Anda di halaman 1dari 3

Nama : putri shakinah

Nim : P01031217081

Prodi : DIV VIB

MASALAH GIZI YANG TERJADI AKABAT COVID-19 ( Corona Virus Desiase 19)

Dengan adanya wabah Covid-19, keluhan utama masyarakat ialah bagaimana


meyambung hidup sehari hari untuk keperluan pemenuhan pangan. Bagi pekerja harian
kondisi kehidupan saat ini ibarat kiamat kecil yang membuat ekonomi keluarga hancur.
Pemerintah kini sedang sibuk meyalurkan bantuan bantuan untuk keluarga yang
terkena virus Covid-19. Derap ekonomi masyarakat yang semakin pendek di berbagai
sektor telah mengakibatkan penderitaan tiada terperi. Kini orang orang yang dulu
masuk kategori nyaris atau rentan miskin kini sudah menjadi miskin, ini diakibatkan oleh
pemutusan hubungan kerja bagi pegawai harian industri.

Demikian juga pengurnagan jam kerja akan mengakibatkan rendahnya take hom
pay yang dibawa pulang sebagi penghasilan keluarga. Pemerintah meminta
masyarakat untuk ekstra sabar dalam menghadapi masalah saat ini. Program
pemerintah ssat ini di tengah gencaran Covid-19 sedang bekerja keras untuk mengatasi
problrm kesehatan masyarakat, problem ekonomi, sosial, dan pangan masyarakat.

MASALAH GIZI KURANG AKIBAT KETAHANAN GIZI MELEMAH

Ketahanan gizi merupakan cerminan intake gizi dan status gizi masyarakat yang
menjadi input bagi terbentuknya individu yang sehat. Banyak faktor yang menentukan
ketahanan gizi. Kemiskinan yang menyebabkan sulitnya akses pangan diyakini sebagai
faktor terpenting yang menghalangi terwujudnya ketahanan gizi yang maksimal.
Munculnya masalah gizi kurang, termasuk stunting yang dialami negara-negara sedang
berkembang, merupakan indikasi lemahnya ketahanan gizi di kalangan penduduknya.
Indonesia termasuk negara dengan jumlah penderita gizi kurang (malnutrisi) masih
relatif tinggi, meski ini diakui sudah lebih baik daripada dekade sebelumnya. Kita juga
masih harus mengatasi persoalan bayi BBLR (berat badan lahir rendah/ <2,5 kg).
Kasus BBLR bisa terjadi ketika ibu hamil mengalami kurang pangan. Covid-19 bisa jadi
menyebabkan kurangnya kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi masyarakat.
Ibu hamil termasuk kelompok rawan yang bisa terdampak kurang pangan akibat covid-
19 yang memorakporandakan ekonomi masyarakat.

Setelah covid-19 mereda nanti, kiranya perlu ada survei gizi untuk mencermati
dampak ketidaktahanan pangan keluarga selama wabah dan output kelahiran. Indikator
yang bisa dipertimbangkan ialah jumlah bayi BBLR yang lahir pascawabah covid-19.
Angka kematian bayi memiliki kaitan erat dengan status gizi anak. Anak-anak penderita
gizi kurang umumnya memiliki kekebalan tubuh yang rendah dan hal ini menjadikan
dirinya rawan terhadap infeksi yang dapat menyebabkan kematian. Penyakit infeksi
yang senantiasa mengintai anak-anak bayi ialah diare dan infeksi saluran pernapasan.
Dalam hal angka kematian bayi ini, Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan
dengan negara-negara ASEAN lainnya. Khususnya, Singapura dan Malaysia.
Singapura dan Malaysia memiliki angka kematian bayi sangat rendah yaitu masing-
masing 3 dan 7 per 1000, sedangkan Indonesia 21 per 1000.

Bertambahnya jumlah orang miskin baru (semula nyaris atau rentan miskin) di
Indonesia akibat covid-19 menyebabkan ketahanan gizi mereka rapuh. Setelah wabah
berlalu, kita perlu menggenjot kembali agenda pembangunan ketahanan pangan dan
gizi sebagai prioritas. Kita tidak menutup mata bahwa program-program gizi telah
mengurangi angka malnutrisi, tetapi sebenarnya apa yang kita lakukan masih jauh dari
harapan. Gambaran global malnutrisi menunjukkan satu di antara tiga anakanak
Indonesia bertubuh pendek. Stunting atau tubuh pendek merupakan cermin kurang gizi
kronis yang telah berlangsung lama. Program gizi perlu mendapatkan prioritas tinggi
karena menyangkut nasib bangsa di masa depan.

Masalah gizi yang terjadi akibat covid-19 dipengaruhi oleh 3 faktor penting berikut:

 Ketersediaan pangan,
Ketersediaan pangan bergantung pada sumber daya alam, fisik , dan manusia. Wabah
covid-19 ini memngekibatkan ketersediaan pangan terkendala oleh terbatasnya pilihan
pangan dipasaran, berkurangnya penjual sayur keliling, dan banyaknya pedangang kaki
lima yang tutup.

 Akses pangan
Akses pangan hanya akan terjadi apabila rumah tangga mempunyai penghasilan yang
cukup untuk membeli pangan yang jarang dan mengalami kenaiakan harga yang
signifikan.

 Konsumsi pangan
Konsumsi pangan yang akan sangan menentukan apakah seluruh anggota keluarga
nantinya bisa mencapai derajat kesehatanoptimal. Kondisi ketahanan pangan keluarga
yang rapuh menimbulkan kekhawatiran lanjutan yaitu memburuknya status gizi
masyarakat. Maslah gizi yang terjagi di Indonesia dan negara negaara lain akibat
Covid-19 bisa jadi penyebab menurunnya kualitas dan kuantitas pangan yang
dikonsumsi masyarakat yang akan mengakibatkan kondisi kesehatan masyarakat
menurun, kekurangan pangan yang secara nyata menyakitkan gizi kurang akan
mempengaruh tumbuh kembang anak. Covid-19 ini juga meningkatkan masalah
malnutrisi , dan BBLRL(berat badan lahir rendan/, 2,5 kg) ketika ibu mngalami kurang
pangan pada masa kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai