Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS

GASTEROENTERITIS AKUT

Pendamping:
dr. Setyowati Wimbo R
dr. Nia Andra Shita

Penanggungjawab:
dr. Elitua Pangaribuan, Sp.A

Oleh:
dr. Mia Trihasna Asrizal

PROGRAM DOKTER INTERNSIP


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA POLDA LAMPUNG
PERIODE NOVEMBER 2019 – NOVEMBER 2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya. Diare dengan memakai
kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau tanpa
disertai darah atau lendir. Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari
14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang
terbanyak adalah diare infeksi yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit.
Penyebab terbanyak dari diare infeksi adalah Vibrio cholerae, diikuti dengan Shigella spp,
Salmonella spp, Escherichia coli, Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter
Jejuni, dan Salmonella paratyphi.1
Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7%.
Lima provinsi dengan insiden adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%),
Sulawesi Selatan (8,1%) dan Banten (8,0%). Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada
kelompok umur 12-23 bulan (7,6%).2
Muntah pada bayi dan anak merupakan gejala yang sering ditemukan dan sering kali
merupakan gejala awal dari penyakit infeksi didalam atau luar gastrointestinal , dan kelainan
anatomi gastrointestinal. Muntah pada bayi dan anak merupakan gejala yang sering
ditemukan dan seringkali merupakan gejala awal dari berbagai macam penyakit infeksi,
misalnya faringitis, otitis media, pneumonia, infeksi saluran kencing, bila disertai adanya
gejala panas badan. Muntah dapat juga merupakan gejala awal dari berbagai macam kelainan.
Muntah dapat pula merupakan gejala awal dari tekanan intrakranial yang meningkat. Muntah
secara klinis merupakan hal yang penting sebab muntah yang berkepanjangan atau persisten
akan mengakibatkan gangguan metabolisme.
Muntah didefinisikan sebagai keluarnya isi lambung dengan kekuatan bagaikan
menyemprot melalui mulut. Hal ini dapat terjadi sebagai reflek protektif untuk mengeluarkan
bahan toksik dari dalam tubuh atau untuk mengurangi tekanan dalam organ intestinal yang
dibawahnya didapatkan obstruksi, kejadian ini biasanya didahului nausea dan retching.3

2
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh. Hal ini
terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum).
Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat
elektrolit tubuh. Dehidrasi merupakan komplikasi paling sering dari diare akut. Berdasarkan
derajat dehidrasi, diare akut dibagi menjadi tiga bagian yaitu diare tanpa dehidrasi, diare
dengan dehidrasi ringan-sedang dan diare dengan dehidrasi berat.4
Tatalaksana awal yang cepat dan tepat sangat diperlukan untuk mengatasi diare dan
dehidrasi sehingga dapat menghindari komplikasi yang lebih berat.4

3
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : An. Y
Usia : 18 bulan
Berat badan : 12,4 kg
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Rawa Laut, Enggal
Tanggal Kunjungan : 15 Februari 2020

2.2 ANAMNESIS

Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 15 Februari 2020 di ruang IGD RS
Bhayangkara.

1. Keluhan Utama : BAB cair


2. Keluhan Tambahan : Demam
3. Riwayat Penyakit Sekarang
 Pasien datang diantar orang tua dengan keluhan utama BAB cair sejak kemarin sore
± 18 jam sebelum ke RS. BAB cair ± 6 kali dengan setiap BAB sebanyak ± ¾ gelas
aqua. BAB cair bercampur ampas tetapi lebih banyak airnya, berwarna kuning, tidak
ada lendir dan tidak ada darah. BAB berbau asam, tidak berbau busuk dan tidak
seperti air cucian beras dan tidak seperti dempul. BAB tidak menyemprot. BAB
terakhir tadi pagi, masih cair.
 Keluhan BAB cair juga disertai demam mulai malam hari atau 12 jam SMRS.
Keluhan lain seperti muntah (+) 2x, batuk dan pilek disangkal.
 Saat ini os tampak sering kehausan, menurut ibu pasien masih kuat menyusu. Os juga
terlihat lebih rewel dari biasanya. BAK terakhir ± 2 jam SMRS, pampers penuh,
warna tidak diketahui, darah (-).
 Sebelum mendapat keluhan seperti diatas, pasien ada diberikan makanan bubur dari
beras yang dicampur dengan sayur labu dan hati ayam.

4
 Pasien lahir cukup bulan, lahir normal di Bidan, BBL 12,4 Kg. Status imunisasi
lengkap.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita keluhan serupa

2.3. PEMERIKSAAN FISIK


- Keadaan umum : Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Compos mentis
- Berat Badan : 12,4 kg
- Vital sign:
- Tekanan Darah :-
- Nadi : 128x/menit, cepat dan kuat
- Suhu : 37,6 0C
- Pernapasan : 24 x/menit

Kepala dan Leher


- Ubun-ubun cekung -/-
- Mata cekung (+/+) minimal
- Konjungtiva anemis (-/-)
- Sklera ikterik (-/-)
- Refleks pupil (+/+)
- Mukosa bibir sedikit kering

Thoraks
Paru-paru
- Inspeksi: pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, retraksi (-).
- Palpasi : massa (-/-)
- Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi : Vesikuler +/+, wheezing (-/-), rhonki (-/-)

5
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus kordis teraba
- Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2) normal, mumur (-), gallop (-).

Abdomen
- Inspeksi : Datar
- Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
- Palpasi : Turgor cepat kembali
- Perkusi : Timpani

Ekstremitas
- Akral hangat
- CRT < 2 detik

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan

2.5 DIAGNOSIS
GEA dengan dehidrasi ringan-sedang

2.6 PENATALAKSANAAN
1. Rehidrasi, pengantian cairan dan elektrolit dalam tubuh, pasien disarankan banyak
minum air putih (tidak diberikan yang minuman yang lain) dan oralit diberikan
setiap kali pasien mencret
2. Zinc 1 x 20 mg diberikan selama 10 hari
3. Paracetamol syr diberikan 3 x ½ cth

2.7. SARAN
1. Monitoring Kondisi pasien jika BAB cair masih terus berlanjut dan kondisi pasien
melemah dan BAK sedikit/tidak BAK segera ke IGD terdekat
2. Berikan anak banyak minum air putih untuk rehidrasi cairan

6
3. Pemberian Mpasi tetap diberikan namun dalam bentuk yang lebih lembut/cair
4. Cek lab darah lengkap jika demam masih berlanjut di hari ke 4
5. Pemeriksaan penunjang lainnya berupa pemeriksaan elektrolit dan pemeriksaan feses

2.8 PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam

7
BAB III
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, anak datang dibawa oleh kedua orang tuanya dengan keluhan BAB
cair, muntah, demam dan tampak lemas. Berdasarkan pemeriksaan fisik, didapatkan adanya
tanda-tanda dehidrasi ringan sedang. Berdasarkan Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit, jika anak memiliki dua atau lebih tanda berikut, anak menderita dehidrasi
ringan sedang :
- Tampak rewel dan gelisah
- Minum dengan lahap, haus
- Mata cekung
- Mukosa bibir kering
- Cubitan kulit perut kembalinyalambat ( > 2 detik ).3
Berdasarkan kriteria tersebut, maka anak pada kasus mengalami dehidrasi ringan
sedang, dimana yang ditemukan pada kasus ialah anak gelisah dan rewel, sering haus, mata
sedikit cekung, namun mukosa bibir belum kering dan cubitan perut masih dapat kembali
dengan cepat. Dehidrasi ringan sedang yang dialami anak dalam kasus ini disebabkan karena
muntah dan diare yang dialaminya. Terapi rehidrasi sangat penting pada kasus dengan
dehidrasi.
Dehidrasi adalah gangguan dalam keseimbangan cairan atau air pada tubuh yang
terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan (misalnya minum).
Gangguan kehilangan cairan tubuh ini disertai dengan gangguan keseimbangan zat
elektrolit tubuh. Dehidrasi merupakan komplikasi paling sering dari diare akut. Berdasarkan
derajat dehidrasi, diare akut dibagi menjadi tiga bagian yaitu diare tanpa dehidrasi, diare
dengan dehidrasi ringan-sedang dan diare dengan dehidrasi berat.3
Pada anamnesis, didapatkan anak sudah mengalami perubahan konsistensi tinja dari
padat menjadi cair tetapi masih ada ampasnya, tidak ada lendir dan darah. Anak juga
mengalami perubahan frekuensi buang air besar yaitu menjadi sekitar 6 kali sehari. Anak
mengalami perubahan buang air besar seperti ini sejak ± 18 jam sebelum berobat ke
puskesmas sehingga onsetnya masih akut.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya. Diare dengan memakai
kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali dalam sehari dengan atau tanpa

8
disertaidarah atau lendir. Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari
14 hari.1

PATOFISIOLOGI DIARE
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non
inflamasi dan diare inflamasi. Diare inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di
kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah.
Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik,
mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja
rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel
leukosit polimorfonuklear. Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang
mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan
abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi
cepat timbul, terutama pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan
tinja secara rutin tidak ditemukan leukosit.Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun
yang kronik dapat dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan
motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan
osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya
adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.1,4
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang
berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang
dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai
pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive
intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik. Diare eksudatif,
inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar.
Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti
gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.4
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit
usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel
atau diabetes melitus.Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi
bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan
penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin
yang menyebabkan terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan

9
atau adanya leukosit dalam feses. Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman
enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau tanpa kerusakan
mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin. Satu bakteri dapat
menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa
usus.4

PENILAIAN DERAJAT DEHIDRASI MENURUT WHO:

PENILAIAN DERAJAT DEHIDRASI MENURUT MAURICE KING:

Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak gelisah dan rewel. Denyut
nadi 128 x/menit cepat dan kuat, ubun-ubun tidak cekung, kedua mata sedikit cekung, bibir
kering dan ketika anak menangis masih ada air mata yang keluar. Pemeriksaan di abdomen
didapatkan turgor kulit cepat kembali yaitu < 2 detik. Akral anak hangat. Penilaian derajat
dehidrasi menurut Maurice King, jumlah nilai pada anak ini adalah 4, yaitu masuk dalam
derajat dehidrasi sedang. Sehingga dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

10
dilakukan, diagnosis terhadap pasien ini mengarah ke diare akut dengan dehidrasi ringan
sedang.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Evaluasi laboratorium pada pasien diare akibat infeksi dimulai dari pemeriksaan feses
adanya leukosit. Kotoran biasanya tidak mengandung leukosit, jika ada itu dianggap sebagai
penanda inflamasi kolon baik infeksi maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah,
sampel harus diperiksa sesegera mungkin. Pasien dengan diare berat, demam, nyeri abdomen,
atau kehilangan cairan harus diperiksa kimia darah, natrium, kalium, klorida, ureum,
kreatinin, analisa gas darah dan pemeriksaan darah lengkap. Pemeriksaan radiologis seperti
sigmoidoskopi, kolonoskopi dan lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut
infeksi.4 Sedangkan pemeriksaan elektrolit diperlukan untuk melihat keseimbangan elektrolit
karena pada diare terjadi pengeluaran cairan yang banyak sehingga dapat menganggu
keseimbangan elektrolit dalam tubuh
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan kepada pasien adalah pemeriksaan darah
lengkap dan gula darah sewaktu. Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui jumlah
leukosit di dalam darah untuk melihat adanya infeksi atau tidak.

11
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diare dilakukan berdasarkan derajat dehidrasinya apakah diare tanpa
dehidrasi, diare dengan dehidrasi ringan-sedang, dan diare dengan dehidrasi berat.

12
13
14
BAB IV
RESUME

An. Y, 18 bulan, perempuan, datang ke RS Bhayangkara diantar oleh orang tua dengan
keluhan Pasien datang diantar orang tua dengan keluhan utama BAB cair sejak kemarin sore
± 18 jam SMRS. BAB cair ± 6 kali dengan setiap BAB sebanyak ± ¾ gelas aqua. BAB cair
bercampur ampas tetapi lebih banyak airnya, berwarna kuning, tidak ada lendir dan tidak ada
darah. BAB berbau asam, tidak berbau busuk dan tidak seperti air cucian beras dan tidak
seperti dempul. BAB tidak menyemprot. BAB terakhir tadi pagi, masih cair.
Keluhan BAB cair juga disertai demam mulai malam hari atau 12 jam SMRS. Keluhan
lain seperti muntah (+) 2x, batuk dan pilek disangkal. Saat ini os tampak sering kehausan,
menurut ibu pasien masih kuat menyusu. Os juga terlihat lebih rewel dari biasanya. BAK
terakhir ± 2 jam SMRS, pampers penuh, warna tidak diketahui, darah (-). Sebelum mendapat
keluhan seperti diatas, pasien ada diberikan makanan bubur dari beras yang dicampur dengan
sayur labu dan hati ayam. Keluhan baru pertama dirasakan.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tampak sakit sedang.
Tanda vital didapatkan nadi 128x/menit teraba cepat dan kuat, suhu badan subfebris.
Hasil status generalis didapatkan mata sedikit cekung, bibir tampak sedikit kering,
turgor kulit normal, akral hangat. Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

Diagnosis pada pasien ini gastronteritis akut. Pemeriksaan penunjang tambahan


yang diperlukan: darah lengkap (bila demam masih dirasakan saat hari ke 4), elektrolit,
pemeriksaan feses.

Adapun prognosis pada pasien ini adalah:

 Ad vitam :dubia ad bonam


 Ad functionam : bonam
 Ad sanationam : bonam

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Halim I. Tatalaksana diare akut pada anak. Jurnal CDK Vol. 42, No. 4. Riau:
2015.
2. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI. 2013.
3. World Health Organization. Pedoman pelayanan kesehatan anak di rumah sakit
rujukan tingkat pertama di kabupaten. Jakarta:WHO Indonesia;2008. h.139-42.
4. Leksana E. Terapi cairan pada dehidrasi. Jurnal CDK Vol. 42, No. 1. Semarang:
2015.
5. Zein U, Sagala K, Ginting J. Patofisiologi diare akut. Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. 2013.

16

Anda mungkin juga menyukai