Anda di halaman 1dari 4

Nama : Bonggal Evans Panjaitan

NIM : 17.3267

Mata Kuliah : Teologi Sosial

Dosen : Pdt. Dr. Sanggam M. L. Siahaan

Perubahan Sosial

Mustain Mashud

Perubahan sosial mengacu pada perubahan signifikan dari waktu ke waktu dalam pola
perilaku dan nilai budaya serta norma. Kata "perubahan" menunjukkan perbedaan dalam segala
hal yang diamati selama beberapa periode waktu.Karena itu, perubahan sosial berarti perbedaan
yang dapat diamati dalam fenomena sosial apa pun selama periode waktu tertentu. Perubahan
sosial juga berarti variasi dari setiap aspek proses sosial, pola sosial, interaksi sosial, atau
organisasi sosial. Ini adalah perubahan dalam struktur kelembagaan dan normatif
masyarakat.Perubahan adalah hal yang pasti terjadi pada suatu komunitas masyarakat di tingkat
apapun. Suatu tatanan sosial tertentu tidak berlanjut selama beberapa dekade, katakanlah ratusan
tahun atau lebih. Pasti ada beberapa perubahan.. Karena masih diperdebatkan mengenai apa
makna sesungguhnya dari perubahan sosial. Herbert Blumer melilhat perubahan sosial sebagai
usaha kolektif untuk menegakkan terciptanya tata kehidupan baru. Ralp Tunner dan Lewis M.
Killin mengatakan bahwa perubahan sosial sebagai kolektivitas yang bertindak terus menerus,
guna meningkatkan perubahan dalam masyarakat atau kelompok. Perbedaan-perbedaan cara
pemahaman konsep perubahan sosial tentu akan berpengaruh pada kajian-kajian substansi
perubahan sosial, terutama yang bersangkut paut dengan perbedaan pada masalah-masalah
seperti, tingkat perubahan (makro-mikro), kesinambungan, penyebab perubahan sosial, dan
persoalan langsung tidaknya perubahan sosial. Apa pun defenisinya, yang perlu diperhatikan
adalah kenyataan bahwa setiap masyarakat selalu mengalami perubahan-perubahan, termasuk
pada masyarakat primiti dan masyarakat kuno sekalipun. Jadi, perubahan itu normal adanya.

Pada abad yang ke-16 filsafat sejarah di Perancis telah mengemukakan suatu pemikiran
bahwa umat manusia mengalami perkembangan melalui penahapan tertentu menuju suatu
keadaan yang lebih baik. Kemudian August Comte mensistematisasi pemikiran-pemikiran
Perancis sebelumnya, yaitu penjelasannya terhadap evolusi sosial didasarkan pada konsep 3
tahap: dari masyarakat primitif ke peradaban Perancis abad ke- 19 yang menurutnya sangat maju.
Hukum urutan perkembangan masyarakat dimaksud: hukum fundamental perkembangan
pemikiran manusia, yakni: tingkat teologis (khayalan), tingkat metafisika (abstrak), tingkat
ilmiah (positivis). Pada fase pertama (teologis), semua yang ada adalah hasil tindakan kekuatan
supernatural, termasuk akal budi manusia. Ada tiga tingkatan dalam tahapan berpikir teologis,
yaitu, fetisisme, politeisme, dan monoteisme. Pada tingkat abstrak (metafisika) modifikasi-
modifikasi dari tingkatan teologis telah banyak dilakukan. Kekuatan abstrak selain dinilai benar-
benar ada, juga melekat pada setiap manusia dan mampu menciptakan semua fenomena. Serta
ketika perkembangan masyarakat sudah sampai pada tahap akhir (positif), konsep-konsep yang
bersufat absolut sudah ditinggalkan, sebab hal itu dinilainya sebagai hal yang sia-sia. Sebagai
gantinya, pencarian terhadap hukum-hukum perkembangan alam banyak dilakukan dan
digalakkan, terutama hukum tentang hubungan-hubungan urutan dan persamaan, karena itu
penalaran dan obeservasi mesti digabungkannya secara tepat, sehingga bisa berfungsi sebagai
sarana pengetahuan ilmiah dalam rangka pencarian hukum tersebut. Kata Comte, masyarakat
adalah bagian alam, sehingga fenomena alam, termasuk hukum-hukum perkembangan alam,
tentu akan bisa digunakan untuk menjelaskan fenomena perkembangan masyarakat juga. Sebab,
fenomena alam dianggap menyifati fenomena masyarakat.

Selanjutnya ada teori Parson yang terkenal adalah terori tentang tindakan manusia.
Tentang hal ini ia membedakan menjadi 4 subsistem: organisme, kepribadian, sistem sosial, dan
sistem kultural. Keempat unsur ini terusun dalam urutan sibernetika dan mengendalikan tindakan
manusia. Parson memformulasikan konsep functional imperatives terutama kaitannya dengan
masalah kelangsungan hidup sistem sosial. Maksudnya, masyarakat harus memenuhi keempat
fungsi utama berikut, kalau tidak ingin punah, yaitu, adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan
pemeliharaan pola. Menurut Parson, masyarakat akan berkembang melalui tiga tindakan utama:
primitive, intermediate, dan modern. Konsep Parson yang melihat masyarakat sebagai sistem
interaksi kolektif dan tingkat perilaku, merujuk pada persekutuan hidup dan ini dinilai sebagai
inti sari struktur sosial yang fungsi utamanya adalah mengitegrasikan.

Dimensi Perubahan Sosial: Struktural, Kultural, dan Interaksional. Dimensi structural


menampakkan diri pada perubahan-perubahan dalam status dan peranan. Perubahan status dapat
diidentifikasi dari ada tidaknya perubahan pada peran, kekuasaan, otoritas, fungsi, integrasi,
hubungan antarstatus, arah komunikasi, dan seterusnya. Sementara itu, perubahan dalam dimensi
kultural, bisa diperhatikan ada tidaknya perubahan dalam budaya material dan non material.

Dinamika masyarakat ini terjadi bisa karena faktor internal yang inheren melekan dalam
diri masyarakat itu sendiri, dan bisa karena faktor lingkungan eksternal. Ada banyak perspektif
teori yang menjelaskan tentang perubahan sosial; misalnya perspektif teori sosiohistoris,
structural fungsioal, structural konflik, dan psikologi sosial. Teori sosiohistoris menempatkan
variable latar belakang sejarah dengan menekankan proses evolusi sebagai faktor penting
terjadinya perubahan sosial. Sebagai siklus karena sulit diketaui ujung pangkal penyebab awal
terjadinya perubahan sosial. Prespektif kedua yaitu dari August Comte dkk, dengan tesis utama
perspektif utama sosiohistoris – perkembangan atau terlazim juga disebut dengan teori evolusi
sosial ini adalah bahwa pada dasarnya setiap masyarakat akan selalu bergerak, berkembang, dan
akhirnya berubah dari struktur sosial yang sederhana menuju ke yang lebih kompleks maju dan
modern. Kemudia teori Konflik oleh Karl Marx yang menjelaskan fenomena perubahan sosial
karena adanya proses sosial disosiatif dalam masyarakat.

Perspektif materialis menempatkan budaya material sebagai pendorong utama


mekanisme perubahan; perspektif kedua, berlawanan dengan perspektif pertama, menempatkn
ide (ideology) dalam mekanisme perubahan; dan perspektif ketiga meyakini bahwa mekanisme
perubahan oleh kekuatan material dan ideology, tetapi berumber dalam proses sosial itu sendiri.
Dalam perspektif materialis, teknologi sangat determin dalam perubahan sosial. Teknologi akan
berkembang dengan sangat cepat karena basic culture memungkinkan untuk itu. Setiap
teknologi, kata McLuhan, secara bertahap, menciptakn lingkungan kehidupan manusia yang
sama sekali baru. Teknologi merupakan kekuatan dahsyat dan tidak terbendung dalam
memengaruhi kehidupan manusia. Bila materialism menomorsatukan teknologi dalam perubahan
sosial, maka perspektif kedua, ideologi, justru sebaliknya.

Tanggapan :

Perubahan sosial merupakan perubahan kepada pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan
struktur sosial pada waktu tertentu. Hal tersebut terkait adanya perubahan kepada interaksi dalam
masyarakat keika mereka melakukan tindakan dalam masyarakat itu sendiri. Penjelasan oleh
mashud akan mengajak kita mnedalami tetntang makna yang sesungguhnya oleh perubahan
sosial. Walaupun masih banyak tokoh yang mempermasalahkan arti sesungguhnya dari
perubahan sosial. Tetapi seberapa kuat pun masyarakat atau kelompok mempertahankan tradisi
semua itu akan mulai perlahan tergnatikan dan akan beradaptasi dengan lingkungan dan
perkembangan zaman.

Anda mungkin juga menyukai