Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK SAKIT DENGAN ANEMIA

Disusun oleh kelompok 3 : Dini, Ezra, Nida, Riza, Shinta, Windi


Pengertian dan Faktor Resiko
Menurut WHO (2011), anemia 1. Pendapatan keluarga
adalah penurunan jumlah sel darah 2. Asupan makanan
merah atau penurunan konsentrasi 3. Kurangnya makanan yang
hemoglobin di dalam sirkulasi 1. Pendapatan keluarga
mengandung zat besi
2. Asupan makanan
darah. Anemia dapat terjadi pada 3.
4.Kurangnya
Penggunaan susu sapi sebelum 12
makanan yang mengandung zat
semua tahap kehidupan, tetapi besibulan
lebih umum terjadi pada anak-anak 4. 5.Penggunaan
Kelainansusu genetik, misalnya
sapi sebelum pada
12 bulan
dan wanita hamil. 5. penyakit
Kelainan thalassemia
genetik, misalnya pada penyakit
6.thalassemia
Penyakit tertentu, seperti penyakit
6. Penyakit tertentu, seperti penyakit autoimun,
autoimun,
Etiologi dan Klasifikasi
Menurut Fitriani, dkk. (2019) Penyebab
anemia dapat dikelompokan sebagai Menurut Ndun, (2018) anemia dapat
berikut : diklasifikasikan menurut :
1. Etiologi atau fisiologi yang
1. Gangguan produksi eritrosit 1. Pendapatan keluarga
dimanifestasikan dengan penurunan
2. Asupan makanan
2. Kehilangan darah jumlah eritrosit atau hemoglobin
3. Kurangnya makanan yang mengandung zat
3. Meningkatnya pemecahan eritrosit besidan tidak dapat kembali.
(hemolisis) 4. 2.Penggunaan
Morfologi,susuyaitu perubahan
sapi sebelum khas
12 bulan
5. dalamgenetik,
Kelainan ukuran,misalnya
bentuk pada
dan warna
penyakitsel
4. Bahan baku untuk pembentukan
eritrosit tidak ada darah merah.
thalassemia
6. Penyakit tertentu, seperti penyakit autoimun,
Pathway
Manifestasi Pemeriksaan
klinis penunjang
 Gejala umum anemia
- Jumlah darah lengkap
Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic
syndrome) dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar - MCV (molume korpuskular rerata)
hemoglobin kurang dari 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan lemah, lesu,
cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging.
dan MCH (hemoglobin korpuskular
 Gejala khas defisiensi besi
rerata)
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai
- Jumlah retikulosit
pada anemia jenis lain adalah - Laju endah darah
- Koilonychias /spoon nail/ kuku sendok - Tes kerapuhan eritrosit
- Akan terjadi atropi papil lidah - Hemoglobin elektroforesis
- Angular cheilitis - Folat serum dan vitamin B12
- Disfagia
- Analisa gester
 gejala penyakit dasar
- Aspirasi sumsum tulang
- Anemia akibat cacing tambang
- Pemeriksaan andoskopik dan
- Pada anemia karena pendarahan kronik akibat kanker kolon
radiografik
Angular
Cheilitis

Koilonychias
/spoon nail/
kuku sendok
Atropi Papil
Lifah
Penatalaksaan Penatalaksanaan
medis Keperawatan
1. Tranfusi sel darah merah untuk mengatasi 1. Menghindari trauma dan resiko
anemia perdarahan
2. Pemberian Antibiotik profilaksis 2. Meningkatkan daya tahan tubuh.
3. Kemoterapi. 3. Memberikan diet tinggi kalori dan tinggi
protein.
Komplikasi 4. Menganjurkan pada orngtua agar anak
1. Perkembangan otot buruk cukup istirahat.
2. Kemampuan memperoleh informasi 5. Mengobservasi tanda vital
yang didengar menurun 6. Apabila anak mengalami tanda infekasi
3. Interaksi sosial menurun seperti ISPA maka harus segera
4. Daya konsentrasi menurun disembuhkan. (Nining, 2016).
Asuhan
keperawatan Data focus
Kasus 1.
Data Subjektif
Ibu klien mengatakan aktivitas 1.
Data Objektif
Klien tampak lemah
Seorang anak perempuan, umur 2 tahun dibawa ke rumah sakit. Ibu anaknya berkurang 2. Klien tampak pucat
mengeluhkan bahwa aktivitas anaknya berkurang sejak 4 hari yang 2. Ibu klien mengatakan nafsu 3. Konjungtiva anemis
lalu, lemah, nafsu makan menurun, sesak napas, dan tampak pucat. makan anaknya menurun 4. Akral teraba dingin
Hasil pemeriksaan menunjukkan konjungtiva anemis, akral teraba 3. Ibu klien mengatakan anaknya 5. Pemeriksaan Fisik
dingin, pucat, CRT > 3 detik, TD 70/50 mmHg, Nadi 90 x/menit, sesak napas a. CRT > 3 detik
RR 33 x/menit, T 36,50C. Hasil pemeriksaan laboratorium 4. Ibu klien mengatakan anaknya b. Tekanan Darah: 70/50 mmHg
didapatkan Hb 7 gr/dL, WBC 11,07 L, HCT 20.1%, PLT 695 x 103 tampak pucat c. Respirasi: 33 x/menit
L, kadar besi serum 40 mg/dl. Anak didiagnosa Anemia Defisiensi d. Nadi: 90 x/menit
Besi. e. Suhu: 36,5 oC
1. Hasil pemeriksaan laboratorium
Pengkajian didapatkan

1. Identitas klien a. Hb 7 gr/dL (N : 11-13 g/dl)

2. Keluhan utama b. WBC 11,07 L (N : 4,10-11,0 L)

3. Riwayat penyakit sekarang c. HCT 20.1% (N : 36,00-46,00%)

4. Pemeriksaan fisik d. PLT 695 x 103 L (150-440 L)

5. Pemeriksaan laboraturium e. Kadar besi serum 40 mg/dl. (60-150


mg/dl)
7. Membran mukosa tampak pucat
Analisa data
No Data Problem Etiologi
Dokumentasi Keperawatan
1 DS: Perfusi peraifer tidak efektif Penurunan konsentrasi hemoglobin
Ibu klien mengatakan anaknya tampak pucat
DO: 1. Perfusi Perifer tidak efektif b.d
1. Pasien tampak pucat
2. Konjungtiva anemis
penurunan konsentrasi hemoglobin
3. Akral teraba dingin d.d ibu klien mengatakan
4. CRT > 3 detik
5. Laboratorium
anaknyatampak pucat, Hb 7 g/dl
a. Hb 7 gr/dL (N : 11-13 g/dl) WBC 11,07 L, HCT 20.1%, PLT 695 x
b. WBC 11,07 L (N : 4,10-11,0 L)
c. HCT 20.1% (N : 36,00-46,00%)
103 L, kadar besi serum 40 mg/dl.
d. PLT 695 x 103 L (150-440 L) 2. Pola napas tidak efektif b.d
e. Kadar besi serum 40 mg/dl. (60-150 mg/dl)
penurunan energi d.d ibu klien
2 DS: Pola napas tidak efektif Penurunan energy
mengatakan anaknya sesak napas,
Ibu klien mengatakan anaknya sesak napas Respirasinya: 33 x/menit.
DO: Tanda-tanda vital:
Tekanan Darah: 70/50 mmHg
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
Respirasi: 33 x/menit d.d ibu klien mengatakan aktivitas
Nadi: 90 x/menit
Suhu: 36,5 oC
anaknya berkurang, klien tampak
lemah
3 DS: Intoleransi aktivitas Kelemahan
Ibu klien mengatakan aktivitas anaknya berkurang 4. Resiko deficit nutrisi d.d nafsu
DO:
makan menurun d.d ibu klien
1. Klien tampak lemah
2. Kadar besi serum 40 mg/dl. (60-150 mg/dl) mengatakan nafsu makan anaknya
4 DS: Resiko Defisit nutrisi Nafsu makan Menurun
berkurang, membrane mukosa
Ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya berkurang tampak pucat
DO:
Membran Mukosa tampak pucat
Intervensi
Intervensi dx.1 Intervensi dx.2 Intervensi dx.3 Intervensi dx.4
1. Periksa sirkulasi perifer 1. Monitor TTV 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang 1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi faktor risiko
2. Monitor pola napas menyebabkan kelelahan 2. Monitor asupan makanan
gangguan sirkulasi
3. Monitor bunyi napas tambahan 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional 3. Monitor berat badan
3. Monitor perubahan kulit
4. Palpasi kesimetrisan ekspansi 3. Monitor pola dan jam tidur 4. Lakukan oral hygiene sebelum
4. Hindari pemakaian benda –
paru 4. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah makan, jika perlu
benda yang berlebihan suhunya
5. Pertahankan kepatenan jalan stimulus 5. Sajikan makanan secara menarik dan
(terlalu panas atau dingin)
napas 5. Lakukan Latihan rentang gerak pasif atau aktif suhu yang sesuai
5. Lakukan pencegahan infeksi
6. Ajarkan program diet untuk 6. Berikan posisi semi-fowler atau 6. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan 6. Berikan makanan tinggi kalori dan
memperbaiki sirkulasi fowler 7. Anjurkan tirah baring tinggri protein
7. Informasikan tanda dan gejala
7. Berikan oksigen, jika perlu 8. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap 7. Anjurkan posisi duduk, jika perlu
darurat yang harus dilaporkan
8. Kolaborasi dengan dokter jika 8. Kolaborasi pemasangan CPAP, 9. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan 8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
hasil laboratorium memerlukan jika perlu gejala kelelahan tidak berkurang menentukan jumlah kalori dan jenis
intervensi media 9. Kolaborasi pemasangan oksigen 10. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara nutrijen yang dibutuhkan, jika perlu.
sesuai kebutuhan, jika perlu meningkatkan asupan makanan
Hari / Tanggal
Implementasi
Jam DX Tindakan
Evaluasi
Evaluasi dx. 2 Evaluasi dx. 2 Evaluasi dx. 3 Evaluasi dx. 4
Senin, 2 Memonitor TTV
15 Maret 2021 H/: S: S: S: S:
08.00 Nadi : 98 x/menit
Ibu Pasien 1. Pasien tampak lebih nyaman saat Ibu pasien Ibu pasien
RR : 32 x/menit
Suhu : 36,5 oC
mengatakan diberikan posisi semi fowler mengatakan mengatakan
Senin, 08.30 1 Memeriksa sirkulasi perifer anaknya 2. Pasien mengatakan sesak ananya lemas anakya tidak
15 Maret 2021 H/:
tampak pucat berkurang sehingga tidak nafsu makan
Ibu Pasien mengatakan anaknya tampak pucat
Akral teraba dingin
O: O: mampu O:
CRT > 3 detik 1. Akral 1. TTV beraktivitas Pasien tampak
Senin, 09.00 2 Memerikan posisi semi-fowler atau fowler
teraba TD : 70/50 mmHg O: makan habis ¼
15 Maret 2021 H/:
Pasien tampak lebih nyaman saat diberikan posisi semi
dingin Nadi : 98 x/menit Pasien tampak porsi
fowler 2. CRT > 3 RR : 32 x/menit lemah A:
Senin, 09.15 2 Memberikan oksigen
detik Suhu : 36,5 oC A: Masalah Belum
15 Maret 2021 H/:
Pasien mengatakan sesak berkurang
A: 1. Terpasang Oksigen 2 L Masalah Belum Teratasi
Terpasang Oksigen 2 L Masalah 2. RR setelah diberi oksigen : 39 x Teratasi P:
RR : 39 x/menit
Belum /menit P: Lanjutkan
Senin, 11.40 3 Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang
Lanjutkan Intervensi DX.4
15 Maret 2021 menyebabkan kelelahan
Teratasi A:
Intervensi DX.3
H/: P: Masalah Belum Teratasi
I bu pasien mengatakan ananya lemas se hingga tidak Lanjutkan P:
mampu beraktivitas Intervensi Lanjutan Intervensi DX.2
Pa sien tampak lemah DX.1
Senin, 13.30 4 Me monitor asupan makanan
15 Maret 2021 H/:
Ibu pasien mengatakan anakya tinak nafsu makan
Pasien tampak makan habis ¼ porsi
Daftar Pustaka
Ayu, Ketut, dkk. (2019). Hubungan antara anemia dengan prestasi belajar pada siswi kelas XI di SMAN 1 Abiansemal. Bandung: Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Vol 8, No. 1
Ahmad, dkk. (2014). Defisiensi dan Anemia pada anak usia dibawah dua tahun (6-23
Bulan) di Kabupaten Aceh Besar. Gizi Indon. No 1. Vol 37
Fitriani, dkk. (2019). Laporan kasus pada pasien dengan anemia. Lampung : Stikes
Muhammadiyah Pringsewu Lampung.
Fitriany, Saputri. (2018). Anemia defisiensi besi. Jurnal averrou. Vol 4. No 2
Handayani, dkk. (2012).Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia
pada ibu hamil trimester III di wilayah puskesmas liang anggang kota banjar baru Kalimantan selatan. Depok : Universitas Indonesia
Ndun, (2018). Asuhan keperawatan penyakit anemia pada an. A.s di ruang kenanga
rsud prof. Dr. W.z. Johannes kupang. Politeknik Kemenkes Kupang, Jurusan Keperwatan Prodi D III Keperawatan.
Nining. (2016). Keperawatan anak. Jakarta : Kementrian Kesehatan
Pradiyadnya, Suryani. (2017). Anemia defisiensi besi. Denpasar : Universitas
Udayana
Prasetya, dkk. (2019). Hubungan antara anemia dengan prestasi belajar pada siswi
kelas XI di SMAN 1 Abiansemal. E-jurnal medika. No 1. Vol 8
Rahayu. (2019). Buku Referensi metode orkes-ku (raport kesehatanku) dalam
mengidentifikasi potensi kejadian anemia gizi pada remaja putri.Yogyakarta:CV Mine
Saputra. (2018). Asuhan keperawatan pada ny.y dengan anemia di ruang rawat inap
ambun suri lantai iii RSUD Dr. Achmad mochtar Bukittinggi. Bukittinggi : Stike Perintis Padang
Tim Pokja. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Perawat Nasional Indonesia
Tim Pokja.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Perawat Nasional Indonesia
Wahtini. (2019). Faktor-faktor yang berpengaruhi dengan kejadian anemia pada bayi.
Jurnal health of studies. No 1. Vol 3

Anda mungkin juga menyukai