PEWARNA MAKANAN
1. Pendahuluan
Penampilan makanan, termasuk warnanya, sangat berpengaruh untuk
menggugah selera. Penambahan zat pewarna pada makanan bertujuan agar
makanan lebih menarik. Zat pewarna sendiri secara luas digunakan di
seluruh dunia. Di Indonesia, sejak dahulu orang banyak menggunakan
pewarna makanan tradisional yang berasal dari bahan alami, misalnya kunyit
untuk warna kuning, daun suji untuk warna hijau dan daun jambu untuk
warna merah. Pewarna alami ini aman dikonsumsi namun mempunyai
kelemahan, yakni ketersediaannya terbatas, dan warnanya tidak homogen
sehingga tidak cocok digunakan untuk industri makanan dan minuman.
Penggunaan bahan alami untuk produk massal akan meningkatkan biaya
produksi menjadi lebih mahal dan lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak
homogen sehingga sulit menghasilkan warna yang stabil. Kemajuan teknologi
pangan pangan memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam
jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa memberi warna yang stabil pada
produk pangan. Dengan demikian produsen bisa menggunakan lebih banyak
pilihan warna untuk menarik perhatian konsumen.
Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat
memperbaiki penampakan makanan agar menarik, menyeragamkan dan
menstabilkan warna, serta menutupi perubahan warna akibat proses
pengolahan dan penyimpanan. Menurut Permenkes No 33 tahun 2012,
pewarna adalah bahan tambahan pangan berupa pewarna alami dan
pewarna sintetis yang ketika ditambahkan atau diaplikasikan pada pangan,
mampu memberi atau memperbaiki warna.
- Kurkumin
Kurkumin merupakan zat warna alami yang diperoleh dari tanaman kunyit
(Zingeberaceae). Zat warna ini dapat dipakai dalam minuman tidak
beralkohol, seperti sari buah. Akan tetapi zat warna ini masih kalah oleh zat
warna sintesis dalam hal warnyanya.
- Cochineal, karmin dan asam karminat
Cochineal adalah zat yang berwarna merah yang diperoleh dari hewan
coccus cacti betina yang dikeringkan. Hewan ini hidup pada sejenis kaktus di
Kepulauan Canary dan Amerika Selatan. Zat pewarna yang terdapat di
dalamnya adalah asam karminat. Karmin diperoleh dari mengekstraksi asam
karminat, kemudian dilapisi dengan alumunium, jadi merupakan lake asam
karminat. Zat pewarna karmin ini mahal dan jarang dipakai. Karmin
dipergunakan untuk melapisi bahan berprotein yang diproses menggunakan
retort dan memberikan lapisan merah jambu.
- Karamel
Karamel berbentuk amorf yang berwarna coklat gelap dan dapat diperoleh
dari pemanasan yang terkontrol terhadap molase, hidrolisa pati, dekstrosa,
gula inverb, laktosa, syrup malt, dan glukosa. Komposisi karamel sangat
kompleks dan sukar didefinisikan. Bila diencerkan karamel membentuk koloid
yang bermuatan listrik. Karena sifat ini pemakaian karamel harus
memperhatikan pH bahan. Di bawah pH 2.0 (titik isolistrik karamel), karamel
bermuatan positif dan akan mengendap. Untuk mencegah terjadi
pengendapan, maka harus diusahakan pH di atas titik isolistrik. Ada tiga
macam kelas karamel yang membedakan penggunaannya dalam bahan
makanan, yaitu
b. Pewarna sintetis
Menurut Permenkes No 33 tahun 2012, pewarna sintetis (Synthetic
colour) adalah pewarna yang diperoleh secara sintesis kimiawi. Pewarna
sintetis (buatan) untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia
buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang
mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa
contoh pewarna buatan adalah tartazine untuk warna kuning, allura red untuk
warna merah. Kelebihan pewarna buatan adalah dapat menghasilkan warna
lebih kuat, meskipun jumlah pewarna yang digunakan hanya sedikit. Selain
itu, biarpun telah mengalami proses pengolahan dan pemanasan, warna
yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah. Pewarna sintetik
mempunyai keuntungan yang nyata dibandingkan pewarna alami, yaitu
mempunyai kekuatan mewarnai yang lebih kuat, lebih seragam, lebih stabil
dan biasanya lebih murah.
Berdasarkan Permenkes No 33 tahun 2012, berikut daftar pewarna
sintetis yang diizinkan dipakai di Indonesia.
Tabel 2. Daftar Pewarna Sintetis
No Nama Pewarna Sintetis
1. Tartrazin CI. O. 19140 Tartrazine
2. Kuning kuinolin CI. No. 47005 Quinoline yellow
3. Kuning FCF CI. No. 15985 Sunset yellow FCF
4. Karmoisin CI. No. 14720 (carmoisine)
5. Ponceau 4R CI. No. 16255 (Ponceau 4R)
6. Eritorisin CI. No. 45430 (Erythrosine)
7. Merah allura CI. No.16035 (Allura red)
8. Indigotin Cl No. 73015 (Indigotine)
Gambar 1. Tartrazine
- Indigotin/Indigo carmine
Indigotin merupakan tepung berwarna biru, coklat, kemerah-merahan, mudah
larut dalam air dan larutannya berwarna biru. Larut dalam gliserol dan glikol,
sedikit larut dalam alkohol 95%. Zat pewarna ini sangat tidak tahan terhadap
cahaya, karena itu warnanya cepat menghilang. Walaupun begitu
ketahanannya terhadap asam baik, sedangkan terhadap NaOH pekat kurang
tahan. Tidak tahan terhadap oksidator, tetapi agak tahan terhadap reduktor.
Indigotin tidak terpengaruh oleh Cu maupun AL baik larutan netralnya
maupun asam.
- Fast Green FCF
Tepung zat pewarna ini berwarna ungu kemerahan atau ungu kecoklatan,
dan bila dilarutkan dalam air menghasilkan warna hijau kebiruan. Zat ini juga
larut dalam alkohol 95%, tapi lebih mudah larut dalam campuran air dan
alkohol. Zat ini juga larut dalam gliserol dan glikol. Fast Green agak mudah
luntur dengan adanya cahaya dan tidak tahan terhadap HCl 30%. Bila
ditambahkan alkali, akan berwarna ungu. Kontak dengan Cu akan
menjadikannya berwarna kecoklatan, sedangkan dengan Al warna akan
hilang, terutama bila dalam larutan asam.
Pewarna tergolong Lakes
Lakes adalah pigmen yang dibuat melalui proses pengendapan dan
absorbsi dye pada bahan dasar (substrat) yang tidak larut dalam air, yaitu