Anda di halaman 1dari 7

Vanvan

Jumat, 14 Oktober 2016

ARSITEKTUR LINKUNGAN

GREEN ARCHITECTURE

PENGERTIAN

Green Architecture atau Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang minim dalam mengonsumsi sumber
daya alam, termasuk energi, air, dan material, serta minimalkan terjadinya dampak negatif bagi
lingkungan.

Tujuan utama dari bangunan ramah lingkungan ini adalah mengurangi dampak negatif sebuah bangunan
terhadap lingkungan dan kesehatan penghuninya. Yang menjadi ciri dari sebuah green building di
antaranya adalah lebih banyak ruang terbuka untuk tanaman sehingga perbandingan antara bangunan
dan ruang terbuka lebih harmonis.

SIFAT-SIFAT PADA BANGUNAN BERKONSEP GREEN ARSITEKTUR

Green Architecture (arsitektur hijau) mulai tumbuh sejalan dengan kesadaran dari para arsitek akan
keterbatasan alam dalam menyuplai material yang mulai menipis. Alasan lain digunakannya arsitektur
hijau adalah untuk memaksimalkan potensi site. Penggunaan material-material yang bisa didaur-ulang
juga mendukung konsep arsitektur hijau, sehingga penggunaan material dapat dihemat.

Green dapat diinterpretasikan sebagai sustainable (berkelanjutan), earthfriendly(ramah lingkungan),


dan high performance building (bangunan dengan performa sangat baik).

1. Sustainable

Yang berarti bangunan green architecture tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman, konsisten
terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan – perubuhan yang signifikan
tanpa merusak alam sekitar.

2. Earthfriendly
Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep green architecture apabila bangunan
tersebut tidak bersifat ramah lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah terhadap lingkungan disini tidak
hanya dalam perusakkan terhadap lingkungan. Tetapi juga menyangkut masalah pemakaian
energi.Olehkarena itu bangunan berkonsep green architecture mempunyai sifat ramah terhadap
lingkungan sekitar, energi dan aspek – aspek pendukung lainnya.

3. High Performance Building

Bangunan berkonsep Green Arsitektur mempunyai satu sifat yang tidak kalah pentingnya dengan sifat –
sifat lainnya. Sifat ini adalah “High performance building”. Mengapa pada bangunan Green Arsitektur
harus mempunyai sifat ini? Salah satu fungsinya ialah untuk meminimaliskan penggunaan energi dengan
memenfaatkan energi yang berasal dari alam (Energy of nature) dan dengan dipadukan dengan
teknologi tinggi (High technology performance).

PRINSIP-PRINSIP GREEN ARCHITECTURE

beserta langkah-langkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert Vale, 1991, Green
Architecture Design fo Sustainable Future :

1. Conserving Energy

Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:

Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi
listrik.

Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik
dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari
atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk
mendapatkan sinar matahari yang maksimal.

Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitas nya rendah. Selain itu juga menggunakan
alat kontrol pengurangan intensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya
sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.

Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan
energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.

Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk
meningkatkan intensitas cahaya.
Bangunan tidak menggunakan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya
matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.

Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.

2. Working with Climate

Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan
dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta
pengoperasian bangunan, dengan cara:

Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.

Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk
ke dalam ruangan.

Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar
bangunan.

Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan
penghawaan yang sesuai kebutuhan.

3. Respect for Site

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadaan
bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar,
dengan cara:

Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.

Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.

Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.

4. Respect for User

Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green
architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan
pengoperasiannya.
5. Limitting New Resources

Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan
penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali untuk
membentuk tatanan arsitektur lainnya.

6. Holistic

Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses
perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling
berhubungan satu sama lain. Tentu secara parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip
tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara
keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.

Beberapa Contoh Bangunan yang menggunakan konsep Green Building

1. Wisma Dharmala Sakti (Intiland Tower)

Didirikan tahun1986 oleh arsitek Paul Rudolph. Rudolph terinspirasi dari bentu katap-atap di Indonesia
yang memiliki overstek karena merespon iklim tropisnya sehingga apabila di dalam gedung tidak akan
secara langsung diterpa cahaya matahari. Terdapat pula void yang cukup besar sehingga udara sejuk
masih terasa didalamnya tanpa kehujanan saat merasakannya.

Bahkan di perencanaan awal, bangunan ini sebenarnya tidak perlu menggunakan pendingin ruangan.
Namun seiring berjalannya waktu dan efek rumah kaca telah memberi panas yang cukup parah dan
tidak menentu, akhirnya bangunan ini menggunakan pendingin ruangan. Namun pada koridor hal
tersebut masih tidak diperlukan karena udara sejuk masih dapat masuk. Pencahayaan lampu pada siang
hari juga tidak terlalu diperlukan pada koridor karena cahaya matahari masih dapat masuk tanpa
pengguna merasa terik maupun kehujanan. Dari keenam aspek arsitektur hijau, sudah diterapkan
setidaknya lima aspek pada Intiland Tower ini. Bangunan ini telah berusaha mengoptimalkan energi
yang dimiliki alamnya, merespon iklim,merespon kebutuhan penggunadan keadaan tapaknya, dan
adanya aspek yang saling mendukung.
Hasil gambar

2. Menara BCA

Beda dengan Wisma Dharmala Sakti yang memberikan keramahan melalui kesederhanaan, gedung
seluas 450.00 meter persegi ini menggunakan teknologi yang canggih untuk tetap ramah. Fasadnya
didominasi kaca mati namun teknologinya ramah lingkungan. Menara BCA ini merupakan bangunan
peraih sertifikasi hijau pertama di Jakarta, bangunan pencakar langit ini menggunakan double glasses
sehingga hemat energi sampai 35 persen.

Lahan ini juga mampu mengolah air hujan sampai seratus persen. Namun tidak semaksimal aspek
arsitektur hijau yang diterapkan Wisma Dharmala, bangunan ini tidak benar-benar memaksimalkan
penggunaan energi alam dan iklim tropisnya. Kalau itu benar-benar dimanfaatkan, maka penggunaan
double glasses tidak diperlukan. Namun teknologi ini bisa menjadi salah satu usaha penghematan energi
dan tetap ramah lingkungan meskipun desain bangunannya modern ataupun futurisitik. Material yang
digunakan pada bangunan ini seluruhnya merupakan material lokal.

3. Grha Wonokoyo, Surabaya

Aspek – aspek sustainable :

Sosial

Hampir mencakup semua kriteria yang ada, kenyamanan pengguna benar – benar diperhatikan dengan
menciptakan bukaan – bukaan yang tinggi (3,75 m) sehingga hanya 1 m area lantai kantor yang tidak
terkena cahaya matahari. Pencahayaan alami terbukti meningkatkan tingkat produktivitas kerja. Selain
itu, lokasi bangunan berada di daerah strategis sehingga memudahkan pencapaian ke gedung ini dengan
transportasi publik.

Ekonomi
Pemilik grha ini melibatkan kontraktor dan arsitek lokal dalam pembangunannya, serta sebagian besar
komponen dan material menggunakan produk lokal.

Efisiensi bangunan ditunjukkan melalui tingkat hunian yang tinggi yaitu mencapai 85%, dengan jam
operasional 8 jam sehari.

Efisiensi berinteraksi juga dipertimbangkan dengan mengalokasikan satu lantai untuk satu divisi.

Fleksibilitas ruang ditunjukkan antara lain dengan plafon dengan tinggi lebih dari 3 m, dan tiap lantainya
tidak menggunakan partisi permanen sehingga dapat dibongkar dan dengan mudah dialihfungsikan
untuk kebutuhan yang lain.

Lingkungan

Mematikan AC secara otomatis pada jam istirahat dan pada jam 16.00

Pemanfaatan potensi cahaya matahari sebagai penerangan alami pada jam – jam kerja, lampu hanya
dinyalakan saat kondisi cuaca ekstrem, misalnya mendung.

Dari sisi penghematan air, dilakukan efisiensi system plumbing yang dipusatkan dalam satu area core
plumbing.

Dampak yang signifikan dari penghematan energi ini adalah running cost bias ditekan sampai 40% jika
dibandingkan bangunan – bangunan lain yang berskala hampir sama.

Kesimpulan dari bangunan ini:

Nilai akhir SCAT yang dicapai masuk dalam kategori good, bahkan mendekati sempurna, dengan nilai
4,0. Rata – rata untuk tiap poin juga baik, yaitu 4,7 untuk sosial, 4,4 untuk ekonomi, dan 3,0 untuk
lingkungan

Keberlanjutan jelas menjadi pemikiran yang benar – benar terealisasikan pada bangunan ini.

DAFTAR PUSTAKA

http://gospoth.blogspot.co.id/2013/03/green-architecture.html
https://hardi91.wordpress.com/2010/04/08/172/

https://www.academia.edu/6747160/ARSITEKTUR_Hijau_pada_perkantoran_di_sudirman_GREEN_ARC
HITECTURE_ON_OFFICES_AT_SUDIRMAN

https://www.academia.edu/9774768/Arsitek_Harus_Peduli_Lingkungan

http://tessatandayu.blogspot.co.id/2015/10/penerapan-green-architecture-di.html

vanvan di 08.40

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

vanvan

Lihat profil lengkapku

Anda mungkin juga menyukai