PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
telah menurunkan angka kesakitan dan kematian penduduk serta meningkatkan usia
harapan hidup Indonesia di tahun 2000 yaitu sekitar 64,5 tahun. Menurut UU no. 13
tahun 1998 meskipun tidak sekaligus hal ini berarti peningkatan mutu kehidupan akan
samping masih ada kasus penyakit infeksi dan kekurangan gizi lebih kurang dari 74%
usia lanjut menderita penyakit kronis. Adapun lima utama penyakit yang banyak
diderita adalah anemia (50%), ISPA (12,2%), kanker (12,2%), TBC (11,5%) dan
penyakit jantung pembuluh darah (29%). Masalah gizi yang sering diderita di usia
lanjut adalah kurang gizi, kondisi kurang gizi tanpa disadari karena gejala yang muncul
hampir tak terlihat sampai usia lanjut tersebut telah jatuh dalam kondisi gizi buruk
(Khomsam, 2003).
Usia senja merupakan fase kehidupan yang dilalui oleh setiap individu. Kondisi
kesehatan pada tahap ini sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas asupan gizi. Gizi
yang baik akan berperan dalam upaya penurunan presentase timbulnya penyakit dan
angka kematian di usia lanjut, di lain pihak kemunduran biologis, adaptasi mental yang
menyertai proses penuaan seringkali menjadi hambatan bagi para usia lanjut.
(Wirakusumah, 2002).
Menurut Edmon (2007) dalam Hery (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi
keadaan gizi Lansia yaitu status kesehatan, gigi geligi, mental/status kognitif,
jenis kelamin, faktor genetik, tingkat hormonal, penyakit, gaya hidup, aktivitas, stres
Gizi yang cukup merupakan faktor utama dalam meningkatkan kesehatan dan
kesejahteraan hidup. Masalah gizi yang terjadi pada lanjut usia adalah kurang energi
protein (KEP) yang di tandai dengan IMT < 18,5. Pada Lansia, kurang energi protein
faktor psikososial yang mempunyai dampak buruk antara lain anemia gizi, penurunan
energi protein untuk mengganti jaringan-jaringan yang rusak atau aus. Jika konsumsi
energi protein yang diperoleh dari makanan itu mencukupi maka akan diperoleh status
Hasil sensus penduduk tahun 2008, Manusia usia lanjut yang berada di
menunjukkan bahwa lebih dari 28% lanjut usia yang tinggal di Panti Sosial
normal.
2
penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin (2003) di Panti Tresna Werdha Kota
Kendari, menunjukan bahwa status gizi Lansia yang tinggal di Panti Sosial
kurang.
mengenai hubungan tingkat konsumsi energi, protein, kalsium dan aktivitas dengan
status gizi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Sulawesi
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan tingkat konsumsi energi, protein, dan kalsium dengan status gizi
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun
2010 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
kalsium dengan status gizi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota
2. Tujuan Khusus
3
b. Untuk mengetahui tingkat konsumsi protein Lansia di Panti Sosial Tresna
d. Untuk mengetahui status gizi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
e. Untuk mengetahui hubungan tingkat konsumsi energi dengan status gizi Lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun
2010.
f. Untuk mengetahui hubungan tingkat konsumsi protein dengan status gizi Lansia
di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun
2010.
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Sulawesi Tenggara
Tahun 2010.
C. Hipotesis Penelitian
Ha1 : Ada hubungan tingkat konsumsi energi dengan status gizi Lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2010.
Ha2 : Ada hubungan tingkat konsumsi protein dengan status gizi Lansia di Panti Sosial
Ha3 : Ada hubungan tingkat konsumsi kalsium dengan status gizi Lansia di Panti Sosial
4
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi instansi
3. Bagi penulis
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Lansia
Lansia merupakan kepanjangan dari lanjut usia, yang berarti orang yang
sudah berusia lanjut. Menurut ketentuan WHO, bahwa batas usia dari para Lansia
adalah 60 tahun ke atas (Prodia, 1997), sedangkan di Indonesia sekitar usia 55 tahun
penilaian kebutuhan zat gizi. Ada Lansia yang tergolong sehat dan ada Lansia
mengidap penyakit kronis. Selain itu sebagian Lansia masih mampu mengurus diri
sendiri. Sementara, sebagian lain masih sangat tergantung pada belas kasihan orang
lain. Kebutuhan zat gizi mereka tergolong aktif biasanya berbeda dengan orang
(Margatan, 1996).
psikis, kekuatan, ketahanan dan kelenturan otot rangka. Akibatnya kepala dan
6
pembengkokan (kifosis) panggul dan lutut juga terfleksi sedikit keadaan tersebut
5) Defisiensi imunologis
dan integritas
1) Rongga Mulut
gusi, dan ludah mudah tanggalnya gigi bukan hanya disebabkan oleh
ketidakbersihan mulut menyebabkan gigi dan gusi kerap terinfeksi selain itu
7
2) Esofagus
3) Lambung
Pepsin berkurang, dampaknya vitamin B12 dan zat besi menurun (Margatan,
1996).
4) Usus
penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas normal, kecuali
kalsium (di atas usia 60 tahun) dan zat besi (Margatan, 1996).
8
menyatakan bahwa produksi estrogen dan progesteron pada usia di atas juga
menurun.
sama lain membentuk sakur baru yang lebih besar. Semua perubahan ini
berujung pada penurunan fungsi paru tampak emfisme pada klise foto roentgen.
(Margatan, 1996).
perubahan yang diakibatkan oleh penyakit. Pembesaran pada bilik kiri jantung
disertai oleh fibrosis dan sklerosis. Pada endokardium kutub mitral mengecil
menebal dan menjadi fibrosis pengerasan ini selain mengurangi aliran darah
menderita hipotensi postural curah jantung menyusut sebesar 50% pada usia 80
9
tahun sementara tekanan sistolik dan diastolik cenderung meningkat (Margatan,
1996).
Pada Lansia terdapat dua masalah gizi yaitu gizi lebih dan gizi kurang
(Margatan, 1996)
a) Gizi Lebih
usia. Pada umumnya berat badan laki-laki mencapai puncak pada usia 5-55
tahun. Pada wanita antara usia 55-60 tingkat metabolisme basal dan pengeluaran
untuk aktivitas fisik menurun saat memasuki usia dewasa. Akan tetapi asupan
b) Gizi Kurang
Pangan sebagai sumber energi pada makhluk hidup pada umumnya dan
khususnya kebiasaan pola makan yang kurang teratur bisa membuat golongan
Lansia yang sudah berumur lebih setengah abad tidak bisa menikmati kehidupan
yang penuh aktivitas dan merasa sehat, karena hanya dengan olahraga yang teratur
dan asupan gizi yang baik maka Lansia mampu mempertahankan daya tahan
10
tubuhnya secara optimal. Terdapat sebuah persepsi yang salah bahwa kaum Lansia
tidak perlu memperhatikan asupan zat gizinya. Dengan alasan mereka sudah tidak
lagi terjadi pertumbuhan dan perkembangan tubuh dalam masa tuanya. Memang
untuk mengganti sel-sel tubuh yang rusak serta menjaga kestabilan daya tahan
2002) :
a) Karbohidrat
pangan pokok sehari-hari yaitu beras, ketan, sagu, dan ubi. Dewasa ini banyak
b) Lemak
c) Protein
Tubuh sangat memerlukan protein atau zat putih telur sebagai zat
11
tidak jauh berbeda dengan orang dewasa. Pada Lansia sebaiknya mengonsumsi
protein hewani (susu, telur, daging, dan ikan). Mengingat Lansia banyak terjadi
kerusakan sel-sel tubuh. Asupan protein yang dianjurkan sekitar 15- 20% dari
total kalori. Angka kecukupan protein pada Lansia adalah 0,8 kkal/BB.
d) Vitamin.
kesehatan mata, kulit dan melawan infeksi tubuh. Minyak ikan, hati, telur, dan
susu merupakan sumber vitamin A. Selain itu, bahan pangan nabati, seperti
menanggulangi flu.
e) Mineral
Jenis dari mineral adalah kalsium untuk menjaga kesehatan gigi dan tulang.
12
d) Air
metabolisme.
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makan dan
pangan zat-zat gizi. Dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, lebih, dan normal
(Almatsier, 2001).
Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus
dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
2. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan zat gizi disatu
pihak dan pengeluaran oleh organisme di pihak lain. Keadaan ini disebut
nutriture.
melalui variabel tertentu. Hal ini disebut status gizi. Oleh karena itu dalam
mengacu tentang keadaan gizi seseorang, perlu variabel yang digunakan untuk
13
menentukannya (misalnya: tinggi badan atau variabel pertumbuhan, dan
langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia,
dan biofisik. Masing-masing penilaian tersebut akan dibahas secara umum sebagai
berikut:
1. Antropometri
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat
umur dan tingkat gizi. Untuk mengetahui status gizi lansia perlu dilakukan
pengukuran tinggi badan dan berat badan, kemudian IMT (Indeks Massa
Berat Badan
IMT =
Tinggi Badan x Tinggi Badan
mungkin dan tanpa alas kaki dengan kepekaan 0,1 kg. Alat yang dianjurkan
menggunakan alat pengukur tinggi badan dengan kepekaa 0,1 cm. Pengukuran
14
2. Klinis
terjadi dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat
dengan jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral, atau pada
Survey ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis secara
umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Selain itu digunakan untuk
3. Biokimia
diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh.
Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urin, tinja, dan juga beberapa
suatu malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang
spesifik, maka penentuan kimia faal akan lebih banyak menolong untuk
15
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi
struktur dan jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti
kejadian buta senja epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survei
tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei
2. Stastistik vital
16
3. Faktor ekologi
yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,
gizi yang dimakan. Zat-zat gizi tersebut berupa protein, lemak, KH, vitamin, dan
Energi adalah kekuatan untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, satu
energi dinyatakan dalam unit panas dan kalori. Satu kalori adalah jumlah panas yang
diperlukan untuk menaikan suhu 1 derajat celsius. Satu kilo kalori adalah 0,001 kilo
(Suhardjo, 1989).
Menurut Suhardjo (1989), seorang tidak dapat bekerja dengan energi yang
melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan, kecuali jika “meminjam” atau
menggunakan cadangan energi dalam tubuh, tetapi kebiasaan meminjam ini akan dapat
mengakibatkan keadaan yang gawat yaitu kurang gizi khususnya energi. Makanan
merupakan sumber energi namun tidak semua energi yang terkandung di dalamnya
17
dapat diubah oleh tubuh menjadi tenaga sedangkan sisanya diubah menjadi panas. Oleh
karena itu, biasanya setelah melakukan pekerjan fisik, badan terasa panas dan apabila
badan tidak melakukan pekerjaan fisik, maka energi yang disebabkan oleh makanan
diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila mempunyai ukuran dan
komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang,
dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan
Angka kecukupan energi dan zat-zat gizi yang di anjurkan untuk Lansia adalah
sebagai berikut :
Tabel 1
Angka Kecukupan Energi dan Zat Gizi yang Dianjurkan
untuk Lansia dalam Sehari
KOMPOSISI LAKI-LAKI PEREMPUAN
Energi (kal) 1960 1700
Protein (gram) 50 44
Vitamin A (RE) 600 700
Thiamin (mg) 0,8 0,7
Riboflavin (mg) 1,0 0,9
Niasin (mg) 8,6 7,5
Vitamin B12 (mg) 1 1
Asam folat (mcg) 170 150
Vitamin C (mg) 40 30
Kalsium (mg) 500 500
Fosfor (mg) 500 450
Besi (mg) 13 16
Seng (mg) 15 15
Iodium (mcg) 150 150
Depkes RI, 2003.
D. Tinjauan Umum Tentang Konsumsi Protein
18
Protein adalah senyawa organik yang besar yang mengandung atom karbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen, beberapa diantaranya mengandung sulfur, fosfor, besi
2. Perbaikan dan pergantian sel-sel jaringan tubuh yang rusak atau yang telah tua.
4. Bagian yang paling penting dari hormon tertentu seperti misalnya troksin dan
Protein tubuh berada dalam keadaan dinamis yang secara bergantian dipecah
dan disintesis kembali. Dinding usus yang setiap 4-6 hari harus diganti, membutuhkan
sintesis 70 gram protein setiap hari. Tubuh sangat efisien memelihara protein yang
dapat digunakan untuk memelihara jaringan, mengatur keseimbangan air yang terdapat
di dalam sel, di antara sel, dan di dalam pembuluh darah. Selain itu protein juga dapat
mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat lain yaitu membangun
19
3. Memberikan tenaga, jika keperluannya tidak dapat dipenuhi oleh karbohidrat dan
lemak.
1. Pengertian
manusia. Kira-kira 99% kalsium terdapat di dalam jaringan keras yaitu pada tulang
dan gigi. Satu persen kalsium terdapat pada darah, dan jaringan lunak. Tanpa
kalsium yang satu persen ini, otot akan mengalami gangguan kontraksi, darah akan
makanan yang dimakan atau dari tulang. Apabila makanan yang dimakan tidak
dapat memenuhi kebutuhan, maka tubuh akan mengambilnya dari tulang. Sehingga
tulang dapat dikatakan sebagai cadangan kalsium tubuh. Jika hal ini terjadi dalam
(Anonim, 2008).
2. Sumber Kalsium
- Ikan teri
- Udang kering
- Tahu
- Kacang-kacangan
20
- Salmon, sarden
3. Fungsi Kalsium
- Mencegah osteoporosis
- Sebagai komponen penting dalam produksi hormon dan enzim yang mengatur
- Gangguan pertumbuhan
- Kekejangan otot
(Anonim, 2008).
gangguan ginja dan konstipasi (susah buang air besar) (Anonim, 2008).
21
F. Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dengan Status Gizi
Menurut Moehji (2003) mengatakan bahwa asupan energi yang kurang dari
kebutuhan berpotensi terjadinya penurunan berat badan atau berpengaruh pada status
gizi. Studi epidemiologi menyatakan bahwa asupan energi kurang dari kebutuhan dalam
jangka waktu tertentu akan menyebabkan terjadi penurunan status gizi dan bila asupan
energi seimbang dengan kebutuhan akan membantu memelihara status gizi normal,
energi dalam jangka panjang berpotensi terjadinya kegemukan. Faktor yang diduga
sebagai penyebab rendahnya asupan makanan yaitu adanya beberapa gangguan dalam
keterbatasan makanan, melakukan diet ketat, kebiasaan malas makan karena kurang
selera terhadap makanan atau karena makanan yang tersedia tidak menarik.
tujuan tertentu. Dalam aspek gizi tujuan mengonsumsi makanan adalah untuk
mendapatkan sejumlah zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Asupan makan yang cukup akan
memberikan kesehatan yang optimal. Tiap zat gizi yang masuk akan memberikan
fungsi yang penting bagi tubuh salah satunya adalah pemberi energi atau tenaga untuk
melakukan aktivitas. Apabila asupan makan kurang dari kebutuhan maka aktivitas tidak
22
G. Hubungan Tingkat Konsumsi Protein dengan Status Gizi
Protein adalah bagian semua sel hidup dan bagian terbesar tubuh sesudah air.
Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya ada di dalam otot, seperlima di
dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam
Protein merupakan zat gizi yang penting karena paling erat hubungannya
yaitu protein yang berasal dari hewan (protein hewani), seperti daging, telur, susu dan
produk olahan susu. Sedangkan protein yang berasal dari tumbuhan (protein nabati)
kimia, kemudian diserap dan dibawa oleh aliran darah ke seluruh tubuh, dimana sel-sel
jaringan mempunyai kemampuan untuk mengambil asam amino yang diperlukan untuk
Rendahnya asupan protein dapat menyebabkan seseorang mengalami gizi kurang, dan
konsumsi protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang tinggi
protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan obesitas (Almatsier, 2001).
Kalsium merupakan salah satu mineral yang memegang peran penting pada
berbagai proses yang terjadi dalam tubuh. Mineral ini berguna untuk membentuk serta
mempertahankan tulang dan gigi agar tetap sehat, mencegah osteoporosis, membantu
23
proses pembekuan darah dan penyembuhan luka, menghantarkan sinyal ke dalam sel-
sel saraf, mengatur kontraksi otot, membantu transport ion melalui membran, serta
sebagai komponen penting dalam produksi hormon dan enzim (Triarsari, 2010).
tulang rapuh, dan kejang otot. Selain itu, mudah terjadi infeksi saluran kemih.
Rendahnya kadar kalsium juga mempengaruhi penyerapan mineral lain seperti Fe, Zn,
dan Mg. Sumber kalsium terbaik adalah dari makanan sehari-hari. Bahan makanan
seperti sayur-sayuran hijau (misalnya, bayam, daun ubi, brokoli, sawi), ikan teri, udang
kering, tahu, kacang-kacangan, ikan salmon, ikan sarden, susu dan hasil olahannya,
merupakan contoh makanan yang kaya kalsium. Jika asupan makanan kita sehari-hari
kurang kalsium, sebagai alternatif terakhir adalah mencukupi kebutuhan tersebut dari
kalsium yang terlalu tinggi (lebih 2500 mg/hari) dapat menyebabkan batu ginjal dan
24
I. Kerangka Fikir dan Kerangka Konsep
1. Kerangka Fikir
Lansia merupakan kepanjangan dari lanjut usia, yang berarti orang yang
sudah berusia lanjut. Menurut ketentuan WHO, bahwa batas usia dari para Lansia
adalah 60 tahun ke atas (Prodia, 1997), sedangkan di Indonesia sekitar usia 55 tahun
Kalsium merupakan salah satu mineral yang memegang peran penting pada
berbagai proses yang terjadi dalam tubuh. Mineral ini berguna untuk membentuk
serta mempertahankan tulang dan gigi agar tetap sehat, mencegah osteoporosis.
Menurut Davis dkk. (1990) dalam Hery (2008) pada Lansia kurang energi
anemia gizi, penurunan imunitas, gangguan penyembuhan luka, dan mudah terjatuh.
rusak atau aus. Jika konsumsi energi dan protein yang diperoleh dari makanan itu
2. Kerangka Teori
a. Kerangka teori
25
tubuh. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat
pertumbuhan, tulang rapuh, dan kejang otot. Selain itu, mudah terjadi infeksi
saluran kemih. Konsumsi kalsium yang terlalu tinggi (lebih 2500 mg/hari) dapat
menyebabkan batu ginjal dan susah buang air besar (konstipasi) (Triarsari,
2010).
26
b. Kerangka konsep
Konsumsi Energi,
Protein dan Kalsium
Aktivitas fisik
Umur
Jenis Kelamin
Pengetahuan
Pendidikan
Pekerjaan
v
Penyakit
Gaya Hidup
Stres
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 6 s.d. 21 September Tahun 2010 di Panti
1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh Lansia yang menetap dan tinggal di
3. Sampel
Sampel dalam penelitian adalah Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula,
28
Untuk menghitung besarnya sampel yang populasinya lebih kecil dari 10000
n =
n= 90
90.(0,00)² + 1
n= 90
90 (0,0025) + 1
n= 90
1,225
n= 73, 47 sampel
n= 74
Keterangan
N = Jumlah populasi
n = Besar sampel
1. Data Primer
jam.
c. Data status gizi diperoleh dari hasil pengukuran antropometri berdasarkan IMT
29
2. Data Sekunder
1. Pengolahan Data
a. Data recall konsumsi energi dan protein, diolah menggunakan Nutrisurvey tahun
b. Data status gizi, diolah menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh) berdasarkan
hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan kemudian dibandingkan dengan
IMT = BB/(TB)2
30
2. Analisis Data
dengan status gizi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari
Sulawesi Tenggara Tahun 2010 digunakan uji chi square secara komputerisasi,
dengan interpretasi hasil uji Ha diterima jika p < 0,05 pada tingkat kepercayaan
95%.
F. Penyajian Data
Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
yang dikonsumsi oleh Lansia perhari, dengan kategori berdasarkan Widya Karya
yang dikonsumsi oleh Lansia perhari, dengan kategori berdasarkan Widya Karya
31
3. Status Gizi adalah keadaan kesehatan sebagai refleksi dari konsumsi zat gizi
dan penggunaanya oleh tubuh yang dihitung menggunakan Indeks Massa Tubuh
(Wirakusumah, 2002).
32
BAB IV
A. Hasil
Sosial, dan salah satu unit pelaksana teknis di bidang kesejahteraan sosial bagi
PSTW Kendari sudah dmulai sejak tahun 1979, namun kegiatan secara
fungsional baru dimulai sejak tanggal 1 April 1980. PSTW Minaula Kendari
berikut :
Sebagai salah satu yayasan sosial yang sifatnya non komersial PSTW
33
sosial, mental serta agama sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dalam
serta para donatur yang berasal dari para Dermawan, organisasi sosial dan pihak
swasta.
menghuni panti sosial Tresna Werdha Kendari berjumlah 90 orang, yang terdiri
a. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin N %
Laki-laki 31 41,9
Perempuan 43 58,1
Jumlah 74 100
b. Tingkat pendidikan
34
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi sampel menurut tingkat
Tingkat pendidikan N %
Tidak sekolah 58 78,37
Tidak tamat SD 0 0
Tamat SD 16 21,63
Tamat SMP 0 0
Tamat SMA 0 0
Tamat Akademi/PT 0 0
Lainya 0 0
Jumlah 74 100
c. Umur
sebagian besar 56,75 % berada pada umur 61-70 tahun. Distribusi sampel
Umur N %
61-70 42 56,75
71-80 26 35,13
81-90 6 8.12
Jumlah 74 100
3. Analisis Univariat
a. Tingkat Konsumsi Energi
35
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi sampel menurut tingkat
energi kategori cukup. Distribusi sampel menurut tingkat konsumsi energi dapat
sampel menurut tingkat konsumsi protein dapat dilihat pada tabel 5 berikut.
36
Distribusi sampel menurut tingkat konsumsi kalsium dapat dilihat pada tabel 6
berikut.
d. Status Gizi
sebagian besar 70,3 % status gizi Lansia dalam kategori normal. Distribusi
Status Gizi N %
Normal 52 70,3
Kurus 22 29,7
Jumlah 74 100
4. Analisis Bivariat
37
n % n % n %
Cukup 42 80,8 6 27,3 48 64,9
Kurang 10 19,2 16 72,7 26 35,1 P=0,00
Jumlah 52 100 22 100 74 100
sebagian besar (80,8%) memiliki tingkat konsumsi energi kategori cukup, dan
dari 22 Lansia dengan status gizi kategori kurus sebagian besar 72,7 % memiliki
Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square, diperoleh nilai p = 0,00
(p< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat konsumsi
sebagian besar (57,7%) memiliki tingkat konsumsi protein kategori cukup, dan
dari 22 Lansia dengan status gizi kategori kurus sebagian besar (77,3 %)
38
Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square, diperoleh nilai p = 0,00
(p< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat konsumsi
status gizi normal, sebagian besar (51,9%) justru memiliki konsumsi kalsium
kategori kurang dan dari 22 lansia dengan status gizi kategori kurus sebagian
Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square, diperoleh nilai p = 0,09
(p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat
B. Pembahasan
Energi adalah kekuatan untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, satu
energi dinyatakan dalam unit panas dan kalori. Satu kalori adalah jumlah panas
yang diperlukan untuk menaikan suhu 1 derajat celsius. Satu kilo kalori adalah
39
0,001 kilo kalori. Istilah kalori digunakan untuk mengatakan energi secara umum
(Suhardjo, 1989).
status gizi Lansia menemukan bahwa 52 Lansia dengan status gizi normal, sebagian
besar (80,8%) memiliki tingkat konsumsi energi kategori cukup, sebaliknya dari 22
lansia dengan status gizi kategori kurus, 72,7 % memiliki konsumsi energi kategori
kurang. Data ini juga diperkuat oleh hasil analisis statistik dengan uji Chi Square,
dimana diperoleh nilai p = 0,00 (p< 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
Hasil penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan Davis dkk. (1990)
dalam Hery (2008) bahwa gizi yang cukup merupakan faktor utama dalam
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan hidup. Masalah gizi yang terjadi pada
lanjut usia adalah kurang energi protein (KEP) yang di tandai dengan IMT < 18,5.
Pada Lansia, kurang energi protein merupakan interaksi adanya penyakit kronik,
dampak buruk antara lain anemia gizi, penurunan imunitas, gangguan penyembuhan
luka, dan mudah terjatuh. Lansia membutuhkan energi protein untuk mengganti
jaringan-jaringan yang rusak atau aus. Jika konsumsi energi protein yang diperoleh
dari makanan itu mencukupi maka akan diperoleh status gizi yang baik.
40
Protein adalah senyawa organik yang besar yang mengandung atom karbon,
gizi lansia menemukan bahwa dari 52 Lansia dengan status gizi normal, sebagian
besar (57,7%) memiliki tingkat konsumsi protein kategori cukup, sebaliknya dari 22
lansia dengan status gizi kategori kurus sebesar 77,3 % memiliki konsumsi protein
kategori kurang. Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square, diperoleh nilai p =
0,00 (p< 0,00) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat konsumsi
yang secara bergantian dipecah dan disintesis kembali. Dinding usus yang setiap 4-6
hari harus diganti, membutuhkan sintesis 70 gram protein setiap hari. Tubuh sangat
mengatur keseimbangan air yang terdapat di dalam sel, di antara sel, dan di dalam
pembuluh darah. Selain itu, protein juga dapat menghalangi pengaruh toksik bahan-
bahan beracun. Seseorang yang kekurangan protein lebih rentan terhadap bahan-
bahan beracun dan obat-obatan. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat
digantikan oleh zat lain yaitu membangun serta memelihara sel-sel dari jaringan
Tubuh sangat memerlukan protein atau zat putih telur sebagai zat pembentuk
41
jaringan yang rusak sehingga kebutuhan protein Lansia tidak jauh berbeda dengan
orang dewasa. Pada Lansia sebaiknya mengonsumsi protein hewani (susu, telur,
manusia. Kira-kira 99% kalsium terdapat di dalam jaringan keras yaitu pada tulang
dan gigi. Satu persen kalsium terdapat pada darah, dan jaringan lunak. Tanpa
kalsium yang satu persen ini, otot akan mengalami gangguan kontraksi, darah akan
lansia menunjukkan bahwa dari 52 Lansia dengan status gizi normal, sebagian besar
(51,9%) justru memiliki konsumsi kalsium kategori kurang dan dari 22 Lansia
dengan status gizi kategori kurus sebesar 72,7 % memiliki konsumsi kalsium
kategori kurang. Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square, diperoleh nilai p =
0,09 (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
kurangnya tingkat konsumsi kalsium terhadap status gizi terjadi dalam waktu yang
cukup panjang. Lansia dengan konsumsi kalsium yang kurang akan secara langsung
42
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Anonim (2008) apabila makanan
yang dimakan tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsium, maka tubuh akan
kalsium tubuh. Jika hal ini terjadi dalam waktu yang lama, maka tulang akan
43
BAB V
1. Kesimpulan
a. Tingkat konsumsi energi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota
Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2010 sebesar 64,9% termasuk kategori cukup,
b. Tingkat konsumsi protein Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota
Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2010 sebesar 47,3% termasuk kategori cukup,
c. Tingkat konsumsi kalsium Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota
Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2010 sebesar 41,9% termasuk kategori cukup,
d. Status Gizi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Sulawesi
Tenggara Tahun 2010 sebesar 70,3% termasuk kategori normal, dan 29,7 %
kategori kurus.
e. Ada hubungan antara konsumsi energi dengan dengan status gizi Lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2010.
f. Ada hubungan antara tingkat konsumsi protein dengan status gizi Lansia di Panti
Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2010.
44
g. Tidak ada hubungan antara tingkat konsumsi kalsium dengan status gizi Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2010.
2. Saran
1. Mengingat status gizi Lansia kategori kurus masih cukup tinggi yakni 29,7% dan
adanya hubungan tingkat konsumsi energi dan protein terhadap status gizi, peneliti
menyarankan agar pihak pengelola Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
lebih memberikan perhatian dalam penyediaan makanan sumber energi dan protein
serta perlu memberikan motifasi kepada para Lansia agar menghabiskan makanan
yang diberikan.
2. Diharapkan bagi kepala Dinas sosial agar lebih memperhatikan kondisi atau
keadaan status gizi lansia yang tinggal dipanti sosial tresna werdha
45
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. S, 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Anonim, 2008. Kalsium bagi Lansia. http://etd.eprints.ums.ac.id. diakses tanggal 20 April
2010.
Arisman, 2004. Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi. Widya Medika,
Jakarta.
Baidhowi, 2005. Pola Konsumsi dan Status gizi Lansia di kecamatan Kraton Kota
Yogyakarta. http://digilib.UGM.ac.id. Diakses tanggal 21 April 2010.
Khomsan, dkk, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penerbit Swadaya : Jakarta.
Hery, 2008. Menangani Gizi Paruh Baya, www.gizi net.com. Diakses tanggal 21 April
2010.
Lestern, 1971. Hubungan Tingkat Asupan Zat Gizi Dengan Status Gizi Pada Usia Lanjut
Di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Luhur Jambi. Karya Tulis Ilmiah,
Program Study Gizi Kesehatan FK. UGM:Yogyakarta. http://digilib.unnes.ac.id.
Diakses tanggal 21 April 2010.
Margatan, 1996. Gizi pada Manula Perlu Perhatian Khusus, www. Bali- Post.com. Diakses
tanggal 21 April 2010.
Sediaoetomo, Ahmad Djaeni, 1991. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid I.
Jakarta : Dian Rakyat.
Suharjo dan Kusharto , 1988. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Penerbit Yrama Widya. Jakarta.
Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran : 36-37
Sumosardjun, 1996. Lansia. Orasi Ilmiah Penerimaan Guru Besar FKG Universitas
Hasanudin, Makasar. http://www.unhas.ac.id. Diakse tanggal 20 Juni 2010.
46
Sumiyati, 2007. Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi dan Protein Dengan Status
Gizi Pada Lansia Di Panti Wreda Pucang Gading Semarang.
http://www.unnes.ac.id. Diakse tanggal 20 Juni 2010.
Triarsari, 2010, Pedoman Tatalaksana Gizi Usia Lanjut Untuk Tenaga Kesehatan,
Direktorat Gizi Masyarakat. Depkes RI: Jakarta.http://www.Kesmas.com. Diakse
tanggal 20 Juni 2010.
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Wirakusumah, 2002. Tingkat dan Ragam Konsumsi Pangan Golongan Usia Lanjut di
Panti Werdha Budi Luhur dan Hanna Di Yogyakarta. http://www.unhas.ac.id.
Diakses tanggal 20 Juni 2010.
Zainuddin, 2006. Perbedaan Tingkat Konsumsi Energi Protein dan Status Gizi
Manula yang Tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula Kendari
dengan Manula yang Tinggal Bersama Keluarga di Kelurahan Sambuli
Kota Kendari. Karya Tulis Ilmiah, Jurusan Gizi
47
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein, dan Kalsium dengan Status
Gizi Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Minaula
Kota Kendari Sulawesi Tenggara Tahun 2010.
A. Identitas Responden
1 Kode responden :
2 Nama :
3 Umur :
4 Jenis Kelamin :
5 Berat Badan :
6 Tinggi Badan :
d. Tamat SMP
48
B. Konsumsi Energi Dan Protein
Total
Kebutuhan
% AKG
49
FORMULIR RECALL 24 JAM
(Hari Kedua)
Total
Kebutuhan
% AKG
50
C. Status Gizi Lansia
51
52