Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN

ASUHAN GIZI KLINIK (AGK)

PENATALAKSAAN DIET ACUTE LYMPHOCYTIC LEUKIMIA (ALL)

PAVILIUN KEMUNING ATAS RSU KABUPATEN TANGERANG

TAHUN 2019

INDRIANI AYU LESTARI

PO.71.31.1.16.015

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI DIV GIZI
PALEMBANG
TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
ASUHAN GIZI KLINIK (AGK)
PAVILIUN KEMUNING ATAS RSU KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2019

Disusun Oleh :

INDRIANI AYU LESTARI


PO.71.31.1.16.015

Mahasiswa D-IV Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang


telah mendapatkan persetujuan pada :
04 NOVEMBER 2019

Mengetahui, Menyetujui,
Kepala Instalasi Gizi dan Dietetik Pembimbing Instalasi Gizi dan Dietetik
RSU Kabupaten Tangerang RSU Kabupaten Tangerang

dr. Elvi Manurung, SpGK,. MS Lismarny Sinaga, SKM


NIP 196412251990032007 NIP 197112081994032003
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat,


rahmat dan inayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Lapangan (PKL) Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK) di Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang. Dalam menyelesaikan Laporan PKL ini penyusun
mendapat masukan dan bantuan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Muhamad Taswin, S.Si.Apt, MM, M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang.
2. Ibu Susyani S.SiT, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Palembang.
3. Bapak Muzakar, S.ST, M.PH selaku Ketua Program Studi D-III Gizi
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palembang.
4. Kepala Instalasi Gizi dan Dietetik RSU Kabupaten Tangerang dr. Elvi
Manurung, SpGK, MS.
5. Koordinator PKL di RSU Kabupaten Tangerang Bapak Muhamad Nur, S.Gz
RD.
6. Pembimbing laporan Manajemen Asuhan Gizi Klinik Ibu Lismarny Sinaga,
SKM.
7. Para pembimbing Instalasi Gizi dan Dietetik di RSU Kabupaten Tangerang.

Harapan penyusun semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman khususnya bagi penyusun maupun pembaca. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman, banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
ini, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, penyusun berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tugas ini dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan bidang gizi khususnya bidang gizi
klinik.

Tangerang, November 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan keganasan sel darah yang berasal dari sumsum
tulang, ditandai oleh proliferasi sel-sel darah putih, dengan manifestasi
penambahan sel-sel abnormal dalam sel darah tepi. Berdasarkan National
Academy of Sciences, terdapat lebih dari 100.000 bayi di seluruh dunia yang
lahir dengan keadaan dan kondisi yang berat dari Leukemia (Cooley’s Anemia
Foundation, 2006). Jumlah penderita di Indonesia pada tahun 2008 sudah
mencapai 20.000 orang penderita dari jumlah 200 juta orang penduduk
Indonesia secara keseluruhan (Robert, 2009).
Leukemia limfositik akut atau biasa di sebut ALL adalah bentuk
leukemia yang paling lazim dijumpai pada anak, insiden tertinggi terdapat
pada usia 3-7 tahun. Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit
yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera,
maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari.
Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu
cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1
tahun bahkan ada yang mencapai 5 tahun (Hoffbrand, 2005).
Lebih kurang 80% leukemia akut pada anak adalah ALL dan sisanya
sebagian besar AML (Rudolph, 2007). Yayasan Ongkologi Anak Indonesia
menyatakan bahwa menurut data dari World Health Organization (WHO),
setiap tahun jumlah penderita kanker anak terus meningkat. Jumlahnya
mencapai 110 sampai 130 kasus per satu juta anak per tahun. Di Indonesia,
setiap tahun ada kira-kira 11.000 kejadian kanker anak, dan 650 kasus kanker
anak di Jakarta. Jenis kanker anak yang paling sering ditemukan di Indonesia
adalah leukemia dan retinoblastoma.

Penderita leukimia pada anak yang memiliki gejala seperti demam atau
keringat malam, merasa lemah atau capai, pucat, sakit kepala, mudah berdarah
atau memar. misalnya gusi mudah berdarah saat sikat gigi, muda memar saat
terbentur ringan, nyeri pada tulang dan/atau sendi. Adanya perubahan gejala
secara cepat pada penderita leukemia anak mengakibatkan anak merasakan
sakit yang hebat. Kondisi tersebut mengharuskan anak dengan penyakit
leukemia harus dilakukan dengan perawatan di rumah sakit, dan sangat tidak
memungkinkan anak dalam perawatan di rumah (Robert , 2009).
Anak-anak dengan penyakit leukemia memiliki masalah-masalah
seperti berkurangnya kemampuan anak dalam beraktivitas pada sesuainya.
Anak akan mengalami kesulitan seperti menggambar yang dicontohkan,
menggambar garis yang lebih panjang. Kesulitan ini sebagai akibat rasa sakit
nyeri pada bagian tulang (Hoffbrand, 2005).
Hal ini menunjukkan bahwa penyakit tersebut dapat meningkatkan
persentase angka kematian dan angka kecatatan, sehingga perlu dilakukan
proses asuhan gizi kepada pasien dengan diagnosa ALL di RSU Kabupaten
Tangerang, sehingga mahasiswa dapat mempraktekkan pengetahuan yang
telah didapatkan di akademik dan mengidentifikasi serta menganalisis secara
aktif penyakit yang menjadi prioritas masalah di rumah sakit. RSU Kabupaten
Tangerang sebagai lahan praktek kerja lapangan dalam proses belajar
mahasiswa DIII Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang sehingga mahasiswa
mampu menerapkan hasil belajar di akademik bagi dunia kesehatan dan
menggunakan NCP sebagai tata cara asuhan gizi di rumah sakit.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melaksanakan Proses Asuhan Gizi Terstandar Pada Pasien Acute
Lymphocitic Leukemia (ALL) di Paviliun Kemuning Atas RSU Kabupaten
Tangerang.

2. Tujuan Khusus
1. Melakukan penapisan gizi (Nutrition Screening) pada Pasien Acute
Lymphocitic Leukemia (ALL) di Paviliun Kemuning Atas RSU
Kabupaten Tangerang.
2. Melakukan pengkajian gizi (Nutrition Assessment) pada Pasien Acute
Lymphocitic Leukemia (ALL) di Paviliun Kemuning Atas RSU
Kabupaten Tangerang.
3. Melakukan diagnosa gizi (Nutrition Assessment) pada Pasien Acute
Lymphocitic Leukemia (ALL) di Paviliun Kemuning Atas RSU
Kabupaten Tangerang.
4. Melaksanakan intervensi gizi pada Pasien Acute Lymphocitic Leukemia
(ALL) di Paviliun Kemuning Atas RSU Kabupaten Tangerang.
5. Melakukan edukasi gizi pada Pasien Acute Lymphocitic Leukemia
(ALL) di Paviliun Kemuning Atas RSU Kabupaten Tangerang.
6. Melakukan monitoring dan evaluasi pada Pasien Acute Lymphocitic
Leukemia (ALL) di Paviliun Kemuning Atas RSU Kabupaten
Tangerang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Leukemia
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah
putih” pada tahun 1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan
diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoetik.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan
genetik pada satu atau banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel
yang normal akan tertekan pada waktu sel leukemia bertambah banyak
sehingga akan menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik ini adalah
akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada
berbagai tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif
kelompok sel ganas tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia
beredar secara sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang
berlebihan, dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih
sirkulasinya meninggi.

B. Morfologi dan Fungsi Normal Sel Darah Putih


Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh,
yaitu berfungsi melawan infeksi dan penyakit lainnya. Batas normal jumlah
sel darah putih berkisar dari 4.000 sampai 10.000/mm3. Berdasarkan jenis
granula dalam sitoplasma dan bentuk intinya, sel darah putih digolongkan
menjadi 2 yaitu : granulosit (leukosit polimorfonuklear) dan agranulosit
(leukosit mononuklear).
1. Granulosit
Granulosit merupakan leukosit yang memiliki granula sitoplasma.
Berdasarkan warna granula sitoplasma saat dilakukan pewarnaan terdapat
3 jenis granulosit yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil.
a. Neutrofil
Neutrofil adalah garis pertahanan pertama tubuh terhadap
invasi oleh bakteri, sangat fagositik dan sangat aktif. Sel-sel ini
sampai di jaringan terinfeksi untuk menyerang dan menghancurkan
bakteri, virus atau agen penyebab infeksi lainnya.
Neutrofil mempunyai inti sel yang berangkai dan kadang-
kadang seperti terpisah- pisah, protoplasmanya banyak bintik-bintik
halus (granula). Granula neutrofil mempunyai afinitas sedikit
terhadap zat warna basa dan memberi warna biru atau merah muda
pucat yang dikelilingi oleh sitoplasma yang berwarna merah muda.
Neutrofil merupakan leukosit granular yang paling banyak,
mencapai 60% dari jumlah sel darah putih. Neutrofil merupakan sel
berumur pendek dengan waktu paruh dalam darah 6-7 jam dan
jangka hidup antara 1-4 hari dalam jaringan ikat, setelah itu neutrofil
mati.
b. Eosinofil
Eosinofil merupakan fagositik yang lemah. Jumlahnya akan
meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit. Eosinofil
memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar. Sel granulanya
berwarna merah sampai merah jingga.
Eosinofil memasuki darah dari sumsum tulang dan beredar
hanya 6-10 jam sebelum bermigrasi ke dalam jaringan ikat, tempat
eosinofil menghabiskan sisa 8-12 hari dari jangka hidupnya. Dalam
darah normal, eosinofil jauh lebih sedikit dari neutrofil, hanya 2-4%
dari jumlah sel darah putih.
c. Basofil
Basofil adalah jenis leukosit yang paling sedikit jumlahnya
yaitu kurang dari 1% dari jumlah sel darah putih. Basofil memiliki
sejumlah granula sitoplasma yang bentuknya tidak beraturan dan
berwarna keunguan sampai hitam.
Basofil memiliki fungsi menyerupai sel mast, mengandung
histamin untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera
dan heparin untuk membantu mencegah pembekuan darah
intravaskular.

2. Agranulosit
Agranulosit merupakan leukosit tanpa granula sitoplasma.
Agranulosit terdiri dari limfosit dan monosit.
a. Limfosit
Limfosit adalah golongan leukosit kedua terbanyak setelah
neutrofil, berkisar 20-35% dari sel darah putih, memiliki fungsi
dalam reaksi imunitas. Limfosit memiliki inti yang bulat atau oval
yang dikelilingi oleh pinggiran sitoplasma yang sempit berwarna
biru.
Terdapat dua jenis limfosit yaitu limfosit T dan limfosit B.
Limfosit T bergantung timus, berumur panjang, dibentuk dalam
timus. Limfosit B tidak bergantung timus, tersebar dalam folikel-
folikel kelenjar getah bening. Limfosit T bertanggung jawab atas
respons kekebalan selular melalui pembentukan sel yang reaktif
antigen sedangkan limfosit B, jika dirangsang dengan semestinya,
berdiferesiansi menjadi sel-sel plasma yang menghasilkan
imunoglobulin, sel-sel ini bertanggung jawab atas respons kekebalan
hormonal.
b. Monosit
Monosit merupakan leukosit terbesar. Monosit mencapai 3-
8% dari sel darah putih, memiliki waktu paruh 12-100 jam di dalam
darah. Intinya terlipat atau berlekuk dan terlihat berlobus,
protoplasmanya melebar, warna biru keabuan yang mempunyai
bintik-bintik sedikit kemerahan.
Monosit memiliki fungsi fagositik dan sangat aktif,
membuang sel-sel cedera dan mati, fragmen-fragmen sel, dan
mikroorganisme.

C. Patofisiologi
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan
tubuh terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah,
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan
produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka
terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya.
Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh
terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada
sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai
aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan
kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang menambahkan atau
menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur termasuk
translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi
ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi
sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel
darah putih mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah
keganasan. Perubahan tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali
bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks). Translokasi
kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga
sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah
bening, ginjal, dan otak.
D. Klasifikasi Leukemia
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan
maturasi sel dan tipe sel asal yaitu :
1. Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang
berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah
abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ
lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa
pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.

a. Leukemia Limfositik Akut (LLA)


LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya
proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik
yang mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan
kegagalan organ.
LLA lebih sering ditemukan pada anak-anak (82%) daripada
umur dewasa (18%). Insiden LLA akan mencapai puncaknya pada
umur 3-7 tahun. Tanpa pengobatan, sebagian anak-anak akan hidup
2-3 bulan setelah terdiagnosis terutama diakibatkan oleh kegagalan
dari sumsum tulang.

b. Leukemia Mielositik Akut (LMA)


LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem
hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA
merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
LMA atau Leukemia Nonlimfositik Akut (LNLA) lebih sering
ditemukan pada orang dewasa (85%) dibandingkan anak-anak (15%).
Permulaannya mendadak dan progresif dalam masa 1 sampai 3 bulan
dengan durasi gejala yang singkat. Jika tidak diobati, LNLA fatal
dalam 3 sampai 6 bulan.
2. Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai
proliferasi neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi
karena keganasan hematologi.
a. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada
limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan
akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang
berumur panjang.
LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang
menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan
perbandingan 2:1 untuk laki-laki.
b. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)
LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai
dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif
matang. LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering
dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun).
Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia
ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK.
Sebagian besar penderita LGK/LMK akan meninggal setelah
memasuki fase akhir yang disebut fase krisis blastik yaitu produksi
berlebihan sel muda leukosit, biasanya berupa mieloblas/promielosit,
disertai produksi neutrofil, trombosit dan sel darah merah yang amat
kurang.

E. Penyebab Penyakit Leukemia


Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini.
Menurut hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih
meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia.
1. Host
a. Umur, jenis kelamin dan ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur.
LLA merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak,
dengan puncak insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada
umur 15-39 tahun, sedangkan LMK banyak ditemukan antara umur
30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata
60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada
wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia
(kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker.
Menyerang 9 dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap
tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia
daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling sering pada orang tua.
Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling sering
sebelum usia 4 tahun.
b. Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down
adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Kelainan pada
kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia
akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital
misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van Creveld,
penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott
Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia
meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia
pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia
juga dapat terjadi pada kembar identik.

2. Agent
a. Virus
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan
etiologi terjadinya leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan
retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan
kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T
yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat
lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
b. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas
dapat menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas
sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi
terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai
risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak
bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan Nagasaki yang
hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi
LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul
terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu
juga dengan penderita ankylosing spondylitis yang diobati dengan sinar
lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.
c. Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazon) diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.
Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab leukemia
(misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia
nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
menunjukkan bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan
risiko terkena leukemia terutama LMA artinya orang yang menderita
leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan
dengan yang tidak menderita leukemia.

3. Lingkungan (pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan
pekerjaan dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang
dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan
kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah
tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26%
adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan 17% adalah petani.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja
di pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia, artinya
orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja di
pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia.

F. Gejala Klinis
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia,
trombositopenia, neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi,
hipermetabolisme.
1. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan
kegagalan sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia
(mudah lelah, letargi, pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan.
Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan sendi,
hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia
dan femur.

2. Leukemia Mielositik Akut


Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang
disebabkan oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. Perdarahan biasanya
terjadi dalam bentuk purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit
yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3) biasanya mengalami
gangguan kesadaran, sesak napas, nyeri dada dan priapismus. Selain itu
juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan
hipoglikemia.
3. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita
LLK yang mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati
generalisata, penurunan berat badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu
hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan atau olahraga.
Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan
perjalanan penyakitnya.
4. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase
krisis blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat
kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi
setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan
keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang
disertai infeksi.

G. Penatalaksanaan Diet
1. Tujuan Diet
a. Mencegah penurunan berat badan, kehilangan protein dan lemak tubuh
b. Mencegah infeksi dan sepsis
c. Mencukupi kebutuhan zat gizi
d. Meningkatkan daya terima pasien terhadap makanan yang diberikan
e. Memelihara hidrasi

2. Syarat Diet
a. energi sesuai kebutuhan. Dan perlu memperhitungkan penambahan
energi jika ada demam, infeksi dan stres.
b. Protein berkisar antara 100%-150% AKG untuk memperbaiki
jaringan yang rusak, memperbaiki sistem kekebalan tubuh, dan
mencegah wasting otot.
c. Lemak dapat diberikan 25-30% dari total energi. Sangat dianjurkan
jenis lemak rantai sedang (MCT) agar penyerapan lebih baik dan
menghindari kejadian diare.
d. Suplemen vitamin dan mineral diperlukan jika asupannya rendah
khususnya vitamin C, vitamin A, vitamin D, mineral seng, dan yang
lain yang diperlukan mempercepat penyembuhan setelah operasi atau
sebagai antioksidan.
e. Gunakan bahan makanan yang mengandung fitokimia dan
antioksidan seperti buah dan sayur yang berwarna, serta bumbu
dapur.
f. Penambahan cairan diperlukan jika ada demam dan tidak ada
kontraindikasi.
g. Jika memungkinkan pemberian makanan per oral, sebaiknya bahan
makanan yang mempunyai fungsi protektif diberikan sebagai contoh
isoflavon pada kedelai, flavonoid pada anggur, kacang-kacangan,
biji-bijian, buah dan sayur.
h. Porsi kecil dan diberikan sering.
i. Jika ada hiperglikemia, asupan karbohidrat dan asupan sumber
energi perlu dikontrol/waspadai.
j. Sajikan makanan dalam bentuk menarik dan suhu yang dapat
diterima. Dalam kondisi tertentu kadang kala makanan dingin lebih
disukai.
k. Jika sedang mengalami kemoterapi sebaiknya hindari makanan yang
diawetkan, makanan berbagai seperti tempe, tape dan brem serta
makanan mentah.
BAB III
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT)

A. Data Umum Pasien


No.Rekam Medis : 00206466

Nama Pasien : An. P

Tanggal Lahir : 24/09/2011

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 7 Tahun 6 Bulan

Agama : Islam

Tanggal MRS : 30-09-2019

Tanggal Skrining : 01-10-2019

Tanggal Intervensi : 02 s.d 04 Oktober 2019

Ruangan : Kemuning Atas

Kamar : 207/1

B. Assesment Gizi
1. Food History (FH)
An. P mempunyai kebiasaan makan 3x sehari 1 centong. Os biasanya
mengkonsumsi lauk hewani 1 potong ayam goreng dan sangat menyukai
bagian sayap dan kaki. Biasanya, jika ibunya memasak sop Os bisa
menghabiskan sampai dengan 1/2 kg sayap dan kaki ayam. Os biasanya
mengkonsumsi 2 potong tempe goreng. Os sangat menyukai sayur bayam,
sekali makan Os dapat menghabiskan 1 mangkok sayur bayam. Os tidak
menyukai buah buah pepaya dan sangat menyukai buah melon. Dalam sehari
Os dapat menghabiskan sampai dengan 1/2 buah melon.
Sebelum sakit, Os suka mengkonsumsi mi instan dan es. Dalam sehari
Os dapat jajan es hingga 6x sehari. Tidak ada alergi terhadap makanan.

a. Gambaran Asupan SMRS


Tabel 1.
Asupan kebiasaan makan pasien SMRS

KH
Berat Energi Protein  Lemak 
Golongan Penukar
(gram) (kkal) (gr) (gr) (gr)

Makanan Pokok 3p 300 525 12 - 120


Makanan Hewani 2p 110 300 14 10 -
Makanan Nabati 2p 100 150 10 6 14
Sayuran 3p 300 75 3 - 15
Snack - - - - - -
Buah 4p 400 200 - - 48
Minyak 4p 20 200 - 20 -
Gula 1p 10 50 - - 12
Total Asupan  1500 39 36 209
Kebutuhan  1712.5 45 47.57 274
Presentase Asupan 87.59% 86.67% 75.68% 76.28%
Keterangan Baik Baik Kurang Kurang

b. Gambaran Asupan Recall 1x24 Jam MRS


Tanggal : 01 Oktober 2019 (ML 1200 kkal)
Pagi : Bubur Kecap 1/2p, susu Ultramilk 100 mL
Snack : Bolu Panggang, susu Ultramilk 100 mL
Siang : NB 1p, bihun 1/2p, semur daging giling 1p
Snack : Melon 1p
Sore : NB 1p, bihun 1/2P

Tabel 2.
Recall Asupan Makan Pasien Sebelum Intervensi

KH
Berat Energi Protein  Lemak 
Golongan Penukar
(gr) (kkal) (gr) (gr) (gr)

Makanan Pokok  3p 300 525 12 - 120


Makanan Hewani 1p 50 75 7 5 -
Makanan Nabati  - - - - - -
Sayuran  - - - - - -
Snack  1p 40 100.43 2.77 6.06 9.16
Buah  1p 200 50 - - 12
Minyak  1 1/2p 8 75 - 7.5 -
Gula  1/2p 5 25 - - 6
Susu 1p 200 150 6 4 22
Total Asupan 1000.43 27.77 22.56 169.16
Kebutuhan 1802.56 46 50.07 292.92
Presentase Asupan 55.50% 60.37% 45.06% 57.75%
Keterangan Kurang Kurang Kurang Kurang

2. Antropometri Data (AD)


TB : 118,6 cm
BB MRS : 23 kg
BB SMRS : 25 kg
BBI = (U x 2) + 8
= (7,6 x 2) + 8
= 23,2 kg
BB/U = -0,07 (Gizi Baik)
TB/U = -0,75 (Normal)
IMT/U = 0,48 (Normal)

3. Biokimia Data (BD)


Tabel 3.
Hasil Pemeriksan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Interpretasi


Hemoglobin 10,5 g/dL 11,7-15,5 g/dL Anemia
Leukosit  0,61 x103/UI 3,6-11 x103/UI Leukopeni
Hematokrit  31 % 35-47% dibawah normal
Trombosit  8 x103/UI 140-440 x103/UI Trombositopenia
Limfosit 93 % 25-40% diatas normal
Monosit 5% 2-8% Normal
GDS 112 mg/dL <180 mg/dL Normal
Sumber : Laboratorium RSU Kabupaten Tangerang Tanggal 31 Oktober 2019

Kesimpulan :
Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dilihat bahwa pasien mengalami penurunan
kadar Hemoglobin, Leukosit, Hematokrit, dan Trombosit, serta mengalami
peningkatan kadar Limfosit.

4. Physical Data (PD)


a. Fisik
Pasien menyatakan bahwa mengalami keluhan mual, pusing, batuk,
dan nyeri pada perut. Pada pengamatan awal didapat keadaan umum
kesadaran penuh.

b. Klinis
Tabel 4.
Hasil Pemeriksaan Klinis
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL INTERPRETASI
RR 24 20-30x/menit Normal
NADI 100 60-100x/menit Normal
SUHU 36,7 36-37oC Normal
Sumber : Laboratorium RSU Kabupaten Tangerang Tanggal 31 Oktober
2019

Kesimpulan :
Hasil pemeriksaan klinis menyatakan bahwa pasien dalam keadaan normal.

C. Client History (CH)


1. Riwayat Personal
An. P adalah anak bungsu dari 2 bersaudara, beragama islam.
Ayahnya bekerja sebagai seorang supir dan ibunya merupakan ibu rumah
tangga. Os saat ini duduk dibangku kelas 1 SD dan sudah cuti sekolah
selama 6 bulan terakhir. OS menjalani kemoterapi terakhir tanggal 27
(kamis). OS beralamat di JL. KH. Mursan RT/RW. 001/002.

2. Riwayat Penyakit
OS pasien ALL kemoterapi sejak desember 2018.

D. Diagnosa Gizi
1. Domain Intake
NI 2.1 Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan nafsu makan menurun
karena mual dan nyeri perut ditandai dengan hasil recall MRS,
Energi 55.50%, Protein 60.37%, Lemak 45.06%, KH 57.75%
kategori asupan kurang.

2. Domain Klinis
NC 2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi berkaitan dengan
penyakit ALL ditandai dengan nilai Hb 10,5 g/dL (anemia),
Leukosit 0,61 x103/UI (leukopeni), Hematokrit 31% (dibawah
normal), dan Trombosit 8x103/UI (trombositopenia).

3. Domain Prilaku dan Lingkungan


NB 1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi berkaitan
dengan kurang terpaparnya informasi mengenai makanan dan
gizi ditandai dengan pasien hanya menyukai sayuran dan buah
tertentu (contohnya bayam dan melon).

E. Intervensi Gizi
1. Tujuan Diet
a. Meningkatkan daya terima pasien terhadap makanan yang diberikan.
b. Mempertahankan status gizi optimal.
2. Nama Diet
a. NB 1500 kkal
b. NB 1500 kkal ex susu coklat 1x100 cc
c. NB 1700 kkal ex susu coklat 1x100 cc
3. Prinsip Diet
Energi Cukup Protein Tinggi
4. Rute Pemberian
Oral
5. Bentuk Makanan
Makanan Biasa
6. Proses Implementasi
a. Hari pertama diberikan 85% dari kebutuhan total.
b. Hari kedua diberikan 90% dari kebutuhan total.
c. Hari ketiga diberikan 100% dari kebutuhan total.
d. Waktu implementasi 2-4 Oktober 2019 ditambah asupan recall SMRS
dan monitoring pasien sehingga total waktu implementasi diet yaitu
selama ±5 hari.
7. Syarat Diet
a. Energi adekuat, yaitu sebesar 1802,56 kkal. Diberikan secara
bertahap dimulai dari 85% sebanyak 1532,18 kkal.
b. Protein adekuat, diberikan 2 gr/KgBB atau sebesar 10% dari
kebutuhan energi total yaitu sebanyak 46 gr.
c. Lemak cukup, diberikan 25% dari kebutuhan energi total yaitu
sebanyak 50,07 gr.
d. Karbohidrat diberikan 65% dari kebutuhan energi total yaitu
sebanyak 292,92 gr.
e. Bentuk makanan diberikan makanan biasa dan penambahan makanan
cair.
f. Gunakan bahan makanan yang mengandung fitokimia dan
antioksidan seperti buah dan sayur yang berwarna.

8. Perhitungan Kebutuhan
a. Perhitungan SMRS
Kebutuhan Energi AKG (2013)
E = 25 x 68,5 = 1712,5 kkal
P = 25 x 1,8 = 45 gr 10,5% ≈ 11%
L = 25% x 1712,5 = 428,13/9 = 47,57 gr
KH = 64% x 1712,5 = 1096/4 = 274 gr

b. Perhitungan MRS
Rumus Schofield
BEE = 16,969 x BB+1,618 x (TB+371,2)
= 16,969 x 23+1,618 x (118,6+371,2)
= 459,287+(1,618 x 489,8)
= 459,287+792,4964
= 1251,78 kkal
TEE = BEE x FA x FS
=1251,78 x 1,2 x 1,2
= 1802,56 kkal
P = 2 gr/kgBB
= 2 x 23
= 46 gr→10,2% ≈ 10%
L = 25% x 1802,56
= 450,64/9
= 50,07 gr
KH = 65% x 1802,56
= 1171,66/4
= 292,92 gr

9. Rencana Intervensi Hari Pertama


02 Oktober 2019 (Menu Ke-2)
Pemberian 85% dari kebutuhan yaitu:
E = 1532,18 kkal
P = 39,1 gr
L = 42,56 gr
KH = 248,98 gr

a. Perencanaan Menu Hari Pertama


Pagi : bubur kacang ijo + roti tawar 1 iris
Snack : bolu pandan
Siang : NB
ayam panggang bumbu kalasan
perkedel daging cincang
soto sayuran (soun cina+wortel+kentang+ayam)
pisang ambon kuning
Snack : pisang tanduk kukus
Sore : NB
opor telur
tahu bumbu kecap
cah buncis+labu siam
melon

Tabel 5.
Rencana Intervensi Hari Pertama

Berat Energi  Protein Lemak  KH


Golongan Penukar
(gram) (kkal) (gr) (gr) (gr)
Makanan Pokok  21/2p 250 437.5 10 - 100
Makanan Hewani  2 1/2p 120 262.5 17.5 12.5 -
Makanan Nabati  2p 120 150 10 6 14
Sayuran  2p 100 50 2 - 10
Snack  1p 40 120.15 2.77 6.06 13.86
Buah  3p 250 150 - - 36
Minyak  4p 20 200 - 20 -
Gula  11/2p 15 75 - - 18
Total 1428.5 41.7 39.5 199.5
Kebutuhan 85% 1532.18 39.1 42.56 248.98
Presentase 93.23% 106.65% 92.81% 80.13%
Keterangan Baik Baik Baik Baik
Kebutuhan 100% 1802.56 46 50.07 292.92
Presentase 79.25% 90.65% 78.89% 68.11%
Keterangan Kurang Baik Kurang Kurang

b. Asupan Makan Hari Pertama


Pagi : roti tawar 1 iris
susu ultramilk 100 ml
Snack : bolu pandan
susu ultramilk 100 ml
Siang : NB 1p
ayam panggang bumbu kalasan 1p
perkedel daging cincang 1/2p
soto sayuran (soun cina+wortel+kentang+ayam) 1/2p
pisang ambon kuning 1p
Snack : pisang tanduk kukus
ketupat 1/2 bh + kecap
Sore : NB 1p
opor telur 1p
tahu bumbu kecap 1p
cah buncis+labu siam 1/2p
melon 1p

Tabel 6.
Asupan Makan Hari Pertama

Berat Energi Protein Lemak KH


Golongan Penukar
(gram) (kkal) (gr) (gr) (gr)
Makanan Pokok  3p 300 525 12 - 120
Makanan Hewani 2 1/2p 120 262.5 17.5 12.5 -
Makanan Nabati  1p 50 75 5 3 7
Sayuran  1p 50 25 1 - 5
Snack  1p 40 120.15 2.77 6.06 13.86
Buah  3p 300 150 - - 36
Minyak  4p 20 200 - 20 -
Gula  1 1/4p 13 62.5 - - 15
Susu  1p 200 150 6 4 22
Total Asupan  1573.15 44.27 45.56 218.86
Kebutuhan 85% 1532.18 39.1 42.56 248.98
Presentase Asupan 102.67% 109.22% 107.05% 87.90%
Keterangan Baik Baik Baik Baik
Kebutuhan 100% 1802.56 46 50.07 292.92
Presentase Asupan 87.27% 96.24% 90.99% 74.72%
Keterangan Baik Baik Baik Kurang

10. Rencana Intervensi Hari Kedua


3 Oktober 2019 (Menu Ke-3)
Pemberian 90% dari kebutuhan yaitu:
E = 1622,3 kkal
P = 41,4 gr
L = 45,06 gr
KH = 263,63 gr

a. Perencanaan Menu Hari Kedua


Pagi : bubur ayam komplit+kedele+kerupuk
Snack : bolu gulung
Siang : NB
telur ayam bumbu asam manis
oseng tempe
bening bayam+jagung manis
jeruk
Snack : fooding gula merah
susu 1x100 cc
Sore : NB
daging bumbu lapis
tempe bumbu tomat
soup wortel+macaroni+buncis+ayam
melon

Tabel 7.
Rencana Intervensi Hari Kedua

Berat Energi Protein ( Lemak KH


Golongan Penukar
(gram) (kkal) gr) (gr) (gr)
Makanan Pokok  3p 250 525 12 - 120
Makanan Hewani  2p 100 150 14 10 -
Makanan Nabati  21/2p 110 187.5 12.5 7.5 17.5
Sayuran  2p 100 50 2 - 10
Snack  2p 135 159.41 3 8.34 12.64
Buah  2p 150 100 - - 24
Minyak  3p 15 150 - 15 -
Gula  11/2p 15 75 - - 18
Susu 1x100 cc 39 160 5 6 23
Total  1556.91 48.5 46.84 225.14
Kebutuhan 90% 1622.3 41.4 45.06 263.63
Presentase 95.97% 107.15% 103.95% 85.40%
Keterangan Baik baik Baik Baik
Kebutuhan 100% 1802.56 46 50.07 292.92
Presentase 86.37% 105.43% 93.55% 76.86%
Keterangan Baik Baik Baik Kurang

b. Asupan Makan Hari Kedua


Pagi : NB 1p
Bihun 1p
Snack : bolu gulung
melon 1p
Siang : NB 1p
telur ayam bumbu asam manis 1p
oseng tempe 1p
bening bayam+jagung manis 1/2p
jeruk 1p
Snack : fooding gula merah
susu 1x100 cc
Sore : NB 1p
daging bumbu lapis 1p
tempe bumbu tomat 1p
soup wortel+macaroni+buncis+ayam 1/2p
melon 1p

Tabel 8.
Asupan Makan Hari Kedua

Berat Energi Protein Lemak


Golongan Penukar KH (gr)
(gram) (kkal) (gr) (gr)
Makanan Pokok  4p 350 700 16 - 160
Makanan Hewani 2p 100 150 14 15 -
Makanan Nabati  2p 100 150 10 6 14
Sayuran  1p 50 25 1 - 5
Snack  2p 135 159.41 3 8.34 12.64
Buah  3p 250 75 - - 18
Minyak  31/2p 18 175 - 17.5 -
Gula  11/2p 15 75 - - 18
Susu 1x100 cc 39 160 5 6 23
Total  1669.41 49 52.84 250.64
Kebutuhan 90% 1622.3 41.4 45.06 263.63
Presentase 102.90% 109.36% 107.26% 95.07%
Keterangan Baik Baik Baik Baik
Kebutuhan 100% 1802.56 46 50.07 292.92
Presentase 92.61% 106.52% 105.53% 85.57%
Keterangan Baik Baik Baik Baik

11. Rencana Intervensi Hari Ketiga


4 Oktober 2019 (Menu Ke-4)
Pemberian 100% dari kebutuhan yaitu:
E = 1802,56 kkal
P = 46 gr
L = 50,07 gr
KH = 292,92 gr

b. Perencanaan Menu Hari Ketiga


Pagi : bubur sumsum
Snack : kue sus
Siang : NB
ayam semur
tahu bumbu tomat
sup kimlo (kentang+wortel+soun+bakso+ayam)
semangka non biji
Snack : fooding mutiara
susu 1x100 cc
Sore : NB
tenggiri fillet bumbu asam manis
tempe bacem
soup wortel+labu air
pisang ambon kuning

Tabel 9.
Rencana Intervensi Hari Ketiga

Berat Energi Protein Lemak


Golongan Penukar KH (gr)
(gram) (kkal) (gr) (gr)
Makanan Pokok  4p 350 700 16 - 160
Makanan Hewani  2p 100 200 14 7 -
Makanan Nabati  2p 100 150 10 6 14
Sayuran  2p 100 50 2 - 10
Snack  2p 85 160.29 2.44 4.95 16.44
Buah  2p 200 100 - - 24
Minyak  31/2p 18 175 - 17.5 -
Gula  11/2p 15 75 - - 18
Susu 1x100cc 39 160 5 6 23
Total  1770.29 49.44 41.45 265.44
Kebutuhan 100% 1802.56 46 50.07 292.92
Presentase 98.21% 107.48% 82.78% 90.62%
Keterangan Baik Baik Baik Baik

b. Asupan Makan Hari Kedua


Pagi : bubur sumsum 1/2p
melon 1p
Snack : kue sus
melon 1p
Siang : NB 1 1/2p
ayam semur 1p
tahu bumbu tomat 1p
sup kimlo (kentang+wortel+soun+bakso+ayam) 1/2p
semangka non biji 1p
Snack : fooding mutiara
susu 1x100 cc
Sore : NB 1 1/2p
tenggiri fillet bumbu asam manis 1/2p
tempe bacem 1/2p
soup wortel+labu air 1/2p
bihun 1p
pisang ambon kuning 1p

Tabel 10.
Asupan Makan Hari Ketiga

Berat Energi Protein Lemak


Golongan Penukar KH (gr)
(gram) (kkal) (gr) (gr)
Makanan Pokok  41/2p 380 787.5 18 - 180
Makanan Hewani  11/2p 80 175 10.5 4.5 -
Makanan Nabati  11/2p 80 112.5 7.5 4.5 10.5
Sayuran  1/2p 30 12.5 0.5 - 2.5
Snack  2p 85 160.29 2.44 4.95 16.44
Buah  4p 400 200 - - 48
Minyak  4p 20 200 - 20 -
Gula  11/2p 15 75 - - 18
Susu 1x100cc 39 160 5 6 23
Total  Asupan 1882.79 43.94 39.95 298.44
Kebutuhan 100% 1802.56 46 50.07 292.92
Presentase Asupan 104.45% 95.52% 79.78% 101.88%
Keterangan Baik Baik Baik Baik

F. Edukasi Gizi
1. Tujuan
a. Meningkatkan asupan makan pasien hingga masuk kategori baik yaitu
80-110%.
b. Memberikan pemahaman kepada pasien tentang makanan yang
diajurkan, dibatasi dan dihindari.
c. Memotivasi pasien agar tetap mengutamakan makanan/diet dari rumah
sakit.

2. Bahan makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan


a. Memberikan motivasi kepada pasien untuk memakan dan
menghabiskan makanan yang diberikan rumah sakit.
b. Memberikan informasi mengenai bahan makanan yang dianjurkan,
yaitu bahan makanan yang banyak mengandung antioksidan,
terutama sayur dan buah yang bewarna. Contohnya wortel, bayam,
jeruk, mangga, nanas, pepaya, dan anggur.
c. Memberikan informasi mengenai bahan makanan yang tidak
dianjurkan seperti bahan makanan yang diawetkan.
d. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk langsung
menghabiskan susu yang telah diminum.
e. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien untuk dapat
memonitor, membantu, dan mengedukasi pasien agar mengkonsumsi
makanan bergizi seimbang (bukan hanya makanan tertentu),
mengurangi bahkan menghindari makanan bernatrium tinggi (spt mi
instan) dan jajanan berpengawet (es).

G. Monitoring dan Evaluasi


a) Monitoring
Tabel 11.
Tabel Monitoring

Parameter Target Pelaksanaan


Asupan makan  Mencukupi asupan makan sesuai kebutuhan  Setiap hari
Membantu menormalkan hasil laboratorium Setiap
Biokimia 
yang bermasalah  pemeriksaan

Kondisi Fisik Kondisi fisik pasien tanpa ada keluhan Setiap hari


- Mematuhi dan memahami diet yang

Pengetahuan gizi    diberikan Setiap hari

- Perubahan prilaku terkait gizi

b) Evaluasi
1. Meningkatkan asupan makan, energi, protein, lemak, dan
karbohidrat.
2. Membantu menormalkan hasil laboratorium yang bermasalah
(hemoglobin, leukosit, hematokrit dan trombosit).
3. Kondisi fisik pasien tanpa adanya keluhan.
4. Meningkatkan pengetahuan gizi pasien dan keluarga pasien.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Umum Pasien


No. Rekam Medis : 00206466
Nama Pasien : An. P
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 24 September 2011
Usia : 7 tahun 6 bulan
Tanggal MRS : 31-03-2019

Tanggal Skrining : 01-04-2019

Tanggal Intervensi : 02 s.d 04 Oktober 2019

Ruangan : Kemuning Atas

Kamar : 207/1

Alamat : JL. KH. Mursan RT/RW. 001/002, Tangerang


Agama : Islam
Diagnosa : Acute Lymphocytic Leukemia (ALL)
B. Hasil Monitoring dan Evaluasi
1. Perkembangan Data Antropometri
Pada perkembangan data antropometri, dilakukan penimbangan
dan pengukuran tinggi badan, didapatkan hasil berat badan yaitu 23 kg
dan tinggi badan 118,6 cm. Intervensi yang dilaksanakan selama 3 hari,
dilakukan pengukuran berat badan kembali dan didapatkan hasil tidak ada
penurunan ataupun peningkatan berat badan .

2. Perkembangan Data Biokimia


Pada perkembangan data laboratorium selama intervensi
berlangsung belum ada pemeriksaan ulang yang dilakukan sehingga
belum diketahui perkembangan terakhir data laboratorium pasien.

3. Perkembangan Asupan Makan


Pada intervensi hari pertama, Os dapat menghabiskan makanan
yang diberikan dengan tambahan makanan dari luar rumah sakit.
Sehingga persentase pencapaian asupan dengan kesediaan yang didapat
yaitu energi 102.67% (baik), protein 109.22% (baik), lemak 107.05%
(baik) dan KH 87.90% (baik).
Pada intervensi hari kedua, Os dapat menghabiskan makanan
yang diberikan, namun karena Os tidak menyukai bubur, ibu Os
memberikan makanan dari luar rumah sakit berupa bihun goreng
sehingga persentase pencapaian asupan dengan kesediaan yang didapat
yaitu energi 102.90% (baik), protein 109.36% (baik), lemak 107.26%
(baik) dan KH 95.07% (baik).
Pada intervensi hari ketiga, Os dapat menghabiskan makanan
yang diberikan. karena Os sangat menyukai buah melon, ibu Os
membawakan buah melon dari rumah. Sehingga persentase pencapaian
asupan dengan kesediaan yang didapat yaitu energi 104.45% (baik),
protein 95.52% (baik), lemak 79.78% (baik) dan KH 101.88% (baik).
Grafik 1.
Presentase asupan selama 3 hari intervensi dibandingkan dengan ketersediaan

118.36% 117.26%
113.22%
102.90% 107.05%
102.67% 104.45% 101.88%
95.52% 95.07%
87.90%
Presentase Asupan

79.78%

Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3

Energi Protein Lemak Karbohidrat


Zat Gizi

Grafik 2.
Presentase asupan selama 3 hari intervensi dibandingkan dengan kebutuhan

120.00%
106.52% 105.53%
104.45%
101.88%
100.00% 92.61% 96.24% 95.52%
90.99%
87.27% 85.57%
79.78%
80.00% 74.72%
Presentase Asupan

60.00% Hari ke-1
Hari ke-2
Hari ke-3
40.00%

20.00%

0.00%
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Zat Gizi
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. An. P berusia 7 tahun 6 bulan dengan BB 23 kg dan TB 118,6 cm
kategori status gizi baik (BB/U=-0,07 SD).
2. Diagnosa medis pasien adalah ALL dan pasien merupakan pasien ALL
kemoterapi sejak desember 2018.
3. Pemberian nutrisi menyesuaikan dengan respon metabolisme pasien.
Intervensi dilakukan secara bertahap mulai dari pemberian 85% pada hari
pertama, 90% di hari kedua dan 100% di hari ketiga.
4. Berdasarkan PAGT didapatkan hasil berupa :
a. Assesment Gizi
b. Prioritas Masalah
Prioritas masalah yang diangkat berupa asupan makan pasien.
c. Diagnosa Gizi
Penetapan masalah yang diangkat yaitu berupa asupan makan (domain
intake).
d. Intervensi
Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari berturut-turut dengan
Diet yang diberikan adalah Diet NB 1500 kkal, NB 1500 kkal ex. susu
1x100cc dan NB 1700 kkal ex. susu 1x100cc. Diperoleh rata-rata
asupan energi yaitu 103.34%, protein yaitu 109.03%, lemak yaitu
101.36% dan karbohidrat yaitu 94.95%.

B. Saran

1. Diharapkan kepada pasien dan keluarga dapat menjalankan anjuran diet


yang telah dianjurkan oleh ahli gizi dengan baik dan benar tidak hanya
dirumah sakit tetapi saat pulang kerumah dapat menerapkan diet yang
dijalani.
2. Pengetahuan pasien dan keluarga pasien mengenai makanan dan gizi harus
ditingkatkan baik dengan melakukan konsultasi gizi maupun dari sumber-
sumber informasi gizi yang akurat lainnya agar dapat memberikan makanan
yang baik dan tepat untuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Permono B, Ugrasena IDG. Leukemia Akut. Dalam: Permono HB, Sutaryo,


Ugrasena IDG,Windiastuti E, Abdulsalam M, penyunting. Buku Ajar
Hemato-Onkologi anak. Jakarta:Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005. h.
236-47

Kim AS, Eastmond DA, Preston RJ. Childhood acute lymphocytic leukemia and
perspectiveson risk assessment of early-life stage exposures. Mutation Res.
2006;613: 138-160

McGeady SJ. Immunocompetence and Allergy. Pediatrics. 2004;113:1107-13

Lindelof B, Granath F, Tengvall-Linder M, Ekbom A. Allergy and cancer.


Allergy. 2005;60:1116-20

Rudant J, Orsi L, Manegaux F, Petit A, Baruchel A, Bertrand Y, et al. Childhood


AcuteLeukemia, Early Common Infections, and Allergy: The ESCALE. Am
J Epidemiol.2010;172:1015-27

Miedema KGE, Tissing WJE, Poele EM, Kamps WA, Alizadeh BZ, Kerkhof M,
et al.Polimorphisms in the TLR6 gene associated with the inverse
association betweenchildhood acute lymphoblastic leukemia and atopic
disease. Leukemia. 2011:1-8

Schuz J, Morgan G, Bohler E, Kaatsch P, Michaelis J. Atopic disease and


childhood acutelymphoblastic leukemia. Int. J. Cancer. 2003;105:255-60

Spector L, Groves F, Destefano F, Liff J, Klein M, Mullooly J, et al. Medically


recordedallergies and the risk of childhood acute lymphoblastic leukemia.
Eur J Cancer. 2004;40:579-84
Wen W, Shu XO, Linet MS, Neglia JP, Potter JD, Trigg ME, et al. Allergic
disorders and therisk of childhood acute lymphoblastic leukemia (United
States). Cancer Causes andControl. 2000;11:303-07

Linabery AM, Jurek AM, Duval S, Ross JA. The Association Between Atopy and
Childhood/Adolescent Leukemia: A Meta-Analysis. Am J Epidemiol.
2010;171:749 -64

Hughes AM, Lightfoot T, Simpson J, Ansell P, McKinney PA, Kinsey SE, et al.
Allergy andrisk of childhood leukemia: Results from the UKCCS. Int. J.
Cancer. 2007;121:819-24

Anda mungkin juga menyukai