Anda di halaman 1dari 24

PEMBAHASAN

“Bahan Kimia Dalam Kehidupan

Zat Aditif ( alami dan buatan) dalam makanan dan minuman (segar dan
dalam kemasan), dan zat adiktif –psikotropika serta pengaruhnya terhadap
kesehatan”

A. Zat Aditif
Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama
proses produksi, pengemasan atau penyimpanan untuk maksud
tertentu. Penambahan zat aditif dalam makanan berdasarkan
pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan
untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang
selama proses pengolahan.
Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-
tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat
aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan
kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin
bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat
aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan
memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis).
Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudia
direaksikan.
Zat aditif merupakan bahan yang ditambahkan ke dalam makanan
baik pada saat memproses, mengolah, mengemas, atau menyimpan
makanan, dimana memiliki fungsi sebagai pewarna, penyedap, rasa
dan aroma, antioksidan, sekuestran, pemanis, pengasam, pengembang
adonan, pengawetan. Dan dengan tujuan mempertahankan nilai gizi
makanan karena selama proses pengolahan makanan, ada zat gizi
yang rusak atau hilang. Agar makanan lebih menarik, agar mutu dan
kestabilan makanan tetap terjaga, konsumsi sebagaian orang tertentu
yang memerlukan diet, agar makanan lebih tahan lama disimpan.
B. Macam-Macam Zat Aditif
1. Bahan Pewarna
Bahan pewarna adalah zat aditif yang ditambahkan untuk
meningkatkanwarna pada makanan atau minuman. Bahan pewarna
dicampurkan untuk memberi warna pada makanan, meningkatkan
daya tarik visual pangan, merangsang indera pengelihatan,
menyeragamkan dan menstabilkan warna, dan menutupi atau
mengatasi perubahan warna. Ada 2 jenis bahan pewarna pada
makanan yaitu alami dan sistesis (buatan).
a. Pewarna alami
Pewarna alami adalah pewarna yang dapat diperoleh dari
alam, baik dari tumbuhan dan hewan. Kunyit (warna kuning),
daun suji dan daun pandan (warna hijau), warna telang (warna
biru keunguan), gula kelapa (warna merah coklat), cabai dan
Bungan belimbing sayur (warna merah). Pewarna alami ini sangat
aman bagi kesehatan manusia.
Pewarna alami mempunyai keunggulan, yaitu umumnya
lebih sehat untuk dikonsumsi daripada pewarna buatan. Namun,
pewarna makanan alami memiliki beberapa kelemahan, yaitu
cenderung memberikan rasa dan aroma khas yang tidak
diinginkan, warnanya mudah rusak karena pemanasan, warnanya
kurang kuat (pucat), dan macam warnanya terbatas.
Beberapa contoh bahan pewarna alami
No Warna yang Contoh sumber
diinginkan
1 Biru Buah murbei, buah anggur
2 Coklat Buah pinang,
kakao,karamel
3 Merah Buah naga, buah bit
4 Jingga Buah somba
5 Hijau Daun suji
6 Merah muda Kulit kayu mahoni
7 Orange Wortel
8 Kuning Kunyit
b. Pewarna Buatan
Pewarna buatan atau sintetis yang terbuat dari bahan kimia.
Bahan pewarna buatan dipilih karena memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan pewarna alami, yaitu harganya murah,
praktis dalam penggunaan, warnanya lebih kuat, macam warna
lebih banyak, dan warnanya tidak rusak karena pemanasan.
Penggunaan bahan pewarna buatan untuk makanan harus melalui
pengujian yang ketat untuk kesehatan konsumen. Contoh bahan
pewarna buatan seperti tartrazin untuk warna kuning, bliliant blue
untuk warna biru, aluran red untuk warna merah. Meski aman
dalam takaran tertentu, namun sebaiknya tidak dikonsumsi dalam
jumlah yang banyak dan terus menerus.
Penggunaan pewarna buatan secara aman sudah begitu luas
digunakan masyarakat sebagai bahan pewarna dalam produk
makanan. Namun, di masyarakat masih sering ditemukan
penggunaan bahan pewarna buatan yang tidak sesuai dengan
peruntukannya. Pewarna tekstil yang sering disalahgunakan
sebagai pewarna makanan, antara lain rhodamine B ( warna merah)
dan metanil yellow (warna kuning). Bahan-bahan itu dapat memicu
terjadinya kanker.
Table pewarna yang diijinkan dan pewarna yang tidak dijinkan
No Pewarna yang Pewarna yang tidak dijinkan
dijinkan
1 Biru berlian Auramine Fast yellow Orange G
AB
2 Coklat HT Orange RN Black 7984 Magenta
3 Eritrosin Metanii Yellow Ponceau SX Chrysoine
4 Hijau FCF Chocolate brown Oil yellow Sudan 1
FB AB
5 Hijau S Alkanet Guinea green Orange
B GGN
6 Indigotin Orchil and Burn umber Violet 6B
orcein
7 Karmoisin Oil orange SS Ponceau 6R Citrus Red
no. 2
8 Kuning FCF Fast Red E Oil yeloow
OB
9 Kuning Butter Yellow Indathrene
kuinolin blue RS
10 Merah aluran Ponceau 3R Chrysoidine

Saat ini, sebagaian besar orang lebih senang menggunakan


pewarna buatan untuk membuat aneka makanan yang berwarna.
Bahan pewarna buatan dipilih karena memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan pewarna alami, seperti yang sudah dijelasakan diatas.
Penggunaan bahan pewarna buatan untuk makanan harus melalui
pengujian yang ketat untuk kesehatan konsumen. Pewarna yang telah
melalui pengujian keamanan dan yang diijinkan pemakaiannya untuk
makanan dinamakan permitted colour atau certified colour.
Penggunaan pewarna buatan secara aman sudah begitu luas
digunakan di masyaraat sebagai bahan pewarna dalam produk
makanan. Namun, di masyarakat masih sering ditemukan penggunaan
bahan pewarna buatan yang tidak sesuai dengan peruntukannya.
Contoh penggunaan pewarna sintetis yang tidak sesuai dengan
peruntukannya adalah penggunaan pewarna tekstil untuk makanan
yang dapat membahayakan kesehatan konsumen. Pewarna tekstil dan
pewarna cat tidak boleh digunakan sebagai pewarna makanan karena
pewarna cat dan tekstil biasanya mengandung logam-logam berat,
seperti arsen, timbal, dan raksa yang bersifat racun bagi tubuh
konsumennya.
2. Pemanis
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan
dan digunkanan untuk keperluan produk olahan pangan, industry serta
minuman dan makanan sehat. Pemanis dipakai untuk menambahkan
rasa manis yang lebih kuat pada bahan makanan. Pemanis dapat
dibedakan menjadi dua jenis pemanis yaitu pemanis alami dan buatan.
Pemanis alami merupakan bahan pemberi rasa manis yang diperoleh
dari bahan-bahan nabati maupun hewani. Pemanis alami yang umum
dipakai adalah gula pasir/tebu, gula marah, madu dan kayu manis.
a) Gula tebu atau gula pasir mengandung zat pemanis fruktosa yang
merupakan salah satu jenis glukosa. Gula tebu atau gula pasir yang
diperoleh dari tanaman tebu merupakan pemanis yang paling banyak
digunakan. Selain memberi rasa manis, gula tebu juga bersifat
mengawetkan.
b) Gula maerah merupakan pemanis dengan warna coklat. Gula merah
merupakan pemanis kedua yang banyak digunakan setelah gula pasir.
Kebanyakan gula jenis ini digunakan untuk makanan tradisional,
misalkan pada bubur, dodol, kue apem dan gulali.
c) Madu merupakan pemanis alami yang dihasilkan oleh lebah madu.
Selain sebagai pemanis, madu juga banyak digunakan sebagai obat.
d) Kulit kayu manis merupakan kulit kayu yang berfungsi sebagai
pemanis. Selain itu kayu manis juga berfungsi sebagai pengawt.

Sedangkan pemanis buatan adalah senyawa hasil sintetis


laboratorium yang merupakan bahan tambahan makanan yang dapat
menyebabkan rasa manis pada makanan. Pemanis buatan ini antara lain
aspartame, sakarin, kalium asesulfam, dan siklamat.

a) Aspartame
Aspartame merupakan nama kimia aspartil fenilalanin metil ester,
merupakan pemanis yang digunakan dalam produk-produk minuman
ringan. Aspartame merupakan pemanis yang berkalori sedang. Tingkat
kemanisan dari aspartame 200 kali lebih manis daripada gula pasir.
Aspartame dapat terhidrolisis atau bereaksi dengan air dan kehilangan
rasa manis, sehingga lebih cocok digunakan untuk pemanis yang
berkadar rendah.
b) Sakarin
Sakarin adalah pemanis buatan yang tidak berkalori. Sakarin
dibuat dari garam natrium. Asam sakarin berbetuk bubuk Kristal putih,
tidak berbau dan sangat manis. Sakarin mempunyai tingkat kemanisan
200-500 kali dari rasa manis sukrosa.
Sakarin dan aspartame sering digunakan di industry minuman
kaleng atau kemasan. Keunggulan sakarin yaitu tidak bereaksi dengan
bahan makanan, sehingga makanan yang ditambah dngan sakarin tidak
mengalami kerusakan dan harganya murah. Kelemahan sakarin adalah
mudah rusak bila dipanaskan sehingga mengurangi tingkat
kemanisannya. Selain itu, sakarin kerap kali menimbulkan rasa pahit.
Penggunaan sakarin yang berlebihan dapat membahayakan kesehatan
tubuh manusia, misalkan menimbulkan kanker.
c) Kalium Asesulfam
Kalium asesulfam memiliki tingkat kemanisan sekitar 200 kali dari
kemanisan gula pasir. Kelebihan kalsium asesulfam adalah mempunyai
sifat stabil pada pemanasan dan tidak mengandung kalori.

Siklamat terdapat dalam bentuk kalsium dan natrium siklamat


dengan tingkat kemanisan yang dihasilkan kurang lebih 30 kali lebih
manis daripada gula pasir. Makanan dan minuman yang sering
dijumpai mengandung siklamat antara lain: es puter, selai, saus, es
lilin, dan berbagai minuman fermentasi. Beberapa Negara melarang
penggunaan siklamat karena diperkirakan mempunyai efek karsinogen.
Batas maksimum penggunaan siklamat adalah 500-3000 mg/kg bahan
makanan.
Perbedaaan pemanis alami dan buatan
Orang memilih jenis pemanis untuk makanan yang dikonsumsinya
tentu dengan alasan masing-masing. Pemanis alami tentu lebih aman,
tetapi harganya yang lebih mahal. Pemanis buatan lebih murah, tetapi
aturan pemakaiannya sangat ketat karena bisa menyebabkan efek
negative yang cukup berbahaya. Pada kadar yang rendah atau tertentu,
pemanis buatan masih dijinkan untuk digunakan sebagai bahan
tambahan makanan, tetapi pada kadar yang tinggi bahan ini akan
menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Perbedaan pemanis alami dan buatan
No Pemanis alami Pemanis buatan
1 Pada suhu tinggi biasa Cukup stabil bila dipanaskan
terurai
2 Memiliki kalori tinggi Memiliki kalori rendah
3 Berasa manis normal Jauh lebih manis daripada
pemanis alami
4 Lebih aman dikonsumsi Sebagaian berpotensi penyebab
karsinogen (penyebab kanker)

3. Pengawet
Pengawetan bahan makanan dapat dilakukan secara fisik, kimia
dan biologi. Pengawetan bahan makanan secara fisik dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu pemanasan, pendinginan, pembekuan,
pengasapan, pengalengan, pengeringan dan penyinaran. Pengawtan
makanan secara biologis dapat dilakukan dengan fermentasi atau
peragian, dan penambahan enzim, misalkan enzim papain dan enzim
bromelin. Pengawetan secara kimia dapat dilakukan dengan
penambahan bahan pengawetan yang dijinkan.
4. Penyedap makanan
Penyedap makanan adalah bahan tambahan makanan yang tidak
menambah nilai gizi. Penyedap makanan sebagai penguat rasa protein,
penurunan rasa amis pada ikan, dan penguat aroma buah-buahan.
Berikut diuraikan beberapa contoh penyedap makanan.
a) Penyedap rasa
Penyedap rasa atau penegas rasa adalah zat yang dapat
meningkatkan cita rasa makanan. Penyedap berfungsi menambah rasa
nikmat dan menekan rasa yang tidak diinginkan dari suatu bahan
makanan. Penyedap rasa ada yang diperoleh dari bahan alami maupun
sintetis.
Penyedap rasa alami berasal dari rempah-rempah misalnya:
bawang putih, bawang Bombay, pala, merica, ketumbar, serai, pandan,
daun salam, dan daun pandan dan lain sebagainya. Penyeban sintetik
pada dasarnya merupakan tiruan yang terdapat di alam, tetapi karena
kebutuhannya jauh melebihi dari yang tersedia maka sejauh mungkin
dibuatlah tiruannya.
Penyedap sintetik yang sangat populer di masyarakat adalah vetsin
atau MSG ( mononatrium glutamate). Di pasaran, senyawa tersebut
dikenal dengan beragam merek dagang, misalnya Ajinomoto, miwon,
sasa, royco, maggi, dan lain sebagainya. MSG merupakan garam
natrium dari asam glutamate yang secara alami terdapat dalam protein
nabati maupun hewani. Daging, susu, ikan, dan kanga-kacangan
mengandung sekitar 20% asam glutamate. Oleh karena itu, tidak
mengherankan bila kita mengkonsumsi makanan yang mengandung
asam glutamate akan terasa lezat dan gurih meski tanpa bumbu-bumbu
lain. Keunikan dari MSG adalah bahwa meskipun tidak mempunyai
cita rasa, tetapi dapat membangkitkan cita rasa komponen-komponen
lain yang terkandung dalam bahan makanan. Sifat yang semacam itu
disebut dengan taste enhancer (penegas rasa). Meskipun MSG
dikonsumsi oleh semua orang. MSG mempunyai pengaruh atau efek
buruk yaitu menimbulkan gangguan kesehatan.
b) Pemberi aroma
Pemberi aroma adalah zat yang dapat memberikan aroma tertentu
pada makanan atau minuman, sehingga dapat membangkitkan selera
konsumen. Penambahan zat pemberi aroma menyebabkan makanan
memiliki daya tarik untuk dinikmati. Zat pemberi aroma yang berasal
dari bahan segar atau ekstrak dari bahan alami, misalnya minyak atsiri
dan vanili pemberi aroma yang merupakan senyawa sintetik, misalnya:
amil asetat mempunyai rasa seperti pisang ambon, amil kaproat (aroma
apel), etil butirat (aroma nanas), vanillin (aroma vanili), dan metil
antranilat (aroma buah anggur). Jeli merupakan salah satu contoh
makanan yang menggunakan zat pemberi aroma.
C. Zat Adiktif
Zat adiktif adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun
sintetis yang dapat menimbulkan ketagihan dan ketergantungan bagi
pemakainya. Ketagihan adalah gejala untuk terus menerus memakai
atau menggunakan karena sangat membutuhkan. Ketagihan
merupakan gejala fisik dan mental yang ditandai dengan tubuh merasa
sakit antara lain sembelit, muntah-muntah, kejang-kejang, dan badan
menggigil pada saat tidak memakai atau penggunaan NAPZA
dihentikan. Jika sudah parah, ada yang menjerit histeris, menggigit jari
dan berperilaku seperti orang gila. Keadaan seperti itu dikenal dengan
nama sakau. Ketergantungan merupakan suatu sindrom atau kumpulan
fenomenafisiologis (lahiriah), perilaku, dan kognitif karena
penggunaan psiko aktif dan kesulitan mengendalikan perilaku serta
timbul toleransi untuk meningkatkan dosisi hingga dosis keracunan
dan bahkan sampai overdosis yang dapat menyebabkan kematian.

D. Macam-macam zat adiktif


Zat adiktif dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) zat adiktif
bukan narkotika dan psikotropika, (2) zat adiktif narkotika, dan (3) zat
adiktif psikotropika. Contoh zat adiktif kelompok kesatu yang ada
pada bahan, antara lain teh, kopi, rokok, minuman beralkohol, inhalan
(lem, aerosol, pengharum ruangan, dan gas), obat bius, dan lain-lain.
Contoh zat adiktif kelompok dua antara lain candu, heroin, kokain,
morfin, lisesic acid diethylamid, dan ganja. Contoh zat adiktif
kelompok ketiga antara lain ekstasi, sabu-sabu, diazepam, dan LSD
(Lysergic Acid Diethylaimide).
1. Zat Aditif Bukan Narkotika dan Psikotropika
Zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika sering kamu
jumpai dalam kehidupan sehari-hari, bahkan kamu juga sering
mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung bahan
tersebut. Bahan makanan atau minuman yang mengandung zat
adiktif yang kamu kenal antara lain pada kopi, teh, dan cokelat.
Berikut ini adalah bahan yang mengandung zat adiktif
nonpsikotropika yang ada di sekitar kamu.
a) Kafein dan theine dalam Teh

Kamu tentu sudah sering mengonsumsi teh. Tahukah kamu teh


termasuk ke dalam kelompok bahan yang mengandung zat adiktif
karena mengandung theine dan kafein. Itulah sebabnya sebagian dari
kamu menjadi terbiasa mengonsumsi teh setiap hari. Teh aman dan
baik untuk dikonsumsi dalam jumlah tidak berlebihan. Teh juga
mengandung kafein, teofilin, dan teobromin dalam jumlah sedikit.

b) Kafein dalam Kopi

Kopi adalah minuman yang terbuat dari biji kopi yang telah
disangrai dan dihancurkan menjadi bubuk kopi. Kopi memiliki
kandungan kafein yang lebih tinggi dari teh. Umumnya kopi
dikonsumsi orang dengan tujuan agar mereka tidak mengantuk. Kopi
dapat membuat orang tidak mengantuk karena kafein dalam kopi dapat
meningkatkan respons kewaspadaan pada otak. Meskipun bahan
adiktif dalam kopi tidak dianjurkan untuk dikonsumsi secara
berlebihan, tetapi kopi memiliki manfaat pada beberapa terapi
kesehatan. Kopi dapat mencegah penyakit Parkinson, kanker usus,
kanker lambung, dan kanker paru-paru. Dalam beberapa kejadian, kopi
dapat menjadi obat untuk sakit kepala, tekanan darah rendah, dan
obesitas.
c) Rokok

Asap rokok mengandung sekitar 4.000 komponen yang


berbahaya, seperti diperlihatkan pada gambar di samping. Setiap
senyawa toksisk dalam asap rokok menimbulkan akibat yang brebeda.
Tiga komponen toksik utama dalam asap rokok yaitu karbon
monoksida, nikotin, dan tar.
1. Karbon monoksida
Kira-kira 3-5% asap rokok terdiri atas karbon monoksida,
yaitu suatu gas beracun yang tidak berwarna dan tidak berbau.
Dalam darah, karbon monoksida berikatan dengan hemoglobin
menggantikan oksigen, sehingga darah kekurangan oksigen.
Akibatnya tubuh menjadi lemas karena kekurangan oksigen,
bahkan menyebabkan kematian. Itulah sebabnya sangat
berbahaya jika kita berada dalam ruangan yang mengandung
karbon monoksida.
2. Nikotin
Nikotin adalah suatu alkaloid yang dapat mempengaruhi
sistem saraf. Nikotin dapat diisolasi atau dipisahkan dari tanaman
tembakau. Namun, orang-orang biasanya mengkonsumsi nikotin
tidak dalam benutk zat murninya, melainkan secara tidak
langsung ketika mereka merokok. Nikotin yang diserap pada saat
merokok dapat menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan
tekanan darah, bersifat karsinogenik sehingga dapat
meningkatkan resiko terserang kanker paru-paru, kaki rapuh,
katarak, gelembung paru-paru melebar (emfisema), resiko
terkena penyakit jantung koroner, kemandulan, dan gangguan
kehamilan. Selain itu, kadar nikotin yang tinggi dapat
menghambat informasi rangsang saraf sehingga mengakibatkan
menurunnya aktivitas efleks tubuh. Nikotin dapat menimbulkan
ketergantungan fisik maupun psikis.
Absorpsi nikotin berlangsung sangat cepat dan secara cepat
pula didistribusikan ke otak, yang selanjutnya menimbulkan efek
pada sistem saraf pusat yang manisfestasinya dapat timbul
dengan segera. Pada akhirnya dapat mempengaruhi berbagai
sistem di dalam tubuh. Perjalanan nikotin dari paru-paru ke otak
terbilang sangat cepat yaitu hanya 7 detik saja. Setelah sampai di
otak nikotin akan merangsang pelepasan dopamin, yaitu suatu
neurotransmitter penting yang terlibat dalam suasana hati
(mood), selera makan dan fungsi otak lainnya. Ketika seseorang
merokok, maka nikotin akan masuk dan mulai menumpuk di
dalam tubuh. Lama kelamaan seseorang akan terbiasa dengan
nikotin dan jika ia tidak mendapatkan jumlah yang sama maka
tubuh akan meminta lebih. Dan biasanya jumlahnikotin yang
masuk akan semakin besar atau meningkat. Pengguna nikotin
bisa dengan cepat menjadi ketergantungan, karena hanya
dibutuhkan sedikit rokok untuk bisa membuat seseorang
memiliki kecanduan. Jika seseorang tiba-tiba berhenti merokok,
maka ia akan mengalami efek balikan (withdrawal effect) seperti
cemas dan perubahan suasana hati. Salah satu hal yang tak bisa
dipungkiri adalah kecanduan nikotinbiasanya dimulai sejak
seseorang mencoba-coba atau bereksperimen dengan rokok.
Dalam banyak kasus kondisi ini terkadang sudah dimulai sejak
seseorang masih bersekolah atau berusia 13-14 tahun. Sebagai
obat murni, nikotin hanya memiliki sedikit efek buruk bagi
kesehatan fisik seseorang. Tapi zat-zat kimia lain yang terdapat
di dalam rokok dan bergabung dengan nikotin inilah yang bisa
menimbulkan banyak kerusakan bagi tubuh.
3. Tar
Tar adalah zat yang mempunyai sifat karsinogen (penyebab
kanker) dan menyebabkan iritasi pada paru-paru sehingga
menjadi batuk. Selain itu, masih banyak zat-zat toksik yang
bersifat karsinogen walaupun dalam kadar yang rendah, namun
jika jika menghisap rokok ini selama bertahun-tahun, ditambah
lagi mudah lolosnya benda-benda asing yang ikut masuk bersama
udara pernapasan, menjadikan perokok aktif maupun pasif rentan
terhadap gangguan sistem pernapasan, termasuk rentan terhadap
timbulnya kanker paru-paru. Hasil penelitian membuktikan,
terdapat hubungan yang erat antara kebiasaan merokok dengan
timbulnya penyakit janutng koroner. Efek jangka pendek yang
dirasakan ialah jantung berdebar-debar. Hal ini membuktikan
bahwa merokok sangat mempengaruhi fisiologis jantung.
Perokok berat sering menjadi mandul (infertil). Hal ini
disebabkan nikotin dapat menghambat proliferasi sel-sel
spermatogenik (sel bakal spermatozoa) maupun sel-sel oogenik
(sel bakal telur). Pada wanita, salah satu efek kerugian akibat
nikotin ialah menghambat pembenutkan estrogen. Seperti yang
kita ketahui, estrogen merupakan hormone wanita yang sangat
esensial bagi fungsi-fungsi fisiologis wanita, termasuk yang
berkaitan dengan reproduksi.

d) Alkohol/Minuman keras
Alkohol mempunyai nama kimia etanol, sudah dikenal manusia
ribuan tahun yang lalu, dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-
hari pada berbagai budaya tertentu.Di Indonesia dikenal beberapa
minuman lokal yang beralkohol seperti, brem, tuak dan ciu. Ada 2
sistim pembuatan alkohol, yaitu:
1. Dengan sistim peragian(fermentasi),menghasilkan kadar alkohol
hingga 14 %.
2. Dengan sistim penyulingan, dapat menghasilkan kadar yang lebih
tinggi.
Selain ke 2 cara itu, alkohol juga dapat dibuat dari senyawa etana,
yaitu suatu produk minyak bumi. Menurut peraturan pemerintah
(Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan), minuman keras ada 3
golongan, berdasarkan kadar alkohol yang dikandungnya :
1. Golongan A : kadar alkohol 1 – 5 %, misalnya bir.
2. Golongan B : kadar alkohol 5 – 20 %, misalnya anggur.
3. Golongan C : kadar alcohol 20-45 %, misalnya wiskey
dan vodka.
Efek Negatif dan Pengaruh Minuman Keras Terhadap Peminum
1. Alkohol dalam jumlah sedikit, mula-mula menekan pusat
pengendalian diri, sehingga rasa malu peminum akan
berkurang,lebih berani berbicara, merasa santai dan tidak merasakan
kecemasan.
2. Dalam jumlah banyak, peminum akan sempoyongan , berbicara
pelo dan kemampuan menilai sesuatu akan berkurang untuk
sementara waktu.
3. Dalam jumlah yang melampaui batas ketahanan tubuh, dapat
meyebabkan koma dan kematian.
4. Jika dikonsumsi dalam jangka panjang dapat megakibatkan
ketergantungan dan menimbulkan kerusakan pada organ-organ vital
tubuh dan gangguan jiwa tertentu.
5. Banyak kecelakaan lalu lintas dan tindak kriminal .terjadi dibawah
pengaruh alkohol. Hal ini terjadi karena etanol menyebabkan
kecermatan penglihatan berkurang, kemampuan membedakan
waktu terganggu, koordinasi gerakan tubuh terganggu, respon lebih
lamban, sementara sikap nekat bertambah.

3. Zat Adiktif Narkotika


Narkotika merupakan zat adiktif yang sangat berbahaya dan
penggunaannya dilarang di seluruh dunia. Menurut Undang-Undang yang
berlaku, pengertian narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. Narkotika dapat dibedakan ke dalam golongan-golongan
tertentu.
a) Golongan I : narkotika yang hanya dapat dipergunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan,dan tidak ditujukan untuk terapi serta mempunyai
potensi yang sangat tinggi untuk menyebabkan ketergantungan.
Misalnya adalah heroin/putaw, kokain, ganja, dan lain- lain.
b) Golongan II : narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terkakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan
bertujuan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mangakibatkan ketergantungan. Misalnya adalah
morfin, petidin, turunan/garam narkotika dalam golongan tersebut dan
lain-lain.
c) Golongan III : narkoba yang berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan bertujuan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Misalnya adalah kodein, garam- garam narkotika
dalam golongan tersebut dan lain- lain.
Narkotika terdiri dari beberapa jenis,diantaranya :
a) Ganja ( Marijuana)

Ganja diperoleh dari daun kering dan pucuk tanaman ganja


(Cannabis sativa) yang sedang berbunga. Ganja dapat tumbuh dengan
baik di daerah-daerah beriklim tropis dan sedang seperti di Negara-
negara di Asia Tenggara, Asia Tengah, Amerika Latin, Cina, dan
India. Ciri – cirinya sebagai berikut :
1. Tanaman perdu
2. Tinggi 1,5 sampai dengan 2,5 meter
3. Daunnya berjari ganjil
4. Berbulu
5. Bunga berwarna merah
6. Bau khas merangsang
Ganja dapat digunakan untuk bahan obat penenang dan
penghilang rasa sakit. Kandungan zat kimia delta-9-
tetrahydrocannabinol (THC) di dalam daun ganja dalam dosis tertentu
dipercaya dapat memengaruhi perasaan, penglihatan, dan
pendengaran. Efek tersebut menyebabkan ganja banyak dimanfaatkan
untuk kemoterapi terhadap para penderita kanker. Dengan
mengonsumsi pil tersebut rasa sakit, keinginan muntah terus-menerus,
dan rasa mual yang hebat dapat ditanggulangi.
Ganja yang juga terkenal dengan sebutan rumput, cimeng,
gelek, kangkung, pot, reefer, atau Mary Jane tampaknya lebih banyak
diperdagangkan secara ilegal untuk disalahgunakan daripada
dimanfaatkan untuk keperluan medis. Penjualan ganja biasanya dalam
bentuk kering yang sering disebut marijuana, atau dalam kemasan cair
(minyak cannabis). Ganja biasanya disalahgunakan dengan cara
dihisap sebagai rokok atau dikunyah untuk mendapatkan efeknya
yang memabukkan (intoksikasi). Setiap batang rokok ganja
diperkirakan memiliki kandungan THC yang berkisar antara 5–20
miligram. Orang yang mengisap ganja, pada saat intoksikasi akan
mengalami hal-hal berikut.
1. Tahap awal berupa rasa pusing dan euphoria (rasa gembira)
diikuti rasa damai dan tenang.
2. Perubahan suasana hati yang diikuti dengan perubahan persepsi
tentang ruang dan waktu.
3. Proses berpikir menjadi terganggu oleh terpecah-pecahnya ide
dan ingatan.
4. Beberapa pengguna menyatakan selera makan dan perasaan
senang serta bahagia mereka meningkat.
5. Efek negatif ganja bisa berupa perasaan bingung, reaksi panik
yang berlebihan, keinginan untuk menyerang, ketakutan, tak
berdaya, dan kehilangan kontrol diri.
6. Pengguna ganja yang kronis akan mengalami sindrom
amotivasional, yaitu menjadi sangat pasif dan tidak peduli pada
apa pun.
7. Seperti intoksikasi pada alkohol, pandangan, pendengaran, cara
bicara, kemampuan menyelesaikan masalah, ingatan, waktu
untuk merespon sesuatu, dan kemampuan mengendarai
kendaraan bermotor menjadi terganggu.

b) Opium
Opium merupakan narkotika dari golongan opioida, dikenal juga
dengan sebutan candu, morfin, heroin, dan putau. Opium diambil dari
getah buah mentah Pavaper sommiverum. Opium mengandung lebih
dari dua puluh macam senyawa alkaloid diantaranya morfin, heroin,
dan kodein. Morfin kali pertama diisolasi dari getah buah pada 1905
oleh Friedrich Seturner. Pada waktu itu, morfin digunakan oleh para
tentara untuk menghilangkan rasa sakit karena luka atau
menghilangkan rasa nyeri pada penderita kanker. Setelah itu, banyak
tentara yang mengalami adiksi (efek ketergantungan). Pemakaian
dosis morfin yang berlebihan dapat menyebabkan kematian.
Penyalahgunaan konsumsi morfin biasanya dilakukan melalui
berbagai cara, yaitu ditelan, disuntikkan, dihirup langsung melalui
hidung, dirokok, dibakar atau dipanaskan dan dihirup uapnya. Untuk
menambah aroma dan rasa, morfin yang sering disalahgunakan
biasanya dikonsumsi setelah dicampur dengan zat lain seperti gula,
cokelat, atau mint. Heroin merupakan senyawa turunan (hasil sintesis)
dari morfin yang dikenal dengan sebutan putau. Heroin biasanya
berbentuk serbuk putih dan pahit rasanya. Di pasar gelap, heroin
dapat berbentuk aneka macam warna karena dicampur dengan gula,
susu bubuk, gula merah, tepung, kinin, atau kakao. Heroin dapat
menimbulkan rasa kantuk, halusinasi, dan euphoria. Penyalahgunaan
konsumsi heroin biasanya dilakukan melalui berbagai cara, yaitu
ditelan, disuntikkan, dihirup langsung melalui hidung, dirokok,
dibakar, atau dipanaskan dan dihirup uapnya.
Kodein merupakan senyawa turunan dari morfin, tetapi memiliki
kemampuan menghilangkan nyeri lebih lemah, demikian pula efek
kecanduannya (adiksinya) lebih lemah. Kodein biasa dipakai dalam
obat batuk dan obat penghilang rasa nyeri. Penggunaannya yang
menyalahi aturan dapat menimbulkan rasa sering mengantuk,
perasaan gembira berlebihan, banyak berbicara sendiri,
kecenderungan untuk melakukan kerusuhan, merasakan nafas berat
dan lemah, ukuran pupil mata mengecil, mual, susah buang air besar,
dan sulit berpikir. Jika pemakaian obat ini diputus, akan timbul hal-
hal berikut: sering menguap, kepala terasa berat, mata basah, hidung
berair, hilang nafsu makan, lekas lelah, badan menggigil, dan kejang-
kejang. Jika pemakaiannya melebihi dosis atau verdosis, akan
menimbulkan hal-hal berikut: tertawa tidak wajar, kulit lembap, napas
pendek tersenggal-senggal, dan dapat mengakibatkan kematian.

c) Kokain

Tanaman coca (Erythroxylon coca) yang banyak tumbuh di


Pegunungan Andes, Amerika Selatan, menghasilkan daun yang
mengandung senyawa kimia alkaloid yang bernama kokain dan
senyawa-senyawa turunan yang sejenis. Dengan mengunyah daun
coca, seseorang akan terkena efek narkotik dari kokain dan senyawa
– senyawa lain yang ada di dalam daun coca. Senyawa ini pertama
kali digunakan untuk obat bius pada suatu bedah kecil. Karena
pemakaian zat ini menjadikan pemakainya suka bicara, gembira yang
meningkat menjadi gaduh dan gelisah, detak jantung bertambah,
demam, perut nyeri, mual, dan muntah. Karena ternyata kokain
memilki efek samping yang begitu berbahaya sehingga digantikan
oleh senyawa lain yang lebih aman. Dewasa ini kokain digolongkan
sebagai narkotika dan peredarannya adalah ilegal. Kokain dapat
menyebabkan kematian meskipun dikonsumsi dalam jumlah kecil
oleh pemakai pemula. Sementara itu, penggunaan yang terus-
menerus menyebabkan ketagihan.
d) Sedativa – hipnotika

Beberapa macam obat dalam dunia kedokteran, seperti pil BK


dan magadon digunakan sebagai zat penenang (sedativa-hipnotika).
Pemakaian sedativa-hipnotika dalam dosis kecil dapat menenangkan,
sedangkan dalam dosis besar dapat membuat orang yang
memakannya tertidur. Gejala akibat pemakaiannya adalah mula-mula
gelisah, mengamuk lalu mengantuk, malas, daya pikir menurun,
bicara dan tindakan lambat. Jika sudah kecanduan, kemudian diputus
pemakaiannya maka akan menimbulkan gejala gelisah, sukar tidur,
gemetar, muntah, berkeringat, denyut nadi cepat, tekanan darah naik,
dan kejang-kejang. Jika pemakaiannya overdosis maka akan timbul
gejala gelisah, kendali diri turun, banyak bicara, tetapi tidak jelas,
sempoyongan, suka bertengkar, napas lambat, kesadaran turun,
pingsan, dan jika pemakaiannya melebihi dosis tertentu dapat
menimbulkan kematian.

4. Zat Adiktif Psikotropika

Kelompok zat adiktif ketiga adalah psikotropika. Psikotropika


merupakan zat atau obat baik alamiah maupun sintetis yang bukan
merupakan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif, berpengaruh selektif
pada saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku seseorang. Zat psikotropika dapat menurunkan aktivitas otak
atau merangsang susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku,
disertai halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir, dan perubahan alam
perasaan.
Penggunaan psikotropika juga dapat menyebabkan ketergantungan serta
berefek merangsang pemakainya. Pemakaian zat psikotropika yang
berlebihan dapat menyebabkan kematian.
Berdasarkan UU No. 9 Tahun 1976 ada 4 kelompok psikotropika yaitu:
a) Golongan I : berpotensi sangat kuat menjadikan ketergantungan bagi
para pemakainya dan dinyatakan sebagai barang yang terlarang.
Sebagai contoh ekstasi.
b) Golongan II : adlah berpotensi sangat kuat menimbulkan syndrome
ketergantungan bagi para pemakainya, sebagai contoh fleksiklidin
(PCP).
c) Golongan III : berpotensi sedang dalam menimbulkan syndrome
ketergantungan bagi para pemakainya, sebagai contohnya adlah
magadon, flunitrazepam, rohipnol.
d) Golongan IV : perpotensi sedang ringan di dalam menimbulkan
syndrome ketergantungan bagi para pemakainya, sebagai contohnya
adalah frisium, alprazolon, dizepam.

Contoh psikotropika, antara lain ekstasi, sabu-sabu, diazepam, dan LSD.


a) Ekstasi

dikenal sebagai inex, xtc, adam dan essense. Dikemas dalam


bentuk tablet dan kapsul. Ekstasi mulai bereaksi 20 sampai 60 menit
setelah diminum. Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Pengaruh
setelah pemakaian, seluruh tubuh akan terasa melayang.
Kadangkadang, pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih
kencang, serta meningkatkan pernapasan.
Jenis reaksi fisik biasanya tidak berlangsung dalam waktu
yang lama. Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita
menjadi hebat dalam segala hal dan segala perasaan malu akan
hilang. Kepala akan terasa ringan, rileks dan nyaman. Semua
perasaan tersebut akan berangsur-angsur menghilang dalam waktu 4
sampai 6 jam. Selanjutnya kita akan merasa lelah dan tertekan.

b) Shabu-shabu

Shabu-shabu dengan nama kimia met-amfetamin berbentuk


kristal biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi dengan cara dibakar
kemudian dihisap menggunakan alat yang disebut Bong (sejenis pipa
yang di dalamnya berisi air). Ada juga sebagian yang memakai
dengan menyuntik. Shabu tergolong amfetamin yang berpengaruh
memacu kerja otak, sering disebut ubas, ice. Shabu-shabu memiliki
masa kerja 6-8 jam. Euforia (perasaan nyaman tanpa sebab) yang
begitu kuat dicapai dalam beberapa menit pada penggunaan dengan
cara dirokok atau disuntikan intravena, 3-5 menit pada penggunaan
secara disedot melalui hidung, dan 15-20 menit pada penggunaan
secara oral.
c) Lysergic acid diethylamide (LSD)

Lysergic acid Diethylamide (LSD) merupakan halusinogen


yang dapat menyebabkan halusinasi dan biasanya digunakan secara
oral, jarang digunakan secara dirokok ataupun dengan suntikan.
LSD sering disebut dengan acid, red dragon, blue heaven, dan sugar
cubes. LSD secara cepat diserap dari saluran cerna dan mukosa
mulut sehingga gejalanya dapat terlihat setelah sepuluh menit.
Pengaruh LSD terhadap pengguna sangat beragam, bergantung pada
jumlah yang dipakai, cara pemakaian, dan seberapa lama sesudah
LSD dikonsumsi. Pengaruh segera setelah pemakaian antara lain
pupil mata melebar, tidak bisa tidur, mulut kering, selera makan
hilang, suhu tubuh meningkat, denyut jantung cepat, tekanan darah
naik dan berkeringat. Gejala di atas menghilang sesudah 8-12 jam
setelah pemakaian.
DAFTAR PUSTAKA
https://ratnaonly.files.wordpress.com/2010/05/napzapdf.pdf diakses pada tgl 8
April 2017
buku pelajaran IPA SMP kelas VII.TT. Zat adiktif dan Psikotropika.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/195107261978
032-FRANSISCA_SUDARGO/7._Model_Buku_IPA_SMP_(Revisi-
2007)/02._Kelas_VIII/Bab._12VIII_Zat_Adiktif_dan_Psikotropika_(Titin).p
df : diakses tanggal 10 April 2017
Sulistiyarini. Fajar. TT. Zat Aditif . https://docs.google.com/file/d/0B-
BGXpkLMWbIc1hzNmxXVk44RFE/view diakes tanggal 30 Maret 2017
Siaka. IM .2009. Zat aditif pada bahan makanan. http://agustincapriati.com/wp-
content/uploads/2015/07/peralatan-laboratorium.pdf : diakes tanggal 1 April 2017

Anda mungkin juga menyukai