Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Manajemen Perkantoran
Kepemimpinan dan Manajerial

DOSEN PENGAMPU :
Hj. Susiani ,S.Sos ,MAP

DISUSUN OLEH :
Nama Kelompok 2 : Ahmad Gustiar (219.057.20201.3345)
Anita Rahman (219.057.20201.3359)
Ayu Rosalina (219.057.20201.3329)
Dzulia Khadijah (219.057.20201.3336)
Hayatun Nufus (219.057.20201.3325)
Sheilla Aria Lindurahma (219.057.20201.3303)
Kelas : Pagi Non Reguler Ganjil
Jurusan : Administrasi Publik

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI TABALONG
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Kepemimpinan dan Manajerial ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Hj. Susiani ,S.Sos ,MAP pada Organisasi Manajemen. Selain itu, Makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan tantang Kepemimpinan dan Manajerial bagi
para pembaca dan jga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj. Susiani ,S.Sos ,MAP, selaku
dosen Organisasi Manajemen yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tanjung, 28 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................2
A. Pengertian Kepemimpinan dan Manajerial..............................................................................2
B. Teori dan Tipe-Tipe Kepemimpinan..........................................................................................4
C. Kecerdasan Emosi Seorang Pemimpin......................................................................................7
D. Peranan staf dalam keputusan pemimpin................................................................................9
E. Konsep Manajerial..................................................................................................................10
F. Kisi - Kisi Manajerial (managerial grid)...................................................................................11
G. Manajerial dalam Fungsi Pengawasan Melekat.....................................................................13
BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
A. KESIMPULAN...........................................................................................................................14
B. SARAN.....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin dan setiap manusia akan diminta
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya kelak. Manusia sebagai pemimpin minimal mampu
memimpin dirinya sendiri. Setiap organisasi harus ada pemimpinnya, yang secara ideal dipatuhi
dan disegani bawahannya. Organisasi tanpa pemimpin akan kacau balau. Oleh karena itu, harus
ada seorang pemimpin yang memerintah dan mengarahkan bawahannya untuk mencapai tujuan
individu, kelompok, dan organisasi.

Kepemimpinan merupakan salah satu topik terpenting dalam mempelajari dan


memperaktikkan manajemen.

Manajemen memiliki pengaruh bagi seseorang/sekelompok orang untuk bertindak. Sama


halnya dengan manajemen, kepemimpinan pun memiliki pengaruh bagi seseorang /sekelompok
orang untuk bertindak. Manajemen merupakan suatu proses menyelesaikan aktivitas secara
efisien dengan atau melalui orang lain dan berkaitan dengan rutinitas tugas suatu organisasi,
sedangkan kepemimpinan muncul jika ada upaya mempengaruhi seorang individu/kelompok
dan berhubungan dengan perubahan. Menurut Danim (2008: 3) pemimpin dipandang sebagai
inti dari manajemen dan perilaku kepemimpinan merupakan inti perilaku manajemen. Inti dari
kepemimpinan adalah pembuatan keputusan termasuk keputusan untuk tidak memutuskan.
Kepemimpinan akan berjalan jika ada keputusan yang akan dijalankan, demikian juga
manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan dapat mencapai tujuan jika dijalankan oleh
seseorang yang memiliki jiwa kepemimpinan.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai kepemimpinan dalam
manajemen.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kepemimpinan dan Manajerial ?
2. Apa saja Teori dan Tipe-tipe kepemimpinan ?
3. Apa itu kecerdasan emosi seorang pemimpin ?
4. Bagaimana Peranan Staf dalam keputusan Kepemimpinan ?
5. Apa Konsep Manajerial ?
6. Darimana Kisi-kisi Manajerial ?
7. Bagaimana Manajerial dalam fungsi pengawasan melekat ?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan Pengertian Kepemimpinan dan Manajerial
2. Mendeskripsikan saja Teori dan Tipe-tipe kepemimpinan ?
3. Mendeskripsikan kecerdasan emosi seorang pemimpin ?
4. Mendeskripsikan Peranan Staf dalam keputusan Kepemimpinan ?
5. Mendeskripsikan Konsep Manajerial ?
6. Mendeskripsikan Kisi-kisi Manajerial ?
7. Mendeskripsikan Manajerial dalam fungsi pengawasan melekat ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepemimpinan dan Manajerial
Arti Kepemimpinan dan Manajemen dalam Fungsi Melaksanakan Kepemimpinan
1. Arti Kepemimpinan
Pengertian kepemimpinan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan di dalam diri
seseorang untuk memimpin dan mempengaruhi orang lain dalam hal bekerja, dimana
tujuannya adalah untuk mencapai target (goal) yang telah ditentukan.
Sedangkan pengertian pemimpin adalah seseorang yang diberi kepercayaan sebagai
ketua (kepala) dalam sistem di sebuah organisasi/ perusahaan. Dengan begitu, maka
seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memandu dan mempengaruhi
seseorang atau sekelompok orang.
Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli
Dalam berbagai aspek, memahami pengertian kepemimpinan dalam organisasi menjadi
sesuatu yang krusial. Beberapa ahli, menjelaskan mengenai definisi kepemimpinan,
diantaranya adalah:

a. Wahjosumidjo
Menurut Wahjosumidjo, pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang ada
pada diri seorang leader yang berupa sifat-sifat tertentu, seperti:
1) Kepribadian (personality)
2) Kemampuan (ability)
3) Kesanggupan (capability)

Kepemimpinan merupakan rangkaian aktivitas pemimpin yang tidak dapat dipisahkan


dengan kedudukan, gaya dan perilaku pemimpin tersebut, serta interaksi antara
pemimpin, pengikut dan situasi.

b. Sutarto Wijono
Menurut Sutarto, arti kepemimpinan adalah rangkaian aktivitas penataan berupa
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu
agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

c. S. P. Siagian
Menurut S. P. Siagian, pengertian kepemimpinan adalah kemampuan dan
keterampilan seseorang ketika menjabat sebagai pimpinan dalam suatu organisasi untuk
mempengaruhi perilaku orang lain, khususnya bawahannya agar berpikir dan bertindak
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian
tujuan organisasi.

d. Imam Moejiono

Menurut Imam Moedjiono, pengertian kepemimpinan adalah kemampuan dalam


memberikan pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki beberapa kualitas
tertentu yang membuatnya berbeda dengan pengikutnya.
e. George R. Terry
Menurut George R. Terry, pengertian leadership adalah kegiatan mempengaruhi
orang lain untuk diarahkan mewujudkan tujuan organisasi.

f. James A.F. Stoner

2
Menurut Stoner, pengertian leadership adalah sebuah proses mengarahkan dan
usaha dalam mempengaruhi kegiatan yang berkaitan dengan anggota kelompok atau
organisasi.

g. Jacobs dan Jacques

Menurut Jacobs dan Jacques arti kepemimpinan adalah suatu proses memberi arti
terhadap usaha kolektif, sehingga ada kesediaan untuk melakukan usaha yang
diinginkan untuk mencapai tujuan.

h. Hemhiel dan Coons

Menurut Hemhiel dan Coons, pengertian kepemimpinan adalah perilaku seseorang


individu dalam memimpin berbagai aktivitas sebuah organisasi atau kelompok dalam
mencapai tujuan bersama (shared goal).

i. Ralph M. Stogdill
Menurut Ralph M. Stogdill, defenisi kepemimpinan adalah suatu proses memberikan
pengaruh terhadap berbagai kegiatan sekelompok orang yang terorganisasi dalam usaha
mereka menetapkan dan mencapai target.

j. Charles F. Rauch dan Orlando Behling


Menurut Rauch dan Behling, arti kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
berbagai aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan.

k. Kenneth N. Wexley dan Gary Yukl


Menurut Wexley dan Yukl, pengertian kepemimpinan adalah kegiatan
mempengaruhi orang lain untuk lebih berupaya dalam mengarahkan tenaga dalam
tugasnya, atau mengubah perilaku mereka.

2. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari kata "to manage" yang artinya mengatur pengaturan
dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi manajemen
itu. Jadi margin merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan.
pengertian manajemen dalam beberapa definisi sebagai berikut:
a. Andrew F. Sikula Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas
perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan,
pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap
organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang
dimiliki oleh pemsahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara
efisien.
b. G. R. Terry Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-
tindakan Perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang
dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan
melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
c. Harold Koontz and Cyril O'Donnel Manajemen adalah usaha mencapai suatu tujuan
tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer mengadakan
koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penempatan, pengarahan dan pengendalian.

3
Jika kita simak definisi-definisi di atas dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Bahwa manajemen mempunyai tujuan yang ingin dicapai.
2) Manajemen mempakan perpaduan antara ilmu dengan seni;
3) 3. Manajemen merupakan proses yang sistematis, terkoordinir, koperatif,
dan terintegrasi dalam memanfaatkan unsur-unsurnya (6 M);
4) Manajemen baru dapat diterapkan jika ada dua orang atau lebih melakukan
kerja sama dalam suatu organisasi;
5) Manajemen harus didasarkan pada pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab;
6) Manajemen terdiri dari beberapa fungsi (P.O.S.D. dan C)
7) Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Apa dasar (persyaratan) supaya manajemen dapat diterapkan? Manajemen
pada dasarnya baru dapat diterapkan, jika: adanya tujuan bersama dan kepentingan
yang sama yang akan dicapai.

3. Fungsi Kepemimpinan Dalam Organisasi


Setelah memahami tujuan kepemimpinan, kita juga harus mengerti apa fungsi
kepemimpinan di dalam sebuah organisasi. Pemimpin memiliki fungsi yang sangat
penting dalam sebuah organisasi, baik untuk keberadaan dan juga kemajuan organisasi
tersebut.

Pada dasarnya, fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu:


Fungsi administratif; yang dimaksud dengan fungsi administratif adalah pengadaan
formula kebijakan administrasi di dalam suatu organisasi dan menyediakan segala
fasilitasnya.
Fungsi sebagai top manajemen; Fungsi sebagai Top Manajemen adalah fungsi
pemimpin dalam proses aktivitas pembuatan Planning, Organizing, Staffing, Directing,
Commanding, dan Controlling.

Fungsi Kepemimpinan Menurut Hadari Nawawi


Dalam bukunya “Kepemimpinan yang Efektif”, Hadari Nawawi menyebutkan
beberapa fungsi kepemimpinan, yaitu:
1. Fungsi Instruktif
Pemimpin berperan sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah),
bagaimana (cara melakukan), bilamana (waktu pelaksanaan), dan di mana (tempat
mengerjakan) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Dengan kata lain, fungsi
orang yang dipimpin hanyalah untuk melaksanakan perintah pemimpin.

2. Fungsi Konsultatif
Pemimpin menggunakan fungsi konsultatif sebagai cara berkomunikasi dua arah
dalam upaya menetapkan sebuah keputusan yang membutuhkan pertimbangan dan
konsultasi dari orang yang dipimpinnya.

3. Fungsi Partisipasi
Pemimpin bisa melibatkan anggotanya dalam proses pengambilan keptusan maupun
dalam melaksanakannya.

4. Fungsi Delegasi
Pemimpin dapat melimpahkan wewenangnya kepada orang lain, misalnya membuat
dan menetapkan keputusan. Fungsi delegasi adalah bentuk kepercayaan seorang
pemimpin kepada seseorang yang diberikan pelimpahan wewenang untuk bertanggung
jawab.

4
5. Fungsi Pengendalian
Pemimpin bisa melakukan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan,
terhadapa kegiatan para anggotanya.

B. Teori dan Tipe-Tipe Kepemimpinan


1. Teori Kepemimpinan

a. Teori orang hebat

Great Man Theory atau teori orang hebat ini berasumsi bahwa sifat kepemimpinan
dan bakat-bakat kepemimpinan ini dibawa dari sejak orang tersebut dilahirkan. Great Man
Theory ini berkembang sejak abad ke-19. Meskipun tidak dapat diidentifikasikan dengan
kepastian ilmiah tentang karakteristik dan kombinasi manusia seperti apa yang dapat
dikatakan sebagai pemimpin hebat, namun semua orang mengakui bahwa hanya satu orang
diantara mereka yang memiliki ciri khas sebagai pemimpin hebat

b. Teori sifat kepribadian


Teori sifat kepribadian atau Trait Theory ini mempercayai bahwa orang yang
dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian tertentu akan menjadikan mereka unggul dalam
peran kepemimpinan. Artinya, kualitas kepribadian tertentu seperti keberanian, kecerdasan,
pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa tanggung jawab,
disiplin dan nila-nilainya lainnya dapat membuat seseorang menjadi pemimpin yang baik.
Teori kepemimpinan ini berfokus pada analisis karakteristik mental, fisik dan sosial untuk
mendapatkan lebih banyak pemahaman tentang karakteristik dan kombinasi karakteristik
yang umum diantara para pemimpin.

c.Teori kontingensi
Teori kontingensi atau Contingency Theory beranggapan bahwa tidak ada cara yang
paling baik untuk memimpin dan menyatakan bahwa setiap gaya kepemimpinan harus
didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu. Berdasarkan Teori kontingensi ini, seseorang
mungkin berhasil tampil dan memimpin sangat efektif di kondisi, situasi dan tempat
tertentu, namun kinerja kepemimpinannya akan menurun apabila dipindahkan ke situasi
dan kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah berubah. Teori kontingensi atau
Contingency Theory ini juga sering disebut dengan Teori kepemimpinan situasional.

d.Teori gaya dan perilaku


Teori kepemimpinan berdasar perilaku adalah kebalikan dari The Great Man Theory.
Teori berdasar perilaku mengatakan, pemimpin hebat dibuat, bukan dilahirkan. Teori
kepemimpinan ini berfokus pada tindakan seorang pemimpin. Bukan pada kualitas mental
atau sifat atau karakter bawaan dari orang tersebut. Menurut teori ini, seseorang dapat
belajar dan berlatih untuk menjadi pemimpin melalui ajaran, pengalaman, dan pengamatan
yang baik. Teori ini menunjukkan bahwa kepemimpinan yang efektif adalah hasil dari tiga
keterampilan utama yaitu keterampilan teknis, manusiawi, dan konseptual.

e.Teori perilaku
Sebagai reaksi dari Teori Sifat Kepribadian, Teori Perilaku atau Behavioural Theories
ini memberikan perspektif baru tentang kepemimpinan. Teori ini berfokus pada perilaku
para pemimpin daripada karakteristik mental, fisik, dan sosial mereka. Keberhasilan seorang
pemimpin ditentukan oleh perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan
dan perilaku tersebut dapat dipelajari atau dilatih. Selain itu, teori ini menganggap bahwa
kepemimpinan yang sukses adalah didasarkan pada perilaku yang dapat dipelajari.

f.Teori servant

5
Teori kepemimpinan servant pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an.
Teori ini percaya bahwa seorang pemimpin yang baik bertugas untuk melayani, menjaga,
dan memelihara kesejahteraan fisik serta mental pengikutnya. Pemimpin cenderung fokus
untuk memenuhi kebutuhan pengikut dan membantu mereka menjadi lebih mandiri dan
berwawasan lebih luas. Pada teori ini, pemimpin yang baik juga diharuskan bisa bersimpati
dan meredakan kecemasan berlebih dari para pengikutnya. Maka itu, kepemimpinan
diberikan pada seseorang yang pada dasarnya memiliki jiwa melayani. Teori ini menunjukkan
bahwa pekerjaan seorang pemimpin adalah untuk berkontribusi pada kesejahteraan orang
lain sebagai bentuk tanggung
jawab sosial.

g.Teori transaksional
Teori transaksional menggambarkan gaya kepemimpinan yang didasari perjanjian
yang dibuat antara pemimpin dan bawahannya. Perjanjian ini dibuat untuk menghasilkan
pertukaran (transaksi) yang saling menguntungkan antara pemimpin dan pengikut. Layaknya
simbiosis mutualisme. Ketika suatu pekerjaan atau tugas mampu diselesaikan bawahan
dengan baik, ini akan menguntungkan pemimpin. Maka sebagai bentuk penghargaan dari
sisi pemimpin, imbalan dapat berupa rasa terima kasih, pembayaran upah atau gaji,
kenaikan jabatan (promosi), hingga bonus berupa uang atau benda untuk si bawahan.
Penghargaan ini membuat bawahan merasa kerja kerasnya dihargai atau diakui karena
berhasil mencapai tujuan yang sudah disepakati bersama.

h.Teori transformasional
Kepemimpinan transformasional adalah sebuah teori yang relevan dengan
kehidupan modern saat ini. Dalam hal ini, teori kepemimpinan transformasional mencakup
dua elemen yang sangat penting. Apa sajakah elemen tersebut? Kedua elemen yang
dimaksud adalah relasional dan hal-hal yang berurusan dengan perubahan riil. Teori
kepemimpinan ini terjadi ketika satu orang atau sekelompok orang berhubungan dengan
orang banyak dengan upaya untuk mengangkat posisi atau pencapaian para pemimpin dan
pengikut (anggota tim). Dengan kata lain, antara pemimpin dan pengikut saling mengangkat
pencapaian mereka sampai kepada tingkat motivasi dan moralitas (semangat) yang lebih
tinggi.

2. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Ada enam tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara luas.

a. Tipe pemimpin Otokratis


Yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
1) Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
2) Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
3) Menganggap bawahan sebagai alat semata- mata
4) Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat
5) Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya
6) Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang
mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum)

b. Tipe Militeristis
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki
sifat- sifat:
1) Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
2) Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
3) Senang kepada formalitas yang berlebih- lebihan
4) Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan

6
5) Sukar menerima kritikkan dari bawahan
6) Menggemari upacara- upacara untuk berbagai acara dan keadaan

c. Tipe Paternalistis
Yaitu seorang pemimpin yang:
1) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
2) Bersikap terlalu melindungi
3) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan
dan inisiatif
4) Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya
kreasi dan fantasinya.
5) Sering bersikap maha tahu

d. Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang
pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian
mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut
yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab
seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang
demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).

e. Tipe Laissez Faire


Yaitu seorang yang bersifat:
1) Dalam memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti
bahwa para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan
hati nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap
tercapai.
2) Organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi
terdiri dari orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi
tujuan organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh
masing- masing anggota.
3) Seorang pemimpin yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan
organisasional.
4) Seorang pemimpin yang memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan
dengan sendirinya

f. Tipe Demokratis
Yaitu tipe yang bersifat:
1) Dalam proses penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa
manusia adalah makhluk termulia di dunia
2) Selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan
kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya
3) Senang menerima saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya
4) Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
5) Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai
tujuan
6) Berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
7) Para bawahannya dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui
peran sertanya dalam proses pengambilan keputusan.

7
C. Kecerdasan Emosi Seorang Pemimpin

1. Pengertian Kecerdasan Emosional


Kecerdasan emosional (emotional intelligence) merupakan softskill yang butuh dimiliki oleh
setiap orang, tidak terkecuali seorang pemimpin. Menurut Psychology Today, kecerdasan
emosional adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengelola emosi sendiri dan
emosi orang lain. Kecerdasan ini berkaitan antara kompetensi emosional dan social, yang
berkontribusi pada seberapa efektif seseorang memahami dan mengekspresikan diri
mereka, memahami orang lain dan berhubungan dengan mereka, dan kemudian mengatasi
stres serta tuntutan sehari-hari.
Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa kecerdasan emosional Orang Indonesia berada di
bawah Orang Belanda. Orang Indonesia, sampai batas tertentu, lebih terampil dalam
berinteraksi dengan orang-orang dekat di lingkungannya daripada dalam interaksi pada
situasi formal. Dalam situasi formal, Orang Indonesia mungkin merasa enggan berurusan
dengan orang lain. Mereka cenderung pemalu, ragu-ragu, dan waspada; sementara Orang
Belanda, sampai batas tertentu, lebih percaya diri.
Penelitian tersebut seharusnya menjadi pembelajaran yang baik bagi Orang Indonesia untuk
lebih mempelajari kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional bukanlah sebuah anugerah
bagi seseorang sedari lahir, tetapi merupakan sebuah softskill yang terus dilatih. Menjadi
pemimpin tentunya harus melatih softskill ini untuk memahami diri sendiri dan untuk
memberikan kebermanfaatan bagi orang banyak.

2. Karakteristik kecerdasan emosional


Menurut psikolog ternama, Daniel Goleman, orang yang cerdas secara emosional memiliki
empat karakteristik:
a. Self-awareness: emotional awareness, penilaian diri pribadi, dan percaya diri.
b. Self-management: emotional self-control, kemampuan beradaptasi, orientasi pada
prestasi, dan optimis.
c. Social awareness: empati, organizational awareness, dan orientasi melayani.
d. Social management: manajemen konflik, inspirational leadership, developing others,
dan influence.

Kecerdasan emosional seseorang dapat dilihat ketika orang tersebut pandai memahami
emosi mereka sendiri (self-awareness), pandai mengelola emosi (self-management),
berempati terhadap dorongan emosi orang lain (social awareness), dan pandai menangani
emosi orang lain (social management).
Pemimpin membutuhkan empat karakteristik tersebut untuk menjadi sosok yang cerdas
secara emosional. Ketika seorang pemimpin memiliki kecerdasan emosional yang baik, dia
akan mampu beradaptasi dengan dunia yang lebih inklusif dan bahkan mampu membawa
dunia menjadi tempat yang nyaman untuk dihuni oleh siapapun.
Sebagai contoh, seorang pemimpin memiliki kepedulian terhadap penyandang difabel tuli
(self-awareness). Dia memahami kesulitan-kesulitan yang dialami oleh difabel tuli tersebut
seperti infrastruktur dan pelayanan publik yang belum aksesibel (social awareness).
Selanjutnya dia mencoba beradaptasi dengan belajar bahasa isyarat untuk bisa memahami
lebih dalam seperti apa sulitnya sebagai difabel tuli (self-management).
Pada akhirnya ketika pemimpin tersebut sudah mendapat makna dari pembelajarannya, dia
mulai memberikan pengaruhnya untuk membangun kesadaran orang banyak terhadap
difabilitas (social management). Di sinilah pentingnya kehadiran seorang pemimpin;
melayani dan memberi pengaruh positif kepada pengikut dan calon pengikutnya.
Kecerdasan emosional membentuk kepemimpinan yang efektif
Manusia jelas mendapatkan manfaat dari perkembangan emosi. Bahkan emosi orang-orang
di sekitar turut mempengaruhi perkembangannya. Bayangkan sebuah perusahaan yang
selalu menerapkan daily scrum, mereka secara penuh empati saling memahami tugas

8
masing-masing rekannya di saat daily scrum berlangsung. Mereka saling mengutarakan
kendala yang dialami dan saling memberi masukan. Tentu nuansa nyaman akan terasa di
dalam perusahaan tersebut, karena adanya dukungan dan rasa saling memahami antar
rekan maupun pimpinan.
Di lain hal terdapat tipe kepemimpinan yang harus kita sadari ternyata memberi
ketidakefektifan terhadap kecerdasan emosional kita, tipe kepemimpinan laissez-faire,
misalnya. Kepemimpinan laissez-faire atau biasa dikenal sebagai tipe kepemimpinan
delegatif merupakan tipe dimana seorang pemimpin banyak menyerahkan keputusan untuk
diambil oleh anggotanya. Yang terjadi dari tipe kepemimpinan ini justru kurangnya influence
yang dirasakan oleh anggota dari pemimpinnya. Anggota mungkin menjadi lebih produktif
karena diberi ruang otonomnya, namun menjadi hampa akan nilai. Pemimpin selain terfokus
pada target, dia juga harus bisa menjelaskan kenapa anggotanya harus mengejar target
tersebut.
Kepemimpinan yang berelasi baik dengan kecerdasan emosional adalah tipe kepemimpinan
yang transformatif-melayani. Tipe kepemimpinan tersebut merupakan tipe kepemimpinan
yang dapat melatih kecerdasan emosional seorang pemimpin secara berkelanjutan. Sebagai
contoh, pemimpin dengan tingkat kecerdasan emosional yang tinggi berhasil mengelola
tantangan yang kompleks melalui membangun kepercayaan, kepercayaan diri dan
keberanian, memahami kebutuhan orang lain, berkomunikasi secara terbuka dan langsung,
menunjukkan kepedulian yang tulus untuk orang lain, dan berkolaborasi.
Maka dari itu, kemampuan beradaptasi dengan tantangan akan terus menjadi pembelajaran
berkelanjutan yang baik untuk seorang pemimpin. Dia akan mengejar target dan nilai;
bersama anggota-anggotanya dari waktu ke waktu. Bersamaan dengan hal tersebut,
karakteristik kecerdasan emosional seorang pemimpin akan terbentuk.

D. Peranan staf dalam keputusan pemimpin


Pembicaraan mengenai partisipasi staf dalam pengambilan keputusan memerlukan
pembedaan antara putusan tentang pembentukan kebijaksanaan dengan putusan tentang
pelaksanaan kebijaksanan. Dalam organisasi yang demokratis setiap orang yang
berkepentingan hendaknya diberi kesempatan untuk menyatakan pandangannya mengenai
soal-soal kebijaksanaan, tetapi pelaksanaan kebijaksanaan adalah tanggung jawab dari
pejabat-pejabat eksekutif. Jadi implementasi putusan-putusan kebijaksanaan adalah
tanggung jawab seseorang administrator.
1.Menurut Sudjana dan Susanta bahwa:
Mutu keputusan yang diambil sangat tergantung pada :
a. tepat tidaknya definisi yang dibuat tentang hakekat situasi problematik yang
dihadapi;
b. tersedianya informasi yang mutakhir, lengkap dan dapat dipercaya;
c. mampu tidaknya mengidentifikasi berbagai alternatif yang akan ditempuh;
d. mampu tidaknya analisis yang dilakukan terhadap tiap alternatif;
e. dan berani tidaknya kelompok mengambil resiko dalam suasana ketidakpastian
f. Mutu keputusan dan partisipasi staf (dosen dan karyawan) dalam proses
pengambilan keputusan sangat penting dan mutlak, sehingga pimpinan dapat
berperan dengan lebih baik selaku dinamisator, integrator, dan fasilitator.

2.Sondang P. Siagian berpendapat bahwa:


Untuk dapatnya diterima keputusan oleh semua pihak maka mutlak diperlakukan syarat
sebagai berikut: terutama mereka yang nanti terlibat dalam pelaksanaanya adanya
kesempatan yang cukup pada staf (dosen dan karyawan) yang menyelesaikan sendiri
masalah yang timbul melalui berbagai langkah dalam proses pengambilan keputusan bagi
pihak yang merasa dirugikan perlu diberikan keyakinan bahwa keputusan itu adil, dilihat dari
kepentingan lembaga pendidikan atau organisasi. keputusan itu didasari atas skala prioritas

9
yang jelas, seperti mendahulukan hal yang penting serta waktu, tenaga, pikiran, informasi,
dan sumber daya dimanfaatkan dengan efektif dan efesien.

3.Guithrie dan Reed mengatakan bahwa “partisipasi dan keikutsertaan anggota staf, selain
memungkinkan penerimaan keputusan semakin besar, juga kreativitas terdorong dan
komitmen anggota semakin kuat.

4.Mangkusubroto dan Trisnadi juga mengungkapkan bahwa “dalam pengtambilan


keputusan, kualitasnya sangat didukung oleh partisipasi anggota kelompok.

Diketahui bahwa sejumlah alternatif lebih banyak dikembangkan serta dianalisis


dalam kelompok, sehingga keputusan lebih berkualitas, analisis sejumlah alternatif yang
membuat partisipasi dalam proses pengambilan keputusan menjadi bernilai. Partisipasi staf
di lain pihak tidak perlu sampai membuat anggota staf baik dosen maupun karyawan tidak
dapat mengambil keputusan sendiri. Membuat keputusan sendiri juga sangat berarti bagi
staf terutama dosen karena hal ini sebagai pertanda adanya kepercayaan pimpinan lembaga
pendidikan sebagai pengambil keputusan (decision maker).
Anggota staf yang ingin mengembangkan kreativitasnya dan melakukan inovasi di
dalam lembaganya, perlu mendapat perhatian pimpinan lembaga pendidikan yang
bersangkutan dalam kaitannya dengan program pengembangan karier. Menurut Owens
bahwa “banyaknya keuntungan yang dapat dicapai melalui keikutsertaan dan partisipasi
staf, antara lain dicapainya keputusan yang jauh lebih baik dan dapatnya dipertinggi
pertumbuhan dan perkembangan anggota dalam organisasi. Memang kebanyakan
administrator dalam perbagai tipe organisasi masih meragukan perlunya keikutsertaan atau
penggunaan orang lain

E. Konsep Manajerial
1. Konsep dan Pengertian Manajerial
Manajerial adalah kata sifat dari manajemen. Kata ini sering menjadi bahasa sehari-hari
terutama bila membicarakan suatu masalah. Berkaitan dengan hal tersebu perlu dilihat
konsep dan pengertian berikut.

a. Konsep Manajerial
Manajerial adalah kata sifat dari manajemen, yang berarti pengolahan sesuatu dengan baik.
Secara konsep, manajerial berarti bagaimana membuat keputusan (proses) dan menjalankan
(implementasi) suatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, maka
manajerial digunakan dalam setiap aspek kehidupan atau kegiatan manusia, baik itu
berkaitan dengan masalah bisnis, maupun diluar bisnis.

b. Pengertian Manajerial
Dalam pengertian sehari-hari, manajerial diartikan sebagai cara terbaik dalam
menyelesaikan suatu masalah. Manajerial juga dapat diartikan sebagai mencari solusi atau
alternative terbaik untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya bagaimana suatu perusahaan
mengelola usahanya, sehingga menjadi perusahaan yang mempunyai produk terbaik, daya
saing terbaik, dan menjadi perusahaan unggulan. Bagaimana suatu institusi mengelola
pekerjaan atau kegiatannya, sehingga dapat reputasi terbaik, di mata pihak-pihak yang
berkepentingan atau para stakeholder-nya. Bagaimana suatu rezim pemerintahan mengelola
amanah yang dia terima, sehingga dapat meningkatkan harkat dan martabat bangsanya.

Pengertian dan Ruang Lingkup Ekonomi Manajerial


2. Konsep dan Pengertian Ekonomi Manajerial

10
a. Konsep Ekonomi Manajerial
Secara konsep ekonomi manajerial adalah pengelolaan ekonomi, atau usaha secara
sistematika dalam kebutuhan dan keinginan (konsumen), baik individu, organisasi, maupun
masyarakat. Dengan demikian, ekonomi manajerial dapat di definisikan sebagai berikut :
Ekonomi manajerial adalah aplikasi teori ekonomi dan praktik-praktik bisnis, berupa
penggunaan teori-teori ekonomi dan teknik manajemen dalam analisis dan pemecahan
masalah optimasi. Atau ekonomi manajerial adalah sinergi dan aplikasi teori ekonomi,
manajemen, dan riset operasi.

Sehubungan dengan hal diatas, maka konsep ekonomi manajerial ini dapat di gunakan untuk
menyelesaikan masalah manajemen yang di hadapi organisasi bisnis maupun nonbisnis.
Ekonomi mikro terapan atau ekonomi manajerial (managerial economy) kerapkali
didefinisikan secara berbeda beda . tetapi perbedaan perbedaan tersebut biasanya hanyalah
soal “bahasa” saja karena pada hakikatnya “substansi” nya tetap sama . ada yang
mendefinisikannya sebagai ekonomi mikro terapan. Ada yang mendefinisikannya sebagai
konsep ilmu manajemen dan riset operasi (operation research). Sementara itu ada pula yang
menganggap ekonomi manajerial terutama sekali sebagai suatu kerangka kerja terpadu
untuk menganalisis masalah masalah pengambilan keputusan dalam dunia bisnis. Kalau
dicermati semua pandangan diatas benar , masing-masing pandangan memberikan
pemikiran penting bagi ekonomi manajerial.

b. Pengertian Ekonomi Manjerial


Dalam pengertian sehari-hari ekonomi manajerial di artikan sebagai penggunaan prinsip-
prinsip optimasi dalam penyelesaian masalah ekonomi dan bisnis. Misalnya bagaimana
berproduksi dengan biaya optimal (sekecil mungkin), bagaimana berbisnis dengan
keuntungan optimal (maksimum), bagaimana menjual dengan harga optimal (terbesar).
Karena ekonomi adalah bagian dari kehidupan, menyangkut masalah berkelanjutan
(sustainanlity) keputusan dari pihak-pihak yang bertransaksi dan berlaku di masyarakat. Bila
salah satu pihak tidak puas dengan transaksi yang dilakukan dan merasa dirugikan atau di
zalimi oleh pihak lain, maka kemungkinan untuk terjadinya transaksi berikutnya akan sangat
kecil. Oleh karena itu, maka ideal nya para pihak yang bertransaksi akan berusaha menjaga
keberlanjutannya kepuasan masing-masing pihak tersebut. Sehubungan dengan hal ini
diperlukan masalah etika yang disepakati bersama.
Ekonomi Manajerial (Manajerial Ekonomics) bertujuan memberikan suatu kerangka
kerja untuk menganalisis keputusan – keputusan manajerial. Ekonomi Manajerial berfokus
pada aplikasi atau penarapan teori – teori ekonomi mikro, sehingga Ekonomi Manajerial
sering di sebut juga sebagai Ekonomi Mikro Terapan. Teori – teori ekonomi mikro berkaitan
dengan studi dan analisis dari perilaku segmen individual dalam perekonomian seperti :
konsumen individual, pekerja dan pemilik sumber daya, perusahaan atau industri individual,
pemasaran dari barang, jasa, dan sumber – sumber produktif. Topik – topik keputusan yang
sering dikaji dalam ekonomi manajerial adalah bagaimana perilaku konsumen dalam
memilih barang dan jasa yang dibeli; bagaimana perilaku konsumen dalam memilih barang
dan jasa yang dibeli; bagaimana perusahaan menggunakan tenaga kerja, modal, dan input
lainnya dalam proses produksi agar meminimumkan biaya; bagaimana perusahaan
menetapkan harga dengan memperhatikan situasi persaingan pasar yang dihadapi oleh
perusahaan itu; bagaimana perusahaan melakukan investasi yang efektif, dan berbagai
keputusan manajerial lainnya.
Setiap keputusan yang dibuat oleh para manajer harus mampu menyelesaikan masalah
bisnis yang ada. Hal ini membutuhkan pengetahuan tentang analisis masalah secara tepat
agar dihilangkan. Hubungan antara masalah bisnis dan bembuatan keputusan bisnis.

F. Kisi - Kisi Manajerial (managerial grid)

11
Robert K. Blake dan Jane S. Mouton
Kisi-kisi manajerial Blake dan Mouton atau Blake and Mouton managerial grid, kadang-
kadang disebut jaringan kepemimpinan dikemukakan oleh Robert K. Blake dan Jane S.
Mouton di University of Michigan dan Ohio State University.

Robert K. Blake dan Jane S. Mouton


Mereka memilah dua dimensi yaitu orientasi pada orang (concern for people) dan orientasi
pada tugas (concern for production) sebagai dua dimensi independen dalam teori
kepemimpinan. Hal ini merupakan langkah besar dalam studi kepemimpinan yang dilakukan
pada tahun 1950an.

Penekanan kepada bagaimana para manajer memikirkan mengenai dimensi perilaku


pemimpin yang concern dengan aspek produksi dan hubungan kerja dengan manusianya
kemudian diurai oleh Robert Blake dan Jane Mouton dalam gambaran grafis dari gaya
kepemimpinan melalui kisi-kisi (grid) manajerial (orang-orang yang akomodatif, kebutuhan
dan memberi mereka prioritas) pada y-axis dan kepedulian untuk produksi (menjaga jadwal
yang ketat) pada x-axis, dengan setiap dimensi mulai dari rendah (1) ke tinggi (9), sehingga
menciptakan 81 posisi yang berbeda dimana gaya kepemimpinan mungkin terjadi.

Berbagai kombinasi pada garis X dan Y kemudian diidentifikasi oleh Blake dan Mouton dalam
5 gaya kepemimpinan.

Kelima gaya kepemimpinan yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

1. Impoverished Management (1, 1)


Manajer dengan pendekatan ini sifatnya rendah perhatiannya pada dimensi orang
(concern for people) dan orientasi pada tugas (concern for production). Pemimpin memiliki
kepedulian yang rendah terhadap kepuasan karyawan dan produksi yang seharusnya
dihasilkan oleh organisasi dan menggambarkan adanya ketidakharmonisan dan
disorganisasi. Para pemimpin di titik ini bisa dikatakan tidak efektif dimana tindakan mereka
hanya ditujukan untuk melestarikan jabatan dan senioritas.

2. Task management (9, 1)


Juga disebut gaya diktator atau membinasakan. Berikut pemimpin lebih peduli tentang
produksi dan memiliki kepedulian yang minim bagi orang-orang. Gaya ini didasarkan pada
teori X dari McGregor. Kebutuhan karyawan tidak diperhatikan dan mereka hanyalah sebuah
sarana untuk mencapai tujuan. Pemimpin percaya efisiensi dapat dihasilkan hanya melalui
organisasi yang tepat dari sistem kerja dan mengeliminir keterlibatan orang sedapat
mungkin. Gaya ini dengan sendirinya meningkatkan output dari organisasi dalam jangka
pendek namun karena kebijakan dan prosedur yang ketat, maka perputaran tenaga kerja
yang tinggi tidak bisa dihindari.

3. Middle-of-the-Road (5, 5)
Ini pada dasarnya adalah gaya mengorbankan dimana pemimpin mencoba untuk
menjaga keseimbangan antara tujuan perusahaan dan kebutuhan manusianya. Pemimpin
tidak mendorong batas-batas pencapaian menghasilkan kinerja rata-rata untuk organisasi.
Pada titik ini kebutuhan karyawan dan produksi sepenuhnya tidak terpenuhi.

4. Country Club (1, 9)


Ini adalah gaya kolegial ditandai perhatian terhadap tugas yang rendah dan tinggi
terhadap orientasi orang dimana pemimpin berusaha menciptakan suasana lingkungan yang
semua orang bekerja dengan rileks, bersahabat, dan bahagia bekerja dalam organisasinya.
Dalam suasana seperti ini tidak ada satu orang pun yang mau memikirkan tentang usaha-

12
usaha koordinasi guna mencapai tujuan organisasi. Namun, fokus pada tugas-tugas yang
rendah dapat menghambat produksi dan menyebabkan hasil dipertanyakan.

5. Team Management (9, 9)


Ditandai oleh perhatian yang tinggi terhadap orang-orang dan fokus pada tugas, gaya ini
didasarkan pada teori Y McGregor yang berasumsi bahwa orang akan menghasilkan sesuatu
apabila mereka memperoleh kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang berarti. Selain
itu, dalam gaya kepemimpinan team management terdapat kesepkatan untuk melibatkan
anggota organisasi dalam pengambilan keputusan dengan maksud mempergunakan
kemampuan mereka untuk memperoleh hasil yang terbaik yang mungkin dapat dicapai dan
gaya ini yang paling efektif menurut Blak
6.Implikasi kisi-kisi manjerial

Kisi-kisi manjerial Black dan Mouton digunakan untuk membantu manajer menganalisis
gaya kepemimpinan mereka sendiri melalui teknik yang dikenal sebagai pelatihan grid. Hal
ini dilakukan dengan pemberian kuesioner yang membantu para manajer mengidentifikasi
bagaimana menempatkan diri sehubungan dengan concern mereka terhadap dimensi
produksi dan manusia. Pelatihan terhadap para manajer juga bertujuan untuk membantu
para pemimpin guna mencapai keadaan ideal 9, 9 atau Team Management.

G. Manajerial dalam Fungsi Pengawasan Melekat


PENGERTIAN
Pengawasan melekat merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai
pengendalian yang terus menerus, dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya,
secara preventif atau represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara
berdaya guna sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pengawasan melekat sebenarnya merupakan salah satu fungsi manajemen yang
dilakukan oleh setiap atasan sebagai pimpinan di samping perencanaan dan pelaksanaan.
Karena itu pengawasan melekat sebenarnya bukanlah hal yang rumit, melainkan merupakan
disiplin diri yang harus ditumbuhkan pada setiap atasan untuk melakukannya. Minat untuk
melakukan pengawasan melekat dapat ditumbuhkan melalui berbagai cara antara lain
dengan memperkuat seluruh lini pengawasan. dengan demikian kesadaran seseorang bahwa
dirinya diawasi secara efektif dari luar akan memacu kemauannya untuk melaksanakan
pengawasan melekat.
Pengawasan melekat pada hakekatnya merupakan pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen lainya. Pengawasan melekat yang dilakukan atasan langsung seperti dimaksud
sesungguhnya merupakan salah satu bentuk pengawasan melekat yang berasal dari dalam
organisasi yang bersangkutan, namun memiliki sifat yang sangat dominan dan menentukan,
mengingat kedudukan pimpinan yang menentukan jalannya mekanisme birokrasi organisasi
yang bersangkutan.
Pimpinan dalam pelaksanaan pengawasan melekat diharapkan sebagai pendidik
terhadap anak buahnya, sehingga fungsi pengawasan melekat pimpinan pada bawahan atau
yang dipimpinnya memiliki unsur pendidikan pula, yaitu dalam bentuk pembinaan kepala
suatu unit organisasi terhadap anak buahnya.
Pengawasan melekat dilakukan melalui
1. Penggarisan struktur organisasi yang jelas dengan pembagian tugas dan fungsi
beserta urainnya yang jelas pula.
2. Perincian kebijaksanaan pelaksanaan yang dituangkan secara tertulis yang dapat
menjadi pegangan dalam pelaksanaannya oleh bawahan yang menerima
pelimpahan wewenang dari atasan.

13
3. Rencana kerja yang menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan, bentuk
hubungan kerja antar kegiatan tersebut, dan hubungan antara berbagai kegiatan
beserta sasaran yang harus dicapainya.
4. Prosedur kerja yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang jelas dari atasan
kepada bawahan.
5. Pencatatan hasil kerja serta pelaporannya yang merupakan alat bagi atasan
untuk mendapatkan informasi yang diperlukan bagi pengambilan keputusan
serta penyususnan pertanggungjawaban, termasuk mengenai pengelolaan
keuangan.
6. Pembinaan personil yang terus menerus agar para pelaksana menjadi unsur
yang mampu melaksanakan dengan baik tugas yang menjadi tanggung jawabnya
dan tidak melakukan tindakan yang bertentangan dengan maksud serta
kepentingan tugasnya.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseoarang untuk
mempengarui orang orang lain agar pekerja mencapai tujuan dan sasaran.
Kepemamimpinan juga bagian penting dari manajemen, tetapi tidak sama dengan
manajemen. Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga mencakup fungsi fungsi
lain seperti perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan.

B. SARAN
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran
sebagai berikut :
1. Hendaknya para pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya kepemimpinannya
dalam mempengaruhi para bawahannya berdasarkan pada kriteria-kriteria
kepemimpinan yang baik.
2. Dalam membuat suatu rencana atau hendaknya para pemimpin memahami
keadaan atau kemampuan yang dimiliki oleh para bawahannya, dan dalam pembagian
pemberian tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing.
3. Pemimpin hendaknya memahami betul akan tugasnya sebagai seorang pemimpin.
4. Dalam melaksanakan akvititasnya baik pemimpin ataupun yang dipimpin menjalin
suatu hubungan kerjsama yang saling mendukung untuk tercapainya tujuan organisasi
atau instnasi

14
15
DAFTAR PUSTAKA

1. https://pa-kupang.go.id/en/?
option=com_content&view=article&id=181&Itemid=642#:~:text=Pengawasan%20melekat
%20sebenarnya%20merupakan%20salah,di%20samping%20perencanaan%20dan
%20pelaksanaan.&text=dengan%20demikian%20kesadaran%20seseorang
%20bahwa,kemauannya%20untuk%20melaksanakan%20pengawasan%20melekat

2. http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/lentera_pendidikan/article/download/3776/3450#:~:text=Dalam
%20manajemen%20moderen%2C%20staf%20tidak,ini%20disebut%20top%20down%2C
%20otoriter

3. http://perilakuorganisasi.com/kisi-kisi-manajerial-blake-dan-mouton.html

4. http://ridwan0110.blogspot.com/2017/10/konsep-dan-pengertian-ekonomi-
manajerial.html?m=1

5. https://pemimpin.id/kecerdasan-emosional-seorang-pemimpin/

6. https://uptown.id/id/2020/09/02/8-teori-kepemimpinan-yang-penting-untuk-kamu-
ketahui/

7. https://www.jagoanhosting.com/blog/6-tipe-seorang-pemimpin-yang-harus-kamu-ketahui/

8. https://www.maxmanroe.com/vid/organisasi/pengertian-kepemimpinan.html

16

Anda mungkin juga menyukai