selalu ridha dengan keputusan Allah
-Bersyukur
-Berserah diri kepada Allah
-Selalu bertaqwa kepada Allah
-Menjalankan segala perintah Allah
-Bersikap baik dengan sesama
-Shalat
4.Arti iman dan taqwa serta peranannya
Iman adalah yakin kepada kebenaran Allah SWT
Taqwa adalah menjalankan segala perintah Allah
Adapun dalil atau pembuktian tentang Iman kepada Allah dapat dilihat
dari Dalil Aqli dan Dalil Naqli.
 Dalil Aqli ialah dengan menggunakan akal yang telah
dianugerahkan oleh Allah SWT kepada manusia. Melalui akal ini,
manusia dapat menunjukkan kekagumannya melalui segala apa ciptaan
Allah SWT. Kemudian oleh karena itu, iapun beriman kepada Allah.
 Dalil Naqli ialah mengimani Allah SWT berdasarkan apa yang
telah diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadist.
Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha
Esa. Tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Pemurah dan Maha
Penyayang.” (Q.S. Al-Baqarah : 163).

Fungsi iman kepada Allah SWT:


-Sebagai penyelamat
-Menjadikan manusia berakhlak baik
-Sebagai pedoman hidup
-Menumbuhkan rasa rendah diri
-Menumbuhkan sikap Qanaa’ah:
-Ingat akan kematian
-Allah selalu mengawasi
-Menentramkan hati

Fungsi Taqwa:
-Akan menjadi manusia yang paling mulia di sisi Allah
-Akan menjadi bekal dunia akhirat
-Di beri jalan keluar dari segala permasalahan
-Di beri rizqi yang tidak terduga
-Akan menjadi manusia yang dapat membedakan keburukan dan
kebaikan
-Menjadi manusia yang memiliki iman yang kuat
5.Proses kejadian manusia
Teori Darwin:
Teori Darwin adalah teori yang terkenal dalam kehidupan manusia.
Darwin berpendapat bahwa manusia berasal dari Kera. Nenek moyang
manusia adalah kera yang berevolusi menjadi manusia modern.
kesimpulan itu adalah berdasarkan penemuan penemuan tulang belulang
hewan dan manusia purba termasuk kera purba. Kera tersebut secara
bertahap mengalami ‘perbaikan biologis’ selama jutaan tahun sehingga
menjadi manusia.

Menurut islam:
QS Al An’am (6) : 2
Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya
ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang
Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu
(tentang berbangkit itu).
QS Shaad (38) : 71
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya
Aku akan menciptakan manusia dari tanah.”
QS Al-Hijr (15) : 28
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
“Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Di dalam ayat-ayat Al-Quran tersebut menjelaskan bahwa Allah
menciptakan manusia dari bahan dasar tanah yang kemudian dengan
kekuasaan dan hukum-hukumnya dibentuk rupa dan beragam fungsi dari
fisik yang ada dalam tubuh manusia. Hal ini tentunya dilakukan Allah
pada manusia pertama yaitu Nabi Adam SAW. Hingga setelah itu ada
proses penciptaan manusia berupa hukum biologis.
Etika adalah suatu perilaku yang mencerminkan baik atau buruknya
perilaku manusia
Moral adalah kebiasaan dari perilaku seseorang dalam berinteraksi
dengan orang lain
Akhlak adalah sifat-sifat dari seseorang yang mencerminkan perilaku
orang tersebut

Perbedaan etika,moral dan akhlak:


-Baik buruknya akhlak didasarkan pada sumber nilai yaitu Al-Quran dan
sunah Rasul
-Moral,adat istiadat masyarakat menjadi penentu standar dalam baik dan
buruknya suatu perbuatan
-Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu karena menjadi standar baik
dan buruk nya adalah akal manusia
Persamaan:
-Sama-sama mengatur tingkah laku manusia
Penyakit hati:
-Pamer (riya)
-Pemarah
-Sombong
-Iri dan dengki
-Taqtir atau terlalu pelit
Cara menghindarinya:
-Memahami betul penyebab munculnya penyakit hati
-Meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan
-Kurangi sifat mengeluh
-Rajin bersyukur
-Rajin beribadah
-Memperbanyak dzikir
-Hindari perbuatan syirik
-Rajin sedekah

Anda mungkin juga menyukai