Anda di halaman 1dari 16

Journal Reading

Nutritional and Metabolic


Disease Division
Friday, February 2013

TELAAH KRITIS JURNAL


DIVISI NUTRISI DAN PENYAKIT METABOLIK

Suhardi

Prevalence of Vitamin D Deficiency Among Overweight and Obese


US Children
Christy B. Turer, MD, MHS,a,b Hua Lin PhD,a and Glenn Flores, MDa,b

I. UMUM

No HAL YANG DINILAI CHECK LIST PENILAIAN YA TIDAK


1 Judul Makalah a. Apakah judul tidak terlalu panjang √
atau pendek?
b. Apakah judul menggambarkan isi √
utama penilaian?
c. Apakah judul cukup menarik? √
d. Apakah judul menggunakan
singkatan selain yang baku? √

2 Abstrak a. Apakah merupakan abstrak satu √


paragraf, atau abstrak terstruktur? terstruktur
b. Apakah sudah tercakup komponen √
IMRAC (Introduction, methods,
Results, Conclusion?)
c. Apakah secara keseluruhan √
abstrak informatif?
d. Apakah abstrak lebih dari 250 √
kata? 251

3 Pendahuluan a. Apakah mengemukakan alasan √


dilakukannya penelitian?
b. Apakah menyatakan hipotesis atau √
tujuan penelitian?

1
No HAL YANG DINILAI CHECK LIST PENILAIAN YA TIDAK
c. Apakah pendahuluan didukung
oleh pustaka yang kuat & relevan?

4 Metode a. Apakah disebutkan desain, tempat √


& waktu penelitian?
b. Apakah disebutkan populasi √
sumber (populasi terjangkau)?
c. Apakah kriteria pemilihan (inklusi & √
eksklusi) dijelaskan?
d. Apakah cara pemilihan subjek √
(teknik sampling) disebutkan?
e. Apakah perkiraan besar sampel √
disebutkan & disebut pula
alasannya?
f. Apakah perkiraan besar sampel _ _
dihitung dengan menggunakan
rumus yang sesuai?

g. Apakah observasi, pengukuran, serta √


intervensi dirinci sehingga orang lain
dapat mengulanginya?
h. Bila teknik pengukuran tidak dirinci, _ _
apakah disebutkan rujukannya?
i. Apakah definisi istilah & variabel √
penting dikemukakan?
j. Apakah ethical clearance diperoleh? √
k. Apakah disebutkan rencana analisis,
batas kemaknaan & power √
penelitian?

5 Hasil a. Apakah disertakan tabel deskripsi √


subjek penelitian?
b. Apakah karakteristik subjek yang √
penting (data awal) dibandingkan
kesetaraannya?
c. Apakah dilakukan uji hipotesis untuk √
kesetaraan ini?
d. Apakah disebutkan jumlah subjek √
yang diteliti? 12292

2
No HAL YANG DINILAI CHECK LIST PENILAIAN YA TIDAK
e. Apakah dijelaskan subyek yang √
drop out dengan alasannya?
f. Apakah semua hasil di dalam tabel √
disebutkan dalam naskah?
g. Apakah semua outcome yang
penting disebutkan dalam hasil? √
h. Apakah subyek yang drop out -
diikutkan dalam analisis?
i. Apakah disertakan hasil uji statistik √
(x2,t) derajat kebebasan (degree of
freedom), dan nilai p?
j. Apakah dalam hasil disertakan √
komentar & pendapat?

6 Diskusi a. Apakah semua hal yang relevan √


dibahas?
b. Apakah dibahas keterbatasan √
penelitian, dan kemungkinan
dampaknya terhadap hasil?

c. Apakah disebutkan kesulitan √


penelitian, penyimpangan dari
protokol, dan kemungkinan
dampaknya terhadap hasil?
d. Apakah pembahasan dilakukan
dengan meghubungkannya dengan √
teori dan hasil penelitian terdahulu?
e. Apakah dibahas hubungan hasil √
dengan praktek klinis?
f. Apakah disertakan kesimpulan √
utama penelitian?
g. Apakah kesimpulan didasarkan √
pada data penelitian?
h. Apakah efek samping - -
dikemukakan dan dibahas?
i. Apakah disebutkan hasil tambahan √
selama diobservasi?
j. Apakah disebutkan generalisasi √
hasil penelitian?

3
No HAL YANG DINILAI CHECK LIST PENILAIAN YA TIDAK
k. Apakah disertakan saran √
penelitian selanjutnya, dengan
anjuran metodologis yang tepat?

II. KHUSUS

Menilai VIA (Validity, Important, Aplicability)

UJI PROGNOSTIK/ Faktor risiko

Validity

1. Apakah awal penelitian didefinisikan dengan jelas? (pertanyaan penelitian /

tujuan penelitian/diagnosa ditegakkan)

Ya, pada awal penelitian disebutkan tujuan penelitian, yaitu untuk


menentukan prevalensi dan faktor resiko spesifik defisiensi vitamin D pada
anak overweight, obese dan severe obese dengan menggunakan data
terbaru dari sampel anak-anak Amerika Serikat.

2. Apakah dinyatakan desain penelitian dengan jelas?

Ya, disebutkan desain penelitiannya yaitu penelitian cross-sectional.

3. Apakah ada pembanding yang jelas?

Ya, terdapat pembanding yang jelas yaitu antara


 anak-anak yang overweight, obese, dan severe obese dengan
mereka yang Healthy Weight dalam hal defisiensi vitamin D.
 Anak-anak yang mengalami defisiensi vitamin D yang overweight,
obese, severe obese dan Healthy Weight dalam hal perbedaan ras,
usia, jenis kelamin, status sosial, penggunaan suplemen vitamin D,
intake susu, penggunaan TV / komputer dan lama aktivitas fisik setiap
minggu.

4
4. Apakah pemantauan (follow-up) pasien dilakukan cukup panjang dan

lengkap?

Pemantauan tidak dilakukan pada penelitian ini karena merupakan uji cross

sectional.

5. Apakah ada identifikasi dengan jelas kelompok dengan prognosis yang

berbeda?

Ya, ada yaitu :

 antara kelompok anak yang overweight, obese, dan severe obese


dengan mereka yang Healthy Weight terhadap resiko terjadinya
defisiensi vitamin D.
 antara kelompok anak yang overweight, obese, severe obese dan
Healthy Weight dalam hal perbedaan ras, usia, jenis kelamin, status
sosial, ada tidaknya penggunaan suplemen vitamin D, jumlah intake
susu perhari, penggunaan TV/komputer perhari dan lama aktivitas
fisik setiap minggu terhadap resiko terjadinya defisiensi vitamin D.

6. Apakah outcome dinilai dengan kriteria objektif?

Ya, outcome dalam penelitian dinilai dengan kriteria objektif yaitu :

 Defisiensi vitamin D didefinisikan menurut Institute of Medicine

Definition sebagai kadar 25-hydroxyvitamin-D serum <20ng/ml (<50

nmol/l).

Importance

5
1. Apakah outcome / hasil dipaparkan secara jelas (hasil uji statistik dengan

hasil nilai P)?

Ya, outcome / hasil dipaparkan secara jelas dengan hasil uji statistik nilai p

sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2 berikut :

6
7
Dari tabel 1 tampak bahwa faktor yang berhubungan dengan peninggian

signifikan prevalensi defisiensi vitamin D meliputi ras minoritas, umur lebih

tua (12-18 tahun), perempuan, kemiskinan, musim dingin/ musim semi pada

waktu pengumpulan serum, tidak menggunakan suplementasi vitamin D,

asupan susu yang kurang, penggunaan berlebihan TV/ computer, dan

kurangnya aktifitas fisik dengan masing-masing nilai P<0,01.

8
Dari tabel 2 dapat dijelaskan bahwa :

 Faktor yang berhubungan dengan tingginya prevalensi defisiensi

vitamin D pada anak yang overweight adalah usia lebih tua,

kemiskinan, musim dingin / musim semi pada waktu pengumpulan

serum, tidak menggunakan suplementasi vitamin D, asupan susu yang

kurang, penggunaan berlebihan TV/ computer dan kurangnya aktifitas

fisik dengan masing-masing nilai P<0,01.

 Faktor yang berhubungan dengan tingginya prevalensi defisiensi

vitamin D pada anak yang obesitas adalah usia lebih tua, kemiskinan,

musim dingin/ musim semi pada waktu pengumpulan serum, tidak

menggunakan suplementasi vitamin D dan asupan susu yang kurang,

dengan masing-masing nilai P<0,01.

 Faktor yang berhubungan dengan tingginya prevalensi defisiensi

vitamin D pada anak yang severe obesitas adalah usia lebih tua,

tidak menggunakan suplementasi vitamin D dan kurangnya aktifitas

fisik dengan masing-masing nilai P<0,01.

9
2. Seberapa besarkah ketepatan estimasi outcome yang didapat dengan nilai

OR dengan nilai korelasi 95% CI?

Tabel 3 memperlihatkan bahwa anak-anak yang overweight, obesitas dan

severe obesitas mempunyai resiko yang lebih besar untuk mengalami

defisiensi vitamin D dibandingkan anak-anak yang healthy weight pada

semua model.

10
Tabel 4 menunjukkan

a. Kelompok anak overweight dengan karakteristik :

 Ras African-American mempunyai resiko 15,7 kali mengalami

defisiensi vitamin D dibandingkan anak kulit putih (CI 95% : 6,9-35,9)

sedangkan ras Latino mempunyai resiko 3,7 kali mengalami defisiensi

vitamin D dibandingkan anak kulit putih (CI 95% : 1,3-11,1).

11
 Usia lebih tua (12-18 tahun) mempunyai resiko 2,8 kali mengalami

defisiensi vitamin D dibandingkan kelompok anak usia 6-11 tahun (CI

95% : 1,2-6,4).

 Perempuan mempunyai resiko 2,1 kali mengalami defisiensi vitamin D

dibandingkan kelompok anak laki-laki (CI 95% : 1,1-3,8).

 Status sosial di bawah garis kemiskinan mempunyai resiko 2,8 kali

mengalami defisiensi vitamin D dibandingkan kelompok anak di atas

garis kemiskinan (CI 95% : 1,3-5,9).

 Penggunan TV / komputer >2 - ≤4 jam perhari mempunyai resiko 2,7

kali mengalami defisiensi vitamin D dibandingkan kelompok anak

dengan penggunaan TV ≤2 jam (CI 95% : 1,1-6,3) sedangkan

kelompok anak dengan penggunan TV / komputer >4 jam perhari

mempunyai resiko 2,9 kali mengalami defisiensi vitamin D

dibandingkan kelompok anak dengan penggunaan TV ≤2 jam (CI

95%: 1,1-7,6).

 Tapi sebaliknya kelompok anak overweight dengan intake susu ≥2 -

<3 cangkir perhari akan terhindar dari defisiensi vitamin D sebanyak

0,2 kali dibanding kelompok anak dengan intake susu <1 cangkir (CI

95% : 0,1-0,5); sedangkan kelompok anak dengan intake susu ≥3

cangkir perhari akan terhindar dari defisiensi vitamin D sebanyak 0,3

kali dibanding kelompok anak dengan intake susu <1 cangkir perhari

(CI 95% : 0,1-0,7).

12
b. Kelompok anak obesitas dengan karakteristik :

 Ras African-American mempunyai resiko 28,3 kali mengalami

defisiensi vitamin D dibandingkan anak kulit putih (CI 95% : 14,4-

55,7); sedangkan ras Latino mempunyai resiko 4,0 kali mengalami

defisiensi vitamin D dibandingkan anak kulit putih (CI 95% : 1,7-9,5).

Sementara ras lainnya mempunyai resiko 4,9 kali mengalami

defisiensi vitamin D dibandingkan anak kulit putih (CI 95% : 1,3-18,0).

 Usia lebih tua (12-18 tahun) mempunyai resiko 3,8 kali mengalami

defisiensi vitamin D dibandingkan kelompok anak usia 6-11 tahun (CI

95% : 1,7-8,6).

 Tidak menggunakan suplemen vitamin D mempunyai resiko 3,5 kali

mengalami defisiensi vitamin D dibandingkan kelompok anak yang

menggunakan suplemen vitamin D (CI 95% : 1,5-8,1).

 Tapi sebaliknya kelompok anak obesitas dengan intake susu ≥3

cangkir perhari akan terhindar dari defisiensi vitamin D sebanyak 0,1

kali dibanding kelompok anak dengan intake susu <1 cangkir perhari

(CI 95% : 0,03-0,4).

c. Kelompok anak severe obesitas dengan karakteristik :

 Ras African-American mempunyai resiko 115,5 kali mengalami

defisiensi vitamin D dibandingkan anak kulit putih (CI 95% : 23,7-

562,5) sedangkan ras Latino mempunyai resiko 8,4 kali mengalami

defisiensi vitamin D dibandingkan anak kulit putih (CI 95% : 1,9-37,2).

13
 Usia lebih tua (12-18 tahun) mempunyai resiko 10,3 kali mengalami

defisiensi vitamin D dibandingkan kelompok anak usia 6-11 tahun (CI

95% : 2,7-40,1).

 Perempuan mempunyai resiko 6,0 kali mengalami defisiensi vitamin D

dibandingkan kelompok anak laki-laki (CI 95% : 1,6-22,0).

 Tidak menggunakan suplemen vitamin D mempunyai resiko 122,7 kali

mengalami defisiensi vitamin D dibandingkan kelompok anak yang

menggunakan suplemen vitamin D (CI 95% : 6,6-999).

 Penggunaan TV / komputer >2 - ≤4 jam perhari mempunyai resiko 3,7

kali mengalami defisiensi vitamin D dibandingkan kelompok anak

dengan penggunaan TV ≤2 jam (CI 95% : 1,1-12,2).

 Aktivitas fisik <2 jam perminggu mempunyai resiko 5,5 kali mengalami

defisiensi vitamin D dibandingkan kelompok anak dengan aktivitas

fisik >5 jam perminggu (CI 95% : 1,9-16,2).

d. Kelompok anak obesitas / severe obesitas dengan karakteristik :

 Ras African-American mempunyai resiko 35,3 kali mengalami

defisiensi vitamin D dibandingkan anak kulit putih (CI 95% : 18,9-65,9)

sedangkan ras Latino mempunyai resiko 4,7 kali mengalami

defisiensi vitamin D dibandingkan anak kulit putih (CI 95% : 2,0-11,0).

 Usia lebih tua (12-18 tahun) mempunyai resiko 3,8 kali mengalami

defisiensi vitamin D dibandingkan kelompok anak usia 6-11 tahun (CI

95% : 1,9-7,6).

14
 Tidak menggunakan suplemen vitamin D mempunyai resiko 5,1 kali

mengalami defisiensi vitamin D dibandingkan kelompok anak yang

menggunakan suplemen vitamin D (CI 95% : 2,5-10,6).

 Penggunan TV / komputer >2 - ≤4 jam perhari mempunyai resiko 2,3

kali mengalami defisiensi vitamin D dibandingkan kelompok anak

dengan penggunaan TV ≤2 jam (CI 95% : 1,03-5,2) sedangkan

kelompok anak dengan penggunan TV / komputer >4 jam perhari

mempunyai resiko 2,4 kali mengalami defisiensi vitamin D

dibandingkan kelompok anak dengan penggunaan TV ≤2 jam (CI 95%

: 1,1-5,1).

 Aktivitas fisik <2 jam perminggu mempunyai resiko 1,9 kali mengalami

defisiensi vitamin D dibandingkan kelompok anak dengan aktivitas

fisik >5 jam perminggu (CI 95% : 1,01-3,6).

 Tapi sebaliknya kelompok anak obesitas / severe obesitas dengan

intake susu ≥3 cangkir perhari akan terhindar dari defisiensi vitamin D

sebanyak 0,2 kali dibanding kelompok anak dengan intake susu <1

cangkir perhari (CI 95% : 0,1-0,4).

Aplicability

1. Apakah karakteristik pasien kita mirip dengan subjek yang diteliti?

Ya, kita memiliki karakteristik pasien mirip dalam hal status antropometrik

(overweight, obesitas, severe obesitas dan healthy weight), jenis kelamin,

usia, status sosial, diet dan aktivitas fisik setiap hari.

15
2. Apakah bukti ini akan mempunyai pengaruh yang penting secara klinis

terhadap kesembuhan pasien kita tentang apa yang telah

ditawarkan/diberikan kepada pasien kita?

Dari nilai statistik penelitian ini, terdapat hubungan antara status

antropometrik anak (overweight, obesitas, severe obesitas) terhadap resiko

terjadinya outcome defisiensi vitamin D sehingga dengan mengetahui hal

tersebut kita dapat melakukan tindakan preventif terhadap resiko-resiko

tersebut.

16

Anda mungkin juga menyukai