Anda di halaman 1dari 10

TINJAUAN TEORITIS MEDIS

A. DEFENISI

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.


Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang
lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang, mengakibatkan penurunan masa
tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan mudah patah, tulang
menjadi mudah fraktur dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada
tulang normal.

Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa
tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan
tulang yang dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang.

B. KLASIFIKASI

1. Osteoporosis Primer

Ø Tipe 1 adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopause

Ø Tipe 2 terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita

2. Osteoporosis Skunder

disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :

Ø Kelainan hepar

Ø Kegagalan ginjal kronis

Ø Kurang gerak
Ø Kebiasaan minum alkohol

Ø Pemakai obat-obatan atau corticosteroid

Ø Kelebihan kafein

Ø Merokok

3. Osteoporosis Idiopatik

Yaitu : Osteoporosis yang tidak di ketahui penyebabnya dan di temukan pada Usia
kanak-kanak (juvenil), Usia remaja (adolesen), Pria usia pertengah.

C. ETIOLOGI

Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama


pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada
wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia diantara 51-75 tahun, tetapi
bisa mulai muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki
risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih
dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium


yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya
tulang dan pembentukan tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya
terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan 2
kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis
dan postmenopausal.

Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder,


yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa
disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid
dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan
hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok
bisa memperburuk keadaan ini.

Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya


tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar
dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki
penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang.

D. FAKTOR – FAKTOR RESIKO PENYEBAB OSTEOPOROSIS

1. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Di Ubah

a. Faktor Mekanis Atau Usia Lanjut

Faktor mekanis merupakan faktor yang terpenting dalarn proses penurunan massa
tulang sehubungan dengan lanjutnya usia. Walaupun demikian telah terbukti bahwa
ada interaksi panting antara faktor mekanis dengan faktor nutrisi hormonal. Pada
umumnya aktivitas fisis akan menurun dengan bertambahnya usia, dan karena massa
tulang merupakan fungsi beban mekanis, massa tulang tersebut pasti akan menurun
dengan bertambahnya usia.

b. Jenis Kelamin

Osreoporosis tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, perbedaan
ini disebabkan oleh faktor hormonal dan rangka tulang yang lebih kecil.

c. Faktor Genetik

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Beberapa


orang mempunyai tulang yang cukup besar dan yang lain kecil. Sebagai contoh,
orang kulit hitam pada umumnya mempunyai struktur tulang lebih kuat dan berat dari
pada bangsa kulit putih. Jadi seseorang yang mempunyai tulang kuat biasanya jarang
terserang osteoporosis.
d. Riwayat Keluarga Atau Keturunan

Riwayat keluarga juga mempengaruhi penyakit osteoporosis, pada keluarga yang


mempunyai riwayat osteoporosis, anak-anak yang dilahirkannya cenderung
mempunyai penyakit yang sama.

e. Bentuk Tubuh

Kerangka tubuh dan skoliosis vertebra yang lemah juga dapat menyebabkan penyakit
osteoporesis. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia 50-60 tahun
dengan identitas tulang yang rendah dan di atas usia 70 tahun dengan keadaan tubuh
yng tidak ideal.

2. Faktor Resiko Yang Dapat Di Ubah

a. Kalsium

Faktor makanan ternyata memegang peranan penting dalam proses penurunan massa
tulang sehubungan dengan bertambahnya uisia, terutama pada wanita post
menopause. Kalsium, merupakan nutrisi yang sangat penting, wanita-wanita pada
masa pascamenopause, dengan masukan kalsiumnya rendah dan absorbsinya tidak
baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsiumnya menjadi berkurang maka
kemungkinan terjadinya osteoporosis ada, pada wanita dalam masa menopause
keseimbangan kalsiumnya akan terganggu akibat masukan serta absorbsinya kurang
dan ekskresi melalui urin yang bertambah dapat menyebabkan kekurangan atau
kehilangan estrogen serta pergeseran keseimbangan kalsium sejumlah 25 mg per
sehari pada masa menopause.

b. Protein
Protein juga merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi penurunan massa
tulang. Makanan yang kaya protein akan mengakibatkan ekskresi asam amino yang
mengandung sulfat melalui urin, hal ini akan meningkatkan ekskresi kalsium. Pada
umumnya protein tidak dimakan secara tersendiri, tetapi bersama makanan lain.
Apabila makanan tersebut mengandung fosfor, maka fosfor tersebut akan mengurangi
ekskresi kalsium melalui urin. Sayangnya fosfor tersebut akan mengubah pengeluaran
kalsium melalui tinja. Hasil akhir dari makanan yang mengandung protein berlebihan
akan mengakibatkan kecenderungan untuk terjadi keseimbangan kalsium yang
negatif.

c. Estrogen

Berkurangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan


keseimbangan kalsium. Hal ini disebabkan oleh karena menurunnya eflsiensi absorbsi
kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium di ginjal.

d. Rokok Dan Kopi

Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan mengakibatkan
penurunan massa tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah.
Mekanisme pengaruh merokok terhadap penurunan massa tulang tidak diketahui,
akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium melalui urin maupun tinja.

e. Alkohol

Alkoholi merupakan masalah yang sering ditemukan. Individu dengan pengguna


alkohol mempunyai kecenderungan masukan kalsium rendah, disertai dengan
ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang jelas belum diketahui dengan
pasti tentang pengguna alkohol.
f. Gaya hidup.

Aktifitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan penyangga berat badan
merupakan stimulus penting bagi resorpsi tulang. Beban fisik yang terintegrasi
merupakan penentu dari puncak massa tulang.

E. PATOFISIOLOGI

Ø Dalam keadaan normal terjadi proses yang terus menerus dan terjadi secara
seimbang yaitu proses resorbsi dan proses pembentukan tulang (remodelling). Setiap
ada perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorbsi lebih besar dari
proses pembentukan, maka akan terjadi penurunan massa tulang

Ø Proses konsolidasi secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk
tulang bagian korteks dan lebih dini pd bagian trabekula

Ø Pada usia 40-45 th, baik wanita maupun pria akan mengalami penipisan tulang
bagian korteks sebesar 0,3-0,5 %/tahun dan bagian trabekula pada usia lebih muda

Ø Pada pria seusia wanita menopause mengalami penipisan tulang berkisar 20-30 %
dan pd wanita 40-50 %

Ø Penurunan massa tulang lebih cepat pd bagian-bagian tubuh seperti metakarpal,


kolum femoris, dan korpus vertebra

Ø Bagian-bagian tubuh yg sering fraktur adalah vertebra, paha bagian proksimal dan
radius bagian distal.
F. MANIFESTASI KLINIS

Ø Nyeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. Ciri-ciri khas nyeri akibat fraktur
kompressi pada vertebra (paling sering Th 11 dan 12 ) adalah:

Ø Nyeri timbul mendadak

Ø Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yg terserang

Ø Nyeri berkurang pada saat istirahat di t4 tidur

Ø Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan dan akan bertambah oleh karena
melakukan aktivitas

Ø Deformitas vertebra thorakalis à Penurunan tinggi badan

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Ø Pemeriksaan non-invasif yaitu ;

Ø Pemeriksaan analisis aktivasi neutron yang bertujuan untuk memeriksa kalsium


total dan massa tulang.

Ø Pemeriksaan absorpsiometri

Ø Pemeriksaan komputer tomografi (CT)

Ø Pemeriksaan biopsi yaitu bersifat invasif dan berguna untuk memberikan


informasi mengenai keadaan osteoklas, osteoblas, ketebalan trabekula dan kualitas
meneralisasi tulang. Biopsi dilakukan pada tulang sternum atau krista iliaka.
Ø Pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan kimia darah dan kimia urine
biasanya dalam batas normal.sehingga pemeriksaan ini tidak banyak membantu
kecuali pada pemeriksaan biomakers osteocalein (GIA protein).

H. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan adalah meningkatkan kepadatan tulang. Semua wanita,


terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan vitamin D
dalam jumlah yang mencukupi. Wanita pasca menopause yang menderita
osteoporosis juga bisa mendapatkan estrogen (biasanya bersama dengan progesteron)
atau alendronat, yang bisa memperlambat atau menghentikan penyakitnya. Bifosfonat
juga digunakan untuk mengobati osteoporosis.

Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan


tambahan vitamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa tubuhnya
tidak menyerap kalsium dalam jumlah yang mencukupi. Jika kadar testosteronnya
rendah, bisa diberikan testosteron.

Patah tulang karena osteoporosis harus diobati. Patah tulang panggul biasanya diatasi
dengan tindakan pembedahan. Patah tulang pergelangan biasanya digips atau
diperbaiki dengan pembedahan. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung
yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supportive back brace dan
dilakukan terapi fisik.

Penanganan yang dapat di lakukan pada klien osteoporosis meliputi :

a. Diet

b. Pemberian kalsium dosis tinggi

c. Pemberian vitamin D dosis tinggi


d. Pemasangan penyangga tulang belakang (spina brace) untuk mengurangi nyeri
punggung.

e. Pencegahan dengan menghindari faktor resiko osteoporosis (mis. Rokok,


mengurangi

konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktifitas fisik).

f. Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjadi.

I. PENCEGAHAN

Ø Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dengan mengkonsumsi


kalsium yang cukup.

Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup sangat efektif, terutama sebelum
tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu
dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita
setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya semua
wanita minum tablet kalsium setiap hari, dosis harian yang dianjurkan adalah 1,5
gram kalsium.

Ø Melakukan olah raga dengan beban

Olah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan
kepadatan tulang. Berenang tidak meningkatkan kepadatan tulang.

Ø Mengkonsumsi obat (untuk beberapa orang tertentu)

Estrogen membantu mempertahankan kepadatan tulang pada wanita dan sering


diminum bersamaan dengan progesteron. Terapi sulih estrogen paling efektif dimulai
dalam 4-6 tahun setelah menopause; tetapi jika baru dimulai lebih dari 6 tahun setelah
menopause, masih bisa memperlambat kerapuhan tulang dan mengurangi resiko
patah tulang. Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang
mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi
tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim. Untuk mencegah osteroporosis,
bisfosfonat (contohnya alendronat), bisa digunakan sendiri atau bersamaan dengan
terapi sulih hormon.

Ø Hindari :

ü Makanan tinggi protein

ü Minum alkohol

ü Merokok

ü Minum kopi

ü Minum antasida yang mengandung aluminium

Anda mungkin juga menyukai