KASUS
Nama : Tn. B
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : laki - laki
Alamat : Cerme, Gresik
Pekerjaan : Swasta
I.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri pada mata kiri
Riwayat penyakit sekarang:
Tn. A datang dengan keluhan mata kiri terasa nyeri, adanya sensasi rasa
silau saat melihat cahaya, keluar air mata berlebih, sulit untuk membuka
mata, dan bengkak sejak 5 hari yang lalu. Awalnya pasien pulang dari
memancing mengendarai sepeda motor lalu pasien mengatakan kalau
mata terasa ngeganjel seperti kemasukan binatang, Pasien telah datang ke
poliklinik mata dan mendapat terapi. Riwayat pasien mengucek mata (+),
mata merah (+), pandangan kabur (+), nyeri kepala (-), mual muntah (-).
- DM (-)
- HT (-)
1
1.3 Pemeriksaan Fisik
I. Pemeriksaan fisik
Kepala : Normocephali
Status Oftalmologis :
Visus
Pemeriksaan OD OS
Visus 6/6 2/60
Posisi Bola Mata Ortoforia Ortoforia
2
Segmen Anterior
Pemeriksaan OD OS
Palpebra Superior Edema (+) Edema (+)
Hiperemis (-) Hiperemis (+)
Pseudoptosis (-) Pseudoptosis (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Palpebra Inferior Edema (+) Edema (+)
Hiperemis (-) Hiperemi (-)
Pseudoptosis (-) Pseudoptosis (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Konjungtiva Palpebra Hiperemi (+) Hiperemi (-)
Superior Sekret (-) Sekret (-)
Sikatrik (-) Sikatrik (-)
Konjungtiva Palpebra Hiperemi (-) Hiperemi (-)
Inferior Sekret (-) Sekret (-)
Sikatrik () Sikatrik (-)
Konjungiva Bulbi Hiperemi (+) Hiperemi (+)
Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (+)
Kornea Edema (-) Edema (-)
Erosi (-) Erosi (-)
Infiltrat (-) Infiltrat (+)
Puss (-) Puss (+)
Bilik Mata Depan Dalam Dalam
Iris Coklat tua Coklat tua
Pupil Isokor Isokor
Refleks pupil (+) Refleks pupil (+)
Sinekia posterior (-) Sinekia posterior (-)
Lensa Jernih Jernih
Pemeriksaan Obyektif
3
JENIS PEMERIKSAAN OD Os
1.3 Resume
Tn. B datang dengan keluhan nyeri pada mata kiri, fotofobia, blepharospasme,
epifora, edema, dan penglihatan kabur sejak 5 hari yang lalu. Pasien telah datang
ke poliklinik mata dan mendapat terapi. Pasien didapatkan riwayat mengendarai
sepeda motor dan seperti kemasukan binatang kedalam matanya, pada
pemeriksaan didapatkan gambaran putih pada kornea bagian bawah. Tidak
didapatkan riwayat mata merah berulang, penggunaan kortikosteroid, atau
keluarga yang sakit seperti ini sebelumnya.
Status generalis : Dalam batas normal
Status optalmikus : Visus OD: 6/7, OS: 6/6 , Hiperemi konjungtiva bulbi +,
finfiltrate +, dan puss pada BMD + pada pemeriksaan slit lamp, fluoresin test +
1.4 . Diagnosis
OS Ulkus kornea ec Hipopion
DD : Uveitis anterior, keratitis fungal
1.5 Terapi
- Rawat inap
- Levofloxacin 1 tts/jam
- Ceftriaxon 2 x 1gr
- Asam Mefenamat 3 x 500mg
- Bebat mata
1.6 Edukasi
4
- Minum dan pakai obat secara teratur
- Memakai kaca mata pelindung
1.7 Prognosis
Prognosis ulkus kornea bervariasi sesuai dengan kedalaman dan ukuran lesi.
Infeksi superfisial yang kecil umumnya memiliki respon yang baik terhadap
terapi topikal. Infeksi stroma yang dalam atau dengan keterlibatan sklera maupun
intraokular lebih sulit untuk ditangani.
BAB II
DISKUSI
5
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan
kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus,
lengkung melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea
dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan
diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior, kornea mempunyai lima
lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang bersambung dengan epitel
konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran Descement, dan
lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea
merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau
kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma
yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.
Anatomi Bola
7
Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup,
mempunyai tebal 40 µm.
5. Endotel
Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-
40 m. Endotel melekat pada membran descement melalui
hemidosom dan zonula okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan diantara.
Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3
bulan.
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour
aquous, dan air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar
dari atmosfir. Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam,
avaskularitasnya dan deturgensinya.
8
2.2 Ulkus Kornea
Ulkus kornea dapat terjadi akibat adanya trauma pada oleh benda asing,
dan dengan air mata atau penyakit yang menyebabkan masuknya bakteri atau
jamur ke dalam kornea sehingga menimbulkan infeksi atau peradangan. Ulkus
kornea merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan ini menimbulkan nyeri,
menurunkan kejernihan penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.
2.3 Epidemiologi
9
2.4 Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya,
dalam perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan
sel dan seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama
terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan
kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh
karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan
penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil.
10
2.5 Etiologi
a. Infeksi
11
Radiasi atau suhu
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang
akan merusak epitel kornea.
Sindrom Sjorgen
Pada sindrom Sjorgen salah satunya ditandai keratokonjungtivitis sicca
yang merupakan suatu keadan mata kering yang dapat disebabkan
defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan permukan
palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya bintik-bintik
kering pada kornea. Pada keadaan lebih lanjut dapat timbul ulkus pada
kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan flurosein.
Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin
A dari makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun
pemanfaatan oleh tubuh.
Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya; kortikosteroid,
IDU (Iodo 2 dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.
Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.
Pajanan (exposure)
Neurotropik
c. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
Granulomatosa wagener
Rheumathoid arthritis
2.6 Klasifikasi
12
a. Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke
arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan
berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung. Ulkus cepat menjalar
ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin yang
dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna
putik kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel.
Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai
edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion ulkus
seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
Ulkus Pseudomonas : Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah
sentral kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam
kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi kornea dalam
waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan
kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus
ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang
banyak.
13
ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini
terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak
selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila
ditemukan dakriosistitis.
14
Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus
herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai
dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di
permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi.
terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat
pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif,
jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya
Gambar 2.6 Ulkus Kornea Dendritik Gambar 2.7 Ulkus Kornea Herpetik
b. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah
sentral. ulkus mooren terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai
sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah
teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Biasanya
menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh
permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada
bagian yang sentral.
16
BAB III
PEMBAHASAN
17
DAFTAR PUSTAKA
2. Roderick B. Kornea. In: Vaughan & Asbury. Oftalmologi umum. Edisi 17.
4. Mariotti SP, Global Data on Visual Impairment 2010, WHO, Geneva, 2012
5. Ilyas S. Trauma Kimia. Dalam Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai Penerbit
18