Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia organik Bahan alam adalah ilmu kimia senyawa atau molekul yang berasal dari
sumber daya alam hayati: Tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme teresterial, dan laut. Yang
membahas tentang :

1. Struktur dasarnya,
2. Terdapatnya / biosintesisnya
3. Sifat-sifatnya,
4. Reaksi pengenalan.

Senyawa organik bahan alam umumnya terdiri atas 2 yaitu :

Metabolik primer Metabolik sekunder

Produk metabolis primer : sama Produk metabolism sekunder :


untuk semua organisme bergantung pada spesies

Contoh : Contoh :

  Polimer alam   Terpenoid

  Polisakarida    Steroid

  Protein    Flavonoid

  Lemak    Poliketida

  Asam Nukleat    Alkaloid

Karakteristik dari senyawa bahan alam :

1) Metabolik primer
- Tersebar merata dalam tiap organisme
- Fungsi universil, sumber energy, enzim, pengemban keturunan, bahan struktur
- Perbedaan stuktur kimia kecil
- Kaktifan fisiologi berkaitan denga struktur kimia

2) Metabolik sekunder
- Tersebar tidak merata dalam tiap organisme
- Fungsi ekologis, penarik serangga, pelindung diri, alat bersaing, hormon
- Perbedaan stuktur kimia tergantung pada pengembangan kimia organik dan hubungan
antara struktur dan keaktivan

1
- Kaktifan fisiologi berkaitan dengan struktur kimia dan hubungan antara struktur.
- Sebagian besar dari metabolik sekunder adalah turunan dari lemak

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Metabolit Sekunder?
2. Senyawa-senyawa apa saja yang terkandung dalam Metabolit Sekunder?
3. Apa saja manfaat dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam Metabolit Sekunder?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu Metabolit Sekunder
2. Untuk mengetahui senyawa-senyawa apa saja yang terkandung dalam Metabolit
Sekunder
3. Untuk mengetahui manfaat dari senyawa-senyawa yang terkandung dalam Metabolit
Sekunder?

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan
organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu
dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang
berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada
satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya
pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu.

Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan
yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik
polinator, dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme
untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

Senyawa metabolit sekunder diklasifikasikan menjadi 3 kelompok utama, yaitu:

1. Terpenoid (Sebagian besar senyawa terpenoid mengandung karbon dan hidrogen


serta disintesis melalui jalur metabolisme asam mevalonat.) Contohnya monoterpena,
seskuiterepena, diterpena, triterpena, dan polimer terpena.
2. Fenolik (Senyawa ini terbuat dari gula sederhana dan memiliki
cincin benzena, hidrogen, dan oksigen dalam struktur kimianya.) Contohnya asam
fenolat, kumarina, lignin, flavonoid, dan tanin.
3. Senyawa yang mengandung nitrogen. Contohnya alkaloid dan glukosinolat.

Senyawa metabolic sekunder dapat berupa alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid dan
tanin,  yaitu:

1. ALKALOID
a) Pengertian
Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat
basa, mengandung atom nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan hewan.
Alkaloid dapat digolongkan dalam 3 golongan yaitu :
1) Alkaloid sejati yaitu senyawa yang mempunyai cincin nitrogen heterosiklik, bersifat
basa dan berasal dari asam amino.

3
2) Alkaloid gabungan yaitu turunan asam amino, atom nitrogennya tidak dalam bentuk
cincin heterosiklik. Alkaloid gabungan bersifat basa, dialam diturunkan dari
biosintesis asam amino itu sendiri. Contohnya meskalina.
3) Alkaloid semu yaitu basa tumbuhan yang mengandung nitrogen heterosiklik,
memiliki aktifitas dan tidak mempunyai hubungan biosintesis dengan asam amino.
Alkaloid semu diturunkan dari senyawa-senyawa terpenoid turunan asam asetat dan
asam poliketonlifatik. Contohnya kafein yang terdapat pada kopi.

Alkaloid adalah sebuah golongan senyawa basa bernitrogen yang kebanyakan


heterosiklik dan terdapat di tetumbuhan (tetapi ini tidak mengecualikan senyawa yang
berasal dari hewan). Asam amino, peptida, protein, nukleotid, asam nukleik, gula amino dan
antibiotik biasanya tidak digolongkan sebagai alkaloid. Dan dengan prinsip yang sama,
senyawa netral yang secara biogenetik berhubungan dengan alkaloid termasuk digolongan
ini

b) Kerangka dasar/Prinsip dasar pembentukan Alkaloid

H
N
N N N
pirolidin H piperidin isokuinolin H Indol

Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang
bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Alkaloid berbentuk
padatan Kristal, amorf atau cairan. Asam amino merupakan senyawa organik yang
sangat penting, senyawa ini terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH).

c) Biosintesis Alkaloid
Biosintesis alkaloid mula-mula didasarkan pada hasil analisa terhadap ciri struktur
tertentu yeng sama-sama terdapat dalam berbagai molekul alkaloid. Alkaloid aromatik
mempunyai satu unit struktur yaitu ß-ariletilamina. Alkaloid-alkaloid tertentu dari jenis 1-
benzilisokuinolin seperti laudonosin mengandung dua unit ß-ariletilamina yang saling
berkondensasi‟ Kondensasi antara dua unit ß-ariletilamina tidak lain adalakh reaksi
kondensasi Mannich.

(CH3)2NH + HCHO + CH3COCH3 (CH3)2NCH2CH2COCH3 + H2O

4
Menurut reaksi ini, suatu aldehid berkondensasi dengan suatu amina menghasilkan
suatu ikatan karbon-nitrogan dalam bentuk imina atau garam iminium, diikuti oleh serangan
suatu atom karbon nukleofilik ini dapat berupa suatu enol atau fenol.

Dari percobaan menunjukkan bahwa ß-ariletilamina berasal dari asamasam amino fenil
alanin dan tirosin yang dapat mengalami dekarboksilasi menghasilkan amina. Asam-asam
aminom ini, dapat menyingkirkan gugus-gugus amini (deaminasi oksidatif) diikuti oleh
dekarboksilasi menghasilkan aldehid. Kedua hasil transformasi ini yaitu amina dan aldehid
melakukan kondensasi Mannich.

Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksireaksi


sekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu dari
reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada posisi orto
atau para dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme radikal bebas.

Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen menghasilkan gugus
metoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil ataupun oksidasi dari gugus
amina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh keterlibatan fragmen-fragmen kecil
yang berasal dari jalur mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat. Dalam biosintesa higrin,
pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang diikuti oleh reaksi Mannich yang
menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi dan esterifikasi menghasilkan
hiosiamin

d) Kalsifikasi

Alkaloid biasanya diklasifikasikan menurut kesamaan sumber asal molekulnya


(precursors), didasari dengan metabolisme pathway (metabolic pathway) yang dipakai
untuk membentuk molekul itu. Kalau biosintesis dari sebuah alkaloid tidak diketahui,
alkaloid digolongkan menurut nama senyawanya, termasuk nama senyawa yang tidak
mengandung nitrogen (karena struktur molekulnya terdapat dalam produk akhir. sebagai
contoh: alkaloid opium kadang disebut "phenanthrenes"), atau menurut nama tumbuhan
atau binatang dimana senyawa itu diisolasi. Jika setelah alkaloid itu dikaji, penggolongan
sebuah alkaloid diubah menurut hasil pengkajian itu, biasanya mengambil nama amine
penting-secara-biologi yang mencolok dalam proses sintesisnya.

Klasifikasi  alkaloida dapat dilakukan berdasarka beberapa cara yaitu :

5
1) Berdasarkan jenis cicin heterosiklik nitrogen yang merupakan baian dari struktur
molekul. Berdasarkan hal tersebut, alkaloid dibedakan atas beberapa jenis seperti :
- Golongan Piridina: piperine, coniine, trigonelline, arecoline, arecaidine, guvacine,cyti
sine, lobeline, nikotina, anabasine, sparteine, pelletierine.
- Golongan Pyrrolidine: hygrine, cuscohygrine, nikotina
- Golongan Isokuinolina: alkaloid-alkaloid opium (papaverine, narcotine, narceine),
sanguinarine, hydrastine, berberine, emetine, berbamine, oxyacanthine. 
- Golongan Kuinolina: kuinina, kuinidina, dihidrokuinina, dihidrokuinidina,strychnine, 
brucine, veratrine, cevadine. 
- Golongan Indola:
o Tryptamines: serotonin, DMT, 5-MeO-DMT, bufotenine, psilocybin
o Ergolines (alkaloid-alkaloid dari ergot ): ergine, ergotamine, lysergic acid
o Beta-carboline: harmine, harmaline, tetrahydroharmine
o Yohimbans: reserpine, yohimbine
o   Alkaloid Vinca: vinblastine, vincristine

o   Alkaloid Kratom (Mitragyna speciosa): mitragynine, 7-hydroxymitragynine
o   Alkaloid Tabernanthe iboga: ibogaine, voacangine, coronaridine
o   Alkaloid Strychnos nux-vomica: strychnine, brucine
2) Berdasarkan jenis tumbuhan dari mana alkaloida ditemukan.
3) Berdasarkan asal-usul biogenetic. Berdasarkna hal ini alkaloida dapat dibedakan atas tiga
jenis utama yaitu :
a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin.
b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3,4 –
dihidrofenilalanin.
c. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.

Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer, dimana
alkaloida dikelompokkan atas :
1. Alkaloida sesungguhnya, alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut
menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas, hamper tanpa kecuali bersifat basa.
Umumnya mengandung nitrogen dalam cicin heterosiklik, diturunkan dari asam
amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Beberapa
pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolkhoat yang

6
bersifat bukan basa dan tidak memiliki cicin heterosiklik dan alkaloida quartener yang
bersifat agak asam daripada bersifat basa.
2. Protoalkaloida, merupakan amin yang relative sederhana dimana nitrogen asam amino
tidak terdapat dalam cicin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan
biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengeertian amin biologis sering
digunakan untuk kelompok ini.
3. Pseudoalkaloida, tidak diturunkan dari  precursor asam amino. Senyawa ini biasanya
bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu alkaloida
steroidal dan purin. 

e) Kegunaan

Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama
karena pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di bidang farmasi, tetapi
fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa pendapat mengenai
kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut (Padmawinata, 1995):

a. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam
hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).
Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun
banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun
sangat kekurangan nitrogen.
b. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau
pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi
ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat,
manusia sentris.
c. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa
alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan
yang lainnya menghambat.
d. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa,
dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam
tumbuhan.
Salah satu contoh alkaloid yang pertama sekali bermanfaat dalam bidang medis adalah
morfin yang diisolasi tahun 1805. Alkaloid diterpenoid yang diisolasi dari tanaman
memiliki sifat antimikroba. Solamargine, suatu glikoalkoid dari tanaman berri solanum

7
khasianum mungkin bermanfaat terhadap infeksi HIV dan infeksi intestinal yang
berhubungan dengan AIDS.
Ketika alkaloid ditemukan memiliki efek antimikroba temasuk terhadap Giarde dan
Entamoeba, efek anti diare utama mereka kemungkinan disebabkan oleh efek mereka pada
usus kecil. Berberin merupakan satu contoh penting alkaloid yang potensial efektif terhadap
typanosoma dan plasmodia. Mekanisme kerja dari alkaloid kuartener planar aromatik
seperti berberin dan harman dihubungkan dengan kemampuan mereka untuk berinterkalasi
dengan DNA.
Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam
bidang farmakologi :

Senyawa Alkaloid
Aktifitas Biologi
(Nama Trivial)
Nikotin Stimulan pada syaraf otonom
Morfin Analgesik
Kodein Analgesik, Obat batuk
Antropin Obat tetes mata
Skopolamin Sedatif menjelang operasi
Kokain Analgseik
Piperin Antifeedant (bioinsektida)
Quinin Obat Malaria
Vinskristin Obat kanker
Ergotamin Analgesik pada Migraine
Reserpin Pengobatan simptomatis disfungsi Ereksi
Mitraginin Analgesik dan antitusif
Vinblastin Anti neoplastik, obat kanker
Saponin Anti Bakteri

2. FLAVONOID
a) Pengertian

Falvonoid merupakan golongan terbesar senyawa fenolik di sampingfenol sederhana,


fenilpropanoid, dan kuinonfenolik. Sebanyak2% dari seluruh karbon yang difotosintesis
oleh tanaman diubah menjadiflavonoid atau senyawa yang berhubungan erat
dengannya.Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida. Dalam
tumbuhan, aglikon flavonoid terdapat dalam berbagai bentuk struktur.Semuanya
mengandung 15 atom C dalam inti dasarnya yang tersusun dalamkonfigurasi C6-C3-C6,
yaitu dua cincin aromatik dihubungkan oleh 3 karbon yangdapat atau tidak dapat

8
membentuk cincin ketiga. Cincin diberi nama A, B, dan C,atom karbon dinomori menurut
sistem penomoran yang menggunakan angkauntuk cincin A dan C serta angka beraksen
untuk cincin B.

Menurut Heldt (1997) flavonoid umumnya secara alami terbentuk dibawah pengaruh
biflavonoid (vitamin D) yang selalu ada dalam tanaman danmemiliki efek yang
bermanfaat terhadap lebih dari 50 penyakit. Flavonoid tertentu juga mempengaruhi rasa
makanan secara. Contoh tanaman yang mengandung flavonoid antara lain seledri,
lada(hanya luteolin), dan peterseli (hanya apigenin). Flavonoid memiliki efek biologis
dalam sistem sel mamalia yang berperandalam kesehatan manusia. Menurut Markham
(1989) yang dikutip oleh Hertog (1992), disarankan agar setiap harinya manusia
mengkonsumsi beberapa gramflavonoid (Zamri, 2008). Flavonoid memiliki ikatan
difenilpropana (C6-C3-C6)yang diketahui sebagai antimutagenik dan antikarsinogenik

b) Kerangka Dasar

Flavonoid mempunyai kerangka dasar dengan 15 atom karbon, dimana dua cincin
benzen (C6) terikat pada satu rantai propan (C 3) sehingga membentuk suatu susunan (C 6-C3-C6)
dengan struktur 1,3-diarilpropan. Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis,
bergantung pada tingkat oksidasi rantai propan dari sistem 1,3-diarilpropan.

Kerangka dasar karbon pada flavonoid merupakan kombinasi antara jalur sikhimat dan
jalur asetat-malonat yang merupakan dua jalur utama biosintesis cincin aromatik. Cincin A dari
struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida (jalur asetat-malonat), yaitu kondensasi tiga unit
asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon dari rantai propan berasal dari
jalur fenilpropanoid (jalur sikhimat).

c) Biosintesis Flavonoid

9
Terjadinya biosintesis pada flavonoid yaitu unit awal triketida mengalami
siklisasi oleh enzim kalkon sintase untuk membentuk gugus kalkon pada flavonoid.
Kemudian terjadi siklisasi untuk menghasilkan cincin piranon yang mengandung inti
flavonon yang dapat memiliki ikatan C2-C3 teroksidasi (tak jenuh) untuk menghasilkan
gugus flavon atau dihidroksilasi pada posisi C3 cincin piranon untuk menghasilkan
gugus flavonol pada flavonoid. Flavonol kemudian dioksidasi menghasilkan antosianin.

d) Klasifikasi

Flavonoid mempunyai kerangka dasar dengan 15 atom karbon, dimana dua cincin
benzen (C6) terikat pada satu rantai propan (C3) sehingga membentuk suatu susunan (C6-
C3-C6) dengan struktur 1,3-diarilpropan. Senyawa-senyawa flavonoid terdiri dari
beberapa jenis, bergantung pada tingkat oksidasi rantai propan dari sistem 1,3-
diarilpropan. Flavonoid adalah senyawa yang tersusun dari 15 atom karbon dan terdiri dari
2 cincin benzen yang dihubungkan oleh 3 atom karbon yang dapat membentuk cincin
ketiga. Flavonoid dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

10
a) Flavonoid yang memiliki cincin ketiga berupa gugus piran. Flavonoid ini disebut
flavan atau fenilbenzopiran. Turunan flavan banyak digunakan sebagai astringen
(turunan tanin).
b) Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus piron. Flavonoid ini disebut
flavon atau fenilbenzopiron. Turunan flavon adalah jenis flavonoid yang paling
banyak memiliki aktivitas farmakologi.
c) Flavonoid yang memiiliki cincin ketiga berupa gugus pirilium. Flavonoid ini disebut
flavilium atau antosian. Turunan pirilium biasa digunakan sebagai pewarna alami.
Klasifikasi flavonoid sangat beragam, di antaranya ada yang mengklasifikasikan
flavonoid menjadi flavon, flavonon, isoflavon, flavanol, flavanon, antosianin, dan calkon.
Lebih dari 6467 senyawa flavonoid telah diidentifikasi dan jumlahnya terus meningkat.
Kebanyakan flavonoid berbentuk monomer, tetapi terdapat pula bentuk dimer
(biflavonoid), trimer, tetramer, dan polimer.

e) Kegunaan

1. Flavanoid Sebagai antioksidan


Sumber Antioksidan :
- Manfaat Wortel
- Manfaat bawang putih
2. Flavanoid Mengusir polusi dalam tubuh
Penting untuk melawan radikal bebas
- Manfaat vitamin E
- Manfaat buah leci
- Manfaat buah duku
3. Senyawa Flavanoid Dapat Mencegah penuaan dini
Penting untuk penuaan dini :
- Manfaat lidah buaya
- Manfaat air kelapa
- Manfaat minyak lintah
4. Senyawa Flavanoid Untuk Menghindari penyakit mematikan
5. Flavonoid Dapat Mencegah penyakit aterosklorosis
6. Flavanoid Sebagai Penolak alergi

11
Efektif mengobati alergi :
- Manfaat daging ular
- Manfaat madu
- Manfaat daun mengkudu
7. Flavanoid Efektif Mengusir virus
Efektif mengusir virus :
- Manfaat daun pepaya
- Manfaat air kelapa hijau
- Manfaat daun sirsak
8. Flavanoid Efektif Menghindari trombus
9. Sebagai anti diare
Baik untuk diare :
- Manfaat daun jambu biji
- Manfaat sirih
- Manfaat delima
10. Kekebalan tubuh
Baik untuk sistem kekebalan tubuh :
- Manfaat telur bebek
- Manfaat kulit manggis
- Manfaat ikan salmon
- Manfaat brokoli

3. TERPENOID
a) Pengertian
Dalam tumbuhan biasanya terdapat senyawa hidrokarbon dan hidrokarbonteroksigenasi
yang merupakan senyawaterpenoid. Kata terpenoid mencakup sejumlahbesar senyawa
tumbuhan, dan istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secarabiosintesis semua
senyawa tumbuhan itu berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semuaterpenoid berasal dari
molekul isoprene CH2==C(CH3) ─CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh
penyambungan 2 atau lebih satuan C5 ini. Kemudian senyawaitu dipilah-pilah menjadi
beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapatdalam senyawa tersebut, 2
(C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8(C40).
Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak
atsiri,yaitu monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15),

12
diterpenamenguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40).
Masing-masing golongan terpenoid itu penting, baik dalam pertumbuhan dan
metabolismemaupun pada ekologi tumbuhan. Terpenoid merupakan unit isoprena (C5H8).
Terpenoidmerupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan
isoprena dansecara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu skualena.
Senyawa ini berstruktur siklik yang rumit, kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau atom
karboksilat. Mereka berupa senyawa berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh
tinggi dan aktif optic yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya

b) Kerangka Dasar
CH3 CH3
H3C
Isopren

Sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua
atau lebih unit C-5 yang disebut isopren. Klasifikasi terpenoid ditentukan dari unit
isopren atau unit C-5 penyusun senyawa tersebut.

c) Biosintesis Terpenoid

Secara umum biosintesa terpenoid terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:

a. Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.
b. Penggabungan kepala dan ekor unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-,
di-,sester-, dan poli-terpenoid.
c. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan triterpenoid
dansteroid.
Asam asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis
Claisenmenghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil
koenzim Amelakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan rantai karbon bercabang
sebagaimanaditemukan pada asam mevanolat. Reaksi-reaksi berikutnya ialah fosforilasi,
eliminasiasam fosfat dan dekarboksilasi menghasilkan IPP yang selanjutnya
berisomerisasimenjadi DMAPP oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif
bergabung secarakepada ke-ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan
langkah pertama daripolimerisasi isopren untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan
ini terjadi karenaserangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon dari

13
DMAPP yangkekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ison pirofosfat. Serangan ini
menghasilkangeranil pirofosfat (GPP) yakni senyawa antara bagi semua senyawa
monoterpen.
Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP, dengan mekanisme yangsama
seperti antara IPP dan DMAPP, menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP) yangmerupakan
senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpen. Senyawa-senyawa diterpenditurunkan
dari geranil-geranil pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antaraatau satu unit
IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama pula.

d) Klasifikasi
Secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus molekulumum
(C5H8)n
Penggolongan biasanya tergantung pada nilai n.

Nama Rumus Sumber


Monoterpen C10H16 Minyak atsiri
Seskuiterpen C15H24 Minyak Atsiri
Diterpen C20H32 Resin Pinus
Triterpen C30H48 Saponin, Damar
Tetraterpen C40H64 Pigmen, Karoten
Politerpen (C5H8)n n 8 Karet Alam
1. Monoterpenoid
Monoterpenoid merupakan senyawa “essence” dan memiliki bau yang spesifik
yang dibangun oleh 2 unit isoppren atau dengan jumlah atom karbon 10. Lebih dari
1000 jenis senyawa monoterpenoid telah diisolasi dari tumbuhan tingkat tinggi,
binatang laut, serangga dan binatang jenis vertebratadan struktur senyawanya telah
diketahui.
Struktur dari senyawa mono terpenoid yang telah dikenal merupakan perbedaan 38
jenis kerangka yang berbeda, sedangkan prisnsip dasar penyusunannya tetap sebagai
penggabungan kepala dan ekor dari 2 unit isoprene. Stuktur monoterpenoid dapat
berupa rantai terbuka dan tertutup atau siklik. Senyawa monoterpenoid banyak
dimanfaatkan sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedatif.
Disamping itu monoterpenoid yang sudah dikenal banyak dimanfaatkan sebagai bahan
pemberi aroma makan dan parfum dan ini merupakan senyawa komersialyang banyak
diperdagangkan.

14
Dari segi biogenetik, perubahan geraniol nerol dan linalool dari yang satu menjadi
yang lain berlangsung sebagai akibat reaksi isomerasi. Ketiga alcohol ini yang berasal
dari hidrolisa geranil pirofosfat (GPP) dapat menjadi reaksi-reaksi sekunder, misalnya
dehidrasi menghasilkan mirsen, oksidasi menjadi sitral dan oksidasi-reduksi
menghasilkan sitronelal.
Penetapan struktur monoterpenoid mengikuti suatu sistematika tertentu yang
dimulai dengan penetapan jenis kerangka karbon. Jenis kerangka karbon suatu
monoterpen monosiklik antara lain dapat ditetapkan oleh reaksi dehidrogenasi menjadi
suatu senyawa aromatik (aromatisasi).
Penetapan struktur selanjutnya ialah menetukan letak atau posisi gugus fungsi dari
senyawa yang bersangkutan didalam kerangka karbon tersebut. Posisi gugus fungsi
dapat diketahui berdasarkan penguraian oksidatif. Cara lain adalah mengubah senyawa
yang bersangkutan oleh reaksi-reaksi tertentu menjadi senyawa lain yang telah
diketahui strukturnya. Dengan kata lainsaling mengaitkan gugus fungsi senyawa lain
yang mempunyai kerangka karbon yang sama. Pembuktian struktur sutau senyawa
akhirnya didukung oleh sintesa senyawa yang bersangkutan dari sutau senyawa yang
diketahui strukturnya.
2. Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit isopren
yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen.
Senyawa seskuiterpenoid ini mempunyai bioaktifitas yang cukup besar,
diantaranya adalah anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta
regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis.
Senyawa-senyawa seskuiterpen diturunkan dari cis farnesil pirofosfat dan trans
farnesil pirofosfat melalui reaksi siklisasi dan reaksi sekunder lannya. Kedua isomer
farnesil pirofosfat ini dihasilkan in vivo melalui mekanisme yang sama seperti
isomerisasi antara geranil dan nerol.
3. Diterpenoid
Senyawa diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom karbon dan
dibangun oleh 4 unit isopren senyawa ini mempunyai bioaktifitas yang cukup luas yaitu
sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman,
antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti
karsinogen. Senyawa diterpenoid dapat berbentuk asiklik, bisiklik, trisiklik dan
tetrasiklik. Senyawa ini dapat ditemukan pada resin pinus, dan beberapa hewan laut

15
seperti Chromodoris luteorosea dari golongan molusca, alga coklat seperti Sargassum
duplicatum serta dari golongan Coelenterata.
4. Triterpenoid
Lebih dari 4000 jenis triterpenoid telah diisolasi dengan lebih 40 jenis kerangka
dasar yang sudah dikenal dan pada prinsipnya merupakan proses siklisasi dari skualen.
Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung dengan siklik 5
atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai gugus fungsi pada siklik tertentu. Sedangkan
penamaan lebih disederhanakan dengan memberikan penomoran pada tiap atom
karbon, sehingga memudahkan dalam penentuan substituen pada masing-masing atom
karbon.
Struktur terpenoida yang bermacam ragam timbul sebagai akibat dari reaksi-reaksi
sekunder berikutnya seperti hidrolisa, isomerisasi, oksidasi, reduksi dan siklisasi atas
geranil-, farnesil-, dan geranil-geranil pirofosfat.
5. Tetraterpenoid
Merupakan senyawa dengan senyawa C yang berjumlah 40. Rumus molekul
tetraterpenoid adalah C40H64. Terdiri dari 8 unit isoprene. Sedangkan biosintesisnya
berasal dari geranyl-geraniol. Tetraterpenoid lebih dikenal dengan nama karotenoid.
Terdiri dari urutan panjang ikatan rangkap terkonjugasi sehingga memberikan warna
kuning, oranye dan merah. Karotenoid terdapat pada tanaman akar wortel, daun bayam,
buah tomat, dan biji kelapa sawit.
6. Polyterpenoid
Disintesis dalam tanaman dari asetal melalui pyroposfat isopentil (C5)dan dari
konjugasi jumlah unit isoprene. Ditemukan dalam latek dari karet. Plyterpenoid
merupakan senyawa penghasil karet
e) Kegunaan
1. sebagai pengatur pertumbuhan (seskuiterpenoid absisin dan diterpenoid giberellin)
2. sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan
pemberi aroma makan dan parfum (monoterpenoid)
3. sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular,
gangguan kulit, kerusakan hati dan malaria (triterpenoid).
4. sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman,
antifeedant serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti
karsinogen (diterpenoid)

16
5. Sebagai anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator
pertumbuhan tanaman dan pemanis (seskuiterpenoid)
6. penghasil karet (politerpenoid)
7. Karotenoid memberikan sumbangan terhadap warna tumbuhan dan juga diketahui
sebagai pigmen dalam fotosintesis
8. Monoterpen dan seskuiterpen juga memberikan bau tertentu pada tumbuhan
9. Terpenoid memegang peranan dalam interaksi tumbuhan dan hewan, misalnya
sebagai alat komunikasi dan pertahanan pada serangga.
10. Beberapa terpenoid tertentu yang tidak menguap juga diduga berperan sebagai
hormon seks pada fungus.

4. SAPONIN
a) Pengertian
Saponin berasal dari bahasa latin Sapo yang berarti sabun, karena sifatnya menyerupai
sabun. Saponin merupakan glikosida triterpenoid dan sterol terdiri dari gugus gula yang
berikatan dengan aglikon atau sapogenin. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang
kuat yang menimbulkan busa bila dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah
sering menyebabkan hemolisis pada sel darah merah
b) Kerangka Dasar
OH
OH

HO O

OH
O

c) Biosintesis
Biosintesis pada kedua jenis senyawa ini hampir sama baik saponin denga steroid
maupun triterpen. Semua senyawa ini melalui jalur asam mevalonat yang diperoleh dari

17
asetil CoA . Sebelum membentuk steroid biosintesis ini membentuk senyawa squalen
yang merupakan jenis triterpen yang merupakan gabungan Dari dua farnesil piroposfat.
Setelah membentuk squalen, maka terjadi reaksi oksidasi pada atom C nomor 3 sehingga
terbentuk OH, setelah itu terjadi pembentukan epoksidasqualen. Senyawa ini akan terjadi
siklisasai menjadi lanosterol yang merupakan bentuk dasar dari senyawa steroid(Arifin,
1986). Sedangkan perbedaannya dengan triterpen adalah pada jumlah cincin dan bnetuk
cincin keempat dan kelima, pada triterpen masing-masing cincin tersebut memiliki 5
atom karbon.

d) Klasifikasi
Dari aglikonnya saponindapat bagi menjadi dua yaitu saponin dengan steroid dan
saponin dengan triterpen.
1) Saponin dengan steroid. Saponin jenis ini memiliki aglikon berupa steroid yang di
peroleh darimetabolisme sekunder tumbuhan. Jembatan ini juga sering disebut
denganglikosida jantung, hal ini disebabkan karena memiliki efek kuat terhadap
jantung.
2) Saponin dengan triterpen. Saponin jenis ini memiliki komponen aglikon berupa
triterpen yang memilikiatom C sebanyak 30. Saponin jenis ini bersifat asam.

e) Kegunaan
1) Kegemukan (Mengurangi kadar kolesterol dan mencegah obesitas)
2) Mencegah kanker usus besar
3) Mencegah kanker: Saponin kedelai tidak meningkatkan permeabilitas membran sel
dengan cara yang tergantung dosis, sedangkan gypsophilla saponin, sebuah saponin
nondietary, peningkatan permeabilitas dengan meningkatnya konsentrasi.

18
Mikroskop elektron menunjukkan bahwa kedelai dan gysophilla saponin mengubah
morfologi sel dan berinteraksi dengan membran sel dengan cara yang berbeda.
4) Sebagai antioksidan
5) Mencegah kanker Prostat dan menghambat pertumbuhan sel PC-3, dengan IC50
menjadi 39,3 dan 33,3  g / mL.
6) Sel hepatoma
7) Aktivitas antijamur
8) Properti anti-inflamasi
9) Sel adenokarsinoma lambung.
10) Mencegah Diabetes tipe II (Diabetes insipidus)
11) Respon imun
12) Testosteron 5α-reduktase

5. STEROID
a) Pengertian
Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasil
reaksi penurunan dari terpena atau skualena. Steroid merupakan kelompok senyawa yang
penting dengan struktur dasar sterana jenuh (bahasa Inggris: saturated tetracyclic
hydrocarbon : 1,2-cyclopentanoperhydrophenanthrene) dengan 17 atom karbon dan 4
cincin. Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol, ergosterol,
progesteron, dan estrogen. Pada umunya steroid berfungsi sebagai hormon.

b) Kerangka Dasar

Steroid merupakan senyawa yang memiliki kerangka dasar triterpena asiklik. Ciri
umum steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung. Cincin A, B, dan C
beranggotakan enam atom karbon dan cincin D beranggotakan lima.

19
c) Biosintesis
Senyawa steroid yang terdapat di alam adalah berasal dari triterpen. Biosintesis steroid
sama halnya dengan biosintesis terpen melalui jalur asam mevalonat. Pembentukan
kerangka steroid dimulai dari kondensasi dan famesil pitofosfat (seskuiterpen melalui
interaksi ekor-ekor menghasilkan skualen, dan kemudian berubah menjadi 2,3-
epeksiskualen). Selanjutnya tetrjadi siklisasi berganda dan disusul oleh penataan atom-
atom hydrogen dan gugus metil, yang kemudian menghasilkan lanosterol (pada hewan)
atau sikloartenol (pada tumbuhan). Siklisasi skualen ini bermula pada protonasi gugus
epoksi yang mengakibatkan pembukaan lingkar epoksida. Selanjutnya terjadi pelepasan
tiga gugus metil yang terikat pada atom karbon C-4 dan satu gugus metil dan C-14.
penyingkiran ketiga gugus metil tersebut berlangsung secara bertahap, dimulai dengan
gugus metil pada C-14 yang mengalami oksidasi menjadi aldehid kemudian disingkirkan
sebagai asam formiat, kemudian pelepasan kedua gugus metil pada C-1 yang dioksidasi
menjadi karboksil dan selanjutnya dikeluarkan sebagai karbon dioksida

d) Klasifikasi
1. Hormon seks (Testosteron, progesteron) Suatu steroid anabolik testosteron , pada
hormon seks laki-laki dan hormon steroid yang terlibat dalam kehamilan menstruasi
perempuan, siklus dan embriogenesis.
2. Hormon Adrenokortikoid (Kortison, Aldosteron) Hormon steroid yang disintesis dari
kolesterol dan diproduksi oleh kelenjar adrenalin bagian korteks
3. Asam Empedu
4. Aglikon Kardiak
5. Sterol
6. Sapogenin

e) Kegunaan
1. Peranan steroid pada tumbuhan :
- Meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan
- Menstimulasi perpanjangan sel di pucuk tumbuhan
- Merangsang pertumbuhan pucuk tumbuhan
- Merangsang diferensiasi xylem tumbuhan
- Menghambat pertumbuhan pucuk pada saat kekurangan udara dan endogenus
karbohidrat

20
2. Peranan Steroid pada manusia
- Berperan dalam pengembangan organ laki-laki; otot, rambut dan pembentukan
sperma.
- Berperan dalam pengembangan organ kewanitaan, seperti ovulasi.
- Mempersiapkan uterus untuk menyuburkan indung telur.

6. TANIN
a) Pengertian
Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti daun, buah
yang belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang ,tanin
digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi tannin.Tanin
yang dikatakan sebagai sumber asam pada buah.

b) Kerangka Dasar
Tanin atau lebih dikenal dengan asam tanat, biasanya mengandung 10% H 2O. Struktur
kimia tanin adalah kompleks dan tidak sama. Asam tanat tersusun 5 - 10 residuester galat,
sehingga galotanin sebagai salah satu senyawa turunan tanin dikenal dengannama asam
tanat. Beberapa struktur kimia senyawa tanin adalah sebagai berikut.

c) Biosintesis
1) Tannin-terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk
dengan cara kondensasi katekin tunggal (atau galotanin) yang membentuk senyawa
dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon

21
menghubungkan satu satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau
6-8. Kebanyakan flavolan memiliki 2 sampai 20 satuan flavon. Nama lain untuktanin-
terkondensasi adalah proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas,
beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskanlah
monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti
bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin.
2) Tannin-terhidrolisiskan terutama terdiri atas dua kelas, yang paling sederhana adalah
depsida galoilglukosa. Pada senyawa ini, inti yang berupa glukosa dikelilingi oleh
lima gugus ester galoil atau lebih. Pada jenis kedua, inti molekul berupa senyawa
dimer asam galat, yaitu asam heksahidroksidifenat, disini pun berikatan dengan
glukosa. Bila dihidrolisis elagitanin ini menghasilkan asam elagat. Tannin
terhidolisiskan ini pada pemanasan dengan asam klorida atau asam sulfat
menghasilkan gallic atau ellagic. Hydrolyzable tanin yang terhidrolisis oleh asam
lemah atau basa lemah untuk menghasilkan karbohidrat dan asam fenolat. Contoh
gallotannins adalah ester asam gallic glukosa dalam asam tannic (C 76H52O46),
ditemukan dalam daun dan kulit berbagai
d) Klasifikasi
Senyawa tanin termasuk ke dalam senyawa polifenol yang artinya senyawa yang
memiliki bagian berupa fenolik. Senyawa tanin dibagi menjadi dua berdasarkan pada sifat
dan struktur kimianya, yaitu tanin yang terhidrolisis dan tanin yang terkondensasi. Tanin
terhidrolisis biasanya ditemukan dalam konsentrasi yang lebih rendah pada tanaman bila
dibandingkan dengan tanin terkondensasi. Tanin terkondensasi terdiri dari beberapa unit
flavanoid (flavan-3-ol) dihubungkan oleh ikatan-ikatan karbon. Tanin terkondensasi
banyak ditemukan dalam berbagai jenis tanaman seperti Acacia spp, sericea Lespedeza
serta spesies padang rumput seperti Lotus spp.
e) Kegunaan
1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu pada
tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat matang taninya hilang.

2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.

3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.

4. Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada


gastrointestinal dan pada kulit.

5. Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka bakar,
dengan cara mengendapkan protein.

22
6. Sebagai pengawet dan penyamak kulit.

7. Reagensia di Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.

8. Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam tamak yang
tidak larut.

BAB III
SRINNING FITOKIMIA

A. ALKALOID
Tabung I Tabung II

Sampel(Daun Pepaya) Sampel(Daun Pepaya)

23
HCl 0,1 M (1 ml) HCl 0,1 M (1 ml)
+ Dragendruf (tidak berwarna) + Meyer (Orange)

B. FLAVONOID C. SAPONIN
Tabung III Tabung IV
Sampel(Daun Pepaya) Sampel(Daun Pepaya)

+ 1 Sendok serbuk Mg Dikocok hingga


+ 1 ml HCl Pekat 10 menit

D. KUINON E. TANIN
Tabung V Tabung VI
Sampel(Daun Pepaya) Sampel(Daun Pepaya)

+NaOH 1 ml + FeCl3 3 tetes

F. STEROID
Tabung VII Tabung VII
Sampel(Daun Pepaya) Sampel(Daun Pepaya)

+ Burchard 1 ml +HCl 0,1 M (1 ml)


+ CH3COOH + FeCl3 (3 tetes)

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. ALKALOID
Tabung I dan II
No Bahan Senyawa Pereaksi Hasil
1 Ekstrak Daun Pepaya HCl 0,1 M + Dragendruf Negatif (Tidak mengandung

24
Alkaloid)
2 Ekstrak Daun Pepaya HCl ),1 M + Meyer Negatif (Tidak mengandung
Alkaloid)

B. FLAVONOID
Tabung III
No Bahan Senyawa Pereaksi Hasil
1 Ekstrak Daun Pepaya 1 sendok serbuk Mg + 1 Negatif (Tidak mengandung
ml HCl pekat Flavonoid)

C. SAPONIN
Tabung IV
No Bahan Senyawa Pereaksi Hasil
1 Ekstrak Daun Pepaya Dikocok Negatif (Tidak mengandung Saponin)

D. KUINON
Tabung V
No Bahan Senyawa Pereaksi Hasil
1 Ekstrak Daun Pepaya NaOH 1 ml Negatif (Tidak mengandung Kuinon)

E. TANIN
Tabung VI dan VII
No Bahan Senyawa Pereaksi Hasil
1 Ekstrak Daun Pepaya FeCl3 Positif (Mengandung Tanin)
2 Ekstrak Daun Pepaya HCl 0,1 M + FeCl3 Positif (Mengandung Tanin)

F. STEROID
Tabung VIII
No Bahan Senyawa Pereaksi Hasil
1 Ekstrak Daun Pepaya Negatif (Tidak mengandung
Burchard + CH3COOH
Steroid)

BAB V
PEMBAHASAN

Mula-mula disediakan sampel untuk uji fitokimia yaitu daun pepaya muda kemudian
digiling dengan alat penggerus, setelah itu daun pepaya yang sudah digerus dilarutkan dengan
Etanol (C2H5OH) diaduk hingga didapat ekstrak daun pepaya. Selanjutnya disediakan 8
tabung dan masing-masing diisi dengan ekstrak daun pepaya tersebut dengan takaran yang
sama, masing-masing tabung diberi tanda dengan angka romawi I sampai VIII.
25
1. Pada percobaan pertama uji Alkaloid, diambil tabung I dan II yang sudah terisi dengan
sampel. Tabung pertama diisi dengan HCl 0,1 M sebanyak 1 ml dan ditambahkan
pereaksi Dragendruf yang tidak berwarna sebanyak 1 ml, tidak mengandung alkaloid
Tabung kedua diisi HCl 0.1 M sebanyak 1 ml ditambahkan pereaksi meyer sebanyak 1
ml, hasilnya juga tidak mengandung alkaloid
2. Percobaan kedua uji flavonoid, diambil tabung III yang sudah terisi sampel kemudian
dimasukkan 1 sendok serbuk Mg dan ditambahkan denganHCl pekat 1 ml, hasilnya
sampel tidak mengandung flavonoid
3. Percobaan ketiga uji saponin, diambil tabung IV yang sudah terisi sampel dan dikocok
hingga 10 menit. Hasilnya sampel tidak mengandung Saponin
4. Percobaan keempat uji kuinon, diambil tabung ke V yang sudah terisi sampel dan
ditambahkan dengan NaOH 1 ml, hasilnya sampel tidak mengandung kuinon
5. Percobaan kelima uji tanin, diambil tabung VI dan VII yang sudah terisi sampel. Tabung
VI ditambahkan FeCl3 sebanyak 3 tetes dan hasilnya sampel mengandung tanin. Tabung
VII diisi HCl 0,1 M 1 ml dan ditambahkan dengan FeCl 3 sebanyak 3 tetes, hasilnya
sampel mengandung tanin
6. Percobaan keenam uji steroid, diambil tabung VIII yang sudah terisi sampel, mula-mula
ditambahkan pereaksi burchard 1 ml kemudian ditambahkan lagi CH 3COOH sebanyak 1
ml, hasilnya sampel tidak mengandung steroid

BAB VI
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada daun pepaya
hanya terdapat senyawa tanin, sedangkan alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon dan
steroid tidak terdapat pada daun tersebut.

B. Saran

26
Dalam melakukan percobaan ini diharapkan praktikan lebih cermat dan teliti dalam
mengamati segala perubahan yang terjadi pada sampel yang diuji karena hal ini sangat
mempengaruhi hasil akhir yang diperoleh

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/16408394/Laporan_Praktikum_Kimia_Organik_Identifikasi_Senya
wa_Metabolit_Sekunder_pada_Daun_Rambutan
http://www.scribd.com/doc/96910594/Praktikum-dasar-Teori-Kpa
http://www.academia.edu/7345628/Makalah-alkaloid-dan-terpenoid
http://mycloverworld.blogspot.co.id/2010/12/klasifikasi-alkaloid-berikut-contoh.html
http://renggaanaliskimia.blogspot.co.id/2011_04_01_archive.html

27
28

Anda mungkin juga menyukai