Anda di halaman 1dari 6

Berbicara tentang RIBA, insya Allah semua

orang Islam memiliki pendapat yang sama,


hukumnya HARAM. Ada yang membantah?
Namun, ketika ditanya, apakah BUNGA BANK itu
sama dengan RIBA? Apakah semua setuju? Tentu
tidak. Banyak di kalangan ummat Islam yang
berpendapat bahwa bunga bank itu bukan riba.
Dengan demikian, bunga bank itu hukumnya
HALAL. Mengapa mereka mempunyai pendapat
seperti itu? Tentu ada argumennya.
Ada banyak argumen untuk mengatakan bahwa
bunga bank itu bukan riba, sehingga halal
hukumnya. Insya Allah akan kita bahas satu per
satu, dalam tulisan yang berbeda-beda.

2
Kita mulai dari pendapat PERTAMA, yaitu
pendapat yang mengatakan bahwa bunga bank itu
HALAL, karena untuk pinjaman yang bersifat
PRODUKTIF, bukan untuk keperluan KONSUMTIF
(misalnya, untuk kredit sepeda motor, mobil, rumah,
dsb). Apakah pendapat seperti ini dapat diterima?
Pendapat ini tidak dapat diterima, karena ada
beberapa alasan. Pertama, pendapat ini telah
membuat PERKECUALIAN haramnya riba, hanya
berdasarkan dalil aqli (akal), bukan berdasar dalil
syar’i (wahyu). Padahal, perkecualian (takhshis)
tidak dibenarkan, kecuali berdasarkan dalil syar’i.
Apa contohnya?
Contohnya adalah, daging bangkai itu diharamkan
berdasarkan Al-Qur’an

3
Surat Al Maidah : 3
ِّ ‫ير َو َما ُأ ِّه َّل ِّلغَي ِّْر‬
ِّ ِّ ‫للا‬ ِّ ‫ُح ِّر َم ْت عَ َل ْي ُكمُ ا ْل َم ْيتَ ُة َوا ْل َّدمُ َو َل ْحمُ ا ْل ِّخ ْن ِّز‬
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah,
daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas
nama selain Allah”.
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah SWT
telah mengharamkan daging bangkai secara
UMUM. Namun larangan ini kemudian
DIKECUALIKAN (di-takhshis) dengan Hadits Nabi
SAW, yaitu untuk bangkai ikan dan belalang.
Dengan adanya pengecualian ini, maka dapat
disimpulkan bahwa daging bangkai ikan dan
belalang hukumnya adalah HALAL.
Oleh karena itu, kita juga dapat melihat bahwa
dalil keharaman riba itu juga bersifat UMUM,
sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT
dalam Al-Qur’an

4
Surat Al Baqarah: 275:
ِّ َ‫َو َأ َح َّل للا ُ ا ْل َ ْي َع َو َح َّرم‬
﴾٢٧٥﴿ ‫الر َا‬
“Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba”.
Dalam ayat di atas ditunjukkan bahwa ‫الر َا‬
ِّ adalah
lafadz yang UMUM, maknanya mencakup segala
macam bentuk riba, baik yang KONSUMTIF
maupun PRODUKTIF. Maka, kaidah ushul fiqih
menyebutkan:
ِ ْ ِّ ‫َد ِّل ْي ُل ا ْلعَا ِّم يَ ْ َقى عَ َلى عُ ُم ْو ِّم ِّ َما َل ْم يَ ِّر ْد َد ِّل ْي ُل التَّ ْخ‬
ِّ ‫ِي‬
“Dalil umum tetap dalam keumumannya, selama
tidak terdapat dalil yang mengkhususkan
(mengecualikan keumumannya)”.
Setelah dikaji secara mendalam, tenyata tidak ada
dalil-dalil yang menunjukkan bahwa pinjaman yang
bersifat produktif itu menjadi PENGECUALIAN
terhadap keumuman dari haramnya riba.

5
Dengan demikian, pendapat yang menyatakan
bahwa bunga bank itu halal karena bersifat
produktif adalah kesimpulan yang BATHIL.
Kedua, jika kita mau kembalikan fakta di
jaman Rasulullah SAW, maka kita juga dapat
mengetahui bahwa praktik riba di jaman Rasul
menunjukkan bahwa orang Yahudi Madinah
meminjamkan tidak hanya untuk tujuan KONSUMSI
saja, tetapi juga untuk perdagangan, yaitu untuk
kepentingan PRODUKTIF (Mannan, 1997).
Fakta itu menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan antara praktik riba yang bersifat
konsumtif dan produktif, karena hal itu sama-sama
dilakukan di jaman Rasul dan keduanya sama-sama
DIHARAMKAN. Tidak ada pengecualian yang
diberikan oleh Rasulullah SAW terhadap kedua
praktik riba tersebut. Wallahu a’lam bish-
shawwab.

Anda mungkin juga menyukai