Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bernapas adalah hal yang harus terus menerus dilakukan oleh makhluk hidupbaik
tumbuhan, manusia maupun hewan. Pernapasan adalah pertukaran gas yang dibutuhkan
untuk metabolisme dalam tubuh. Alat pernapasan pada setiap makhluk hidup berbeda-beda
yaitu tergantung pada habitat yang makhluk hidup tempati atau menyesuaikan habitatnya.
Seperti halnya pada hewan memiliki berbagai macaam saluran pernafasan seperti paru-paru
yang dimiliki oleh reptile, amphibi, ikan bernafas menggunakan insang dan lain sebagainya.
Sistem pernapasan secara garis besar nya terdiri dari paru-paru dan susunan saluran
yang menghubungkan paru-paru dengan yang lainnya, yaitu hidung, tekak, pangkal
tenggorokan, tenggorok, cabang tenggorok. Metabolisme normal pada sel makhluk hidup
memerlukan oksigen dan karbon dioksida sebagai sisa metabolisme yang harus dikeluarkan
dari tubuh. Pertukaran gas O2 dan CO2 dalam tubuh makhluk hidup disebutpernapasan atau
respirasi, O2 dapat keluar masuk jaringan dengan cara difusi.
Pernapasan atau respirasi dapat dilakukan dengan dua tahap. Tahap pemasukan oksigen
ke dalam dan mengeluarkan karbon dioksida keluar tubuh melalui organ-organ pernapasan
disebut respirasi eksternal. Pengangkutan gas-gas pernapasan dari organ pernapasan ke
jaringan tubuh atau sebaliknya dilakukan oleh system respirasi. Tahap berikutnya adalah
pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO2 dari sel-sel dalam jaringan disebut
respirasi internal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mekanisme pernapasan pada burung?
2. Bagaimana mekanisme pernapasan pada katak?
3. Bagaimana mekanisme pernapasan pada ikan?
4. Bagaimana mekanisme pernapasan pada reptile?
5. Bagaimana mekanisme pernapasan pada mamalia?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui mekanisme pernapasan pada burung
2. Untuk mengetahui mekanisme pernapasan pada katak
3. Untuk mengetahui mekanisme pernapasan pada ikan
4. Untuk mengetahui mekanisme pernapasan pada reptile
5. Untuk mengetahui mekanisme pernapasan pada mamalia

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Respirasi Pada Aves (Burung)


Burung adalah hewan berdarah panas, sama seperti mamalia ,sehingga
suhu  pada tubuh burung bersifat stabil. Karena burung memiliki reseptor pada
bagian otak yang dapat mengatur suhu tubuh, sehingga burung dapat melakukan
aktivitas  pada suhu lingkungan yang berbeda. Burung menggunakan paru-paru
dan pundi hawa (pundi-pundi udara) sebagai alat pernafasanya. Burung memiliki
dua lubang hidung, yaitu :
a. Lubang hidung luar terletak pada pangkal paruh bagian atas
b. Lubang hidung dalam terletak pada langit-langit rongga mulut
Trakea pada burung sama seperti pada manusia yaitu berupa tulang rawan
yang  berbentuk cincin-cincin . trakea bercabang menjadi bronkus kanan dan kiri.
Bronkus kanan dan kiri merupakan penghubung siring dengan paru-paru. Didalam
siring terdapat lipatan-lipatan berupa selaput yang dapat bergetar menghasilkan
suara. Burung memiliki sepasang paru-paru yang menempel pada dinding bagian
dalam . Paru-paru sendiri terbungkus oleh selaput paru-paru (pluera) yang
berhubungan dengan pundi-pundi hawa. Paru-paru burung tidak memiliki
alveolus ,sebagai ganti fungsinya adalah parabronki (Pembuluh kapiler yang
berdampingan dengan kapiler darah). Selain itu burung juga tidak memiliki
diafragma sehingga dalam pergerakan paru-paru (inhale-exhale) dibantu oleh
rongga seluruh tubuh. Fungsi pundi-pundi hawa pada burung :
1. untuk bernapas saat terbang
2. memperkeras suara dengan memperbesar ruang siring
3. mencegah kedinginan dengan menyelubungi organ dalam dengan
rongga udara
4. mengurangi hilangnya panas tubuh
5. .memperbesar atau memperkecil berat jenis tubuh (berguna saat
berenang).

3
Pundi-pundi hawa pada burung berjumlah sembilan yaitu :
1. 2 kantong di leher (servikal)
2. 1 kantong di antara tulang selangka (korakoid/interclavicular)
3. 2 kantong di dada depan (toraks anterior)
4. 2 kantong di dada belakang (toraks posterior)
5. 2 kantong di perut (abdominal)
Mekanisme pernafasan burung sebagai berikut :

a.Pernafasan burung saat tidak terbang


Fase Inspirasi : tulang rusuk bergerak ke depan  –  volume rongga dada
membesar  –  tekanan mengecil  –  udara akan masuk melalui saluran
pernapasan. Saat inilah sebagian oksigen masuk ke paru-paru dan O2 berdifusi
ke dalam darah kapiler, dan sebagian udara dilanjutkan masuk ke dalam katong-
kantong udara.

Fase Ekspirasi : tulang rusuk kembali ke posisi semula  –  rongga dada


mengecil – tekanan membesar. Pada saat ini udara dalam alveolus dan udara
dalam kantong-kantong hawa bersama-sama keluar melalui paru-paru. Pada saat
melewati alveolus, O2 diikat oleh darah kapiler alveolus, dan darah melepas CO2.
Dengan demikian, pertukaran gas CO2  dan O2 dapatberlangsung saat inspirasi
dan ekspirasi.

4
b.Pernafasan burung saat terbang
Pundi hawa sangat berperan pentng ketika burung mulai terbang,
dikarenakan urung yang terbang tidak dapat menggerakan tulang
rusuknya,sehingga pundi hawalah yang dipergunakan oleh burung untuk
bernafas. Inspirasi dan ekspirasinya dilakukan secara bergantian oleh
pundi- pundi hawa.
Fase Inspirasi : Pada saat sayap diangkat, pundi hawa antar tulang
korakoid terjepit, sedangkan pundi hawa ketiak mengembang, akibatnya udara
masuk ke pundi hawa ketiak melewati paru-paru, terjadilah inspirasi. Saat
melewati paru- paru akan terjadi pertukaran gas O2  dan CO2.

Fase Ekspirasi : Sebaliknya pada saat sayap diturunkan, pundi hawa ketiak
terjepit, sedangkan pundi hawa antar tulang korakoid mengembang, sehingga
udara mengalir keluar dari kantong hawa melewati paru-parusehingga terjadilah
ekspirasi. Saat melewati paru-paru akan terjadi pertukaran gas O 2 dan CO2.
Dengan cara inilah inspirasi dan ekspirasi udara dalam paru-paru burung saat
terbang. Jadi pertukaran gas pada burung saat terbang juga berlangsung saat
inspirasi dan ekspirasi.

2.2 Sistem Pernafasan Pada Amphibi (Katak)

5
Katak muda (berudu) menggunakan insang untuk mengambil O2 yang
terlarut dalam air. Setelah berumur lebih kurang 12 hari, insang luar diganti
dengan insang dalam. Setelah dewasa, katak bernapas menggunakan selaput
rongga mulut, paru-paru, dan kulit. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai
alat pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat
itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, lubang hidung terbuka dan
glotis tertutup, sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk
melalui selaput rongga mulut yang tipis. Pernapasan dengan kulit dilakukan
secara difusi. Hal ini karena kulit katak tipis, selalu lembap, dan mengandung
banyak kapiler darah. Pernapasan dengan kulit berlangsung secara efektif baik di
air maupun di darat. Oksigen (O2) yang masuk lewat kulit akan diangkut melalui
vena kulit paru-paru (vena pulmo kutanea) menuju ke jantung untuk diedarkan ke
seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida (CO2) dari jaringan akan dibawa ke
jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru melalui arteri kulit paru-paru
(arteri pulmo kutanea). Dengan demikian, pertukaran oksigen dan karbon dioksida
terjadi di kulit.

Mekanisme inspirasi dan ekspirasi dijelaskan seperti berikut:


1) Fase inspirasi katak Fase inspirasi terjadi bila otot sternohioideus
berkontraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk
melalui koane (celah hidung). Setelah itu, koane menutup, otot
submandibularis dan otot geniohioideus  berkontraksi, sehingga rongga
mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke
paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas,
oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru,
dan sebaliknya karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan.
2) Fase ekspirasi katak Mekanisme ekspirasi terjadi setelah pertukaran gas di
dalam paru-paru, otot rahang bawah mengendur atau berelaksasi,
sementara otot perut dan sternohioideus berkontraksi. Hal ini
mengakibatkan paru-paru mengecil, sehingga udara tertekan keluar dan
masuk ke dalam rongga mulut. Selanjutnya koane membuka, sedangkan

6
celah tekak menutup, sehingga terjadi kontraksi otot rahang  bawah yang
diikuti berkontraksinya otot geniohioideus. Akibatnya, rongga mulut
mengecil dan udara yang kaya karbon dioksida terdorong keluar melalui
koane.

2.3 Sistem pernapasan pada ikan (pisces)

Sistem pernapasan pada ikan berbeda dari hewan amphibi karena ikan


hanya hidup di air tidak didua alam meskipun amphibi juga memiliki salah satu
organ pernapasan  yang sama dengan ikan. Sistem pernapasan ikan bergantung
pada suatu organ utama yang disebut insang. Insang pada ikan berfungsi untuk
mengikat oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida sebagai hasil respirasi.
Organ insang juga berhubungan langsung dengan pembuluh darah sehingga
memungkinkan terjadinya pertukaran langsung antara oksigen dan karbon
dioksida. Insang pada ikan terletak di dua sisi tubuh ikan bagian depan. Dapat
dikatakan bahwa insang adalah salah satu dari bagian – bagian tubuh hewan yang
penting khususnya pada ikan.

Insang pada ikan dapat menarik oksigen lebih maksimal daripada paru-
paru pada sistem pernapasan pada manusia bahkan jika kadar oksigen dalam air
dibawah 21% atau 210ppm. Insang didesain dengan bentuk dan fungsi yang

7
diadaptasikan untuk hidup dalam air. Insang terdiri dari filamen-filamen yang
langsung terhubung pada air dan didesain agar air dapat terus masuk dan
mengalirkan udara. Tidak seperti paru-paru sebagai alat pernapasan pada manusia 
dimana udara yang baru akan masuk setelah sisa udara yang lama dikeluarkan,
pada ikan pertukaran udara berlangsung otomatis tanpa perlu menunggu sisa
udara lama dikeluarkan dan ikan tidak perlu membuang energi untuk proses
ini.Hal inilah yang menyebabkan kerja insang lebih efisien dari fungsi paru – paru
manusia.

Ada beberapa bagian yang menyusun insang pada ikan, yaitu :

1. Lengkung insang yang tersusun dari tulang rawan


2. Rigi – rigi insang yang terletak di depan lengkung insang. Rigi insang
tersusun oleh beberapa tulang dan berfungsi untuk menyaring air
3. Lembaran insang, bagian ini terletak dibelakang bagian lengkung insang.
Lembaran insang biasanya berwarna merah karena mengandung pembuluh
darah. Lembar insang berbentuk menyerupai sisir. Tiap lembaran insang
memiliki filamen dan setiap filamen terdiri dari banyak lembaran tipis atau
lamella.

Pada dasarnya ada dua macam bentuk insang pada ikan sesuai dengan jenisnya :

1. Insang dengan operkulum atau tutup insang. Jenis ikan ini biasanya ditemui
pada ikan bertulang sejati atau Osteichthyes seperti gurame, bandeng dan lainnya.
Operkulum terdiri dari beberapa bagian yakni opercle, preopercle, interopercle,
and subopercle. Bagian posterior operculum berfungsi untuk menjaga air dan
oksigen agar tidak keluar kembali saat proses respirasi serta menjaga tekanan air.

2. Insang tanpa tutup atau operkulum. Jenis insang ini dimiliki oleh ikan bertulang
rawan atau Chondrichthyes seperti hiu dan pari. Pada jenis insang ini terdapat
suatu struktur khusus yang disebut septum interbranchiale. Septum interbranchiale
adalah jaringan ikat dan otot yang yang berada diantara tiap lembaran insang.

8
Selain berperan langsung pada proses respirasi sebagai alat pertukaran oksigen
dan karbondioksida seprti halnya fungsi alveolus pada manusia, insang juga
memilki beberapa fungsi lain diantaranya :

1. Mengatur keseimbangan asam basa


2. Mengatur regulasi ion
3. Eksresi nitrogen
4. Menyaring makanan

Adapun cara kerja insang yaitu:

1. Proses pernapasan diawali dengan membukanya mulut ikan kemudian


tertutupnya operkulum. Air yang kaya oksigen akan masuk dan terdoronh
ke dalam mulut ikan dan melalui insang.
2. Molekul oksigen akan ditangkap oleh Haemoglobin pada jaringan
pembuluh darah dalam insang dan diedarkan ke seluruh tubuh ikan.
3. Karbondioksida dan buangan respirasi lainnya juga akan dilepaskan
melalui insang.
4. Kemuidian ikan akan menutup mulutnya dan membuka tutup insang
selanjutnya air akan mengalir melalui insang.

Beberapa ikan memiliki alat bantu pernapasan diantaranya adalah :

1. Labirin – Labirin adalah salah satu alat bantu pernapasan pada ikan
namun tidak semua ikan memiliki labirin. Labirin adalah perluasan insang
pada bagian atas yang berbentuk lipatan dan membentuk rongga yang
tidak beraturan. Beberapa ikan yang memiliki labirin diantaranya ikan lele
( Clarias batrachus )dan gabus ( Channa striata ). Labirin berfungsi untuk
menyimpan cadangan oksigen yang nantinya bisa digunakan pada saat
ikan berada pada daerah atau lingkungan dengan kadar oksigen rendah.
Beberapa ikan seprti ikan cupang ( Betta sp )mampu mengambil oksigen
langsung dari atmosfer dengan menggunakan labirin sehingga labirin pada
ikan berfungsi seperti paru – paru pada manusia.

9
2. Arborescene – Beberapa spesies ikan seperti  lele, gurame atau nila juga
memiliki struktur tambahan yang disebut arborescejne.  Arborescene
adalah struktur tambahan pada insang yang berwarna merah dan berbentuk
seperti bunga karang. Struktur tersebut membantu ikan untuk bernapas
pada lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah.
3. Diverticula – Pada ikan yang hidup didaerah tropis misalnya gabus (
Channa striata ) biasanya terdapat struktur tambahan yang disebut dengan
diverticula. Diverticula terletak pada daerah pharynx.

Beberapa spesies ikan juga memiliki alat bantu pernapasan yang


disebut dengan gelembung renang terkecuali ikan petualang yang berenang
diperairan luas seperti hiu dan ikan yang hidup di air dengan arus yang deras.
Bentuk gelembung renang bervariasi pada tiap spesies ikan misalnya pada
ikan mas ( Cyprinus carpio ) bagian anterior gelombang renang pada ikan mas
lebih besar dari bagian posteriornya. Berbeda halnya dengan ikan mas, bagian
posterior gelembung renang ikan tawes ( Puntius javanicus ) lebih besar dari
bagian anteriornya.

Gelembung renang adalah kantong yang berisi udara atau oksigen dan
berada pada rongga tubuh ikan.  Gelembung renang memiliki fungsi untuk
menjaga posisi ikan agar dapat mengapung saat berada dalam air sehingga
ikan tidak perlu terus menerus berenang. Ada juga ikan yang memfungsikan
gelembung renang seperti layaknya paru – paru, contohnya Dipnoi atau ikan
paru-paru yang hanya hidup di benua Australia dan Afrika. Meskipun paru-
paru pada ikan yang dimaksud dapat menyimpan oksigen akan tetapi tidak
diketahui pasti berapa kapasitas total udara yang dapat ditampung seperti pada
kapasital vital paru-paru manusia.

Mekanisme pernapasan ikan dengan gelembung renang

1. Oksigen masuk dan berdifusi melalui dinding gelembung renang

10
2. Oksigen lalu masuk melalui jaringan kapiler yang meluas dan udara
diambil sebanyak – banyaknya
3. Pada dinding belakang gelembung renang terdapat dinding tipis yang
berfungsi sebagai alat sekresi sisa pernafasan dimana karbondioksida akan
dikeluarkan dari dalam tubuh.

2.4 Sistem respirasi pada reptil

Sistem pernapasan pada hewan reptil dibantu oleh gerakan rongga dada.
Tidak seperti sistem pernapasan pada manusia, reptil tidak memiliki sekat
diafragma dan pernapasan diatur oleh otot intercostae. Ketika otot intercostae
berkontraksi rongga dada membesar dan volume udara mengecil dan udara masuk
melalui lubang hidung dan selanjutnya diteruskan ke laring, trakea dan paru-paru.
Ketika otok intercostae berelaksasi rongga dada mengecil dan udara yang
mengandung karbon dioksida akan keluar melalui lubang hidung.
Sama seperti paru-paru hewan mamalia, dinding alveoli reptil dikelilingi
pembuluh kapiler yang berfungsi sebagai tempat pertukaran udara. Pertukaran
udara terjadi di alveoli kemudian oksigen akan diikat oleh hemoglobin dalam sel
darah merah. Pada beberapa spesies ordo Crocodilia reptil termasuk buaya,
pernapasan juga dibantu oleh otot-otot hati atau visera. Pada buaya, otot visera
berhubungan langsung dengan tulang rusuk. Pada saat otot visera berkontraksi
rusuk akan bergerak ke depan dan menghisap udara masuk ke dalam rongga dada.
Gerakan pada otot visera ini sama seperti gerakan saat menarik piston.

11
Sebagian besar reptil tidak memiliki palatum (atap rongga mulut)
sekunder. Hal ini mengakibatkan reptil harus menahan napas ketika menelan
makanan. Spesies lain seperti buaya telah berevolusi dan memiliki rongga mulut
sekunder yang memungkinkan mereka untuk tetap bernapas saat menyelam.
Sementara itu, ular dapat mengembangkan trakeanya menjadi lebih luas, dan
memungkinkan ular dapat menelan mangsanya tanpa merasakan sesak napas.

Berikut adalah mekanisme pernapasan reptil secara lebih ringkas :

Fase Inspirasi : Otot tulang rusuk berkontraksi –> rongga dada membesar
–> paru-paru mengembang –> O2 masuk melalui lubang hidung –> rongga
mulut –> anak tekak –> trakea yang panjang –> bronkiolus dalam paru-
paru –> O2 diangkut darah menuju seluruh tubuh.

Fase Ekspirasi : Otot tulang rusuk berelaksasi –> rongga dada mengecil
–> paru-paru mengecil –> CO2 dari jaringan tubuh menuju jantung
melalui darah –> paru-paru –> bronkiolus –> trakea yang panjang –> anak
tekak –> rongga mulut –> lubang hidung.

Sistem pernapasan reptil merupakan salah satu sistem yang penting dalam
tubuh hewan reptil. Gangguan yang terjadi pada alat pernapasan reptil dapat
berdampak buruk terhadap kelangsungan hidupnya. Reptil hidup di darat dan air
sehingga dampak pencemaran udarabisa berakibat fatal bagi kelangsungan
spesies.

2.5 Sistem Respirasi Pada Mamalia

Mamalia adalah salah satu jenis hewan yang menyusui. Secara umum
habitat dari hewan mamalia ini dibagi menjadi 2, yaitu di darat dan di air. Contoh
mamalia yang hidup di darat antara lain: sapi, kerbau, harimau, kambing, rusa,
kucing, kuda dan sebagainya. Sedangkan contoh hewan mamalia yang hidup di air
antara lain: ikan paus dan lumba lumba. Tentu saja sistem pernapasan pada hewan
mamalia tersebut memiliki perbedaan.

12
Alat pernapasan pada mamalia darat terdiri dari hidung, pangkal
tenggorokan, batang tenggorokan, dan paru paru. Jika dilihat secara sekilas mirip
dengan sistem pernapasan pada manusia. Sedangkan sistem pernapasan hewan
mamalia air dilengkapi sebuah katup yang berguna untuk menutupi salauran
pernapasan ketika hewan tersebut menyelam di dalam air. Dan katup ini akan
membuka ketika hewan mamalia tersebut muncul ke permukaan air. Biasanya saat
itu mamalia mengeluarkan karbondioksida dan menghirup oksigen.

Ada dua cara pengambilan pernapasan :

1. Penapasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:

Fase inspirasi : Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga
rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil
daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

Fase Ekspirasi : Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antara
tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga
rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada

13
menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada
yang kaya karbon dioksida keluar.

2. Pernapasan perut

Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan


aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dada. Mekanisme
pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni :

Fase Inspirasi: Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma
mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga
udara luar masuk.

Fase Ekspirasi: Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma


(kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan
tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.

Beberapa fungsi pernafasan antara lain adalah:

1. Mengambil oksigen yang kemudian dabawa oleh darah keseluruh tubuh.


2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran
pernafasan kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk di buang ke
luar tubuh.

Ketika otot-otot diafragma mengalami kontraksi ke bagian bawah, rongga


pada perut mengembang, hal ini menyebabkan tekanan negative dalam rongga
dada yang mengakibatkan udara di paksa masuk dalam jumlah besar ke dalam
paru-paru dan juga menyebabkan darah mengalir  kembali (venous return) secara
optimal ke arah jantung. Hal ini justru memberikan keuntungan bagi kesehatan
diantaranya yaitu :

1. Melancarkan peredaran darah untuk menjaga sistem keseimbangan tubuh


secara biologis.

14
2. Meningkatkan sistem immune atau daya tahan tubuh seiring dengan
peredaran darah yang optimal.
3. Mencegah terjadinya infeksi paru-paru dan tentunya pada jaringan organ-
organ tubuh lainya.
4. Menstimulasi hormone endorphin yang dapat menenangkan tubuh (relax),
sehingga dapat menurunkan kondisi stress.
5. Otot diafragma yang berlangsung terus menerus dengan tekanan yang
teratur ke arah organ bagian bawah rongga dada seperti usus, hati, dan
lambung dapat memberikan efek yang baik bagi organ tersebut.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpilan
Pernapasan (Respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi dari keluar dari tubuh. Penghisapan
udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.

Adapun mekanisme pernapasan pada hewan yaitu:

1. Pernapasa pada burung menggunakan paru-paru dan pundi hawa (pundi-pundi


udara) sebagai alat pernafasanya.
2. Pernapasan pada katak muda (berudu) menggunakan insang untuk mengambil
O2 yang terlarut dalam air kemudian setelah berumur lebih kurang 12 hari,
insang luar diganti dengan insang dalam dan pada katak dewasa bernapas
menggunakan selaput rongga mulut, paru-paru, dan kulit.
3. Sistem pernapasan ikan bergantung pada suatu organ utama yang disebut
insang. Insang pada ikan berfungsi untuk mengikat oksigen dan mengeluarkan
karbon dioksida sebagai hasil respirasi.
4. Sistem pernapasan pada hewan reptil dibantu oleh gerakan rongga dada. Tidak
seperti sistem pernapasan pada manusia, reptil tidak memiliki sekat diafragma
dan pernapasan diatur oleh otot intercostae.
5. Alat pernapasan pada mamalia darat terdiri dari hidung, pangkal tenggorokan,
batang tenggorokan, dan paru paru sedangkan pada mamalia yang hidup diair
dilengkapi sebuah katup yang berguna untuk menutupi salauran pernapasan
ketika hewan tersebut menyelam di dalam air.

16
3.2 Saran
Dari makalah yang kami buat mungki terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan untuk lebih memperdalam pengetahuan, maka kami minta kritik dan
saran dari teman-teman yang membaca makalah kami.

17
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, 2008. Biologi, edisi kedelapan jilid 3, Jakarta: Erlangga

Goenarso, Darmadi, 2005. Fisiologi Hewan, Jakarta: UT

Isnaeni, Wiwi, 2006. Fisiologi Hewan, Yogyakarta:Kanisius

18

Anda mungkin juga menyukai