Anda di halaman 1dari 37

Perancangan Kemasan

TUGAS PEMASARAN PRODUK

Disusun oleh :

Indriani Ayu Lestari PO.71.31.1.16.015


Nurul Hasri Ramadhan PO.71.31.1.16.024

Dosen Pembimbing : Rohanta Siregar, MM, M.Kes

Poltekkes Kemenkes Palembang


Program studi diploma IV
Jurusan Gizi
Tahun Akademik 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan, rahmat, taufiq, serta hidayah-NYA, sehingga penulis saya mampu
untuk menyelesaikan proposal usaha ini dengan baik.
Sistem dalam penyusunan proposal ini atas dasar bimbingan dan prosedur
yang sudah ada. Maka dalam penyusunannya bisa dipahami secara mudah.
Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kesempurnaan, namun
penulis berusaha untuk mencapai kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak penulis harapkan demi kesempurnaan
proposal ini. Besar harapan penulis agar proposal usaha ini dapat bermanfaat bagi
saya sebagai penyusun dan pembaca.

Palembang, Juli 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era yang semakin maju ini, adanya teknologi yang canggih dalam
setiap kegiatan, telah memudahkan manusia untuk menghasilkan suatu produk
yang berkualitas. Terutama dalam pembuatan suatu produk makanan maupun
minuman, pengemasan menjadi faktor utama yang harus diperhatikan. Kemasan
merupakan hal terpenting yang harus ada pada suatu produk. Dengan kemasan
yang menarik dan bervariasi, maka akan menjadikan suatu produk memiliki ciri
khas tersendiri sehingga dapat menarik perhatian konsumen. Pada suatu kemasan
yang baik, tentunya harus diperhatikan mengenai kekedapan uap air maupun
kekedepan dari oksigen yang ada. Dengan adanya parameter kekedapan uap air
dan oksigen ini, maka akan dapat membantu menjaga ketahanan dari produk yang
dikemas. Jenis bahan kemasan yang tepat dan sesuai dengan produk, juga akan
menjadikan produk lebih awet serta akan menambah nilai jual untuk produk.
Pengemasan merupakan proses akhir yang akan menentukan bahwa kualitas
produk yang telah diproduksi tidak mengalami perubahan selama didistribusikan.
Selain untuk mempertahankan kualitas dan menghindari kerusakan selama
penyimpanan, pengemasan juga bertujuan untuk memudahkan transportasi dan
handling bahan. Kantong plastik merupakan salah satu kemasan yang cukup baik
digunakan untuk mengemas kue kering karena bersifat kedap udara. Pengemasan
kue kering dilakukan berdasarkan jenis kue dan target pasar yang dituju. Kue
yang akan dipasarkan melalui para pedagang kue, dikemas dalam plastik besar
kemudian ditimbang dan diikat. Sementara kue yang akan dipasarkan langsung ke
konsumen atau melalui swalayan dengan brand perusahaan sendiri dikemas dalam
kantong plastik kecil yang memiliki label perusahaan (Suryatmi, 2001).
Salah satu faktor yang mempengaruhi rusaknya produk adalah kurang
kuatnya kemasan pada produk tersebut. Kemasan untuk produk itu sendiri tidak
hanya dituntut untuk kuat tetapi juga dapat menarik minat konsumen untuk
membelinya. Berdasarkan jenis kemasannya atau desain yang ditunjukkan pada
kemasan pula, produk yang biasa saja bisa menjadi mahal dan hal ini dikarenakan
dari teknologi pengemasannya yang mahal. Terdapat banyak jenis kemasan yang
digunakan untuk produk- produk tertentu. Pemilihan jenis bahan kemasan
biasanya disesuaikan dengan karakteristik produk yang akan dikemas. Jenis dari
bahan kemasan ini sangat bermacam- macam dan masing- masing memiliki
kelebihan serta kelemahan dalam penggunaan serta fungsinya. Dengan adanya
berbagai macam jenis bahan kemasan ini, maka dalam pemilihan jenis kemasan
haruslah jeli untuk disesuaikan dengan karakteristik produk yang bersangkutan.
Produk- produk yang memerlukan kemasan menarik tidak hanya produk
makanan saja, namun juga produk olahan bahan agro serta produkproduk lainnya.
Kesesuaian antara produk dan jenis kemasan akan mempengaruhi kualitas dari
produk itu sendiri, baik untuk umur simpannya maupun untuk nilai jual produk.
Dengan kemasan yang sesuai dan menarik, maka konsumen juga akan tertarik
sehingga nilai jual pada penjualan produk akan naik. Produk yang dikemas ini
dapat berupa produk cair, padat, maupun produk dengan karakteristik bubuk.
Pihak perusahaan harus benar-benar memilih jenis bahan kemasan untuk
produknya agar didapatkan kualitas produk yang bagus pula. Salah satu produk
yang harus diperhatikan dalam pengemasannya yaitu produk kopi bubuk. Dengan
kemasan yang memiliki desain menarik, serta jenis bahan yang sesuai akan
menjadikan produk kopi tersebut memiliki harga jual yang lebih tinggi. Kemasan
produk yang dimiliki oleh negara Indonesia ini, bila dibandingkan dengan
kemasan produk yang dimiliki oleh negara- negara berkembang dan maju lainnya
masih termasuk kurang menarik atau rendah.
Variasi yang kurang terhadap jenis kemasan yang digunakan untuk suatu
produk, menjadikan kemasan yang dimiliki oleh negara Indonesia ini kalah jauh
bila dibandingkan dengan negara lain. Tanpa disadari, kemasan adalah salah satu
hal yang sangat penting dalam menjaga kualitas produk, umur simpan produk,
serta dalam peningkatan harga jual produk. Produk yang memiliki kemasan yang
bagus dan menarik akan memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan
produk yang tidak memiliki kemasan. Bila dilihat dari prinsip utama suatu
perusahaan yaitu menghasilkan produk yang bermutu dengan biaya yang
seminimal mungkin jika perusahaan tersebut ingin mendapatkan pangsa pasar
yang luas, maka diperlukan adanya kemasan yang menjaga produk. Kemasan
yang menarik ini merupakan salah satu strategi bisnis yang dapat digunakan
perusahaan untuk meningkatkan profit perusahaan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui jenis-jenis bahan pengemas (jenis-jenis kemasan)
2. Untuk mengetahui desain grafis dan labeling kemasan
3. Untuk mengetahui fungsi pemasaran dan siklus produksi
4. Untuk mengetahui kebijaksanaan harga dan Distribusi Pemasaran
5. Untuk mengetahui penelitian pasar untuk kemasan
6. Untuk mengetahui promosi dari kemasan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kemasan Plastik
Penggunaan plastik dalam pengemasan sebenarnya sangat terbatas
tergantung dari jenis makanannya. elemahan plastik adalah tidak tahan panas,
tidak hermetis (plastik masih bisa ditembus udara melalui pori-pori plastik), dan
mudah terjadi pengembunan uap air didalam kemasan ketika suhu turun.
Penggunaan plastik sebagai kemasan dapat berupa kemas bentuk (flexible) atau
sebagai kemas kaku. Makanan padat yang umumnya memiliki umur simpan
pendek atau makanan yang tidak memerlukan perlindungan yang hebat dikemas
dengan kemasan bentuk. Akan tetapi makan cair dan maka padat yang
memerlukan perlindungan yang kuat perlu dikemas dengan kemasan kaku dalam
bentuk botol,jerigen,kotak atau bentuk lainnya (Suryati dan Setiawan ,1987).
Berbagai jenis kemasan bentuk muncul dengan pesat seperti
polietilen,polipropilen,polyester nilon dan film vinil. Sebagai bahan pengemas
,plastik dapat digunakan dalam bentuk tunggal,komposit atau berupa lapisan –
lapisan (multi lapis)dengan bahan lain (kertas,aluminium foil ). Kombinasi
tersebut dinamakan laminasi yang diproses baik dengan cara laminasi akstrusi
maupun laminasi adhesif. Dengan demikian kombinasi dari berbagai ragam
plastik dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan.
Berdasarkan sifat-sifatnya terhadap perubahan suhu maka plastik dapat
dibagi dua, yaitu :
a. Termoplastik : meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan
suhu,dan mempunyai sifat dapat balik (reversible) kepada sifat
aslinya,yaitu kembali mengeras bila didinginkan.
b. Termoset atau Termodursinable : tidak dapat mengikuti perubahan suhu,
bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan
kembali (non reversible).Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan
termoset melainkan akan membentuk arang dan terurai,karena sifatnya
yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel,eperti jenis-jenis
melamin.

Penggunaan plastik untuk kemasan makanan cukup menarik karena sifat-


sifatnya yang menguntungkan,seperti luwes (mudah dibentuk),mempunyai
adaptasi yang tinggi terhadap produk,tidak korosif seperti kemasan logam , serta
mudah dalam penanganannya. Didalam perdagangan dikenal plastik untuk
kemasan pangan (food grade) dan kemasan untuk bukan pangan (non food grade).
Kemasan kaku yang terbuat dari plastik paling banyak digunakan untuk
mengemas produk susu. Dua jenis bahan dari plastik yang terbaik yaitu LDPE
(Low Density Polyethylene ) dan HDPE (High Density Polyethylene). Bentuk-
bentuk kemasan plastik kaku dapat dijumpai dengan mudah di pasaran dalam
bentuk yang siap pakai seperti botol.jerigen,drum ,gelas ,mangkuk, ember, dan
lain-lain (Syarief,1989).
Penggunaan plastik dalam pengemasan sebenarnya sangat terbatas
tergantung dari jenis makanannya. elemahan plastik adalah tidak tahan panas,
tidak hermetis (plastik masih bisa ditembus udara melalui pori-pori plastik), dan
mudah terjadi pengembunan uap air didalam kemasan ketika suhu turun.
Jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan antara lain : polietilen,
cellophan, polivinilklorida (PVC), polivinil dienaklorida (PVDC), polipropilen,
poliester, poliamida, dan polietilentereptalat (PET).
 Polietilen : adalah jenis plastik yang harganya paling murah dan memiliki
beberapa varian antara lain : Low Density Polyetilene (LDPE), High
Density Polyetilene (HDPE), dan Polietelentereptalat (PET). Polietilen
memiliki sifat kuat bergantung variannya, transparan, dan dapat direkatkan
dengan panas sehingga mudah dibuat kantong plastik.
 Cellophan : sebenarnya terbuat dari serat selulosa yang disulfatasi.
Cellophan dapat dipergunakan untuk membungkus sayuran, daging, dan
beberapa jenis roti. Cellophan yang dilapisi nitroselulosa mempunyai sifat
yang tahan terhadap uap air, fleksibel, dan mudah direkatkan dengan
pemanasan. Cellophan yang dilapisi PVDC tahan terhadap uap air dan
kedap oksigen sehingga baik untuk mengemas makanan yang mengandung
minyak atau lemak.
 Polivinilklorida (PVC) : jenis plastik yang kuat, namun memiliki kelemahan
yaitu dapat berkerut (Shrinkable) dan sering digunakan untuk mengemas
daging atau keju.
 Polivinildienaklorida (PVDC) : jenis plastik yang kuat, tahan terhadap uap
air dan transmisi udara. Sering dugunakan dalam pengemasan keju dan
buah-buahan yang dikeringkan.

B. Disain Kemasan
Disain merupakan seluruh proses pemikiran dan perasaan yang akan
menciptakan sesuatu dengan menggabungkan fakta, konstruksi, fungsi dan
estetika untuk memenuhi kebutuhan manusia. Desain adalah konsep pemecahan
masalah rupa, warna, bahan, teknik, biaya, kegunaan dan pemakaian yang
diungkapkan dalam gambar dan bentuk.
Berdasarkan pengamatan, banyak konsumen memilih satu jenis produk
setelah melihat kemasannya. Hal ini dapat terjadi jika kemasan tersebut
memberikan informasi yang cukup bagi calon pembeli, serta mempunyai disain
yang menarik pembeli. Disain kemasan yang menarik, biasanya diperoleh setelah
melalui penelitian yang cukup panjang mengenai selera konsumen, yang
kemudian diterjemahkan dalam disain grafis cetakan. Disain yang baik
tergantung pada keahlian disainer, jenis tinta, bahan dan mesin pencetak.
Perkembangan industri yang pesat menyebabkan kemasan menjadi faktor
yang penting dalam pengangkutan dan penyimpanan barang-barang sesuai dengan
perkembangan pasar lokal menjadi pasar nasional bahkan internasional.
Pendapatan atau kemakmuran yang berkembang seiring dengan perkembangan
industri, pada akhirnya menyebabkan konsumen dihadapkan pada pilihan yang
beragam dari produk-produk yang bersaing untuk memperebutkan pasar. Hal ini
mendorong pengusaha untuk mempengaruhi pilihan konsumen, yaitu dengan
memperkenalkan konsep branding untuk membangun personalitas produk yang
dapat dikenali konsumen. Brand atau merk adalah nama, simbol, disain grafis
atau kombinasi di antaranya untuk mengidentifikasi produk tertentu dan
membedakannya dari produk pesaing. Nama brand yang dicetak dalam kemasan
dapat menunjukkan citra produsen dan kualitas produk tertentu.
Suatu kemasan yang menarik dan sudah menjadi paten, biasanya telah
melewati penelitian yang cukup lama mengenai selera konsumen. Selera
konsumen kemudia diterjemahkan dalam disain grafis kemasan dengan
menggunakan teknik-teknik pewarnaan dan grafis cetakan. Deisain yang berhasil
sangat tergantung pada keahlian disainer, jenis tinta, material dan pencetak.
Faktor-faktor penting dan persyaratan disain kemasan adalah sebagai
berikut :
a. Mampu menarik calon pembeli
Kemasan diharapkan mempunyai penampilan yang menarik dari semua
aspek visualnya, yang mencakup bentuk, gambar-gambar khusus, warna, ilustrasi,
huruf, merk dagang, logo dan tanda-tanda lainnya. Penampilan kemasan
menggambarkan sikap laku perusahaan dalam mengarahkan produknya.
Kurangnya perhatian akan kualitas produk dan disain kemasan yang tidak menarik
akan menyebabkan keraguan pembeli terhadap produk tersebut.
Penampilam suatu kemasan dapat bervariasi dengan perbedaan warna,
bentuk, ukuran, ilustrasi grafis, bahan dan cetakannya. Kombinasi dari unsur-
unsur tersebut dapat memantapkan identitas suatu produk atau perusahaan
tertentu.
Bentuk dan penampilan kemasan sangat mempengaruhi keberhasilan
penjualan produk di pasar swalayan, karena waktu yang diperlukan oleh
konsumen untuk memutuskan membeli atau tidak suatu produk di pasar swalayan
hanya satu seperlima detik. Pada situasi swalayan, kemasan harus menarik
perhatian di antara produk- produk yang saling bersaing. Agar kemasan menjadi
menarik, disainer harus dapat menciptakan kemasan dengan bentuk yang unik,
paduan warna yang serasi, tipografi yang sesuai disain yang praktis, menarik dan
sebagainya.
Disain kemasan perlu diciptakan agar mempunyai nilai estetika yang tinggi.
Karena itu diperlukan perencanaan yang baik dalam hal ukuran dan bentuk
sehingga efisien dalam proses pengepakan, distribusi dan penyajian. Disain
kemasan hendaknya mampu menumbuhkan kepercayaan dan mempengaruhi
calon pembeli untuk menjatuhkan pilihan terhadap bahan yang dikemas.

b. Menampilkan produk yang siap jual


Ketika konsumen sudah tertarik untuk membeli, pertimbangan konsumen
berikutnya untuk menentukan membeli atau tidak adalah isi kemasan (produk
didalamnya). Oleh karena iu kemasan harus dapat menunjukkan kepada pembeli
isi atau produk yang dikemasnya. Kelebihan-kelebihan dari produk harus dapat
ditonjolkan pada kemasan, seakan-akan produk tersebut memang disajikan untuk
calon pembeli secara memuaskan.
Sasaran konsumen dari produk yang dijual ditunjukkan melalui desain
kemasan, seperti misalnya kelompok usia (makanan bayi, susu formula), jenis
kelamin dan kelompok etnis. Menurut Raphael (1969) hampir 70 persen dari
pembelian di toko swalayan adalah hasil pengambilan keputusan sejenak pada
saat pembeli berada di toko tersebut. Didapat 50 persen dari semua pembelian di
toko swalayan adalah karena dorongan hati. Kemasan harus mampu mengubah
rencana pembeli untuk mengambil suatu produk dari merek lain menjadi produk
serupa yang disajikan.
Ketika tidak ada pilihan produk yang ditawarkan, keputusan konsumen
untuk membeli atau tidak relatif mudah. Akan tetapi pada pasar yang bersaing,
produsen harus berusaha untuk mempengaruhi pilihan konsumen. Hal ini berarti
produsen perlu mengetahui motivasi konsumen dalam memilih. Motivasi
konsumen dalam memilih antara lain karena: 1) murah, 2) sesuai dengan
kebutuhan dan 3) kebanggaan.
Pria akan lebih tertarik pada kemasan yang menunjukkan kejantanan,
sedangkan wanita lebih menyukai produk yang tampak cantik. Anak muda lebih
tertarik pada kemasan yang menggugah atau menggairahkan, sedangkan orangtua
lebih konservatif. Disainer kemasan perlu mempelajari perilaku konsumen untuk
menganalisa pengaruh kemasan terhadap pola pembelian konsumen, menemukan
bagaimana kemasan diciptakan agar layak dalam lingkungan pasar yang makin
kompleks, mengurangi waktu belanja, dan pengaruh kemasan dalam menarik
mata pelanggan (eye catching).
Minat konsumen untuk membeli dapat ditarik dengan memperagakan
produk tersebut pada tempat yang menyenangkan, dalam bentuk yang menarik
dengan dukungan latar belakang yang baik. Contohnya dapat kita lihat pada
kemasan untuk biskuit tertentu yang digambarkan langsung sehingga mengundang
selera, kosmetik dan alat-alat rias wanita di diberi kemasan yang berkesan
glamour dengan menggunakan ilustrasi keindahan, wanita yang rapi atau lukisan.

c. Informatif dan Komunikatif


Gagalnya fungsi kemasan dapat menyebabkan produk yang dijual tidak
akan pernah beranjak dari tempatnya. Kemasan harus dapat dengan cepat
menyampaikan pesan dan dengan jelas semua informasi yang bersangkutan harus
disampaikan kepada pembeli bahwa produk tersebut akan memuaskan kebutuhan
dan lebih baik dari merek produk lain yang sejenis.
Hal yang penting disampaikan di dalam kemasan adalah identitas produk,
yang akan mempermudah seseorang menjadi tertarik akan suatu merek dibanding
merek lain yang tidak jelas identifikasinya. Hal-hal yang dapat menunjukkan
identitas produk seperti warna, rasa, bentuk dan ukuran harus dapat diketahui
oleh konsumen melalui kemasan.
Jenis atau identitas produk harus juga diberikan porsi menonjol pada panel
utama kemasan. Identifikasi jenis produk dapat dicapai dengan menggunakan
merek dagang dan logo. Penekanan terakhir untuk jenis atau perusahaan dapat
diwujudkan melalui penggunan kata-kata dan simbol-simbol khusus. Penempatan
yang menonjol dari merek dagang atau logo membantu mengidentifikasi produk
yang dikemas. Suatu produk dari suatu perusahaan dapat membantu penjualan
produk-produk lain dari perusahaan yang sama. Kepuasan konsumen akan suatu
produk akan mendorong pembeli untuk membeli produk lain dari perusahaan
yang sama.
Falsafah Inggris yang menyatakan ”the product is the package” atau barang
produk ditentukan oleh kemasannya, hendaknya diterapkan oleh produsen. Mutu
kemasan dinilai dari kemampuan dalam memenuhi fungsi yaitu kemasan dituntut
untuk memiliki daya tarik lebih besar daripada barang yang dibungkus (misalnya
kemasan minyak wangi). Keberhasilan suatu kemasan ditentukan oleh estetika
dimana di dalamnya terkandung keserasian antara bentuk dan penataan disain
grafis tanpa melupakan kesan jenis, ciri atau sifat barang yang diproduksi.
Petunjuk yang lengkap untuk penggunaan produk dan kemasan sangat
penting. Pada produk-produk makanan, kemudahan memahami petunjuk untuk
menyiapkan dan menggunakan resep harus diikutsertakan. Petunjuk cara
membersihkan untuk jenis pakaian tertentu adalah contoh lain untuk informasi
penggunaan produk. Pada produk-produk yang membahayakan kesehatan
pemakai, maka kemasan harus menekankan agar pengguna berhati-hati dalam
bekerja.
Informasi tentang cara penggunaan pada kemasan sangatlah membantu.
Petunjuk yang benar tentang cara membuka dan menutup kembali kemasan harus
diberikan. Semua gambaran yang menyenangkan, khususnya yang baru atau
berbeda harus ditunjukkan.
Semua informasi yang dibutuhkan yang menyangkut undang-undang harus
terlihat pada kemasan, meskipun persyaratan-persyaratan tersebut sangat
tergantung pada klasifikasi produk termasuk hal-hal seperti nama dan alamat
pembuat kemasan, berat bersih, kandungan-kandungannya dan pernyataan-
pernyataan lain. Informasi ini harus ditulis dan ditunjukkan serta mudah dilihat,
dibaca dan dimengerti oleh konsumen. Berat bersih, harus selalu diperlihatkan
pada label kemasan.

d. Menciptakan rasa butuh terhadap produk


Banyak produk dengan jenis yang sama tepai merk berbeda terdapat di
pasaran, yang menyebabkan terjadinya persaingan antar produsen. Raphael (1963)
mengemukakan hasil studi mengenai ”The 7th Du Pont Consumer Buying
Habits”, yaitu bahwa 62,6 persen pembeli yang diwawancarai di toko swalayan
tidak memiliki daftar belanja. Karena itu kondisi sesaat, seperti telah diuraikan
dimuka, dapat merebut hati pembeli untuk dapat merebut hati pembeli untuk
memilih produk yang ditampilkan. Kemasan yang dapat menimbulkan minat yang
kuat terhadap produk akan terpilih pada waktu yang cukup lama.
Salah satu cara untuk menimbulkan minat terhadap suatu produk adalah
dengan mengingatkan calon pembeli terhadap iklan yang pernah dibuat. Kemasan
harus mampu menerangkan dengan jelas iklan tersebut. Ikon-ikon mengenai
manfaat kesehatan, prestise, kemewahan yang ditonjolkan pada kemasan akan
dapat menunjang pemenuhan kebutuhan psikologis dan memudahkan pembelian
produk tersebut. Dengan meningkatkan ingatan membeli akan iklan, penekanan
pada kesenangan dan penunjangan fasilitas untuk pemenuhan kebutuhan
psikologis, kemasan dapat membantu menimbulkan rasa butuh terhadap produk
tersebut.

2.3.1 Bahasa Disain Grafis


Unsur-unsur atau bahasa disain grafis yaitu bahasa visual atau bahasa
simbol yang diungkapkan melalui bentuk, ilustrasi-ilustrasi, warna dan huruf.
1. Bentuk Kemasan
Perbedaan bentuk kemasan suatu produk dengan produk pesaing dapat
mengingatkan konsumen akan produk tersebut, walaupun mereknya sendiri
mungkin tidak teringat lagi. Parfum Charlie akan mudah dikenali dari bentuknya
yang menyerupai bola tenis, botol sirup Marjan dan sirup Tessty yang spesifik
juga mudah untuk dikenali. Bentuk dan warna kemasan yang spesifik
mempunyai daya tarik tersendiri. Dengan bentuk dan warna yang diperbarui,
kadang-kadang menimbulkan kesan bahwa mutu produk tersebut diperbarui pula.

Kemasan dengan ukuran yang berbeda memungkinkan pembeli dari tingkat


pendapatan yang berbeda untuk membeli produk yang sama. Dengan kombinasi
bentuk, warna, dan ukuran kemasan yang berbeda, perusahaan dapat
meningkatkan penjualan hasil produksinya.
Bentuk kemasan harus berhubungan dengan produk. Suatu contoh yang baik
dalam hal ini adalah upaya beberapa pabrik minuman ringan dalam mengemas
minuman-minuman diet dalam botol-botol yang terlihat ramping. Pabrik- pabrik
kosmetika melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam merencanakan kesan
kewanitaan melalui bentuk-bentuk kemasan khusus untuk krim, obat-obatan
pencuci, lipstik dan alat-alat bantu perawatan. Hal ini dapat ditemukan pada
kemasan-kemasan yang didisain untuk industri parfum.
Kemasan dengan alas yang berisi memudahkan penanganan dan
penumpukan ditingkat penyalur. Kemasan dari bumbu (saus) untuk selada adalah
suatu contoh yang baik dari suatu usaha untuk membuat produk lebih mudah
digunakan. Kemasan-kemasan gaya baru, seperti yang digunakan untuk zat
pemutih dan cuka, dengan bentuk yang memungkinkan untuk mudah dipegang
menjadikan penanganan yang mudah dan juga mengamankan produk yang
dikemas.
Perubahan gaya hidup masyarakat, dimana semakin banyaknya wanita yang
bekerja, menyebabkan kebutuhan akan produk siap santap dalam kemasan yang
sekali pakai (single-serve packaging) semakin meningkat. Dahulu jenis kemasan
ini hanya untuk snacks, permen, minuman ringan dan mi instan. Saat ini sudah
banyak dikembangkan untuk bahan pangan lain mulai dari bahan pangan untuk
sarapan hingga makanan dengan lauk pauk yang lengkap (full-five course meal).
Target konsumennya juga bervariasi dari anak-anak hingga orang dewasa, dengan
bahan kemasan yang terbuat dari plastik PET atau karton yang dilaminasi.

2. Ilustrasi dan dekorasi


Ilustrasi grafis dan fotografi memudahkan produsen memantapkan citra
suatu produk. Fungsi utama ilustrasi adalah untuk informasi visual tentang
produk yang dikemas, pendukung teks, penekanan suatu kesan tertentu dan
penangkap mata untuk menarik calon pembeli. Gambar tersebut dapat berupa
gambar produk secara penuh atau terinci, serta dapat juga merupakan hiasan
(dekorasi). Sebaiknya gambar tidak mengacaukan pesan yang akan disampaikan.
Gambar dan simbol dapat menarik perhatian dan mengarahkan perhatian
pembeli agar mengingatnya selama mungkin. Disertai penggunaan bahasa yang
umum yang dengan cepat dapat dimengerti oleh setiap orang. Ilustrasi kemasan
biasanya merupakan hal pertama yang diingat konsumen sebelum membaca
tulisannya. Suatu ilustrasi yang baik harus :
o Berfungsi lebih dari sekedar menggambarkan produk atau menghiasi
kemasan
o Menimbulkan daya tarik dan minat, sehingga akan lebih cepat dan efektif
daripada pesan tertulis.
o Sesuai dengan keyakinan dan selera pemakai
o Mengikuti perkembangan dan perubahan sejalan dengan perubahan minat
dan cara hidup target kelompok konsumen.
o Tidak berlebihan atau kurang sesuai karena akan membingungkan
konsumen.

Foto atau ilustrasi diperlukan untuk menggambarkan produk olahan dalam


bentuk yang lebih menarik. Sebagai contoh kotak karton untuk mengemas beras
kencur, gula asam dan sorbat oleh industri jamu. Perancang biasanya
menggambarkan gambar-gambar yang abstrak untuk ilustrasi bagi produk
kosmetik, farmasi, perawatan tubuh dan lain-lain.

3. Warna
Warna kemasan merupakan hal pertama yang dilihat konsumen (eye
catching) mungkin mempunyai pengaruh yang terbesar untuk menarik konsumen.
Pengaruh utama dari warna adalah menciptakan reaksi psikologis dan fisiologis
tertentu, yang dapat digunakan sebagai daya tarik dari disain kemasan.
Sehubungan dengan kesan fisilogis atau psikologis maka ada dua 2
golongan warna yang dikenal, yaitu :
a. Warna panas (merah, jingga, kuning), dihubungkan dengan sifat spontan,
meriah, terbuka, bergerak dan menggelisahkan), warna panas disebut
extroverted colour.
b. Warna dingin (hijau, biru dan ungu), dihubungkan dengan sifat tertutup,
sejuk, santai, penuh pertimbangan, sehingga disebut introverted colour.

Kesan psikologis dan fisilogis dari masing-masing warna antara lain adalah:

Biru : dingin, martabat tinggi


Merah : berani, semangat, panas
Purple : keemasan, kekayaan
Oranye : kehangatan, enerjik
Hijau : alami, tenang
Putih : suci, bersih
Kuning : kehangatan
Coklat : manis, bermanfaat
Pink : lembut, kewanitaan

Oranye dan merah merupakan warna-warna yang menyolok dan dinilai


mempunyai daya tarik yang besar. Pada kemasan, warna biru dan hitam jarang
digunakan sebagai warna yang berdiri sendiri, tapi dipadukan dengan warna lain
yang kontras, seperti hitam dengan kuning, biru dengan putih atau warna lainnya.
Selera suatu negara atau bangsa dapat dipertegas dengan warna, sebagai
contoh:
a. Merah, disukai rakyat Italia, Singapura dan Meksiko. Kurang disukai oleh
rakyat Chili, Inggris dan Guatemala.
b. Biru, warna maskulin di Inggris dan Swedia. Warna feminim di Belanda.
c. Kuning, disukai rakyat Asia seperti Cina, jepang, dan korea.
d. Hijau, warna sejuk bagi orang-orang Amerika, Iran, Irak, India, Pakistan.
Warna suci di negara-negara Arab.
e. Hitam, warna berkabung pada hampir semua negara. Sebaiknya juga
merupakan warna yang disukai di Spanyol.

Diketahui bahwa rata-rata tiap orang mengenal 18-20 warna. Warna tersebut
menyebabkan barang-barang terjual dengan baik di pasaran. Warna-warna yang
sederhana lebih mudah diingat dan memiliki kekuatan besar dalam menstimulasi
penjualan, sementara warna-warna aneh dan eksotis cepat dilupakan dan biasanya
berpengaruh kecil di pasaran.
Pemilihan warna oleh konsumen sangat sukar ditentukan. Hal ini
dipengaruhi oleh banyak faktor lingkungan dan budaya, karena pemilihan warna
tidak pernah tetap, tetapi senantiasan berubah. Faktor-faktor yag menenukan
pemilihan warna diantaranya adalah kondisi ekonomi, tingkat umur, jenis
kelamin.
Kondisi ekonomi seseorang dapat mempengaruhi pemilihannya terhadap
warna. Warna cerah dan riang lebih populer pada waktu-waktu resesi dan
warnawarna konservatif dipilih pada waktu-waktu sukses.
Pemilihan warna juga beragam untuk tiap tingkatan umur. Anak-anak kecil
di bawah usia 3 tahun menyukai warna merah, dari usia 3-4 tahun menyukai
kuning. Anak-anak muda menyukai warna-warna lembut dan yang lebih tua
menyukai warna meriah, walaupun sebagian merasa terbatas dan menentukan
warna yang lebih konservatif.
Jenis kelamin juga berperan dalam pemilihan warna, wanita umumnya
menyukai warna merah, sedangkan pria cenderung menyukai warna biru.
Warna pada kemasan dapat berfungsi untuk :
a. Menunjukan ciri produk
Warna kemasan dapat menunjukkan karakteristik produk yang dikemasnya.
Warna pink atau merah jambu sering digunakan untuk produk-produk kosmetika,
warna hijau yang terpadu dalam kemasan permen menunjukkan adanya flavor
mint. Kombinasi biru dan putih pada air mineral atau pasta gigi memberi kesan
bersih dan higenis.
Warna juga berhubungan erat dengan rasa pada makanan, seperti :
1. Merah dapat berarti pedas atau mungkin rasa manis
2. Kuning menunjukkan rasa asam
3. Biru dan putih umumnya menunjukkan rasa asin
4. Hitam diartikan pahit

b. Diferensiasi Produk
Warna dapat menjadi faktor terpenting dalam memantapkan identitas
produk suatu perusahaan, seperti warna kuning pada produk Eastman Kodak.
Warna sering digunakan sebagai salah satu cara untuk melakukan diferensiasi
produk lini, seperti pada kosmetika.
c. Menunjukan Kualitas Produk
Warna dapat disosialisasikan dengan kualitas suatu produk, seperti warna
emas, maroon dan ungu sering dikaitkan sebagai produk mahal dan simbol status,
sedangkan untuk produk-produk murah atau produk konsumsi masa sering
ditunjukkan dengan warna kuning.
Persyaratan yang diperlukan untuk memilih warna dalam pengemasan dan
pemasaran adalah sebagai berikut :
 Warna kemasan hendaknya menarik, merangsang rasa, pandangan dan
penciuman dengan penampilan visualnya sehingga menimbulkan minat
pembeli.
 Warna yang digunakan diharapkan mempunyai nilai yang baik untuk
diingat. Dapat menunjang ingatan dan pengakuan yang baik akan jenis
atau produk tersebut. Karena kemampuan seseorang untuk
mengidentifikasi warna-warna tertentu dapat menurunkan
kemampuannya untuk mengingat produk tersebut, maka penggunaan
warna-warna yang eksotis dan tidak layak harus dihindari.
 Untuk penjualan secara swalayan, kisaran warna harus dibatasi. Warna-
warna murni yang cerah biasanya lebih disukai. Untuk penjualan
dengan menggunakan pelayanan dan penjualan ”door to door”, ukuran
kisaran warna yang lebih luas dapat digunakan. Seperti halnya warna
cerah, warna-warna murni memiliki nilai emosional tertinggi dan harus
digunakan pada penjualan secara swalayan. Warna-warna tenang dan
lembut dapat digunakan dan mempunyai pengaruh yang baik untuk
benda-benda yang mahal yang tidak dijual secara swalayan.
 Warna dipilih untuk menarik perhatian pembeli. Jenis kelamin, status
ekonomi, kelompok umur, lokasi geografis dan faktor-faktor lain yang
akan membantu dalam penentuan warna yang menarik untuk digunakan
pada berbagai situasi pemasaran.
 Warna-warna kemasan tidak hanya harus menciptakan atau
menimbulkan minat dalam penyaluran dalam jumlah besar, tapi juga
harus disenangi di rumah tangga.
 Diperlukan suatu seleksi yang teliti tentang jenis dan intensitas
penerangan di toko atau tempat-tempat yang digunakan untuk barang
atau bahan pangan yang dikemas. Lampu penerangan berpengaruh
nyata terhadap warna-warna kemasan. Warna kemasan dapat berubah
atau menyimpang jika dipandang di bawah pengaruh dua warna cahaya
yang berbeda.
 Warna kemasan harus dapat mencirikan bagian-bagian kemasan.
Bagian kemasan yang perlu diperlihatkan lebih tajam dapat diberi
warna yang dominan.

4. Cetakan Kemasan
Pada kemasan sering dituliskan isi dari kemasan dan cara penggunaannya.
Cetakan yang sederhana, jelas, mudah dibaca dan disusun menarik pada disain
kemasan dapat membantu memasarkan produk, Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menampilkan cetakan pada kemasan adalah :
a. Tata letak (lay out). Tulisan pada permukaan kemasan hendaknya mudah
dibaca. Informasi dasar yang ditampilkan pada bagian muka meliputi
identitas perusahaan atau merk, nama produk dan deskripsinya, manfaat
untuk konsumen, dan keperluan-keperluan hukum. Bagian belakang atau
bagian dalam kemasan dapat digunakan lebih bebas.
b. Huruf. Huruf besar atau huruf kapital memudahkan untuk dibaca daripada
huruf kecil, dan huruf yang ditulis renggang lebih mudah dibaca daripada
huruf yang ditulis rapat. Penggunaan huruf-huruf untuk memberi informasi
pada label kemasan hendaknya cukup jelas. Kata-kata dan kalimatnya harus
singkat agar mudah dipahami. Bentuk huruf dan tipografi tidak saja
berfungsi sebagai media komunikasi, tapi juga merupakan dekorasi
kemasan. Oleh karena itu huruf-huruf yang digunakan harus serasi. Dalam
beberapa kasus, yaitu pada penjualan barang tidak secara swalayan, sifat
kemudahan untuk dibaca dapat diabaikan.
c. Komposisi standar dan proporsi masing-masing komponen produk
hendaknya ditampilkan dengan warna yang mudah dibaca, seperti tidak
menggunakan warna kuning atau putih pada dasar yang cerah.
d. Bentuk permukaan. Cetakan pada permukaan yang datar lebih mudah
dibaca daripada cetakan pada permukaan yang bergelombang.

C. Labelling
Label atau disebut juga etiket adalah tulisan, tag, gambar atau deskripsi lain
yang tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan
apapun, pada wadah atau pengemas. Etiket tersebut harus cukup besar agar dapat
menampung semua keterangan yang diperlukan mengenai produk dan tidak boleh
mudah lepas, luntur atau lekang karena air, gosokan atau pengaruh sinar matahari.
Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996 yang dimaksud dengan
label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar,
tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan,
dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan
pangan. Pada Bab IV Pasal 30-35 dari Undang-Undang ini diatur hal-hal yang
berkaitan dengan pelabelan dan periklanan bahan pangan.
Tujuan pelabelan pada kemasn adalah :
- Memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus
membuka kemasan
- Sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen tentang hal-hal
dari produk yang perlu diketahui oleh konsumen , terutama yang kasat mata
atau yang tidak diketahui secara fisik.
- Memberi peunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperolej fungsi produk
yang optimum
- Sarana periklanan bagi konsumen
- Memberi rasa aman bagi konsumen

Informasi yang diberikan pada label tidak boleh menyesatkan konsumen.


Pada label kemasan, khususnya untuk makanan dan minuman, sekurang-
kurangnya dicantumkan hal-hal berikut (Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996
tentang Pangan) :

a. Nama Produk
Disamping nama bahan pangannya, nama dagang juga dapat dicantumkan.
Produk dalam negeri ditulis dalam bahasa Indonesia, dan dapat ditambahkan
dalam bahasa Inggris bila perlu. Produk dari luar negeri boleh dalam bahasa
Inggris atau bahasa Indonesia.
b. Daftar Bahan yang digunakan
Ingradien penyusun produk termasuk bahan tambahan makanan yang
digunakan harus dicantumkan secara lengkap. Urutannya dimulai dari yang
terbanyak, kecuali untuk vitamin dan mineral. Beberapa perkecualiannya adalah
untuk komposisi yang diketahui secara umum aau makanan dengan luas
permukaan tidak lebih dari 100 cm, maka ingradien tidak perlu dicantumkan.
c. Berat Bersih atau isi bersih
Berat bersih dinyatakan dalam satuan metrik. Untuk makanan padat
dinyatakan dengan satuan berat, sedangkan makanan cair dengan satuan volume.
Untuk makanan semi padat atau kental dinyatakan dalam satuan volume atau
berat. Untuk makanan padat dalam cairan dinyatakan dalam bobot tuntas.
d. Nama dan alamat Perusahaan
Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke
dalam wilayah Indonesia label harus mencantumkan nama dan alamat pabrik
pembuat/pengepak/importir. Untuk makanan impor harus dilengkapi dengan
kode negara asal. Nama jalan tidak perlu dicantumkan apabila sudah tercantum
dalam buku telepon.
e. Keterangan tentang halal
Pencantuman tulisan halal diatur oleh keputusan bersama Menteri
Kesehatan dan Menteri Agama Mo. 427/MENKES/SKB/VIII/1985. Makanan
halal adalah makanan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang
terlarang/haram dan atau yang diolah menurut hukum-hukum agama Islam.
Produsen yang mencantumkan tulisan halal pada label/penandaan makanan
produknya bertanggung jawab terhadap halalnya makanan tersebut bagi pemeluk
agama Islam. Saat ini kehalalan suatu produk harus melalui suatu prosedur
pengujian yang dilakukan oleh tim akreditasi oleh LP POM MUI, badan POM dan
Departemen Agama.
f. Waktu kadaluarsa
Umur simpan produk pangan biasa dituliskan sebagai :
- Best before date : produk masih dalam kondisi baik dan masih dapat
dikonsumsi beberapa saat setelah tanggal yang tercantum terlewati
- Use by date : produk tidak dapat dikonsumsi, karena berbahaya bagi
kesehatan manusia (produk yang sangat mudah rusak oleh mikroba)
setelah tanggal yang tercantum terlewati.
Permenkes 180/Menkes/Per/IV/1985 menegaskan bahwa tanggal, bulan dan
tahun kadaluarsa wajib dicantumkan secara jelas pada label, setelah pencantuman
best before / use by. Produk pangan yang memiliki umur simpan 3 bulan
dinyatakan dalam tanggal, bulan, dan tahun, sedang produk pangan yang memiliki
umur simpan lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun.

Beberapa jenis produk yang tidak memerlukan pencantuman tanggal


kadaluarsa :

1. Sayur dan buah segar


2. Minuman beralkohol
3. Vinegar / cuka
4. Gula / sukrosa
5. Bahan tambahan makanan dengan umur simpan lebih dari 18 bulan
6. Roti dan kue dengan umur simpan kurang atau sama dengan 24 jam

Selain itu keterangan-keterangan lain yang dapat dicantumkan pada label


kemasan adalah nomor pendaftaran, kode produksi serta petunjuk atau cara
penggunaan, petunjuk atau cara penyimpanan, nilai gizi serta tulisan atau
pernyataan khusus.

Nomor pendaftaran untuk produk dalam negeri diberi kode MD, sedangkan
produk luar negeri diberi kode ML. Kode produksi meliputi : tanggal produksi
dan angka atau huruf lain yang mencirikan batch produksi. Produk-produk yang
wajib mencantumkan kode produksi adalah :

o Susu pasteurisasi, strilisasai, fermentasi dan susu bubuk


o Mkanan atau minuman yang mengandung susu
o Makanan bayi
o Makanan kaleng yang komersial
o Daging dan hasil olahannya

Petunjuk atau cara penggunaan diperlukan untuk makanan yang perlu


penanganan khusus sebelum digunakan, sedangkan petunjuk penyimpanan
diperlukan untuk makanan yang memerlukan cara penyimpanan khusus, misalnya
harus disimpan pada suhu dingin atau suhu beku.
Nilai gizi diharuskan dicantumkan bagi makanan dengan nilai gizi yang
difortifikasi, makanan diet atau makanan lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan. Informasi gizi yang harus dicantumkan meliputi : energi, protein,
lemak, karbohidrat, vitamin, mineral atau komponen lain. Untuk makanan lain
boleh tidak dicantumkan.
Tulisan atau pernyataaan khusus harus dicantumkan untuk produk-produk
berikut :
o Susu kental manis, harus mencantumkan tulisan : ”Perhatikan, Tidak
cocok untuk bayi”
o Makanan yang mengandung bahan yang berasal dari babi harus diulis :
”MENGANDUNG BABI”
o Susu dan makanan yang mengandung susu
o Makanan bayi
o Pemanis buatan
o Makanan dengan Iradiasi ditulis : RADURA dan logo iradiasi
o Makanan Halal, tulisan halal ditulis dalam bahasa Indonesia atau Arab

Persyaratan umum tentang pernyataan (klaim) yang dicantumkan pada label


kemasan adalah :
o Tujuan pencantuman informasi gizi adalah memberikan informasi kepada
konsumen meliputi informasi jumlah zat gizi yang terkandung (bukan
petunjuk berapa harus dimakan).
o Tidak boleh menyatakan seolah-olah makanan yang berlabel gizi
mempunyai kelebihan daripada makanan yang tidak berlabel
o Tidak boleh membuat pernyataan adanya nilai khusus, bila nilai khusus
tersebut tidak sepenuhnya berasal dari bahan makanan tersebut, tetapi
karena dikombinasikan dengan produk lain. Misalnya sereal disebut
kaya protein, yang ternyata karena dicampur dengan susu pada saat
dikonsumsi.
o Pernyataan bermanfaat bagi kesehatan harus benar-benar didasarkan pada
komposisi dan jumlahnya yang dikonsumsi per hari.

Gambar atau logo pada label tidak boleh menyesatkan dalam hal asal, isi,
bentuk, komposisi, ukuran atau warna. Misalnya :
o Gambar buah tidak boleh dicantumkan bila produk pangan tersebut
hanya mengandung perisa buah
o Gambar jamur utuh tidak boleh untuk menggambarkan potongan jamur
o Gambar untuk memperlihatkan makanan di dalam wadah harus tepat dan
sesuai dengan isinya. Saran untuk menghidangkan suatu produk dengan
bahan lain harus diberi keterangan dengan jelas bila bahan lain tersebut
tidak terdapat dalam wadah.

D. Fungsi Pemasaran dan Siklus Produksi


Pemasaran merupakan suatu hasil penemuan yang relatif modern dan
sangat erat hubungannya dengan fungsi pengemasan. Pada jaman dahulu produk
makanan atau hasil pertanian hanya di kerjakan dengan tangan dan meliputi
daerah pemasaran yang terbatas serta pembeli dapat dicari dengan cara yang
paling sederhana, yaitu hanya dengan mengiklankan melalui promosi oral atau
menempelkan tanda di depan took. Berkat penemuan mesin cetak, maka sarana
untuk periklanan menjadi lebih mudah dan praktis sehingga memudahkan pembeli
untuk mencari barang yang diingini (Syarief, 1989).
Pada akhir abad ke-17, abad 18 dan 19 telah terjadi suatu perubahan dimana
pemasaran sudah mencapai daerah yang lebih luas, sehingga hasil produksi tidak
lagi dijual langsung kepada pembeli tetapi sudah mengalami penjualan ke daerah
lain melalui suatu rantai tata niaga ( pemasaran ) dan penghasilan barang kepada
penjual ( toko ), dan selanjutnya menjualnya lagi ke konsumen.
Kecuali untuk pemberian label, pengemasan pada dasarnya adalah untuk
melindungi produk dari kerusakan baik pada saat penyimpanan maupun
pengangkutan (pengapalan).
Meskipun begitu, banyak poduk yang dikapalkan hanya dengan dimasukkan
ke kotak yang besar (container), cara ini dilakukan sampai dengan periode tahun
1090-an. Pada saat itu penjual toko hanya bertindak sebagai salesman. Dalam hal
ini, pengemasan akan menambah harga akhir produk tersebut.
Salah satu penemuan pertama dari fungsi pemasaran adalah pada saat
diperkenalkannya kombinasi antara satuan pengemas, pengidentifikasian barang,
dan periklanan. Periklanan dilakukan sebetulnya untuk mempromosikan barang
kepada konsumen serta menambah keyakinan kepada konsumen bahwa barang
yang dibelinya lebih bagus daripada barang yang lain. Dengan iklan diterangkan,
mengapa barang tersebut bagus, sedangkan pengemasan merupakan garansi dari
kualitas iklan.
Salah satu dari peranan pemasaran yaitu mengidentifikasi dan menguraikan
tolak ukur atau parameter dari siklus produksi (product life cyle). Seperti halnya
makhluk hidup, maka produk industripun mengalami siklus hidup. Siklus tersebut
terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut (Syarief, 1989):
1. Tahap konsepsi : Menciptakan ide atau gagasan unyuk suatu produk
2. Tahap gestasi (kehamilan) : Menentukan atau mengambil keputusan untuk
produk yang akan dikembangkan dan penciptaan produk.
3. Tahap kelahiran : Melempar produk ke pasar
4. Tahap Bayi : suatu periode untuk untuk pertumbuhan penjualan dengan
promosi yang sangat gencar dan pendapatan yang kecil.
5. Tahap anak-anak : Penjualan mulai berkembang dan mampu menopang
biaya promosi
6. Tahap remaja : Penjualan meningkat dengan keuntungan maksimal. Iklan
mulai berkurang akan tetapi masih tetap diperlukan.
7. Tahap dewasa : penjualan terus tumbuh dengan laju pertambahan yang
makin bekurang. Keuntungan sederhana dengan promosi yang sederhana
pula.
8. Tahap usia setengah baya : penjualan mulai jenuh, keuntungan tidak dapat
menigkat lagi, bahkan mulai menurun. Promosi diperlukan untuk
menopang penjualan.
9. Tahap usia tua : Penjualan mulai menurun. Keutungan marginal dan
semakin sedikit. produksi tidak mampu lagi menopang promosi.
10. Tahap kematian : penjualan menurun terus mencapai suatu keadaan
dimana tidak lagi diperoleh keuntungan.
11. Tahap penguburan : pengelolaan (manajemen) mematikan produksi dan
tidak mampu lagi melanjutkan usaha.

Dari hal tersebut di atas, penting adanya kerjasama bagian pemasaran


dengan posisi masing-masing produk yang berhubungan dengan masa siklus
produksi. Pemasaran harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan
untuk menciptakan produk dan mengembangkannya sampai kea rah puncak
keberhasilan.
Peranan pengemasan dalam hal ini yaitu memperpanjang periode
pertumbuhan dengan meremajakan kembali tahap usia setengah baya pada siklus
produksi. Karena itu bentuk ataumodel kemasan pada periode tersebut ada
kemungkinan perlu diubah menjadi suatu bentuk yang lain, sehingga memberikan
kesan bagi konsumen bahwa produk yang dipasarkan adalah produk baru yang
menarik.

E. Kebijaksanaan Harga dan Distribusi Pemasaran


Tanggung jawab bagian pemasaran adalah untuk menentukan harga yang
bersaing secara sehat dengan produk-produk lain di pasar. Dalam hal ini, bagian
pemasaran harus selalu menyadari harga-harga yang bersaing sekaligus sudah
memperhitungkan ongkos pembuatan dan penjualannya. Untuk melepas produk
baru dan meraih konsumen baru atau pasar baru, harga harus relatif rendah bahkan
bila perlu tidak memperoleh laba. Barang-barang lama sebaiknya di lepas dengan
harga dasar, sementara produk-produk yang masih baru harus diusahakan
semaksimal mugkin, sebab pembeli-pembeli mencari produk yang sehat (bermutu
baik). Melalui keahlian, pengalaman, insting (naluri), dan mengetahui factor-
faktor pemasaran bias menentukan harga yang cocok untuk bersaing di pasar
dengan tingkat keuntungan yang diinginkan (Syarief, 1989).
Bagian pemasaran adalah yang bertanggung jawab untuk memutuskan
kemana barang seharusnya akan dipasarkan. Jangkauan pemasaran mungkin bisan
lokal atau bisa sampai ke pasaran internasional (melalui ekspor). Pengetahuan ini
di dasarkan pada besarnya penawaran (supply) dan permintaan (demand), harga,
ongkos transportasi (pengapalan), pengemasan, promosi, dan masa kadaluwarsa
dari produk itu sendiri.
Makanan yang umur simpannya sekitar 30 hari tidak dapat dipasarkan
terlalu jauh. Karena itu pengemasan yang protektif dapat membantu memperbesar
daya jangkau pemasaran.

F. Penelitian Pasar
Penelitian pasar merupakan tanggung jawab bagian pemasaran untuk
melakukan studi tentang kebutuhan pengemasan produk baru dan untuk
mengetahui potensi (volume) pasar. Usaha ini juga memberikan indikasi tentang
harga yang bisa diterima di pasar tersebut, selama dan sesudah barang baru
diciptakan. Penelitian pasar penting untuk mengetahui respon konsumen terhadap
konsep baru sejauh mana pengembangan dapat dilakukan, dan untuk menentukan
kearah pengembangan yang lebih baik. Penelitian pasar membantuperencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi hasil pengujian pasar untuk menentukan apakah
konsumenmau membeli atau tidak produk tersebut. Data yang diperoleh juga akan
membantu pemasaran dalam menentukan kebijaksanaan harga, distribusi dan
promosi (Syarief, 1989).

1. Konsepsi Pengujian
Konsepsi pengemasan produk baru, dapat dijadikan konsepsi
pengujian sejauh mana konsumen bisa menerima produk tersebut
sekaligus bisa menanyakan pendapat mereka. Kemudian pengujian yang
lebih menyebar bisa digunakan untuk mengebangkan reaksi yang lebih
jauh dari sebuah konsepsi.

Perlu dipertimbangkan bahwa masyarakat konsumen tidak saja


memenuhi kebutuhan lahiriyah, tapi juga kebutuhan batiniah (secara
psikologis). Karena itu diperlukan penafsiran yang hati-hati terhadap data
yang diperoleh khususnya mengenai prefensi konsumen. Misalnya dari
hasil penelitian pasar diperoleh data bahwa 90% konsumen menyatakan
tidak membutuhkan atau tidak menyukai suatu produk yang akan
dipasarkan, hal ini tidak menjamin bahwa produk tersebut idak akan laku
bila dilempar ke pasar. Banyak factor yang akan mempengaruhi laku
tidaknya suatu produk. Konsepsi pemasaran modern tidak dapat
sepenuhnya tergantung pada permintaan, akan tetapi penawaran dapat
menciptakan permintaan, melalui promosi yang baik. Sebagai contoh yaitu
pemasaran dari the botol, mi instan, air mineral dan sebagainya, yang
merupakan produk baru bagi konsumen Indonesia tahun 70-an, bahkan air
mineral baru dikembangkan pemasarannya sekitan tahun 1985. Sebelum
tahun-tahun tersebut barangkali sebagian besar konsumen tidak akan
meyatakan perlunya produk baru tersebut. Akan tetapi setelah produk-
produk tersebut memsyrakat, baru dirasakan kebutuhannya. Untuk
pengemabngan ketiga produk tersebut juga sangat ditentukan oleh
pengemasan dan siklus produksinya. Karena itu the botol dilengkapi
dengan the kotak, mi instan yang semula hanya dibungkus plastic
kemudian dikembangkan dengan mi instan dalam wadah mangkok,
demikian juga air mineral tidak hanya dikemas dengan botol tetapi ada
juga yang dikemas dalam bentuk gelas.

2. Tes pemasaran
Pengenalan bentuk kemasan baru perlu disebar luaskan kepada
masyarakat, agar diketahui tingkat kesukaan masyarakat yang sebenarnya
tentang bentuk kemasan yang paling disukai untuk membungkus produk
yang dipilihnya. Jadi pengujia (test) pemasaran ini memerlukan
manajemen yang baik guna menunjang keberhasilan penelitian dan
pengoperasian dalam usaha mencari daerah yang berpotensi untuk
memperoleh keuntungan dan menekan kerugian.
Tes pemasaran perlu mempertimabangkan strata masyarakat,
berpenghasilan kecil, menengah dan besar. Demikian halnya tingat harga,
perbedaan lokasi (daerah), sifat dan kebiasaan penduduk, perbedaan iklim
dan sebagainya. Bentuk-bentuk kemasan yang sederhana dengan volume
produk per satuan yang kecil dapat dipasarkan oleh pedagang-pedagang
kecil hingga tingkat pedesaan. Sedangkan produk yang sama dan dikemas
dengan volume yang lebih besar, pemasarannya mungkin terbatas bagi
konsumen berpenghasilan menengah ke atas saja.
Dalam menyusun semua program tes pemasaran, ada beberapa hal
penting yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Janganlah membiarkan penjual terlalu antusias dan berpromosi yang
berlebihan.
b. menggunakan kemasan yang tidak representatif untuk produk-produk
tertentu yang spesifik.
c. Hendaknya tes pemasaran jangan dilakukan pada musim atau kondisi
pasar yang tidak seimbang (tidak stabil).
d. Perlu adanya perhatian (hati-hati) terhadap kompetisi yang terjadi di
pasar.

G. Promosi Kemasan
Bagian pemasaran bertanggung jawab terhadap penyusunan peraturan
promosi dengan tetap memperhatikan kombinasi kemasan bagi masing-masing
produk. Hal ini meliputi periklanan langsung melalui media masa, periklanan
langsung melalui pameran di daerah pemasaran, dan periklanan tidak langsung
melalui kerjasama yang baik atau hubungan dengan masyarakat yang serasi. Di
samping itu melalui seleksi bentuk-bentuk periklanan yang lain.
1. Periklanan
Periklanan adalah penting untuk meraih keberhasilan dalam memasarkan
produk yang dikemas. Periklanan merupakan bagian integral dari program
promosi. Dengan periklanan diharapkan akan dapat menimbulkan rangsangan
bagi konsumen untuk membeli produk kemasan yang diinginkan serta akan
membangkitkan kesan dan image terhadap produk tersebut.
Beberapa factor yang perlu dipertimbangkan berkenaan dengan
perencanaan promosi suatu produk dengan kemasan baru yaitu : biaya
periklanan, isi pesan yang akan disampaikan, penyeleksian media,
menggunakan agen-agen pemasaran lain dan efektifitas.
2. Model dan Bentuk Kemasan
Model rancang bangun kemasan memerlukan seniman yang professional
karena melibatkan nilai estetika yang akan berpengaruh pada keberhasilan
program pemasaran. Seperti yang telah dijelaskan dibagian disain grafis, maka
kemasan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Mampu menarik calon pembeli
b. Kemasan harus informative dan komunikatif
c. Menampilkan produk yang siap jual
d. Membangkitkan minat konsumen atau rasa butuh terhadap produk.
C. Contoh Produk

SARBUM SUSJEL

(Sari Buah Manis) (Susu Jelly)


Spesifikasi Kemasan

Botol Kosong Almond 250ML .

 Bahan material: PET (Polyethylene terephthalate)

 lebih tipis dari botol kale, sehingga botol gampang penyok .

 Botol ini mempunyai ciri khas yang berbentuk bulat lonjong .

 Pilihan warna tutup: Hitam, Putih, Transparan, Merah, Oren,


Hijau, Kuning, Biru, Coklat .

 Tamper Evident Ring (Segel) di semua botol PET Almond .

 Kegunaan botol: industry makanan dan minuman (thai tea,


coffee, juice) .

 Botol Almond ini berstandar Food Grade sehingga sangat aman


digunakan .

 Mudah untuk diisi, tutup botol tinggal diputar dan botol sudah
tersegel .

 Botol telah diuji ketahanan, kualitas dan layak digunakan .

 Ada logo PET dan Food Grade di bawah botol .


 Diameter mulut botol: 3 CM .

 Tinggi botol: 15 CM .

 Diameter botol: 5 CM .

 Berat botol: 16.5 gram

Cara pengemasan

 Rendam botol dengan air hangat selam 5 menit, lalu bilas dengan
air dingin

 Keringkan atau tiriskan botol

 Kemudian isi botol dengan minuman yang sudah dibuat


menggunakan corong agar tidak tumpah

 Setelah itu tutup botol dengan tutup yang bersegel rapat dan
tempelkan stiker di botol yang sudah terisi.

1. Bahan dan Peralatan

BAHAN BAHAN TIDAK


PERALATAN
LANGSUNG LANGSUNG
Buah pepaya Botol plastik Pisau
jeruk Sedotan pelastik Talenan
Sirup jeruk Termos Es
Gula Sendok
Susu coklat
Air
nutrijel

2. Proses Produksi

a. Sarbum (sari buah manis)

 Kupas buah pepaya, bersihkan dari kulit luarnya, kemudian potong


kecil-kecil berbentuk dadu. Kupas juga kulit jeruk dan peras
sarinya sebanyak 2 gelas.
 Masak nutrijel rasa jeruk dengan air 800ml dan gula 2 sendok
hingga mendidih, lalu cetak.

 Haluskan buah pepaya sebanyak 250gr lalu campurkan dengan sari


jeruk, sirup 1 centong, gula 4 sendok, dan air 1000ml lalu aduk
sampai tercampur rata

 Kemudian saring, sebanyak 2 kali sehingga tidak ada lagi sisa


daging buah pepaya

 Setelah itu, masukkan minuman ke dalam botol kemasan dan


tambahkan 3 sendok nutrijel yang sudah diparut lalu tutup dengan
tutup botol bersegel. Simpan di suhu dingin

Catatan : satu resep untuk 6 botol penyajian

Nilai Gizi Sarbum

Bahan Berat Energi Protein Lemak KH Vit.C

Makanan (gr) (Kkal) (gr) (gr) (gr) (mg)

Pepaya 250 97.4 1.5 0.3 24.5 155

Jeruk 250 344.8 28 5.5 64.8 152.5

Sirup 100 213.9 0 0 55.5 0

Gula 65 251.5 0 0 64.9 0

Total 907.6 29.5 5.8 209.7 307.5

Satu Porsi
151.27 4.92 0.97 34.95 51.25
penyajiian

b. Susjel (susu Jelly)


 Sedu 2 bks susu dengan 1000ml air hangat, tambahkan gula
3 sendok

Lalu aduk hingga gula larut.

 Masak nutrijel coklat dengan 800ml air dan 2 sendok gula


hingga mendidih lalu tuangkan ke dalam cetakan

 Masukkan susu ke dalam botol kemasan dan tambahna 3


sendok nutrijel coklat yang sudah di parut lalu ditutup
dengan tutup botol bersegel.

Catatan : satu resep untuk 6 botol penyajian

Nilai Gizi Susjel

Bahan Berat Energi Protein Lemak KH Kalsium

Makanan (gr) (Kkal) (gr) (gr) (gr) (mg)

Susu
250 1082.7 32.5 28.5 177.3 1155
coklat

Gula 30 116.1 0 0 30 0

Total 1198.8 32.5 28.5 207.3 1155

Satu Porsi
199.8 5.42 4.75 34.55 192.5
penyajiian

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Setiap produk memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga
kemasan yang digunakan juga berbeda tergantung pada karakteristik
produk tersebut.
2. Jenis-jenis bahan pengemas diantaranya adalah gelas, kertas, logam dan
plastik.
3. Faktor-faktor penting dan persyaratan disain kemasan adalah mampu
menarik calon pembeli, kemasan harus informative dan komunikatif,
menampilkan produk yang siap jual serta membangkitkan minat konsumen
atau rasa butuh terhadap produk.
4. Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk
gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan
pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan
bagian kemasan pangan.
5. Peranan pemasaran yaitu mengidentifikasi dan menguraikan tolak ukur
atau parameter dari siklus produksi (product life cyle). Seperti halnya
makhluk hidup, maka produk industripun mengalami siklus hidup.
6. Bagian pemasaran bertanggung jawab terhadap penyusunan peraturan
promosi dengan tetap memperhatikan kombinasi kemasan bagi masing-
masing produk. Hal ini meliputi periklanan langsung melalui media masa,
periklanan langsung melalui pameran di daerah pemasaran, dan periklanan
tidak langsung melalui kerjasama yang baik atau hubungan dengan
masyarakat yang serasi.
7. Berbagai macam kemasan yang digunakan manusia antara lain terbuat dari
gelas, kertas, plastik, logam, dan lain-lain setiap hari digunakan dan
dibuang ke tempat sampah. Pada akhirnya sampah dari berbagai sumber
menumpuk dan menimbulkan berbagai masalah, dimulai dari sampah
rumah tangga, pabrik, perusahaan dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Diggins, R, V., Bundy, C, E dan Christensen V, W. 1979. Dairy Production,
Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey

Giese, J. 1995. Vitamin dan Mineral Fortification of Foods. Food Technology.


Vol 49. No.5

Hendrasty, H, K. 2013. Pengemasan dan Penyimpanan Bahan Pangan. Graha


Ilmu. Yogyakarta

Iskandar, B. 1987. Buku Panduan Pengemasan Indonesia. Federasi Pengemasan


Indonesia. Jakarta

Lopez, A. 1987. A Complete Course in Canning Book III. Processing Producers


for Canned Food Products. The Canning Trade Inc. Baltimore, Maryland
USA

Morrow, N, H. 1982. Determining the Container/ Product Compatibility, for


Canned Foods.

Raphael, H, J. 1969. Packaging: A Scientific Marketing Tool. Michigan State


University. East Lansing.

Suryatmi, R, D. 2001. Penggunaan Kombinasi Adsorban Untuk Memperpanjang


Umur Simpan Buah Pisang Candevish. Jurnal Teknologi dan Industri
PanganVol. XII, No. 1

Syarief, R. 1989. Tenologi Pengemasan Pangan. Buku dan Monograf.


Laboratorium Rekayasa Proses Pangan. Institu Pertanian Bogor. Bogor

Anda mungkin juga menyukai