DEFINISI
EPIDEMIOLOGI
Tahun 2018, sekitar 5,7 juta orang Amerika menderita demensia. Estimasi penderita
demensia di Amerika sekitar 1 dari 10 orang lansia berusia 65 tahun. Pada tahun 2050
diperkirakan 135 juta penduduk dunia menderita demensia. Sebanyak 6% pasien dengan
demensia menjadi pasien rawat inap di RS, alasan dibawa ke RS antaralain 73% karena
gangguan mobilisasi, 64% karena jatuh, 54% karena keluhan nyeri dan 23% karena gangguan
nafas.5,6
KLASIFIKASI
A. Berdasarkan umur
1. Demensia kortikal
2. Demensia subkortikal2
2. Posterior: lobus parietal dan temporal Gangguan kognitif: memori dan bahasa, akan
tetapi behaviour relatif baik.
2. Demensia Vaskular
TAHAPAN DEMENSIA
-
Stadium I (awal)
Berlangsung 2-4 tahun dan disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori,
berhitung dan aktivitas spontan menurun. Fungsi memori yang terganggu adalah memori
baru atau lupa hal baru yang dialami, dan tidak menggangu aktivitas rutin dalam
keluarga.
-
Stadium II (pertengahan)
Berlangsung 2-10 tahun dan disebut fase demensia. Gejalanya antara lain, disorientasi,
gangguan bahasa (afasia). Penderita mudah bingung, penurunan fungsi memori lebih
berat sehingga penderita ti dak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, gangguan
kemampuan merawat diri yang sangat besar, gangguan siklus tidur, mulai terjadi
inkontinensia, tidak mengenal anggota keluarganya, tidak ingat sudah melakukan suatu
tindakan sehingga mengulanginya lagi. Dan ada gangguan visuospasial yang
menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungan.
-
Stadium III (akhir)
Berlangsung 6-12 tahun. Penderita menjadi vegetatif, tidak bergerak dengan gangguan
komunikasi yang parah (membisu), ketidakmampuan untuk mengenali keluarga dan
teman-teman, gangguan mobilisasi dengan hilangnya kemampuan untuk berjalan, kaku
otot, gangguan siklus tidur-bangun, dengan peningkatan waktu tidur, tidak bisa
mengendalikan buang air besar atau kecil. Kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan
orang lain dan kematian terjadi akibat infeksi atau trauma.12
GAMBARAN KLINIS
Apatis
Selain gambaran diatas dapat pula disertai adanya Behavioral and Psychological Symptoms of
Dementia dimana terdapat gejala gangguan persepsi, isi pikir, suasana hati atau perilaku yang
sering terjadi pada pasien dengan demensia. 9,10
KRITERIA DIAGNOSTIK
Mendadak atau
Bertahap dengan
Onset dengan deteriorasi
deteriorasi lambat
bertahap
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara
umum didapatkan atropi yang bilateral, simetris, sering kali berat otaknya berkisar 1000 gr (850-
1250gr). Beberapa penelitian mengungkapkan atropi lebih menonjol pada lobus temporoparietal,
anterior frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik
tetap utuh.
Pemeriksaan neuropsikologik
Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa
bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi,
perhatian dan pengertian berbahasa.
The Consortium to establish a Registry for Alzheimer Disease (CERALD) menyajikan suatu
prosedur penilaian neuropsikologis dengan mempergunakan alat batrey yang bermanifestasi
gangguan fungsi kognitif, dimana pemeriksaannya terdiri dari:
1. Verbal fluency animal category
2. Modified boston naming test
3. Mini mental state examination
4. Word list memory
5. Constructional praxis
6. Word list recall
7. Word list recognition
CT Scan dan MRI
Pemeriksaan ini berperan dalam menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia
lainnya selain Alzheimer seperti multiinfark dan tumor serebri.
EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik.
Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita demensia. Pemeriksaan
laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit demensia lainnya seperti
pemeriksaan darah rutin, B12, Calsium, Posfor, BSE, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat,
serologi sifilis, screening antibody yang dilakukan secara selektif.
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
Pasien didorong dan dimotivasi untuk dapat mengerjakan perawatan diri secara mandiri,
melakukan kegiatan sehari-hari yang dapat meningkatkan mood, melakukan aktivitas sosial dan
fisik yang menyenangkan namun disesuaikan dengan kemampuan fisik pasien, mengembangkan
pikiran positif dan selalu optimis.
Psikoterapi CBT dapat diberikan bila hendaya kognitif ringan. Keluarga memegang peran
penting dalam penatalaksanaan non farmakologi, selain itu dibutuhkan bantuan perawat
komunitas, pekerja sosial dan terapis okupasional melalui layanan masyarakat setempat sebagai
layanan kesehatan mental lansia.3
Farmakologi
Inhibitor kolinesterase
Beberapa tahun terakhir ini, banyak peneliti menggunakan inhibitor untuk pengobatan
simptomatik penyakit alzheimer, dimana penderita Alzheimer didapatkan penurunan kadar
asetilkolin. Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat digunakan anti kolinesterase
seperti:
Takrin : Dosis10-40 mg kapsul
Efek samping : Mual,muntah,diare,nyeri lambung, kehilangan nafsu
makan,hilangnya koordinasi,anoraksia dan ataksia.
Donepezil : 5 dan 10 mg tablet diberikan sekali sehari menjelang tidur
Keunggulan donepezil dibandingkan takrin :
Efek samping lebih ringan
Donepezil dapat diberikan sekali sehari
Takrin menyebabkan kenaikan enzim hepar
Rivastigmin : Dosis 6-12 mg/hari
Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan apraksia selama
pemberian berlangsung. Beberapa peneliti mengatakan bahwa obat-obatan anti
kolinergik akan memperburuk penampilan intelektual pada orang normal dan
penderita alzheimer.
Glutamat adalah rangsang yang berguna neurotransmiter dari sistem saraf , meskipun
jumlah yang berlebihan di otak dapat menyebabkan sel mati melalui suatu proses yang
disebut excitotoxicity yang terdiri dari overstimulation dari glutamat reseptor
Terapi Simptomatik
Penderita yang disertai gejala depresi dapat diberikan Antidepresan.
Penderita yang disertai Insomnia dapat diberikan obat hipnotik sedatif.
Penderita yang disertai gejala psikotik dapat diberikan obat anti psikotik