Anda di halaman 1dari 12

NAMA : SELLY SAFITRI

NIM : 431419002
PRODI/KELAS : PENDIDIKAN BIOLOGI A
TUGAS MATAKULIAH : FISIOLOGI TUMBUHAN

1. Keterkaitan akar tumbuhan dengan tanah ?


2. Jenis – jenis tanah dan status kesuburannya ?
3. Perbedaan meknisme apoplas dan simplas ?

Jawab

1. Akar tumbuhan saling berkaitan dengan tanah


Setiap hari tumbuhan membutuhkan berbagai zat penting untuk melakukan
proses metabolisme dalam tubuhnya. Adapun zat-zat yang dibutuhkan oleh tumbuhan
antara lain air, garam mineral, oksigen, dan karbon dioksida yang bisa diperoleh dari
luar tubuh tumbuhan. Melalui daun, tumbuhan dapat memperoleh oksigen dan karbon
dioksida. Sedangkan melalui ujung akar dan buluh-buluh akar, air dan garam mineral
dapat diangkut tumbuhan ke dalam tubuhnya. Untuk mengangkut air dan garam
mineral, tumbuhan memerlukan suatu proses pengangkutan. Pengangkutan zat ini
dilakukan oleh jaringan pengangkut yang melewati berkas pembuluh. Walaupun
begitu, ada juga pengangkutan air dan garam mineral yang tidak diangkut secara
langsung melalui berkas pembuluh, tetapi di luar berkas pembuluh xilem dan floem.
Proses pengangkutan air dan mineral dari dalam tanah oleh tumbuhan berawal
dari air di dalam tanah yang kemudian akan diserap oleh rambut akar. Air mengalir
karena ada perbedaan kepekatan (konsentrasi) cairan di antara sel. Air tanah
mempunyai kepekatan larutan yang lebih encer dibandingkan dengan cairan sel
sehingga air tanah dapat masuk ke rambut akar. Air yang masuk ini mengakibatkan
sel tumbuhan mengembang. Air didorong keluar dari satu sel ke sel berikutnya
sampai ke pembuluh kayu. Selanjutnya, air diangkut oleh pembuluh kayu melalui
batang sampai ke daun. Naiknya air ke daun dipengaruhi oleh beberapa faktor
(Dwidjoseputro, 1994)
Di dalam tanah hidup berbagai jenis organisme yang dapat dibedakan menjadi
jenis tumbuhan (flora) dan hewan (fauna). Flora dan fauna tersebut ada yang
berukuran besar ada yang berukuran kecil. Organisme yang hidup dalam tanah ini ada
yang bermanfaat, ada yang mengganggu, dan ada pula yang tidak bermanfaat tetapi
juga tidak mengganggu. Tanah subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per
gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba
tersebut. Sebagian besar mikroba memiliki peranan yang menguntungkan bagi
pertanian, yaitu berperan dalam menghancurkan limbah organik, recycling hara
tanaman, fiksasi biologis nitrogen, pelarutan fosfat, meransang pertumbuhan,
biokontrol pathogen dan membantu penyerapan unsur hara, mengubah senyawa
beracun menjadi bermanfaat bagi tanaman, dan beberapa golongan actinomycetes
dapat menghasilkan antibiotik. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah organisme
yang menguntungkan di dalam tanah maka semakin subur tanah tersebut.
Nutrisi yang bisa tersedia untuk tanaman dikendalikan oleh interaksi antara
sifat- sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Sebagai media tumbuh dan penyedia unsur
hara bagi tanaman, pasokan nutrisi yang cukup harus dipertahankan untuk menjaga
stabilitas produksi tinggi dan mutu hasil yang diinginkan (Gusti, 2015).

Gambar 1. Pasukan nutrisi dalam pasokan tanah

Pasokan nutrisi bagi akar-akar tanaman merupakan suatu proses yang dinamis
(Gbr. 1). Tanaman menyerap nutrisi dalam bentuk kation dan anion dari larutan tanah
dan melepaskan sejumlah ion seperti H + , OH-, dan HCO3 - (reaksi 1 dan 2).
Perubahan konsentrasi ion dalam larutan disangga oleh proses jerapan pada
permukaan mineral tanah (reaksi 3 dan 4). Penurunan kadar ion dalam larutan
menyebabkan pelepasan ion yang sama dari permukaan mineral tanah. Sebaliknya,
peningkatan konsentrasi ion dalam larutan dari pemupukan atau input lain dapat
menyebabkan sebagian ion diendapkan sebagai mineral (reaksi 5 dan 6). Mikroba
tanah menggunakan ion dari larutan tanah untuk merombak bahan organik, dan ketika
mikroba tersebut mati maka nutrisi dilepaskan kembali ke larutan tanah (reaksi 7 dan
8).
Proses tersebut bergantung pada pasokan bahan organik, ketersediaan ion
anorganik, dan kondisi lingkungan lainnya. Dalam respirasi, akar tanaman dan
organisme tanah menggunakan O2 dan melepaskan CO2 sehingga kadar CO2 tanah
lebih tinggi dibandingkan dengan atmosfir. Difusi gas ke dalam pori tanah menurun
drastis ketika kandungan air tanah meningkat. Sejumlah faktor lingkungan dan
aktivitas manusia mempengaruhi konsentrasi ion dalam larutan tanah yang
berinteraksi dengan mineral dan proses biologi dalam tanah. Terdapat berbagai
peristiwa yang merupakan dasar hubungan tanah dengan tanaman, di antaranya adalah
(Gusti, 2015):
1. Pertukaran ion
Pertukaran ion dalam tanah terjadi pada permukaan mineral liat, senyawa
inorganik, bahan organik, dan akar (Gambar 3). Pertukaran ion terdiri dari
pertukaran kation (ion positif) dan anion (ion negatif). Dalam sebagian besar
tanah-tanah pertanian, pertukaran anion jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
pertukaran kation. Pertukaran ion merupakan proses timbal balik yang mana
satu kation atau anion yang terjerap pada bentuk padat (partikel tanah) ditukar
dengan kation atau anion lain yang ada pada bentuk cair (larutan tanah). Apabila
terjadi kontak langsung antara dua bentuk padat maka ion-ion juga dapat
dipertukarkan antara dua bentuk tersebut.
2. Pergerakan ion dari larutan tanah ke akar tanaman
Agar ion-ion hara dapat diserap oleh akar-akar tanaman, maka ion-ion
tersebut harus berada di sekitar permukaan akar. Secara umum terdapat tiga cara
agar ion-ion tersebut dapat mencapai permukaan akar yaitu:.
 Intersepsi akar yaitu akar tanaman terus tumbuh dan mencapai ion-ion hara
 Aliran masa yaitu ion-ion hara bergerak menuju akar tanaman mengikuti
gerakan air yang menuju akar karena adanya air transpirasi yang diserap
oleh tanaman.
 Difusi yaitu ion-ion hara bergerak dari daerah berkonsentrasi tinggi menuju
daerah berkonsentrasi rendah.

Gambar 2. Pertukaran Ion

3. Penyerapan Ion Oleh akar Tanaman


Penyerapan ion-ion dalam larutan tanah oleh akar-akar tanaman dapat
dijelaskan melalui proses pasif dan aktif, yaitu ion-ion secara pasif bergerak
sampai suatu batas kemudian dilanjutkan dengan pergerakan ion secara aktif
menuju organ-organ dalam sel tanaman yang memetabolisme ion-ion nutrisi
(hara) tersebut. Penyerapan secara pasif terjadi pada dinding sel epidermis dan
korteks akar, bagian luar casparian strip, bagian luar plasmalemma (membrane
plasma), dan sel-sel mesopyl daun. Proses tersebut dapat terjadi karena
terdapat pori-pori atau ruang-ruang bebas yang ukurannya berbeda-beda
(sekitar 3,5 – 3,8 nm), sedangkan ukuran ion-ion hara misalnya Ca2+, K+ dan
lain-lain ± 10-20 % ukuran pori tersebut. Penyerapan secara aktif terjadi ketika
ion-ion hara melewati casparian strip, plasmalemma (membrane plasma), dan
tonoplasma. Penyerapan ini melawan gradien elektrokimia sehingga
memerlukan energi yang dihasilkan melalui proses metabolisme sel (ATP-ase)
dan melibatkan substansi pembawa ion yg juga diproduksi secara
metabolisme.
2. Kondisi tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan
tanaman.  Bagi tanaman, tanah berfungsi sebagai :

1. Tempat tumbuhnya tanaman


2. Tempat persediaan udara bagi pernafasan akar tanaman dan kehidupan
mikroorganisme
3. Tempat persediaan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman, baik berupa zat organik
maupun anorganik
4. Tempat persediaan air untuk melarutkan unsur hara agar bisa diserap tanaman

Berdasarkan fungsi di atas, maka tanah yang menunjang kesuburan tanaman


adalah tanah yang mengandung zat organik, anorganik, air, dan udara dalam keadaan
cukup dan tersedia sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Zat organik merupakan zat
yang terbentuk dari hasil pelapukan atau pembusukan sisa-sisa tanaman dan hewan.
Biasanya zat organik terdapat pada lapisan tanah paling atas (top soil) hingga
kedalaman + 15 cm dan berwarna kehitaman.  Sedangkan zat anorganik ialah zat yang
berasal dari hancuran bebatuan dan mineral, biasanya tersebar pada lapisan tanah
bawah pada kedalaman lebih dari 15 cm. Tanah dikatakan subur apabila mengandung
bahan-bahan tersebut dengan komposisi 45% bahan organik, 5% zat anorganik, 25%
air dan 25% udara.
Kesuburan Tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk
tanaman yang diinginkan, pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman
tersebut dapat berupa: buah, biji, daun, bunga, umbi, getah, eksudat, akar, trubus,
batang, biomassa, naungan atau penampilan (Nasih, 2010). Tanah memiliki kesuburan
yang berbeda-beda tergantung faktor pembentuk tanah yang merajai di lokasi tersebut,
yaitu: Bahan induk, Iklim, Relief, Organisme, atau Waktu. Tanah merupakan fokus
utama dalam pembahasan kesuburan tanah, sedangkan tanaman merupakan indikator
utama mutu kesuburan tanah. Tanah yang subur lebih disukai untuk usaha pertanian,
karena menguntungkan. Sebaliknya terhadap tanah yang kurang subur dilakukan
usaha untuk menyuburkan tanah tersebut sehingga keuntungan yang diperoleh
meningkat.
Menurut Poerwowidodo, (1992) Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu
tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan keseimbangan tertentu secara
berkesinambungan, untuk menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada
lingkungan dengan faktor pertumbuhan lainnya dalam keadaan menguntungkan.
Menurut Sutedjo (2002) menambahkan tanah yang subur memilliki
ketersediaan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman cukup dan tidak terdapat
faktor pembatas dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman. Status kesuburan tanah
merupakan kondisi kesuburan tanah di tempat dan waktu tertentu yang dinilai
berdasarkan kriteria baku parameter kesuburan tanah sesuai petunjuk teknis evaluasi
kesuburan tanah. Pusat Penelitian Tanah, (PPT )Bogor 1995 (Susila, 2013).
Selain dipengaruhi oleh kandungan unsur dalam tanah, pertumbuhan tanaman
juga dipengaruhi oleh struktur tanah atau gumpalan partikel-partikel penyusun tanah.

1. Tanah gembur, merupakan jenis tanah yang paling baik bagi tanaman karena
memiliki rongga-rongga yang cukup untuk menyimpan unsur hara, air dan udara
serta sesuai bagi kehidupan mikroorganisme.
2. Tanah liat, tidak sesuai bagi tanaman karena partikel-partikel tanah terlalu rapat
sehingga sirkulasi air dan udara tidak berlangsung lancar dan perakaran tanaman
juga sulit menembusnya.
3. Tanah pasir, juga kurang baik bagi tanaman karena partikel-partikel tanah terlalu
berongga sehingga sulit untuk menyimpan air dan unsur hara.

Kesuburan tanah dari tahun ke tahun selalu berubah. Tanah yang subur bisa
menjadi kurus bila tidak terpelihara, sebaliknya tanah yang kurus bisa menjadi subur
bila dipelihara dengan baik.  Faktor penyebab mundurnya kesuburan tanah adalah:

1. Tanah ditanami terus-menerus, sehingga banyak unsur hara yang diserap tanaman
dan terangkut saat panen.
2. Tanah digunakan untuk menggembala ternak secara terus-menerus, sehingga tanah
yang terinjak-injak menjadi padat dan rerumputan tidak tumbuh lagi.
3. Adanya bencana alam seperti banjir, erosi, tanah longsor, dan gunung meletus,
sehingga menyebabkan pengikisan atau hilangnya lapisan top soil.
4. Musim kemarau yang panjang, sehingga menyebabkan tumbuhan dan beberapa
organisme tidak dapat hidup, akibatnya tanah tidak menerima bahan organik yang
cukup.
5. Pencemaran lingkungan, sehingga menyebabkan mikroorganisme pengurai bahan
organik mengalami keracunan dan tanah tidak produktif lagi.

Untuk mengembalikan kesuburan tanah, maka perlu dilakukan berbagai upaya antara
lain:
1. Pengolahan tanah secara minimal
2. Memberi kesempatan pada tanah untuk istirahat atau diberakan
3. Pemberian pupuk tambahan, terutama pupuk organik
4. Mengadakan pergiliran tanaman
5. Menghindari penggembalaan ternak secara terus-menerus pada lahan yang sama
6. Mengadakan penghijauan dan reboisasi
7. Membangun pematang, parit dan terasering.

Fungsi Tanah sebagai Faktor Produksi Tanaman :


1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman Akar-akar tanaman tumbuh,
berkembang dan melakukan aktivitasnya di dalam tanah. Akar melakukan kegiatan
fisik, kimia dan biologi di dalam tanah sehingga dapat terus tumbuh dan berkembang
ke lapisan tanah yang lebih dalam agar dapat menopang tumbuhnya bagian tanaman
di atas tanah.
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara) Untuk
mendukung produktivitaasnya tanaman membutuhkan air, udara, dan unsur-unsur
hara yang dapat diambil dari dalam tanah. Air, udara dan unsur-unsur hara sangat
dibutuhkan tanaman dalam kegiatan metabolismenya untuk dapat melangsungnya
proses-proses kehidupan tanaman. Tanpa air, udara dan unsur- unsur hara, tanaman
tidak dapat tumbuh.
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman zat-zat pemacu tumbuh: hormon, vitamin, dan
asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti hama; enzim yang dapat
meningkatkan kesediaan hara Senyawa-senyawa tersebut terbentuk karena adanya
proses-proses yang terjadi di dalam tanah baik yang dihasilkan oleh tanaman itu
sendiri, mikroba tanah maupun komponen-komponen tanah lainnya.
4. Sebagai habitat biota tanah Di dalam tanah hidup berbagai jenis organisme baik yang
berdampak positif karena terlibat langsung atau tak langsung dalam penyediaan
kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif
karena merupakan hama & penyakit tanaman.
3. Pengangkutan air pada tumbuhan tingkat tinggi seperti pada tumbuhan biji
dilakukan melalui dua mekanisme, yaitu:
1. Pengangkutan Ekstravasikuler
Pengangkutan ini dilakukan di luar berkas pengangkut, maka disebut
pengangkutan ekstravasikuler. Zat yang diangkut adalah air dan garam-garam
mineral. Dalam perjalanan menuju silinder pusat, air akan bergerak secara bebas
diantara ruang antar sel.
Gambar 3. Mekanisme pengangkutan air Ekstraseluler

Pengangkutan air dan mineral dari dalam tanah di luar berkas pembuluh ini
dilakukan melalui 2 proses, yaitu: :
a. Pengangkutan Apoplas
Pengangkutan apoplas adalah menyusupnya air tanah secara difusi bebas atau
transport pasif melalui semua bagian tak hidup dari tumbuhan, misalnya dinding
sel dan ruang-ruang antara sel. Air masuk dengan cara difusi, aliran air secara
apoplas tidak dapat terus mencapai xylem karena terhalang oleh lapisan endodermis
yang memiliki penebalan dinding sel yang dikenal sebagai pita kaspari. Apoplas
dapat terjadi pada setiap dinding sel kecuali endodermis. Khusus endodermis
dilakukan secara osmosis. Transportasi apoplas tidak dapat terjadi saat melewati
endodermis sebab dalam sel-sel endodermis terdapat pita kaspari yang
menghalangi air masuk ke dalam xilem. Pita kaspari ini terbentuk dari zat suberin
(gabus) dan lignin. Oleh karena itu,apoplas dapat terjadi di semua bagian kecuali
endodermis. Air yang menuju endodermis ditranspor secara simplas melalui sel
peresap
b. Pengangkutan Simplas
Pengangkutan simplas adalah bergeraknya air tanah dan zat terlarut melalui
bagian hidup dari sel tumbuhan, misalnya sitoplasma atau vakuola, dari sel ke sel.
Pada pengangkutan ini, setelah masuk kedalam sel epidermis bulu akar, air dan
mineral yang terlarut bergerak dalam sitoplasma dan vakuola, kemudian bergerak
dari satu sel ke sel yang lain melalui plasmodesmata. Sistem pengangkutan ini
menyebabkan air dapat mencapai bagian silinder pusat. Adapun lintasan aliran air
pada pengangkutan simplas adalah sel–sel bulu akar menuju akar ke sel-sel
parenkim korteks yang berlapis-lapis, sel-sel endodermis, sel-sel perisikel dan
xylem. Kemudian air dan garam mineral siap diangkut ke atas menuju batang dan
daun.

2. Pengangkutan Intravasikuler
Pengangkutan air dan mineral diserap oleh akar menuju atas ini berlangsung
melalui berkas pengangkut, yaitu xylem, sehingga proses pengangkutan disebut
pengangkutan vaskuler. Setelah melewati sel–sel akar, air dan garam mineral dari
dalam tanah memasuki tumbuhan melalui epidermis akar, menembus korteks akar,
masuk ke stele dan kemudian mengalir naik ke pembuluh xylem sampai pucuk
tumbuhan (batang sampai ke mesofil daun).
Pembuluh kayu (xylem)  disusun oleh beberapa jenis sel, namun bagian yang
berperan penting dalam proses pengangkutan air dan mineral ini adalah sel–sel trakea.
Bagian ujung sel trakea terbuka membentuk pipa kapiler. Struktur  jaringan xylem
seperti pipa kapiler ini terjadi karena sel–sel penyusun jaringan tersebut mengalami
fusi (penggabungan). Air bergerak dari sel trakea satu ke sel trakea yang di atasnya
mengikuti prinsip kapilaritas dan kohesi air dalam sel trakea xylem.
Pengangkutan intravaskuler adalah pengangkutan yang berlangsung di dalam
pembuluh kayu (xilem) dan pembuluh kulit (floem).
a. Xilem tersusun atas sel-sel yang sudah mati karena tidak memiliki sitoplasma dan
tersusun dalam struktur pembuluh yang disebut trakea. Pada xilem air dapat
bergerak di sepanjang pembuluh maupun dari satu pembuluh ke pembuluh lain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengangkutan air dalam xilem yaitu
faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal antara lain adalah :
 Persediaan air di dalam tanah, karena semakin tinggi kadar air akan
mempercepat proses pengangkutan air.
 Kelembaban udara, semakin tinggi kelembaban udara akan mempersulit proses
penguapan air melalui stomata sehingga akan menghambat proses
pengangkutan air.
 Suhu udara, meningkatnya suhu udara akan mempercepat proses penguapan
air di stomata, sehingg dapat mempercepat pengangkutan air.
 Tekanan udara, meningkatnya tekanan udara akan menghambat penguapan
sehingga pengangkutan air pun akan terhambat.
 Kecepatan angin, semakin tinggi kecepatan angin akan mempercepat
pengangkutan air dalam xilem.
Sedangkan faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam tubuh tumbuhan itu
sendiri misalnya lebar, panjang dan banyaknya pembuluh. Selain hal itu terdapat
juga faktor internal yang mempengaruhi antara lain:
 Daya tekan akar.
Aktivitas epidermis akar untuk menyerap air tanah terus menurus akan
menyebabkan kadar air dan tekanan tugor sel-sel akar meningkat. Peningkatan
kadar air pada sel-sel akar akan menyebabkan terdorongnya air dalam
pembuluh xilem akar ke jaringan di atasnya. Misalnya pada batang pisang
yang dipotong, maka air akan keluar melalui permukaan potongan batangnya.
Kemampuan mendorong air dalam xilem akar ke jaringan di atasnya yang
menyebabkan terjadinya daya tekan akar.
 Daya hisap daun.
Melalui daun akan terjadi pelepasasn uap air yang disebut transpirasi. Karena
air dalam tubuh tumbuhan membentuk benan air maka lepasnya molekul air
pada daun akan diikuti naiknya air pada akar dan batang. Sehingga air dari
tanah juga akan terserap masuk ke akar.
 Daya kapilaritas.
Diameter xilem sangat kecil sehingga menghasilkan daya kapilaritas air di
dalam xilem. Daya kapiler ini berbanding terbalik dengan jari-jari dari xilem.
Sehingga, semakin kecil jari-jari pembuluh maka akan menghasilkan daya
kapilaritas yang semakin besar. Daya kapilaritas dipengaruhi oleh dua daya
pada air, yaitu daya kohesi dan daya adhesi.
1) Daya kohesi air. Antar molekul air saling ikat yang menyebabkan air
akan membentuk seperti benang air. Bila salah satu bagian air bergerak
menyusup ke ruang-ruang antar sel, maka akan diikuti oleh bagian air
yang lain.
2) Daya adhesi air. Air dapat merambat melalui benda yang dilewatinya,
karena air memiliki daya ikat terhadap permukaan benda lain. Daya
adhesi akan tergantung dari sifat benda yang dilalui. Daya ikat air
terhadap benda lain ini disebut daya adhesi sehingga air dapat merambat
melalui dinding sel akar yang dilewatinya.
b. Floem tersusun oleh kelompok sel yang memiliki bentuk, seperti piramid. Floem
tersusun atas parenkim floem, serabut floem, buluh floem (buluh tapis), dan sel
pengiring. Parenkim floem berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan
makanan dan untuk memisahkan antara floem yang satu dengan floem yang lain.
Serabut floem merupakan jaringan sklerenkim yang berfungsi memperkuat
pembuluh floem. Buluh floem (buluh tapis), yaitu suatu saluran atau pembuluh
yang berperan mengangkut hasil fotosintetis dari daun ke seluruh tubuh tanaman.
Sel pengiring (companion cell) adalah sel yang terletak sepanjang tubuh floem. Sel
ini berfungsi menyuplai makanan ke sel-sel lain yang masih hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, NA., Reece, J.B, & Mitchell, LG. 2003. Biologi Jilid II Edisi Kelima. Erlangga,
Jakarta.
Dwijoeseputro, D. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Gusti Ketut R.N. 2015. Bahan Ajar Tanah Sebagai Media Tumbuh. Fakultas Peternakan.
Universitas. Udayana. Bali.
Poerwowidodo. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung

Susila, Dharma K. 2013. Studi Keharaan Tanaman dan Evaluasi Kesuburan Tanah di Lahan
Pertanian Jeruk Desa Cenggiling, Kecamatan Kuta Selatan. Agrotrop Vol.3 No.2 Hal
13-20.
Sutedjo,M,M. , Kartasapoetra, A, G. ,Sastroatmodjo, S. 1996. Mikrobiologi Tanah. PT.
Rhineka Cipta,Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai