Anda di halaman 1dari 2

Yang dianggap sebagai pendiri pendiri pendidikan psikologi di Indonesia

adalah Prof. Dr. Slamet Iman Santoso, psikiater. Ketika itu para psikiater
mendapat pasien yang sekarang diistilahkan mengalami gejala “psikosomatis”.
Psikosomatis disebabkan oleh ketidaksesuaian antara kepribadian, bakat,
kemampuan, dan sebagainya, dengan pekerjaannya, sekolahnya, dan sebagainya

“Waktu itu baru selesai perang, Jepang dan Belanda baru meninggalkan Indonesia.
Banyak posisi yang tiba-tiba lowong dan harus diisi oleh orang-orang Indonesia. Kebanyakan
mereka seperti turun dari gunung, pejuang, tentara-tentara pelajar. Pendidikannya juga kurang,
kemudian tiba-tiba harus jadi manajer, direktur perusahaan, ada yang mengurus perkebunan, jadi
gubernur, dan lain-lain. Karena kemampuannya itu tidak sesuai, tidak cukup untuk tingkat
pekerjaannya, lalu banyak yang stres dan mengalami psikosomatis. Ada yang tiba-tiba gatal
tanpa sebab, sesak nafas, dan lain-lain; tetapi kalau diberi cuti sakit langsung sehat di rumah.
Lalu bekerja lagi, sakit lagi, dan secara medis tidak ada apa-apa. Dari situlah Pak Slamet
mengatakan bahwa kita memerlukan psikologi untuk mendiagnosis apakah orang-orang ini
sesuai untuk pekerjaannya atau pendidikannya.”
Ada istilah the right man in the right place, the right man in the wrong place, the wrong
man in the right place, the wrong man in the wrong place, dan lain-lain. “Yang kita perlukan
sekarang adalah menempatkan manusia di tempat yang tepat,” kata Slamet Iman Santoso pada
waktu itu. Tema ini kemudian menjadi pidato pengukuhan Slamet sebagai Guru Besar
Universitas Indonesia pada Dies Natalis Universitas Indonesia pada tahun 1952 di Fakultas
Pengetahuan Teknik Universitas Indonesia di Bandung yang sekarang menjadi Institut Teknologi
Bandung

Balai Psikoteknik di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dipakai sebagai induk


belajar psikologi, walaupun yang dibutuhkan sebenarnya adalah psikolog, bukan ahli
psikoteknik. Sejarah ini diakui menyebabkan psikolog identik dengan “tukang tes”.
Hampir setiap psikolog pada saat itu terlibat dalam pemberian tes, khususnya untuk
keperluan seleksi. Oleh karena yang dibutuhkan adalah psikolog penuh, maka
langkah Slamet Iman Santoso selanjutnya adalah mendatangkan seorang psikolog
dari negeri Belanda, Prof. L. D. Teutelink.

Di UGM, Fakultas Paedagogi (berdiri 1951) ada beberapa jurusan, salah satunya
Jurusan Psikologi (1958). Salah satu alasan adanya Jurusan Psikologi, karena ada
salah satu lulusan dari Cekoslowakia, Busono Wiwoho, yang mendorong
mendirikan Jurusan Psikologi. Pada Fakultas Paedagogi, banyak juga pelajaran
psikologi, seperti psikologi sosial, psikologi perkembangan, psikologi klinis, hanya
kurang mendalam secara psikologis

Tanggal 8 Januari 1965 ditetapkan sebagai hari jadi Fakultas Psikologi UGM,
dengan dekan Masroen. Yang dianggap sebagai pendiri Fakultas Psikologi UGM
antara lain Sutrisno Hadi, Masroen, Sri Mulyani Martaniah, Soemadi, dan Siti
Rahayu

Anda mungkin juga menyukai