Anda di halaman 1dari 16

POLA TANAMAN

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas


Geografi Pertanian

Dosen Pengampu:
Dra.Elfayeti MP
Kelompok 5

1. Panji Pranata
2. Wily Meansius Gultom
3. Kanisius Sihotang
4. Agung Paskah Gea
5. Heri Agustino

C 2017

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya tim penulis dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Geografi Pertanian/Makalah (Tugas Rutin). Selama penyusunan
makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Namun berkat
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa baik isi maupun teknik penyajian tulisan masih jauh
dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberi tanggapan berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
meningkatkan mutu penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga tugas makalah ini
bermanfaat untuk kalangan umum maupun pendidikan.

Medan, Maret 2020

Penulis

ii | Geografi Pertanian
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................... 3


2.1 Pola Tanam .................................................................................................. 3
2.2 Pola Tanam Rotasi ....................................................................................... 3
2.3 Teknik Pola Tanam Pergiliran Tanaman Pada Pertanian ............................. 3
a) Polikultur (Tumpangsari) ...................................................................... 3
b) Pergiliran Tanaman (Rotasi Tanaman) ................................................. 5
2.4 Pola Tanam Berdasarkan Kondisi Lahan ..................................................... 5
1) Lahan Kering (tegalan) .......................................................................... 5
2) Lahan Sawah Tadah Hujan .................................................................... 6
3) Lahan Sawah Beririgasi ......................................................................... 6
4) Lahan Rawa Pasang Surut ...................................................................... 7
2.5 Penetapan Awal Musim ............................................................................... 7
2.6 Contoh Pola Tanam ...................................................................................... 8
2.7 Keuntungan & Kelemahan Pola Tanam Tumpangsari ................................. 10

BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................... 12


3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 12
3.2 Saran .............................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 13

iii | Geografi Pertanian


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bercocok tanam, terdapat beberapa pola tanam agar efisien dan
memudahkan kita dalam penggunaan lahan, dan untuk menata ulang kalender
penanaman. Pola tanam sendiri ada tiga macam, yaitu : monokultur, polikultur
(tumpangsari), dan rotasi tanaman. Ketiga pola tanam tersebut memiliki nilai plus
dan minus tersendiri. Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi
tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai
komponen yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit,
keteknikan dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia,
biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan (terutama
pada daerah/lahan yang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka pemilihan
jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan air yang
tersedia ataupun curah hujan.

Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman


pada lahan dalam waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-
barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih
jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa
juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda. Untuk dapat
melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu diperhatikan beberapa
faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh diantaranya ketersediaan air,
kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit. Penentuan jenis tanaman
yang akan ditumpangsarikan dan saat penanaman sebaiknya disesuaikan dengan
ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari persaingan (penyerapan hara dan air) pada suatu petak lahan antar
tanaman. Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan
antara tanaman yang mempunyai perakaran yang relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal.

1 | Geografi Pertanian
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam pembahasan makalah ini adalah, sebagai


berikut:

 Apasajakah macam-macam pola tanaman?


 Bagaimana pola tanam berdasarkan kondisi lahan?
 Bagaimanakah penetapan awal musim pada tumpang sari?
 Apasajakah contoh-contoh pola tanam?
 Apasajakah keuntungan dan kelemahan pola tanam tumpangsari?

1.3 Tujuan

Berdasarkan hasil rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,


maka dapat dilihat seabagi berikut tujuan masalah pada makalah ini:

 Mengetahui dan memahami macam-macam pola tanaman


 Mengetahui dan memahami pola tanam berdasarkan kondisi lahan
 Mengetahui dan memahami penetapan awal musim pada tumpang sari
 Mengetahui contoh-contoh pola tanam
 Mengetahui keuntungan dan kelemahan pola tanam tumpangsari

2 | Geografi Pertanian
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pola Tanam

Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan adalah sebagai berikut:


 Tumpang sari (Intercropping), melakukan penanaman lebih dari 1 tanaman
(umur sama atau berbeda). Contoh: tumpang sari sama umur seperti
jagung dan kedelai; tumpang sari beda umur seperti jagung, ketela pohon,
padi gogo.
 Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun sepanjang
tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat
keuntungan maksimum. Contoh: jagung muda, padi gogo, kacang tanah,
ubi kayu.
 Tanaman Bersisipan (Relay Cropping): pola tanam dengan cara
menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman selain tanaman pokok
(dalam waktu tanam yang bersamaan atau waktu yang berbeda). Contoh:
jagung disisipkan kacang tanah, waktu jagung menjelang panen disisipkan
kacang panjang.
 Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas beberapa
tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya, semua
tercampur jadi satu Lahan efisien, tetapi riskan terhadap ancaman hama
dan penyakit. Contoh: tanaman campuran seperti jagung, kedelai, ubi
kayu.

2.2 Pola Tanam Rotasi


Pola tanam rotasi merupakan pola tanam yang dikembangkan dengan cara
mengganti setiap musim tanaman budidaya yang bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas lahan pertanian.

2.3 Teknik Pola Tanam Pergiliran Tanaman Pada Pertanian


a) Polikultur (Tumpangsari)

3 | Geografi Pertanian
Polikultur (disebut Juga tumpangsari) adalah penanaman dua tanaman
secara bersama-sama atau dengan interval waktu yang singkat, pada sebidang
lahan yang sama. Tumpangsari merupakan sistem penanaman tanaman secara
barisan di antara tanaman semusim dengan tanaman tahunan. Tumpangsari
ditujukan untuk memanfaatkan lingkungan (hara, air dan sinar matahari) sebaik-
baiknya agar diperoleh produksi maksimum. Sistem tumpangsari dapat diatur
berdasarkan:

 Sifat-sifat perakaran
 Waktu penanaman
 Tujuan dari pada tanaman tumpangsari adalah:
 Memanfaatkan tempat-tempat yang kosong
 Menghemat pengolahan tanah
 Memanfaatkan kelebihan pupuk yang diberikan kepada tanaman utamanya
 Menambah penghasilan tiap kesatuan luas tanah
 Memberikan penghasilan sebelum tanaman utama menghasilkan.

Pengukuran sifat-sifat perakaran sangat perlu untuk menghindarkan


persaingan unsur hara, air yang berasal dari dalam tanah. Sistem perakaran yang
dalam ditumpangsarikan dengan tanaman yang berakal dangkal. Tanaman
monokotil yang pada umumnya mempunyai sistem perakaran yang dangkal,
karena berasal dari akar seminal dan akar buku. Sedangkan tanaman dikotil pada
umumnya mempunyai sistem perakaran dalam, karena memiliki akar tunggang.
Dalam pengaturan tumpang sari tanaman monokotil dengan tanaman dikotil dapat
dilakukan kalau dipandang dari sifat perakarannya, misalnya tumpang sari jagung
dengan jeruk manis. Jeruk manis dapat tumbuh dengan baik, sedangkan tanaman
jagung tumbuh subur tanpa mengganggu kehidupan jeruk manis.

Pengaturan tumpang sari harus diingat bahwa tanaman selalu mengadakan


kompetisi dengan tanaman semusim yang dapat saling menguntungkan, misalnya
antara kacang-kacangan dengan jagung. Jagung menghendaki nitrogen tinggi,
sementara kacang-kacangan, karena kacangan dapat memfiksasi nitrogen dari
udara bebas.

4 | Geografi Pertanian
b) Pergiliran Tanaman (Rotasi Tanaman)
Rotasi atau pergiliran tanaman ialah pengaturan susunan urutan-urutan
pertanaman yang sistematis pada suatu tempat tertentu. Lamanya rotasi itu
biasanya antara dua sampai lima tahun. Apabila rotasinya dilakukan dalam waktu
satu tahun, biasanya disebut tanaman pengisi (succession cropping). Sebagai
contoh rotasi, misalnya ialah kentang-kubis-pupuk hijau-kentang. Tujuan dari
pada rotasi ini adalah:
 Memperbaiki struktur dan kesuburan tanah.
 Memberantas nematoda-nematoda jahat dan penyakit yang dapat hidup
lama di dalam tanah, yang sulit diberantas dengan cara lain.
 Menambah penghasilan tiap kesatuan luas tanah.
 Merotasi tanaman budidaya.
 Menjaga kesuburan lahan atau memperbaiki tekstur tanah.
 Menghindari peledakan hama atau penyakit tanaman.
 Penyesuaian lahan dengan setiap musimnya.
 Cara pergiliran tanaman pada pertanian organik tidak dilaksanakan pada
seluruh satuan luas yang bersamaan, melainkan perbaris atau bedengan
dan saling berdekatan.

Pemilihan jenis tanaman rotasi adalah penting sekali. Kesalahan


penggunaan jenis tanaman rotasi dapat menurunkan hasil tanaman berikutnya,
yang tidak mustahil malah merupakan tanaman inang (host plant) bagi penyakit-
penyakit yang justru akan diberantas. Sebagai contoh dapat dikemukakan, bahwa
hasil tanaman kubis akan rendah apabila ditanam sesudah kedelai, akan tetapi
dapat tinggi sesudah jagung, padahal kedelai bersifat menyuburkan tanah.

Tetapi sebaliknya tanaman selada, tomat, dan bawang merah, hasilnya


akan rendah apabila ditanam sesudah jagung. Tanah-tanah yang mengandung
nematoda tidak boleh ditanami Tephrosiaa sp, karena bersifat sebagai tanaman
inang. Tanamilah dengan jenis-jenis pupuk hijau lainnya.

2.4 Pola Tanam Berdasarkan Kondisi Lahan


1. Lahan Kering (tegalan)

5 | Geografi Pertanian
Di lahan kering, palawija dapat ditanam secara monokultur atau
tumpangsari. Ada dua alternatif pelaksanaannya. Alternatif pertama, awal musim
hujan, lahan dapat ditanami palawija berumur pendek sebanyak satu kali.
Penanaman dilakukan secara monokultur atau tumpangsari dengan saat tanam
yang bersamaan. Saat akhir atau pertengahan musim hujan, lahan dapat ditanami
palawija berumur pendek atau berumur panjang sebanyak satu kali tanam.
Pelaksanaannya dilakukan secara monokultur atau tumpangsari dengan waktu
tanam yang bersamaan. Alternatif kedua, pada awal musim hujan, lahan ditanami
jagung. Kurang lebih 3 sampai 4 minggu sebelum panen, singkong ditanami di
antara tanaman jagung.

2. Lahan Sawah Tadah Hujan


Di lahan tadah hujan, palawija bisa ditanam secara monokultur atau
tumpangsari. Ada dua alternatif untuk pelaksanaannya. Alternatif pertama, pada
awal musim hujan sampai pertengahan musim huajn, lahan ditanami padi
sebanyak satu kali. Pada akhir atau pertengahan musim hujan, lahan ditanami
palawija secara monokultur sebanyak satu kali. Sedangkan alternatif kedua pada
awal musim hujan, lahan ditanami padi sebanyak satu kali. Pada akhir atau
pertengahan musim hujan sampai musim kemarau lahan dapat ditanami palawija
secara tumpangsari. Tumpangsari dapat dilakukan dengan dua cara. Cara pertama
adalah tumpangsari dua tanaman berumur pendek. Misalnya, jagung dengan
kacang kedelai, kacang tanah atau kacang hijau. Pada metode ini waktu tanam
dilakukan bersamaan. Demikian pula waktu panennya. Karena terdapat tanaman
lain, maka jarak tanam jagung harus lebih lebar. Cara kedua dilakukan antara dua
tanaman dengan umur berbeda. Misalnya, ubi kayu dengan kacang tanah, kedelai
atau kacang hijau. Metode ini waktu tanamnya bersamaan. Ketika tanaman yang
berumur pendek sudah dipanen, singkong masih dibiarkan tumbuh sampai saatnya
panen. Dengan cara ini, jarak tanam singkong harus lebih lebar.

3. Lahan Sawah Beririgasi


Di lahan sawah, palawija umumnya ditanami secara monokultur dengan
pola tanam sebagai berikut. Pada awal musim hujan sampai akhir musim hujan,

6 | Geografi Pertanian
lahan ditanami padi sebanyak dua kali tanam. Pada musim kemarau, lahan dapat
ditanami palawija berumur pendek sebanyak satu kali.
Kerugian pola lahan sawah beririgasi tanam ini adalah
 Pola pergiliran tanaman pada setiap daerah berbeda sebab masing masing
daerah mempunyai kondisi iklim, tanah dan kecocokan tanaman untuk
pergiliran yang berbeda pula sehingga tidak bisa di samaratakan.

4. Lahan Rawa Pasang Surut


Sebelum ditanam palawija, lahan rawa harus diolah dengan sistem sarjan.
Pada sistem ini, sebagian lahan ditinggikan untuk ditanami palawija atau tanaman
lain yang tidak tahan genangan air. Bagian yang lebih tinggi ini disebut guludan.
Bagian yang lain, dibuat lebih rendah untuk ditanami padi. Bagian yang rendah ini
disebut tabukan. Perbandingan luas tabukan dan guludan pasang tertinggi. Bagian
guludan tidak boleh dilampaui air. Sementara itu, permukaan tanah tidak lebih
rendah dari lapisan pirit. Lapisan ini merupakan akumulasi bahan-bahan beracun,
sehingga bila terangkat ke permukaan akan sangat mengganggu pertumbuhan
tanaman.
Di lahan rawa, palawija juga ditanami secara monokultur atau tumpang
sari. Aturannya sebagai berikut. Di lahan di bagian tabukan, ditanami padi dua
kali setahun. Sedangkan di bagian guludan pada awal dan akhir musim hujan
ditanami palawija berumur pendek (jagung dan kacang-kacangan). Atau, pada
awal musim hujan ditanami palawija berumur pendek dan akhir musim hujan
ditanami singkong.

2.5 Penetapan Awal Musim


Awal musim ditentukan jika curah hujan dalam satu dekade dan tiap
dekade berikutnya lebih besar dari 50 mm untuk musim hujan sedangkan untuk
musim kemarau kurang dari 50 mm. Lebih mudahnya dalam tiga dekade harus
lebih besar dari 150 mm untuk musim hujan dan kurang dari 150 mm untuk
musim kemarau. Dari data curah hujan pada tabel ceraca air yang disesuaikan
dengan kriteria diatas maka awal musim hujan jatuh pada bulan nopember dekade
pertama. Penetapan ini dikarenakan curah hujan pada bulan nopember dekade

7 | Geografi Pertanian
pertama dan dua dekade berikutnya masing-masing melebihi kriteia diatas 50 mm
yaitu berturut-turut 56.31 mm, 61.81 mm, dan 74.31 mm sedangkan curah hujan
sebelumnya masih rendah yaitu 45.37 mm. Penetapan awal musim kemarau jatuh
pada bulan april dekade pertama. Penetapan ini dikarenakan curah hujan pada
bulan april dekade pertama dan dua dekade sesudahnya masing-masing sesuai
kriteia yaitu berturut-turut 42.14 mm, 37.64 mm, dan 28.64 mm sedangkan curah
hujan sebelumnya masih tinggi yaitu 60.86 mm.

2.6 Contoh Pola Tanam


Pola tanam dapat disusun sesuai kebutuhan petani. Pemilihan jenis
tanaman budidaya umumnya disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Diketahuinya
ketersediaan air disuatu daerah dengan adanya neraca air maka penentuan pola
tanam dalam satu tahun dapat diatur sehingga lahan dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Penentuan pola tanam sangat dipengaruhi ketersediaan air. Maka dari
itu, ketika waktu defisit air penentuan pola tanam akan berbeda jika air dapat
ditambahkan ataupun tidak dapat diberikan penambahan air. Berikut akan
diberikan lima contoh model pola tanam:
1) Padi - Padi - Padi
Jika air saat terjadi defisit dapat disediakan maka dapat dilakukan
penanaman padi sepanjang tahun. Namun jika air sulit tersedia ketika defisit air
maka masih memungkinkan dilakukan penanaman padi sepanjang tahun namun
dengan beberapa kriteria. Jika dalam satu tahun akan ditanam padi sebanyak tiga
kali maka varietas padi yang digunakan adalah varietas genjah agar umurnya lebih
pendek sehingga saat surplus air dapat dimanfaatkan penanaman hingga panen.
Awal bulan nopember merupakan awal musim hujan namun pada dekade pertama
masih terjadi defisit air. Maka penanaman padi kesatu dapat mulai. Jika persiapan
hingga panen memerlukan waktu empat bulan maka saat penanaman padi kedua
yaitu pada bulan maret masih terdapat air namun bulan april hingga juni terjadi
defisit air. Maka varietas padi yang ditanam mengunakan padi lahan kering.
Penanaman padi ketiga pada bulan juli jika tetap tidak dapat diusahakan pengairan
maka padi yang ditanam menggunakan varietas lahan kering.

8 | Geografi Pertanian
2) Padi - Padi - Palawija
Penanaman dengan pola tanam padi-padi-palawija dapat dimulai dengan
penanaman padi pertama saat awal musim yaitu awal nopember. Persiapan
dimulai bulan oktober sehingga pada awal musim penanaman telah siap. Pada
bulan pebruari penanaman padi kedua dapat dilaksanakan sehingga pada waktu
defisit air yaitu pada bulan juni hingga oktober dapat digunakan untuk penanaman
palawija dan pengolahan tanah.

3) Padi - Padi - Bero


Untuk memperbaiki keadaan tanah maka disamping dilakukan penanaman
dapat juga dilakukan pemberoan. Jika padi ditanam dua kali seperti pola tanam
padi-padi-palawija maka waktu penanaman palawija dapat digunakan untuk
pemberoan dan pengolahan tanah. Waktu penanaman padi dapat disamakan
dengan pola tersebut.

4) Padi - Palawija - Bero


Menurut rekomendasi Oldeman, pola tanam yang sesuai untuk tipe iklim
ini yaitu hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija setahun tergantung
pada adanya persediaan air irigasi. Pola tanam ini sesuai dengan rekomendasi
Oldeman maka penanaman padi dapat dilakukan saat terjadi surplus air yaitu pada
bulan nopember hingga maret. Dengan waktu lima bulan ini maka pertumbuhan
padi dapat dioptimalkan. Sedangkan penanaman palawija ini dapat disesuaikan
dengan jenis palawija dengan kebutuhannya terhadapa air. Jika palawija yang
ditanam tidak terlalu tahan kekeringan maka penanamannya dapat dilakukan
bulan maret disesuaikan saat surplus air sehingga waktu untuk penanaman padi
lebih dimajukan dan sisanya untuk palawija. Jika palawija yang ditanam tahan
terhadap kekeringan maka penanamannya dapat dilakukan bulan april kemudian
dilakukamn pemberoan.

5) Padi - Padi
Jika penanaman padi akan dilaksanakan dua kali dalam satu tahun tanpa
kegiatan lagi. Maka penanaman padi pertama dilakuka saat surplus air yaitu bulan

9 | Geografi Pertanian
nopember hingga maret. Sedangkan penanaman padi kedua dapat digunakan padi
lahan kering yang ditanam setelah padi kedua. Varietas padi dapat menggunakan
varietas berumur panjang karena dalam satu tahun hanya dilakukan dua kali
penanaman.

2.7 Keuntungan & Kelemahan Pola Tanam Tumpangsari


Keuntungan pola tanam tumpang sari inter cropping antara lain:
 Efisiensi tenaga lebih mudah dicapai karena persiapan tanam, pengerjaan
tanah, pemeliharaan, pemupukan dan pemungutannya lebih mudah
dimekanisir
 Banyaknya tanaman per hektar mudah diawasi dengan mengatur jarak
diantara dan didalam barisan
 Menghsilkan produksi lebih banyak untuk di jual ke pasar
 Perhatian lebih dapat di curahkan untuk tiap jenis tanaman sehingga
tanaman yang ditanam dapat dicocokkan dengan iklim, kesuburan dan
tekstur tanah
 Resiko kegagalan panen berkurang bila di bandingkan dengan monokultur
 Kemungkinan merupakan bentuk yang memberikan produksi tertinggi
karena penggunaan tanah dan sinar matahari lebih efisien
 Banyak kombinasi jenis-jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis terhadap serangan hama dan penyakit.

Kelemahan pola tanam tumpang sari inter cropping antara lain:


 Persaingan dalam hal unsur hara
Dalam pola tanam tumpangsari, akan terjadi persaingan dalam menyerap
unsur hara antar tanaman yang ditanam. Sebab, setiap tanaman memiliki jumlah
kebutuhan unsur hara yang berbeda-beda, sehingga tidak menutup kemungkinan
bahwa salah satu tanaman akan mengalami defisiensi unsur hara akibat kkalah
bersaing dengan tanaman yang lainnya.
 Pemilihan komoditas
Diperlukan wawasan yang luas untuk memilih tanaman sela sebagai
pendamping dari tanaman utama, karena tidak semua jenis tanaman cocok

10 | Geografi Pertanian
ditanam berdampingan. Kecocokan tanaman-tanaman yang akan
ditumpangsarikan dapat diukur dari kebutuhan unsur haranya, drainase, naungan,
penyinaran, suhu, kebutuhan air, dll.
 Permintaan Pasar
Pada pola tanam tumpangsari, tidak selalu tanaman yang menjadi tanaman
sela, memiliki permintaan yang tinggi. Sedangkan, untuk memilih tanaman sela
yang cocok ditumpangsarikan dengan tanaman utama, merupakan usaha yang
tidak mudah karena diperlukan wawasan yang lebih luaslagi. Maka dari itu,
diperlukan strategi pemasaran yang tepat agar hasil dari tanaman sela tersebut
dapat mendatangkan keuntungan pula bagi petani.
Memerlukan tambahan biaya dan perlakuan
Untuk dapat melaksanakan pola tanam tumpangsari secara baik perlu
diperhatikan beberapa faktor lingkungan yang mempunyai pengaruh di antaranya
ketersediaan air, kesuburan tanah, sinar matahari dan hama penyakit.
Penentuan jenis tanaman yang akan ditumpangsari dan saat penanaman
sebaiknya disesuaikan dengan ketersediaan air yang ada selama pertumbuhan. Hal
ini dimaksudkan agar diperoleh pertumbuhan dan produksi secara optimal.
Kesuburan tanah mutlak diperlukan, hal ini dimaksudkan untuk
menghindar persiangan (penyerapan hara dan air) pada satu petak lahan antar
tanaman. Pada pola tanam tumpangsari sebaiknya dipilih dan dikombinasikan
antara tanaman yang mempunyai perakaran relatif dalam dan tanaman yang
mempunyai perakaran relatif dangkal. Sebaran sinar matahari penting, hal ini
bertujuan untuk menghindari persiangan antar tanaman yang ditumpangsarikan
dalam hal mendapatkan sinar matahari, perlu diperhatikan tinggi dan luas antar
tajuk tanaman yang ditumpangsarikan. Tinggi dan lebar tajuk antar tanaman yang
ditumpangsarikan akan berpengaruh terhadap penerimaan cahaya matahari, lebih
lanjut akan mempengaruhi hasil sintesa (glukosa) dan muara terakhir akan
berpengaruh terhadap hasil secara keseluruhan. Antisipasi adanya hama penyakit
tidak lain adalah untuk mengurangi resiko serangan hama maupun penyakit pada
pola tanam tumpangsari. Sebaiknya ditanam tanam-tanaman yang mempunyai
hama maupun penyakit berbeda, atau tidak menjadi inang dari hama maupun
penyakit tanaman lain yang ditumpangsarikan.

11 | Geografi Pertanian
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Teknik pergiliran tanaman ada dua macam, yaitu polikultur (tumpangsari)


dan pergiliran tanaman (rotasi tanaman). Polikultur (disebut Juga tumpangsari)
adalah penanaman dua tanaman secara bersama-sama atau dengan interval waktu
yang singkat, pada sebidang lahan yang sama. Tumpangsari merupakan sistem
penanaman tanaman secara barisan di antara tanaman semusim dengan tanaman
tahunan. Tumpangsari ditujukan untuk memanfaatkan lingkungan (hara, air dan
sinar matahari) sebaik-baiknya agar diperoleh produksi maksimum. Keuntungan
pola tanam tumpang antara lain : efisiensi tenaga lebih mudah dicapai karena
persiapan tanam, pengerjaan tanah, pemeliharaan, pemupukan dan
pemungutannya lebih mudah dimekanisir; banyaknya tanaman per hektar mudah
diawasi dengan mengatur jarak diantara dan didalam barisan; menghsilkan
produksi lebih banyak untuk di jual ke pasar; perhatian lebih dapat di curahkan
untuk tiap jenis tanaman sehingga tanaman yang ditanam dapat dicocokkan
dengan iklim, kesuburan dan tekstur tanah; resiko kegagalan panen berkurang bila
di bandingkan dengan monokultur; kemungkinan merupakan bentuk yang
memberikan produksi tertinggi karena penggunaan tanah dan sinar matahari lebih
efisien; banyak kombinasi jenis-jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas
biologis terhadap serangan hama dan penyakit. Sedangkan kelemahan dalam pola
tanama tumpangsari, antara lain : Persaingan dalam hal unsur hara; sulit dalam
memilih komoditas yang cocok dijadikan sebagai tanaman sela; sulit dalam
menyesuaikan atara tanaman sela dengan permintaan pasar; memerlukan
tambahan biaya dan perlakuan.

3.2 Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca dari isi
makalah ini.

12 | Geografi Pertanian
DAFTAR PUSTAKA

Jumin, Hasan Basri. 1998. Dasar-dasar Agronomi. Jakarta : Rajawali.

Marzuki, H. A. Rasyid, Soeprapto. 2004. Bertanam Kacang Hijau. Jakarta :


Penebar Swadaya.

Najiyati, Sri. 1992. Palawija, Budidaya, dan Analisis Usaha Tani. Jakarta :
Penebar Swadaya.

Sunaryo, Hendro. 1984. Pengantar Pengetahuan Dasar Hortiklutura (Produksi


Hortikultura I). Bandung : Sinar Baru Bandung.

Tim Penulis PS. 1993. Pembudidayaan, Pengolahan, dan Pemasaran Tembakau.


Jakarta : Penebar Swadaya.

13 | Geografi Pertanian

Anda mungkin juga menyukai