Anda di halaman 1dari 2

MEKANISME SISTEM RESPIRASI PADA UNGGAS

Setiap makhluk hidup melakukan pernafasan untuk memperoleh O2 yang akan digunakan
untuk pembakaran zat makanan di dalam sel-sel tubuhh. Alat pernafasan setiap makhluk
hidup tidaklah sama, pada hewan invertebrata memiliki alat pernafasan dan mekanisme
pernafasan yang berbeda dengan hewan vertebrata. Ada dua jenis respirasi yang terjadi di
dalam tubuh makhluk hidup yaitu, respirasi internal dan respirasi eksternal. Respirasi internal
adalah proses absorbsi oksigen dan pelepasan karbondioksida dari sel. Sedangkan respirasi
eksternal adalah proses penggunaan oksigen oleh sel tubuh dan pembuangan sisa hasil
metabolisme.
Respirasi pada unggas merupakan suatu usaha pengambilan oksigen (O2) dari udara dan
pengeluaran karbondioksida (CO2) dan uap air melalui sistem penapasan setelah diproses di
paru-paru, rongga tulang, rongga udara, dan darah. (Yuwanta, 2008). Sistem respirasi pada
unggas umumnya dimulai dari lubang hidung luar dan dalam (external dan internal nares),
glottis, larynx, trachea, syrinx (voice box), bronchi, paru-paru, dan kantong udara. Paru-paru
terletak diantara tulang rusuk dan vertebrae dorsalis yang beerfungsi dengan kantong udara.
Unggas memerlukan energi yang sangat banyak untuk terbang, maka unggas memiliki sistem
respirasi yang memungkinkan untuk berlangsungnya pertukaran oksigen yang sangat besar
per unit hewan. Untuk melengkapi kebutuhan oksigen yang sangat besar tersebut, maka
anatomi dan fisiologi sistem resppirasi unggas berbeda dengan mamalia. Perbedaan sistem
respirasi pada unggas terletak pada fungsi paru-paru yang berhubungan langsung dengan
kantong udara dan rongga tulang, dimana hal tersebut tidak terdapat pada mamalia. Unggas
tidak memiliki diafragma yang berfungsi mengontrol ekspansi dan kontraksi paru-paru. Hal
ini menyebabkan paru-paru tidak mengembang dan kontraksi selama ekspirasi dan inspirasi.
Paru-paru hanya berperan sebagai tempat berlangsungnya pertukaran gas di dalam darah
(smebiring, 2009).
Sebagian besar unggas memiliki delapan kantong udara, kecuali pada ayam, bebek, burung
dara, dan kalkun memiliki smebilan buah kantong udara. Kantong udara (air sac) pada ungas
terdiri dari sepasang pada daerah abdominal, sepasang di daerah thoracalis anterior, sepasang
di thoracalis posterior, sepasang di daerah cervicalis, dan satu buah di klavicularis (Fedde,
1976). Kantong udara ini memiliki fungsi yaitu membantu paru-paru dalam pernapasan,
meringankan tubuh saat terbang, membantu mengapungkan tubuh sat ungas terbang di udara,
serta membantu difusi air dari darah untuk diekskresikan lewat paru-paru sebagai uap air.
Pada sistem respirasi unggas, ada faktor-faktor yang mempengaruhi kerja sistem respirasi
tersebut, seperti : (1) Temperatur lingkungan, yang paling sesuai dengan unggas adalah Zone
Neutral Thermic (ZNT), yakni antara 10oC-20OC, (2) Spesies hewan/jenis unggas, unggas
tipe ringan seeperti SCWL lebih tinggi respirasinya daripada unggas pedaging, (3) Ukuran
badan dan umur unggas, semakin tinggi umur unggas, maka akan semakin tinggi
respirasinya, (4) Aktivitasnya, semakin banyak aktivitas, maka akan semakin tinggi
resspirasinya, (5) Kepadatan kandang, semakin padat kandang, maka akan dapat
meningkatkan frekuensi respirasi (Yuwanta, 2008).
Mekanisme sistem respirasi pada unggas, khususnya burung memiliki dua fase yaitu, fase
inspirasi dan fase ekspirasi yang memiliki perbedaan pada saat burung terbang dan istirahat.
Udara masuk ke hidung, trachea, brocus mengalir ke daerah caudal dan cranial mengisi
kantung udara melalui parabronchus di dalam paru-paru. Pada saat itu juga, udara dari
kantung udara di daerah cranial mengalir ke trachea melalui bronchiolus (ventrobronchi).
A. Pada saat istirahat
 Fase Inspirasi : tulang rusuk bergerak ke depan  volume rongga dada
membesar  tekanan mengecil  udara akan masuk melalui saluran
pernapasan (sebagian di paru difusi, sebagian disimpan di kantung udara).
 Fase Ekspirasi : tulang rusuk kembali ke posisi semula  rongga dada
mengecil  tekana membesar. Setelah difusi O2  kapiler CO2 udara dalam
alveolus & kantong udara keluar melalui paru-paru.
B. Pada saat terbang
 Fase Inspirasi : sayap diangkat  pundi hawa antar tulang korakoid terjepit 
pundi hawa ketiak mengembang  udara masuk ke pundi hawa ketiak
melewati paru-paru  (inspirasi) pertukaran O2 dan CO2.
 Fase Ekspirasi : sayap diturunkan  pundi hawa ketiak terjepit  pundi hawa
antar tulang korakoid mengembang  udara keluar dari kantong hawa
melewati paru-paru (ekspirasi)  pertukaran gas O2 dan CO2.
Jadi, pernapasan pada saat burung istirahat terjadi ketika adanya pergerakan tulang rusuk ke
depan sehingga rongga dada membesar dan peru-paru mengembang dan menyebabkan udara
dapat masuk ke paru-paru. Sebgaian udara yang kaya oksigen akan diambil paru-paru dan
sebagian lagi akan masuk ke kantong udara belakang (posterior). Sedangkan, udara yang
miskin oksigen akan masuk ke kantong udara depan (anterior). Pernapasan pada saat burung
terbang mengakibatkan pergerakan dari rongga dada tidak dapat dilakukan karena tulang
dada dan tulang rusuk merupakan pangkal perlekatan otot yang berfungsi untuk terbang.
Kantong udara memiliki peran penting pada saat burung terbang. Inspirasi dan ekspirasi
dilakukan bergantian oleh kantong udara diantara tulang coracoid (interclavicular sac) dan
kantong udara di bawah tulang axillaris (subscapular sac).
Ketika sayap terangkat kantong udara pada pangkal lengan mengembang, sehingga udara
masuk ke dalam kantong udara abdominal. Lalu udara akan dialirkan ke paru-paru dan
sebagian lagi akan masuk kantung udara, sehingga darah dapat mengambil oksigen dari paru-
paru. Sedangkan fase ekspirasi terjadi pada saat sayap diturunkan, lalu kantung udara pada
pangkal lengan mengempis, sehingga kantong udara thoracalis mengembang dan mendorong
udara keluar, sehingga terjadi pergantian oksigen dan karbondioksida di dalam paru-paru.
Semakin tinggi burung terbang, mka akan semakin cepat kepakan sayapnya karena kadar
oksigen pada udara di lapisan atas semakin kecil atau menipis (Isnaeni, 2006).

Anda mungkin juga menyukai