Anda di halaman 1dari 11

/Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RSUD Undata Palu


Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

REFLEKSI KASUS

DISUSUN OLEH:

Muh Wahyu Dwi Putra


N 111 20 027

PEMBIMBING:
dr. Dewi Suriany A, M.Kes., Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSUD UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021

REFLEKSI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. G
Umur : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Hm. Soeharto, Palu
Tanggal masuk poli : 6 Maret 2021
Tanggal pemeriksaan : 6 Maret 2021

I. Deskripsi Umum
Seorang laki-laki berusia 53 tahun datang ke Poli Jiwa RSUD Madani Palu
dengan keluhan sulit tidur, gelisah, dan mudah menangis. Pasien mengatakan keluhan
sulit tidur, gelisah dan mudah menangis dirasakan sejak 2 tahun yang lalu pasca
bencana gempa bumi & likuifaksi. Keluhan tersebut hilang timbul tetapi 5 bulan
terakhir pasien mengatakan bahwa keluhan tersebut semakin sering muncul sampai ia
tidak bisa menahan lagi. Pasien juga mengatakan ia salah satu korban yang terdampak
bencana dan sejak saat itu ia selalu sedih sampai tidak bisa tidur memikirkan kejadian
tersebut. Dari pernyataan pasien, keluhan tersebut membuat dia sulit untuk bekerja,
sulit berkonsentrasi dan sering lambat ketika datang ke kantor. Pada saat di
wawancara pasien kooperatif tetapi sangat sedih ketika menceritakan kejadian yang ia
alami ketika bencana terjadi.

II. Emosi yang Terlibat


Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien kooperatif dapat menjelaskan
masalahnya sehingga informasi yang dibutuhkan terkait untuk mendiagnosis
gangguan dapat dikumpulkan.
1. Apa latar belakang psikologi/dinamik pasien ini?
2. Peran Neurotransmiter pada kasus ini?
3. Apa kriteria diagnosis pada kasus ini?
4. Apa diagnosis banding pada kasus ini?
5. Apa saja terapi dan tatalaksana yang digunakan ?

III. Evaluasi
a. Pengalaman Baik
Saat dilakukan wawancara pasien kooperatif dan dengan cepat menjawab
pertanyaan yang diberikan, sehingga didapatkan hasil wawancara sesuai yang
diharapkan.
b. Pengalaman Buruk
Tidak ada

IV. Analisis
1. Faktor Psikodinamik Depresi
Pemahaman psikodinamik depresi yang dijelaskan Sigmund Freud dan
dikembangkan Karl Abraham dikenal sebagai pandangan klasik mengenai depresi.
Teori ini meliputi 4 poin penting: (1) gangguan hubungan ibu-bayi selama fase
oral (10 sampai 18 bulan pertama kehidupan) menjadi predisposisi kerentanan
selanjutnya terhadap depresi; (2) depresi dapat terkait dengan kehilangan objek
yang nyata atau khayalan; (3) introyeksi objek yang meninggal adalah mekanisme
pertahanan yang dilakukan untuk menghadapi penderitaan akibat kehilangan
objek dan (4) kehilangan objek dianggap sebagai campuran cinta dan benci
sehingga rasa marah diarahkan ke dalam diri sendiri.
Melanie Klein memahami depresi melibatkan ekspresi agresi terhadap
orang-orang yang dicintai, seperti yang dikemukakan Freud. Edward Bibring
menganggap depresi sebagai fenomena yang terjadi ketika seseorang menyadari
ketidaksesuaian antara idealisme yang hilang sangat tinggi dan ketidakmampuan
memenuhi tujuan tersebut. Edith Jacobson melihat keadaan depresi serupa dengan
anak yang tidak berkekuatan dan tidak berdaya yang menjadi korban penyiksaan
orang tua. Anak merasakan dirinya seperti yang diidentifikasi sesuai dengan aspek
negatif orang tua yang menyiksa, sedangkan sifat sadis orang tua
ditransformasikan menjadi superego yang kejam. Silvano Arieti mengamai bahwa
banyak orang dengan depresi hidup untuk orang lain bukan untuk dirinya sendiri.
Dia menyebut orang yang menjadi tujuan hidup orang mengalami depresi sebagai
hal lain yang dominan, dapat berupa prinsip, idealisme, atau suatu institusi, serta
individu lain. Depresi terjadi ketika pasien menyadari bahwa orang atau idealisme
yang menjadi tujuan hidup mereka tidak akan pernah memberi respon sesuai
dengan terpenuhinya keinginan mereka. Konsep Heinz Kohut mengenai depresi
berasal dari teori psikologis diri, berutmpu pada asumsi bahwa diri yang sedang
berkembang memiliki kebutuhan spesifik yang harus dipenuhi orang tua untuk
memberikan anak rasa harga diri dan keutuhan diri yang positif. Ketika kebutuhan
ini tidak terpenuhi, akan terdapat kehilangan masif harga diri yang muncul
sebagai depresi. John Bowlby meyakini bahwa kelekatan dini yang rusak dan
perpisahan traumatik di masa kanak-kanak adalah predisposisi depresi.
Kehilangan ada orang-orang dewasa dikatakan menghidupkan kembali kehilangan
masa kanak yang traumatik sehingga mempresipitasi episode depresi saat dewasa.

2. Peran Neurotransmiter pada Depresi


a) Norepinefrin
Bukti adanya keterlibatan reseptor prasinaps β2-adrenergik pada depresi,
aktivasi reseptor ini menimbulkan penurunan jumlah norepinefrin yang
dilepaskan. Reseptor prasnipas β2-adrenergik juga terletap pada neuron
serotonergik serta mengatur jumlah serotonin yang dilepaskan. Obat
antidepresan yang secara klinis efektif dengan efek noradrenergik-contohnya,
setralin (Effexor)-merupakan dukungan lebih lanjut terhadap peranan
norepinefrin di dalam patofisiologi setidaknya pada beberapa gejala depresi.
b) Serotonin
Kekurangan serotonin dapat mencetuskan depresi dan beberapa pasien dengan
impuls bunuh diri memiliki konsentrasi metabolit serotonin yang rendah di
dalam cairan serebrospinal serta konsentrasi tempat uptake serotonin yang
rendah pada trombosit.
c) Dopamin
Aktivitas dopamin berkurang pada depresi dan meningkat pada mania. Obat
yang mengurangi konsentrasi dopamin-contohya reserpin (Serpasil)-dan
penyakit yang mengurangi konsentrasi dopamin (seperti penyakit Parkinson)
menyebabkan gejala depresif. Sebaliknya, obat yang meningkatkan konsentrasi
dopamin, seperti tirosin, amfetamn, dan bupropion (Welbutrin), akan
mengurangi gejala depresif. Dua teori terkini mengenai dopamin dan depresi
adalah bahwa jaras dopamin mesolimbik mungkin mengalami disfungsi pada
depresi dan bahwa reseptor dopamin D1 mungkin hipoaktif pada depresi.

3. Kriteria Diagnosis Depresi Menurut DSM-IV


Kriteria DSM-IV-TR untuk episode mayor depresif
A. Lima (atau lebih) dari gejala berikut telah ada selama dua minggu dan
menggambarkan perubahan dari fungsi dari yang sebelumnya, setidaknya
salah satu gejala dari (1) depresi suasana hati atau (2) kehilangan minat
atau kesenangan.
Catatan: Apakah catatan termasuk gejala yang jelas akibat kondisi medis
umum, atau tidak sesuai suasana hati delusi atau halusinasi.
1) Depresi hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari, seperti
dilihat pada laporan subjektif (misalnya, merasa sedih atau kosong)
atau observasi yang dibuat oleh orang lain (misalnya, tampak
berurai air mata). Catatan: Pada anak-anak dan remaja, dapat
mudah tersinggung.
2) Minat atau kesenangan dalam semua hal sangat berkurang pada
kegiatan hampir sepanjang hari, hampir setiap hari (seperti dilihat
pada laporan subjektif atau observasi oleh orang lain).
3) Penurunan berat badan yang signifikan atau peningkatan berat
badan (misalnya, perubahan lebih dari 5% dari berat badan dalam
sebulan), atau penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir
setiap hari. Catatan: Pada anak-anak, pertimbangkan kegagalan
untuk meningkatkan berat badan.
4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari (diamati oleh
orang lain, bukan hanya perasaan subjektif kegelisahan atau
menjadi melambat).
6) Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari
7) Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan
atau tidak tepat (yang mungkin khayalan) hampir setiap hari
(bukan hanya menyalahkan diri sendiri atau merasa bersalah
sehingga menjadi sakit).
8) Kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi menurun, atau
ragu-ragu, hampir setiap hari (dari subjektif atau dari yang diamati
oleh orang lain).
9) Memikirkan tentang kematian secara berulang-ulang (tidak hanya
takut mati), ide bunuh diri berulang tanpa rencana spesifik, atau
usaha bunuh diri atau rencana spesifik untuk melakukan bunuh
diri.
B. Gejala-gejala yang tidak memenuhi kriteria untuk Episode Campuran.
C. Gejala-gejala klinis yang signifikan menyebabkan stres atau tekanan
sosial, pekerjaan, atau fungsi bidang-bidang penting lainnya.
D. Gejala yang tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat
(misalnya, penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis umum
(misalnya, hipotiroidisme).
E. Gejala lain yang terdapat pada rasa kehilangan, yaitu, setelah kehilangan
orang yang dicintai, yang gejalanya menetap selama lebih dari dua bulan
atau ditandai oleh gangguan fungsional, perasaan tidak berharga, ide untuk
bunuh diri, gejala psikotik, atau keterbelakangan psikomotorik.
Kriteria DSM-IV-TR untuk episode minor depresif
A. Gangguan suasana hati, seperti berikut:
1) Setidaknya dua (tapi tidak lebih dari lima) dari gejala berlangsung
selama dua minggu dan menggambarakan perubahan fungsi dari
yang sebelumnya, paling sedikit satu dari gejala yang ada :
 Depresi hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari,
seperti dilihat pada laporan subjektif (misalnya, merasa
sedih atau kosong) atau observasi yang dibuat oleh orang
lain (misalnya, tampak berurai air mata). Catatan: Pada
anak- anak dan remaja, dapat mudah tersinggung.
 Minat atau kesenangan dalam semua hal sangat berkurang
pada kegiatan hampir sepanjang hari, hampir setiap hari
(seperti dilihat pada laporan subjektif atau observasi oleh
orang lain)
 Penurunan berat badan yang signifikan atau peningkatan
berat badan (misalnya, perubahan lebih dari 5% dari berat
badan dalam sebulan), atau penurunan atau peningkatan
nafsu makan hampir setiap hari. Catatan: Pada anak-anak,
pertimbangkan kegagalan untuk meningkatkan berat badan
 Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
 Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari
(diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif
kegelisahan atau menjadi melambat)
 Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari
 Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang
berlebihan atau tidak tepat (yang mungkin khayalan)
hampir setiap hari (bukan hanya menyalahkan diri sendiri
atau merasa bersalah sehingga menjadi sakit)
 Kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi menurun,
atau ragu-ragu, hampir setiap hari (dari subjektif atau dari
yang diamati oleh orang lain)
 Memikirkan tentang kematian secara berulang-ulang (tidak
hanya takut mati), ide bunuh diri berulang tanpa rencana
spesifik, atau usaha bunuh diri atau rencana spesifik untuk
melakukan bunuh diri.
2) Gejala-gejala klinis yang signifikan menyebabkan stres atau
tekanan sosial, pekerjaan, atau fungsi bidang-bidang penting
lainnya.
3) Gejala yang tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari
suatu zat (misalnya, penyalahgunaan obat, obat) atau kondisi medis
umum (misalnya, hipotiroidisme).
4) Gejala lain yang terdapat pada rasa kehilangan (misalnya, reaksi
normal karena kehilangan orang yang dicintai
B. Tidak pernah terjadi episode mayor depresif, dan criteria tidak termasuk
dalam dystimic disorder
C. Tidak pernah terjadi epidode manic, episode campuran, atau episode
hypomanic, dan kriteria tidak termasuk dalam cyclothymic disorder.
Catatan: pengecualian tidak berlaku jika episode seperti, manic, campuran,
atau hypomanic karena zat atau pengobatan
D. Gangguan suasana hati tidak terjadi hanya selama schizophrenia,
schizophreniform disorder, schizoaffective disorder, delusional disorder,
atau psychotic disorder atau yang lain yang tidak spesifik.

4. Diagnosis Banding
Gangguan campuran anxietas dan depresif campuran

5. Terapi dan Tatalaksana


Pada pasien ini diperlukan terapi yang dibagi menjadi 2, yaitu medikamentosa dan
non medikamentosa. Medikamentosa yaitu dengan pemberian obat-obatan,
antidepressi.
A. Obat Anti-depresi TRISIKLIK = TRICYCLIC ANTIDEPRESSANTS
(TCA) e.g. Amitriptyline, Imipramine, Clomipramine, Tianeptine
B. Obat Anti-depresi TETRASIKLIK, e.g. Maprotiline, Mianserin,
Amoxapine
C. Obat Anti-depresi MAOI-Reversible = REVERSIBLE INHIBITOR OF
MONOAMINE OXYDASE – A (RIMA)
D. Obat Anti-depresi SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) e.g.
Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, Citalopram
E. Obat Anti-depresi “ATYPICAL” e.g. Trazodone, Mirtazapine,
Venflafaxine

Untuk non medikamentosa seperti psikoterapi yaitu melalui pendekatan seperti:


A. Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan
keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien merasa lega.
B. Bimbingan dan konseling : wawancara untuk membantu pasien mengenali
dirinya sendiri dengan lebih baik.

V. Kesimpulan
 Psikodinamik depresi yaitu berhubungan (1) gangguan hubungan ibu-bayi
selama fase oral (10 sampai 18 bulan pertama kehidupan) menjadi
predisposisi kerentanan selanjutnya terhadap depresi; (2) depresi dapat terkait
dengan kehilangan objek yang nyata atau khayalan; (3) introyeksi objek yang
meninggal adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan untuk menghadapi
penderitaan akibat kehilangan objekl dan (4) kehilangan objek dianggap
sebagai campuran cinta dan benci sehingga rasa marah diarahkan ke dalam
diri sendiri.
 Norepinefrin, Serotonin, dan Dopamin memiliki peran terhadap depresi
 Terapi dapat diberikan yaitu medikamentosa (obat psikotik anti-depresi) dan
non-medikamentosa (ventilasi, sugesti dan bimbingan dan konseling).

Daftar Pustaka
1. Sadock, BJ., Sadock VA. 2010. Kaplan & Sadock Buku ajar psikaitri klinis edisi 2.
EGC : Jakarta
2. Maslim R, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic
Medication). Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
3. Guze B et al, 1997. Buku Saku Psikiatri Residen Bagian Psikiatri UCLA. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai