Pemerintahan Abbasiyah berkembang selama tiga abad dan mulai meredup setelah
bangsa Turki yang sebelumnya menjadi bagian dari tentara kekhalifahan bernama Mamluk
mulai naik daun. Hingga sekarang, keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al – Abbasi
banyak tinggal di timur laut Tikrit, Irak.
Menjelang berakhirnya dinasti Umayyah, ada kelompok dari Bani Hasyim yang teraniaya
sehingga melakukan perlawanan. Kelompok Bani Hasyim keturunan Ali dipimpin oleh Abu
Salamah dan keturunan Abbas dipimpin oleh Ibrahim Al- Iman. Selain itu juga ikut
kelompok keturunan bangsa Persia, pimpinan Abu Musli al-Khurasany bekerja sama
menaklukkan dinasti Umayyah. Pada akhirnya kaum Abbasiyah berhasil menaklukkan
pemimpin terakhir Umayyah, yaitu Marwan bin Muhammad. Abu Abbas al-Saffah berhasil
meruntuhkan Bani Umayyah dan diangkat sebagai khalifah. Selama tiga abad bani Abbasiyah
memegang kekuasaan kekhalifahan, mengusung kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan
kembali ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya di Timur Tengah.
Setelah itu Abbasiyah dipimpin oleh al-Amin dan al-Makmun al-Rasyid, putra Harun
al-Rasyid. Al Makmun memimpin sejak 813 – 833 M dan memperluas Baitul Hikmah
menjadi akademi ilmu pengetahuan pertama di dunia. Ia juga mendirikan Majalis al-
Munazharah yang mengadakan pengajian di rumah, masjid dan istana khalifah, dan menjadi
tanda akan bangkitnya kekuatan penuh dari Timur dengan Baghdad sebagai pusat
kebudayaan dan puncak keemasan Islam. Pada masa ini juga banyak diterjemahkan buku –
buku karya kuno dari Yunani dan Syria kuno ke dalam bahasa Arab. Paham Muktazilah
dianut al-Makmun sebagai mazhab negara, yaitu menggunakan akal sebagai dasar untuk
memahami dan menyelesaikan persoalan teologi, yang merintis pembahasan teologi Islam
secara detil dan filosofis sehingga muncul filsafat Islam.
Selanjutnya dalam sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah dipimpin oleh Khalifah al-
Mutawakkil mulai 847 – 861 M. Ia berbeda dengan khalifah sebelumnya karena lebih
cenderung ke cara berpikir ahlun sunnah. Dalam sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah, ia
hidup pada satu zaman dengan para tokoh besar Islam seperti Abdul Malik bin Habib (imam
Mazhab Maliki), Abdul Azis bin Yahya al-Ghul(murid Imam Syafi’i), Abu Utsman bin
Manzini (pakar ilmu nahwu) dan Ibnu Kullab, seorang tokoh dalam bidang ilmu kalam.
Terjadi perselisihan mengenai penerus kekhalifahan setelah al-Mutawakkil karena sebelum
dirinya wafat, ia hendak menurunkan mandat kepada anak – anaknya yaitu al-Muntashir, al-
Mu’taz dan al-Muayyad. Tetapi ia kemudian mengubah susunan penerusnya menjadi al-
Mu’taz lebih dulu , namun al- Muntashir tidak menerimanya. Akibatnya posisi al-Muntashir
langsung diturunkan dengan paksa, bersamaan dengan berlangsungnya ketidak senangan
orang – orang Turki kepada al-Mutawakkil karena beberapa sebab. Al-Muntashir dan orang –
orang Turki kemudian sepakat untuk membunuh al-Mutawakkil. Setelah ayahnya dibunuh,
al-Muntashir menjadi pemimpin khalifah namun hanya selama enam bulan karena ia justru
berbalik menjelekkan orang Turki dan dibunuh oleh mereka.
Sejarah berdirinya dinasti Abbasiyah kemudian mengalami kemunduran sejak saat itu.
Banyak pula faktor lain yang mempengaruhinya karena kurangnya perhatian pada persoalan
politik, seperti pemisahan diri Afrika Utara untuk membentuk pemerintahan merdeka
bernama Kekhalifahan Fathimiyah. Para gubernur di berbagai propinsi seperti dinasti
Samaniyah mulai bertindak lebih bebas, dan para jenderal Turki di pasukan Abbasiyah juga
semakin lama semakin sulit dikendalikan oleh para khalifah. Kesulitan komunikasi antara
pusat pemerintahan sulit dilakukan pada masa itu karena wilayah kekuasaan yang sangat luas,
bahkan tingkat kepercayaan antara penguasa dan para pelaksana pemerintahan sangat rendah.
Begitu juga keuangan negara yang sulit karena negara perlu mengeluarkan biaya yang sangat
besar untuk angkatan bersenjata. Pemisahan – pemisahan wilayah pun mulai terjadi, sebagian
besar karena perbedaan cara mengelola daerah kekuasaan yang berbeda dengan Bani
Umayyah.
Pada masa Bani Umayyah, wilayah kekuasaannya tetap sejajar dengan batas – batas
wilayah kekuasaan Islam. Namun pada masa pemerintahan Abbasiyah, kekuasaan mereka
tidak pernah diakui di Spanyol dan seluruh Afrika Utara kecuali sebagian kecil Mesir. Dalam
kenyataannya banyak wilayah berada dalam kekuasaan khalifah hanya dalam bentuk
pengiriman upeti pajak dari gubernurnya masing – masing. Pada saat kekhalifahan Abbasiyah
mulai menunjukkan kemunduran, propinsi – propinsi tersebut mulai melepaskan diri dan
tidak lagi membayar pajak, bahkan berusaha menguasai kekhalifahan itu sendiri. Sejarah
perang uhud juga terjadi setelah kekhalifahan abbasiyah selesai, dan menjadikan kekuasaan
bercampur tangan serta menimpulkan berbagai perang seperti dalam sejarah perang badar.