Dosen Pengampu:
Dra.Elfayeti MP
Kelompok 5
1. Panji Pranata
2. Wily Meansius Gultom
3. Kanisius Sihotang
4. Agung Paskah Gea
5. Heri Agustino
C 2017
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya tim penulis dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Geografi Pertanian/Makalah (Tugas Rutin). Selama penyusunan
makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Namun berkat
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa baik isi maupun teknik penyajian tulisan masih jauh
dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberi tanggapan berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
meningkatkan mutu penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga tugas makalah ini
bermanfaat untuk kalangan umum maupun pendidikan.
Penulis
ii | Geografi Pertanian
DAFTAR ISI
Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien dan
memudahkan kita dalam penggunaan lahan, dan untuk menata ulang kalender
penanaman. Pola tanam sendiri ada tiga macam, yaitu : monokultur, polikultur
(tumpangsari), dan rotasi tanaman. Ketiga pola tanam tersebut memiliki nilai plus
dan minus tersendiri. Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi
tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai
komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit,
keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia,
biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama
pada daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan
jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang
tersedia ataupun curah hujan.
1 | Geografi Pertanian
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2 | Geografi Pertanian
BAB 2
PEMBAHASAN
3 | Geografi Pertanian
Polikultur (disebut Juga tumpangsari) adalah penanaman dua tanaman
secara bersama-sama atau dengan interval waktu yang singkat, pada sebidang
lahan yang sama. Tumpangsari merupakan sistem penanaman tanaman secara
barisan di antara tanaman semusim dengan tanaman tahunan. Tumpangsari
ditujukan untuk memanfaatkan lingkungan (hara, air dan sinar matahari) sebaik-
baiknya agar diperoleh produksi maksimum. Sistem tumpangsari dapat diatur
berdasarkan:
Sifat-sifat perakaran
Waktu penanaman
Tujuan dari pada tanaman tumpangsari adalah:
Memanfaatkan tempat-tempat yang kosong
Menghemat pengolahan tanah
Memanfaatkan kelebihan pupuk yang diberikan kepada tanaman utamanya
Menambah penghasilan tiap kesatuan luas tanah
Memberikan penghasilan sebelum tanaman utama menghasilkan.
4 | Geografi Pertanian
b) Pergiliran Tanaman (Rotasi Tanaman)
Rotasi atau pergiliran tanaman ialah pengaturan susunan urutan-urutan
pertanaman yang sistematis pada suatu tempat tertentu. Lamanya rotasi itu
biasanya antara dua sampai lima tahun. Apabila rotasinya dilakukan dalam waktu
satu tahun, biasanya disebut tanaman pengisi (succession cropping). Sebagai
contoh rotasi, misalnya ialah kentang-kubis-pupuk hijau-kentang. Tujuan dari
pada rotasi ini adalah:
Memperbaiki struktur dan kesuburan tanah.
Memberantas nematoda-nematoda jahat dan penyakit yang dapat hidup
lama di dalam tanah, yang sulit diberantas dengan cara lain.
Menambah penghasilan tiap kesatuan luas tanah.
Merotasi tanaman budidaya.
Menjaga kesuburan lahan atau memperbaiki tekstur tanah.
Menghindari peledakan hama atau penyakit tanaman.
Penyesuaian lahan dengan setiap musimnya.
Cara pergiliran tanaman pada pertanian organik tidak dilaksanakan pada
seluruh satuan luas yang bersamaan, melainkan perbaris atau bedengan
dan saling berdekatan.
5 | Geografi Pertanian
Di lahan kering, palawija dapat ditanam secara monokultur atau
tumpangsari. Ada dua alternatif pelaksanaannya. Alternatif pertama, awal musim
hujan, lahan dapat ditanami palawija berumur pendek sebanyak satu kali.
Penanaman dilakukan secara monokultur atau tumpangsari dengan saat tanam
yang bersamaan. Saat akhir atau pertengahan musim hujan, lahan dapat ditanami
palawija berumur pendek atau berumur panjang sebanyak satu kali tanam.
Pelaksanaannya dilakukan secara monokultur atau tumpangsari dengan waktu
tanam yang bersamaan. Alternatif kedua, pada awal musim hujan, lahan ditanami
jagung. Kurang lebih 3 sampai 4 minggu sebelum panen, singkong ditanami di
antara tanaman jagung.
6 | Geografi Pertanian
lahan ditanami padi sebanyak dua kali tanam. Pada musim kemarau, lahan dapat
ditanami palawija berumur pendek sebanyak satu kali.
Kerugian pola lahan sawah beririgasi tanam ini adalah
Pola pergiliran tanaman pada setiap daerah berbeda sebab masing masing
daerah mempunyai kondisi iklim, tanah dan kecocokan tanaman untuk
pergiliran yang berbeda pula sehingga tidak bisa di samaratakan.
7 | Geografi Pertanian
pertama dan dua dekade berikutnya masing-masing melebihi kriteia diatas 50 mm
yaitu berturut-turut 56.31 mm, 61.81 mm, dan 74.31 mm sedangkan curah hujan
sebelumnya masih rendah yaitu 45.37 mm. Penetapan awal musim kemarau jatuh
pada bulan april dekade pertama. Penetapan ini dikarenakan curah hujan pada
bulan april dekade pertama dan dua dekade sesudahnya masing-masing sesuai
kriteia yaitu berturut-turut 42.14 mm, 37.64 mm, dan 28.64 mm sedangkan curah
hujan sebelumnya masih tinggi yaitu 60.86 mm.
8 | Geografi Pertanian
2) Padi - Padi - Palawija
Penanaman dengan pola tanam padi-padi-palawija dapat dimulai dengan
penanaman padi pertama saat awal musim yaitu awal nopember. Persiapan
dimulai bulan oktober sehingga pada awal musim penanaman telah siap. Pada
bulan pebruari penanaman padi kedua dapat dilaksanakan sehingga pada waktu
defisit air yaitu pada bulan juni hingga oktober dapat digunakan untuk penanaman
palawija dan pengolahan tanah.
5) Padi - Padi
Jika penanaman padi akan dilaksanakan dua kali dalam satu tahun tanpa
kegiatan lagi. Maka penanaman padi pertama dilakuka saat surplus air yaitu bulan
9 | Geografi Pertanian
nopember hingga maret. Sedangkan penanaman padi kedua dapat digunakan padi
lahan kering yang ditanam setelah padi kedua. Varietas padi dapat menggunakan
varietas berumur panjang karena dalam satu tahun hanya dilakukan dua kali
penanaman.
10 | Geografi Pertanian
ditanam berdampingan. Kecocokan tanaman-tanaman yang akan
ditumpangsarikan dapat diukur dari kebutuhan unsur haranya, drainase, naungan,
penyinaran, suhu, kebutuhan air, dll.
Permintaan Pasar
Pada pola tanam tumpangsari, tidak selalu tanaman yang menjadi tanaman
sela, memiliki permintaan yang tinggi. Sedangkan, untuk memilih tanaman sela
yang cocok ditumpangsarikan dengan tanaman utama, merupakan usaha yang
tidak mudah karena diperlukan wawasan yang lebih luaslagi. Maka dari itu,
diperlukan strategi pemasaran yang tepat agar hasil dari tanaman sela tersebut
dapat mendatangkan keuntungan pula bagi petani.
Memerlukan tambahan biaya dan perlakuan
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di antaranya
ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan. Hal
ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk
menghindar persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar
tanaman. Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan
antara tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal. Sebaran sinar matahari penting, hal ini
bertujuan untuk menghindari persiangan antar tanaman yang ditumpangsarikan
dalam hal mendapatkan sinar matahari, perlu diperhatikan tinggi dan luas antar
tajuk tanaman yang ditumpangsarikan. Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang
ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih
lanjut akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan
berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan. Antisipasi adanya hama penyakit
tidak lain adalah untuk mengurangi resiko serangan hama maupun penyakit pada
pola tanam tumpangsari. Sebaiknya ditanam tanam-tanaman yang mempunyai
hama maupun penyakit berbeda, atau tidak menjadi inang dari hama maupun
penyakit tanaman lain yang ditumpangsarikan.
11 | Geografi Pertanian
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca dari isi
makalah ini.
12 | Geografi Pertanian
DAFTAR PUSTAKA
Najiyati, Sri. 1992. Palawija, Budidaya, dan Analisis Usaha Tani. Jakarta :
Penebar Swadaya.
13 | Geografi Pertanian