Anda di halaman 1dari 10

1

EVALUASI PEMBELAJARAN BIPA SEBAGAI PEMBELAJARAN


MULTIKULTURAL*)

Ekarini Saraswati
Universitas Muhammadiyah Malang
ekarini2004@yahoo.com

Pembelajaran BIPA merupakan pembelajaran multikultural yang perlu


memperhatikan keragaman etnis, jender, agama, bahasa, pendidikan dan usia
(Gollmick dan Chinn, 2002). Keragaman budaya ini memberikan implikasi
pada penyusunan evaluasi kemampuan berbahasa yang tidak hanya terfokus
pada jenis tes bidang bahasa tetapi juga pada pemilihan materi yang dapat
mewakili keragaman tersebut. Permasalahan etnis, jender dan agama
merupakan masalah peka yang perlu mendapat perhatian khusus. Permasalahan
etnis berhubungan dengan tradisi yang berkembang di berbagai negara yang
kemungkinan besar berbeda dengan tradisi di Indonesia seperti penggunaan
kata-kata tertentu yang bagi sebagian negara tabu, tetapi bagi sebagian negara
lain tidak. Demikian juga dengan masalah jender dan agama yang memiliki
perbedaan antara negara Barat dan Timur. Permasalahan bahasa, pendidikan
dan usia tidak menjadi masalah yang terlalu besar karena sifatnya universal
bergantung pada kematangan peserta didik.
Mengingat keragaman budaya yang menjadi permasalahan utama dalam
pembelajaran BIPA maka jenis evaluasi yang diberikan sebaiknya mencakup
tes dan non tes. Untuk jenis tes dapat dipergunakan UKBI dan non tes
sebaiknya berupa autentik asesmen yang dapat memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengeluarkan seluruh kemampuannya sembari
memperlihatkan apa yang telah dipelajarinya (Johnson, 2002). Namun
demikian, UKBI juga dapat digunakan untuk mewadahi autentik asesmen

Pendahuluan
Pembelajaran BIPA telah dilaksanakan di 76 lembaga penyelenggara di
Indonesia dan 179 lembaga di luar negeri (Pusat Bahasa). Ini menunjukkan bahwa
pembelajaran BIPA sudah merupakan kegiatan yang cukup penting di dalam
memperkenalkan Bahasa Indonesia di dunia internasional. Berhubungan dengan itu
pembelajaran BIPA menyentuh situasi kelas yang bersifat multikultural dan
berimplikasi pada pembuatan tes yang memperhatikan keragaman budaya siswa.

*)
Makalah disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Pengujian Bahasa pada tgl 22 Juli 2010

2
Pembelajaran Multikultural
Multikulturaisme merupakan suatu sikap penghargaan terhadap budaya
seseorang. Lawrence Blum (May, 2000)
Multikulturalisme meliputi sebuah pemahaman, penghargaan, dan penilaian
atas budaya seseorang, serta sebuah penghormatan dan keingintahuan tentang
budaya etnis orang lai. Ia meliputi sebuah penilaian terhadap budaya-budaya
orang lain bukan dalam arti menyetujui seluruh aspek-aspek dari budaya-
budaya tersebut, melainkan mencoba melihat bagaimana sebuah budaya yang
asli dapat mengekspresikan nilai bagi anggota-anggota sendiri.

Pembelajaran multikultural artinya pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas


yang diikuti siswa dari beragam budaya. Di dalam pelaksanaan pembelajaran
multikultural di antaranya perlu memperhatikan keragaman kelas, etnis, jender,
agama, bahasa, pendidikan dan usia (Gollmick dan Chinn, 2002). Kelas yang
dimaksud berhubungan dengan tingkat ekonomi siswa yang meliputi kelas bawah,
kelas menengah ke bawah, kelas menengah, kelas menengah ke atas, dan kelas atas.
Masalah etnis berhubungan dengan perbedaan kelas, kelompok etnik dan ras,
hubungan antargrup, identitas etnis dan ras: tingkatan identitas, identitas oposisi.
Implikasi pendidikan perlu pengetahuan tentang perbedaan etnik, pendekatan
kurikulum, pengukuran dan kemampuan siswa, hubungan antargrup. Jender
berhubungan dengan masyarakat dan jender, biologis dan jender, budaya dan jender,
identitas jender. Impact perbedaan persepsi, penyereotipan peran jender, diskriminasi
jender dan jenis kelamin: pekerjaan. Agama meliputi: agama dan budaya, agama dan
pandangan hidup, agama dan jender, agama dan ras, identitas agama secara individu,
pengaruh hak-hak agama. Implikasi pendidikan perlu bimbingan pengajaran tentang
agama. Bahasa: non verbal. Implikasi: pengukuran bahasa dan pendidikan,
pendidikan bilingual. Usia: Usia dan kebudayaan.
Di dalam pelaksanaan pembelajaran yang berbasis Pendidikan Multikultural
terdapat hal yang perlu diperhatikan dari pihak guru harus memiliki perspektif multi
mendengarkan suara anak, adanya interaksi siswa dan guru, komunikasi siswa dan
guru, lintas batas, pengajaran demokrasi dan sosial: berpikir kritis, keterlibatan
siswa,
Gambaran umum peserta BIPA di UMM terdiri dari siswa yang berasal dari
Finlandia, Australia, Madagaskar, Jepang, Jerman, Polandia, Hungaria, Aljajair,
Uzbekistan, China, Thailand, Timor Leste, Afrika Selatan, Serbia dan Amerika. Dari

3
kelompok kelas mereka termasuk ke dalam kelas menengah. Siswa yang berasal dari
Finlandia, Polandia, Jerman berasal dari kelas menengah ke atas sedangkan siswa
dari Negara lainnya dari kelas menengah ke bawah. Dari segi Etnis mereka terdiri
dari etnis Barat dan Timur. Agama terdiri dari Nasrani, Budha dan Islam. Nasrani
terdiri dari katolik dan ortodok (Serbia), Budha (Thailand dan China) Islam
(Thailand, Aljajair dan Uzbekistan). Dari segi jenis kelamin lebih banyak perempuan
(19) laki-laki (8). Bahasa Inggris (Australia dan Finlandia), dan selain B Inggris.
Usia antara 17-25 th. Pendidikan SMA-magister.

NO. NEGARA KELAS ETNIS AGAM JENIS BAHASA USIA PEND


ASAL A KELAMIN
1. Finlandia Menengah Barat Nasrani Pria Inggris 20 th S1
ke atas
2. Australia Menengah Barat Nasrani Wanita Inggris 20 th S1
ke atas
3. Madagaskar Menengah Barat Nasrani Wanita Perancis S1
Ke atas dan
menengah
ke bawah
4. Jepang menengah Timur Budha Wanita Jepang 20 th S1
ke bawah
5. Jerman menengah Barat Nasrani Wanita Inggris 20 th S1
ke bawah
6. Polandia Menengah Barat Nasrani Pria Inggris 20 th S1 dan S2
Ke atas
7. Hungaria menengah Barat Nasrani Wanita Inggris 20 th S1
ke bawah
8. Aljajair menengah Timur Islam Pria Perancis 30 th S1
ke bawah
9. Uzbekistan menengah Timur Islam Pria Uzbekistan 20 th S1
ke bawah
10. China menengah Timur Budha Wanita Bahasa 20 th S1
ke bawah Inggris
11. Thailand menengah Timur Islam Wanita Bahasa 20 th S1
ke bawah Thai
12, Timor Leste menengah Timur Nasrani Pria dan Inggris 20 th SMA
ke bawah Wanita
13. Afrika menengah Barat Nasrani Pria Inggris 20 th S1
Selatan ke bawah
14. Serbia menengah Barat Nasrani Wanita Inggris 30 th S1
ke bawah
15. Amerika menengah Barat Nasrani Pria dan Inggris 20 th S1
ke bawah Wanita

Perbedaan kelas di antara mereka tidak menjadikan adanya perilaku yang


menganggap yang lain lebih rendah, tetapi mereka saling membantu misalnya ketika
salah seorang di antara mereka ada yang sakit yang lain membantu secara materi atau

4
tenaga (Siswa Thailand dan Polandia, siswa Jerman dengan Timor Leste). Perilaku
siswa dari etnis Barat dan Timur berbeda, tetapi ini bergantung kelompok belajar.
Ketika sebagian besar kelompok belajar berasal dari etnik Barat maka perilaku yang
menonjol berasal dari Barat, tetapi ketika kelompok belajar lebih banyak berasal dari
etnis Timur maka siswa yang berasal dari etnis Barat lebih menyesuaikan. Masalah
perbedaan agama tidak menjadi masalah yang pelik karena kami menghormati semua
agama. Mengingat universitas kami memiliki cirri khas Islam maka para siswa yang
non-muslim dapat menyesuaikan diri misalnya dengan menggunakan pakaian yang
sopan ketika belajar. Masaalah jender tidak menjadi masalah. Masalah penggunaan
bahasa sering menjadi masalah misalnya karena beragam bahasa dan tidak dapat
berbahasa Inggris sehingga sulit untuk menjelaskan dan ini perlu bantuan media
gambar. Penggunaan nama sapaan ada yang menyebut Ibu atau nama atau mereka
dipanggil dengan nama atau panggilan Mas atau Mbak.

Asesmen Autentik
Asesmen autentik adalah pengukuran tingkat kemampuan belajar siswa secara
nyata dengan menggunakan penalaran ilmiah (The National Science Education
Standart, 1995, dalam Voss, tanpa tahun), mengajukan persoalan-persoalan yang
bermanfaat, penting dan bermakna (Hart, 1994), memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengeluarkan seluruh kemampuannya (Johnson, 2002)
Bentuk-bentuk penerapan asesmen autentik yaitu sebagai berikut:
portofolio, perbuatan atau kinerja (performance), proyek, dan respon tertulis secara
luas (Johnson, 2002). Wawancara lisan, tugas problem solving kelompok, merancang
sebuah mobil, membuat presentasi tentang emosi orang, penelitian, menulis esei,
merevisi, mendiskusikan masalah, analisis lisan, check list, simulai, demonstrasi,
presentasi, evaluasi. Dalam makalah ini saya fokuskan pembahasan asesmen autentik
pada penilaian portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa yang
menunjukkan kemampuan, pertumbuhan dan upaya-upaya yang telah dilakukannya.
Karakteristik portofolio meliputi kegiatan memonitor kemajuan siswa secara
berkelanjutan baik formatif maupun sumatif dan kegiatan multidimensi, mengandung
berbagai bukti dan cerminan proses dari belajar siswa ( Poulson dkk, 1991).

5
Portofolio terdiri dari portofolio dokumentasi, kumpulan hasil kerja yang
menunjukkan kemajuan belajar siswa, portofolio proses, kumpulan dokumen yang
menunjukkan perkembangan belajar tertentu, dan portofolio pameran, kumpulan
karya-karya terbaik siswa. Nilai lebih dari portofolio di antaranya dapat
menunjukkan perkembangan siswa, merangsang evaluasi diri, melibatkan kreativitas
siswa dan guru, dapat menunjukkan kemajuan menuju pencapaian jangka panjang,
dapat melibatkan berbagai kegiatan dengan tujuan pemahaman secara mendalam,
mewakili pengalaman belajar yang sesungguhnya, memberi kesempatan siswa untuk
meningkatkan citra diri positif, meningkatkan tanggung jawab siswa terhadap
belajarnya dan motivasi intrinsik, melibatkan contoh-contoh peroblem solving dan
tingkat berfikir yang lebih tinggi, dapat digunakan untuk memonitor kemajuan kelas
dan menentukan balikan pada siswa dan orang tua, dapat meningkatkan kolaborasi
guru dan siswa, membantu meningkatkan kesadaran bahwa setiap orang berbeda.
Kriteria Penilaian portofolio meliputi pemahaman konsep, ketepatan informasi,
kelengkapan, kreativitas, teknik mengkomunikasikan gagasan, kelengkapan dan
kedalaman refleksi
Portofolio Proses memiliki tujuan melihat perkembangan kemampuan menulis
dengan bahasa indonesia yang benar, karya: Catatan harian siswa, pengelolaan:
Setiap hari siswa menuliskan kegiatan yang dilakukan pada kertas yang telah
disediakan. Dalam kurun waktu satu bulan tulisan dikumpulkan dan dikomentari
guru dan dikembalikan. Pada bulan berikutnya dilakukan hal yang sama.
Portofolio Dokumentasi bertujuan: Melihat perkembangan pencapaian, kompetensi
dasar, karya individual siswa baik karya yang dikerjakan di kelas maupun di rumah.
Pengelolaan menyediakan folder untuk setiap siswa. Karya yang sudah selesai
dipajang di kelas disimpan di folder.

6
Contoh Penilaian Portofolio
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Alokasi Waktu : 1 semester
Bahan yang dikumpulkan : karangan
Nama Siswa : _______________ Kelas :

NO. Jenis Karangan Tgl Aspek yang Dinilai (1-4) Nilai


Pemilihan Relevansi Isi Organisasi Bahasa Mekanik Akhir
dan gagasan
perumusan
judul
1. Karangan
eksposisi
2. Karangan
deskripsi
3. Menulis Laporan

………………
-------------

N0 ASPEK YANG DINILAI

1 Pemilihan dan Ketepatan pemilihan dan perumusan judul


perumusan judul a. Tepat Skor 4
b. Cukup tepat Skor 3
c. Kurang tepat Skor 2
d. Tidak tepat Skor 1
2 Relevansi Kesesuaian antara topik dengan isi karangan
a. Sesuai Skor 4
b. Cukup sesuai Skor 3
c. Kurang sesuai Skor 2
d. Tidak sesuai Skor 1
3 Isi Kejelasan topik; kejelasan dan kerincian detail; kejelasan
definisi, klasifikasi, identifikasi, komparasi, proses
a. Jelas Skor 4
b. Cukup jelas Skor 3

7
c. Kurang jelas Skor 2
d. Tidak jelas Skor 1

N0 ASPEK YANG DINILAI

4 Organisasi Gagasan Ketepatan dan kelengkapan pola pendahuluan, isi, penutup


a. Ada pola, dan tepat Skor 4
b. Ada pola, tapi kurang tepat Skor 3
c. Pola kurang lengkap dan kurang tepat Skor 2
d. Pola tidak jelas dan tidak tepat Skor 1
5 Bahasa Ketepatan penyusunan paragraf, kalimat, pilihan dan bentuk
kata, dan ketepatan makna
a. Tepat Skor 4
b. Cukup tepat Skor 3
c. Kurang tepat Skor 2
d. Tidak tepat Skor 1
6 Mekanik Ketepatan penggunaan ejaan, tanda baca, kerapian dan
kejelasan tulisan, dan ketepatan penulisan kata
a. Tepat Skor 4
b. Cukup tepat Skor 3
c. Kurang tepat Skor 2
d. Tidak tepat Skor 1

Salah satu bentuk pembelajaran yang telah dilaksanakan di UMM di antaranya


mendiskusikan budaya masing-masing negara berdasarkan paparan budaya dari para
pakar dan dari pemutaran film. Budaya yang disajikan dan telah dijadikan bahan
diskusi di antaranya berkenaan dengan upacara pernikahan, kepercayaan pada hantu,
peran jender, hari kemerdekaan, penerimaan tamu, upacara keagamaan, psikologi
sosial dan seni musik. Dari hasil diskusi tergambar upacara pernikahan yang paling
mahal dilaksanakan di Timor Timur demikian juga dengan kepercayaan pada hantu
lebih banyak di Timor Timur. Upacara pernikahan di Hungaria lebih akrab karena
siswa tinggal di pedesaan. Peran jender di Australia lebih seimbang dibandingkan di
Indonesia. Penerimaan tamu yang unik di Uzbekistan yang menjamu tamu selama
tiga hari dan disediakan kamar khusus. Upacara idul kurban yang unik di Samarkan.
Terakhir diskusi seni musik berdasarkan film ”Mendadak Dangdut” yang kemudian

8
didiskusikan dengan membandingkan seni musik khas Indoensia dengan seni musik
yang ada di tiap negara.

Penutup
Pembelajaran multikutural yang dilaksanakan dengan memperhatikan
perbedaan dan pemberian tes secara nyata memberikan suasana pembelajaran yang
lebih positif. Keragaman budaya tidak menjadikan timbulnya konflik tetapi
sebaliknya dapat menambah pengetahuan yang lebih beragam juga interaksi sosial
yang lebih toleran.

Daftar Pustaka
Corebima. 2008. Naskah tentang Asesmen Autentik., Malang: Universitas Negeri
Malang.

Gollnick, Donna M. dan Philip C. Chinn. 2002. Multicultural Education in a


Pluralistic Society. New Jersey: Merrill Prentice Hall.

Hart, D. 1994. Authentic Asesment: A Handbook for Educator. California:


AddisonWesley Publishing Company.

Johnson, D.W. & Johnson R.T (2002). Meaningful Assesment. Boston: Allyn and
Bacon.
May, Larry, 2000 ed. Etika Terapan I: Sebuah Pendekatan Multikultural.
Diterjemahkan oleh: Sinta Carolina dan Dadang Rubiantoro.Yogyakarta: Tiara
Wacana

Biodata
Nama: Dr. Ekarini Saraswati, M.Pd 1990 diangkat menjadi staf pengajar di Prodi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Universitas Muhammadiyah
Malang. Menjadi Kepala BIPA mulai tahun 2006 hingga sekarang dan menjadi
Kaprodi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah mulai tahun 2009 hingga
sekarang.

9
10

Anda mungkin juga menyukai