Anda di halaman 1dari 6

Review Jurnal

Syifa Nauval - 2013133


Magister Pend. BIPA

Topik Bahasan: Mobile Learning: Definisi, Kontroversi, & Aplikasinya

1. To Use Or Not To Use: Mobile Learning? (Alomary, Woollard, & Evans. 2017.
Southampton Education School, University of Southampton)
Pengertian Mobile Learning
Winters (2006) dalam Murhaini (2016:60) 4 aspek perspektif m-learning:
(a) Teknosentris (Technocentric) -> pembelajaran yang menggunakan peralatan
(device) bergerak seperti PDA, telepon genggam, iPod, tablet PC, Play Station
Portable, dll.
Clark Quinn (2000): m-learning dipandang sebagai suatu model pembelajaran
yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) bergerak.
(b) Berhubungan dengan e-learning (Relationship to e-learning) ,
(c) Perluasan Pendidikan Formal (Augmenting formal education), menurut
perspektif ini, m-learning dipandang sebagai suatu perluasan dari pendidikan
formal semata.
Berdasarkan sejumlah literatur m-learning, ciri pendidikan formal -> pengajaran
tatap muka, ceramah.
Peters (1998) pendidikan jarak jauh dalam bentuk korespondensi sudah eksis
100 tahun lebih.
-> m-learning pada dasarnya berkaitan dengan tempat pembelajaran
berlangsung, tidak hanya bentuk tradisional seperti di dalam kelas, melainkan
juga di luar kelas.
(d) berpusat pada Pembelajar (Learner-centered), perspektif terakhir
mengemuka dengan kuat berdasarkan studi dan proyek mutakhir tentang m-
learning yang dilakukan di Eropa, Australia dan Amerika Serikat (Cochrane,
2011).

M-learning dipandang sebagai suatu perluasan dari e-learning (Narayanasamy &


Mohamed, 2013)
Pollara, 2011: M-learning menyediakan akses mudah serta ketersediaan yang
luas bagi siswa dengan lebih banyak kesempatan belajar kolaboratif.

Secara substansial, pembelajaran yang berpusat pada pembelajar lebih mewakili


pengertian m-learning, karena kepentingan terbesar pada proses pembelajaran
adalah terletak pada pembelajar, bukan pada alat atau tempat, namun tetap
memandang fungsi dan kedudukan media pembelajaran yang merupakan alat
interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam konteks komunikasi edukatif.
Pandangan ini juga mewakili optimalisasi tujuan dan fungsi m-learning yang
sesungguhnya. Sejalan dengan pendapat El-Hussein&Cronje yang menyatakan
bahwa perspektif yang berpusat pada pembelajar telah mencakup tiga konsep
utama m-learning, yaitu mobilitas teknologi, mobilitas pembelajaran, dan
mobilitas pembelajar (Murhaini, 2016)

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, mobile learning merujuk pada


penggunaan perangkat genggam seperti PDA, ponsel, laptop dan perangkat
teknologi informasi yang akan banyak digunakan dalam belajar mengajar, dalam
hal ini kita fokuskan pada perangkat handphone (telepon genggam). Tujuan dari
pengembangan mobile learningsendiri adalah proses belajar sepanjang waktu
(long life learning), siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran,
menghemat waktu karena apabila diterapkan dalam proses belajar maka siswa
tidak perlu harus hadir di kelas hanya untuk mengumpulkan tugas, cukup tugas
tersebut dikirim melalui aplikasi pada telepon genggam yang secara tidak
langsung akan meningkatkan kualitas proses belajar itu sendiri.

Perkembangan dan maraknya penggunaan teknologi seluler telah mengintegrasi


ke dalam sektor pendidikan, menghasilkan konsep pembelajaran seluler (m-
learning).
Penelitian ini didasarkan pada sumber data sekunder seperti buku, artikel jurnal,
tesis dan prosiding konferensi. Bertujuan untuk memberikan gambaran umum
tentang pembelajaran seluler bagi mereka yang belum memutuskan apakah
akan menggunakan m-learning atau mereka yang tidak terbiasa dengan konsep
ini.
Cakupan bahasan: definisi m-learning, membahas perbedaan antara e-learning
dan m-learning, dan menguraikan keuntungan dan kerugian m learning.
Penelitian ini juga menjelaskan penggunaan m-learning saat ini dan
menyimpulkan bahwa itu memainkan peran penting dalam pendidikan. Para
pendidik dapat memperoleh keuntungan dari informasi tentang keuntungan m
learning dan bagaimana hal itu dapat dilaksanakan.

Temuan oleh Sean McPheat (2019)


Keuntungan mobile learning:
1. Aksesibilitas:
Mampu mengakses konten pembelajaran di mana saja memungkinkan siswa
untuk belajar secara fleksibel, di lokasi yang sesuai dengan mereka, (bus, kereta
api, kafe), dan pada waktu yang sesuai

2. Mendukung pembelajaran mandiri:


Orang belajar dengan kecepatan yang berbeda, dan pembelajaran seluler
memungkinkan orang untuk belajar dengan cara mereka sendiri dengan
kecepatan masing-masing.
Bandingkan ini dengan ruang kelas di mana peserta didik umumnya dibatasi
pada kecepatan yang ditetapkan oleh pelatih, yang sering menyebabkan
frustrasi.
Sebagian besar organisasi memiliki platform pembelajaran online dengan konten
elearning yang kompatibel dengan ponsel. Anda kemudian dapat belajar kapan
pun Anda mau.
3. Dapat disesuaikan dengan berbagai gaya belajar:
Tidak seperti pembelajaran di ruang kelas, pembelajaran seluler dapat dibentuk
agar sesuai dengan gaya belajar yang berbeda, meningkatkan keterlibatan
peserta didik.
Misalnya, teks, gambar, video, podcast, kuis, dll. Semuanya dapat secara
fleksibel dimasukkan ke dalam konten agar sesuai dengan berbagai gaya belajar
melalui solusi elearning yang dipesan lebih dahulu.

4. Motivasi:
Dengan menggunakan metode gamifikasi, seperti mempelajari papan pemimpin
dan simbol status sosial lainnya seperti lencana pembelajaran, sistem
pembelajaran seluler sebenarnya dapat membuat pembelajaran lebih
menyenangkan dan menarik.

Kekurangan
1. Layar Kecil:
Kadang-kadang layar kecil yang nyaman pada ponsel bisa menjadi kerugian
besar, karena membaca dokumen di layar kecil dapat menyebabkan ketegangan
mata.
Banyak dari kita pasti pernah mengalami ini!

2. Rawan Gangguan:
Pengguna smartphone yang sangat terhubung dapat menerima, (atau bahkan
berharap untuk menerima), SMS, media sosial atau pemberitahuan berita
selama sesi pembelajaran seluler.
Hal ini mengurangi rasa kesendirian siswa, yang dapat menurunkan tingkat
keterlibatan siswa vs pengalaman kelas.

3. Melampaui teknologi
Hal ini dapat dikatakan pada sebagian besar aplikasi ponsel pintar. Kursus
pembelajaran seluler dapat menghabiskan baterai dengan cepat dan kesulitan di
area dengan konektivitas yang buruk, yang mengarah ke pengalaman
pembelajaran yang tidak sengaja terfragmentasi sehingga mengurangi
keterlibatan.

4. Kurangnya standardisasi:
Masalah kompatibilitas perangkat mungkin muncul karena kurangnya
standardisasi di ponsel pintar.
Peserta didik mungkin memiliki perbedaan: OS, versi OS tersebut, ukuran layar,
masa pakai baterai dan sebagainya.
Akibatnya, beberapa pelajar mungkin tidak dapat memuat courseware
sementara yang lain bisa, yang berarti pengiriman konten pembelajaran dapat
dikompromikan.

2. Pengembangan Media Mobile Learning Dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi


Pada Siswa Kelas X SMK (Irma Wati, Ilyas, Sulistyowati. 2017. Program Studi
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Mulawarman)

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan:


(1) mendesain media mobile learning dalam pembelajaran menulis teks
deskripsi,
(2) membuat perencanaan dan melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan mobile learning, dan
(3) mengetahui efektivitas media mobile learning dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas X SMK.
Metode yang digunakan adalah model penelitian dan pengembangan yang
diadaptasi dari Sugiono dengan 10 tahapan yang diawali dengan
mengidentifikasi potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk,
validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian,
revisi produk, dan produksi masal.
Lokasi penelitian adalah SMKN 3 Samarinda pada bulan April sampai dengan Mei
2017. Berdasarkan analisis data, media mobile learning layak dan efektif
digunakan dalam pembelajaran menulis deskripsi bagi siswa kelas X SMK

Penelitian pengembangan media pembelajaran berbasis mobile learning telah


berhasil dilakukan dengan menghasilkan sebuah aplikasi pebelajaran yang layak
digunakan siswa sebagai media dalam pembelajaran materi menulis
deskripsi.
Kelayakan produk ini berdasarkan hasil penilaian ahli materi dengan
kategori sangat layak, dari ahli media dengan kategori layak, dan praktisi
pembelajaran memberikan penilaian dengan kategori layak.
Berdasarkan data yang diperoleh dari uji coba kelompok kecil dan
kelompok besar, secara umum dapat disimpulkan bahwa media mobile
learningmampu membawa siswa dalam mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang berlaku di SMK Negeri 3 Samarinda yaitu 70, hasil belajar
ini juga telah menunjukkan bahwa media mobile learningmampu meningkatkan
hasil belajar siswa yangdapat dilihat dari nilai capaian sebelum menggunakan
media dan sesudah menggunakan media.Efektivitas juga ditandai oleh
keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran menulis deskripsi dengan
menggunakan media mobile learningsesuai dengan perencanaan yangtelah
dirancang sebelumnya

3. Mobile-Assisted Language Learning: Designing for Your Students (Palalas. 2011.


George Brown College, Toronto, Canada)
Pembelajaran bahasa dengan bantuan seluler (MALL) adalah pembelajaran
bahasa yang dibantu atau ditingkatkan melalui penggunaan perangkat seluler
genggam. (Chinnery, G., 2006; Shield L. & Kukulska-Hulme A. 2008)

MALL adalah bagian dari Pembelajaran Seluler (m-learning) dan pembelajaran


bahasa berbantuan komputer (CALL). MALL telah berkembang untuk
mendukung pembelajaran bahasa siswa dengan peningkatan penggunaan
teknologi seluler seperti telepon seluler (ponsel), pemutar MP3 dan MP4, PDA,
dan perangkat seperti iPhone atau iPad. Dengan MALL, siswa dapat mengakses
materi pembelajaran bahasa dan berkomunikasi dengan guru dan rekan mereka
kapan saja, di mana saja.
Pembelajaran bahasa dengan bantuan seluler (MALL) dapat meningkatkan
pengajaran dan pembelajaran bahasa kedua dengan membawanya ke dunia
nyata.
Bagaimana umpan balik siswa (feedback) merangsang investigasi kolaboratif ke
dalam instruksi MALL dan evolusi desainnya. Dari m-learning bahasa yang
mengandalkan podcast audio dan video, desain MALL penelitian ini berevolusi
untuk menawarkan pembelajaran bahasa yang fleksibel yang berpotensi menjadi
interaktif, menarik, otentik, kontekstual, terhubung, dan didukung oleh umpan
balik dan scaffolding yang sesuai.
Penelitian ini melaporkan studi penelitian berbasis desain (DBR) yang berupaya
meningkatkan keterampilan aural siswa bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
(ESL) di George Brown College (GBC) Toronto, Kanada, dengan bantuan
perangkat seluler. Berkat umpan balik yang komprehensif dari kelompok siswa
interdisipliner, desain solusi MALL peneliti telah berevolusi dari satu set podcast
menjadi seperangkat alat pembelajaran yang memungkinkan akses ke komunitas
praktik berjejaring dan sumber daya lain yang diperlukan untuk penyelesaian
tugas bahasa.

Dengan karakteristik interdisipliner dari studi DBR, proyek ini telah mampu
menghasilkan solusi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sebagai sebuah
komunitas, siswa secara kolaboratif membangun lingkungan di mana mereka
berinteraksi, bersosialisasi, saling membantu, dan dengan demikian belajar.
Bersamaan dengan pandangan bahasa sebagai sistem terbuka (Larsen-Freeman,
2002), model MALL peneliti dipandang sebagai sistem yang dapat berkembang
dalam proses pembelajaran "organik". Peserta didik menghasilkan data yang
menginformasikan dan dengan demikian memperluas rangkaian MALL. Pada
saat yang sama, sistem MALL harus cukup fleksibel untuk dapat beradaptasi dan
dapat dipindahkan dari konteks ke konteks dan dari pelajar ke pelajar.

Elemen sistem apa yang vital dalam mengembangkan MALL?


(1) bagaimana komunikasi dinamis dan penggunaan keterampilan dalam konteks
kehidupan nyata dapat dioptimalkan melalui desain MALL,
(2) tingkatan kolaborasi seperti apa yang disukai antar pelajar, dan
(3) dukungan ahli bahasa apa yang diperlukan sebelum, selama dan setelah
tugas-tugas berbasis MALL.

4. Potential of Mobile Learning in Teaching of ESL Academic Writing (Zaki & Md


Yunus. 2015. Faculty of Education, Universiti Kebangsaan Malaysia)

Potensi pembelajaran seluler dalam mengajar keterampilan menulis akademik


untuk siswa ESL jurusan Bahasa Inggris di Universiti Kebangsaan Malaysia.
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan akademis dan pendekatan pedagogis
digunakan dalam MALL. Melalui penelitian tersebut, terbukti bahwa mobile
learning dapat diintegrasikan ke dalam karya tulis akademik menggunakannya
dengan beberapa pendekatan penulisan yang melengkapi keunggulan pedagogis di
perangkat seluler.
Berdasarkan kajian dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
mobile learning memiliki potensi dalam pembelajaran penulisan akademis ESL
tinggi.

Anda mungkin juga menyukai