Anda di halaman 1dari 38

STUDI PENELITIAN

EKSPERIMEN
Oleh : KELOMPOK 4
Dosen Pengampu : Tiara Tri Agustini, M.Farm.,Apt
ANGGOTA KELOMPOK 4:
Dinia Fitriani 1801126
KELOMPOK Egie Octafiranti
Elsa Etavianti
1601013
1601098
Hervinia 1701106
Mega Restia 1601025
Nita Shelvia 1801131
Novia Dilla Irnanda 1601032
Serlin Partika Sari 1601048
Surya Dinda 1601053
Weni Afriyani 1601059
Widia Aziati 1801137

Dosen Pengampu : Tiara Tri Agustini, M.Farm.,Apt


DEFINISI PENELITIAN EKSPERIMEN

Penelitian eksperimen (experimental research)


adalah suatu penelitian dengan melakukan
kegiatan percobaan (experiment), yang
bertujuan untuk mengetahui gejala atau
pengaruh yang timbul sebagai akibat adanya
perlakuan tertentu.

Tujuannya utama penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki


kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengadakan
intervensi atau perlakuan terhadap satu atau lebih kelompok eksperimen,
kemudian hasil (akibat) dari intervensi tersebut di bandingkan dengan
kelompok yang tidak dikenakanperlakuan ( kelompok kontrol)
Education
Plan
KARAKTERISTIK PENELITIAN
EKSPERIMEN
1. Metode eksperimen merupakan satu-satunya metode
penelitian yang dianggap paling dapat menguji hipotesis
hubungan sebab-akibat, atau paling dapat memenuhi
validitas internal.
2. Metode eksperimen merupakan rancangan penelitian yang
memberikan pengujian hipotesis yang paling ketat
dibanding jenis penelitian yang lain.
3. Metode eksperimen merupakan penelitian yang digunakan
untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
dampaknya dalam kondisi yang terkendalikan.
4. Ciri khas yg membedakan penelitian eksperimen dg penelitian yg
lain:
Education • Satu atau lebih variabel bebas dimanipulasi (kondisinya dibuat
berbeda, misal: treatment dan non-treatment
Plan
• Semua variabel lainnya, kecuali variabel perlakuan (variabel
bebas), dikendalikan (dipertahankan tetap).
• Pengaruh manipulasi variabel bebas (pemberian perlakuan)
terhadap variabel terikat diamati, dengan asumsi karena diberi
perlakuan yang berbeda maka akan berdampak yang berbeda
pula.
• Adanya komparasi, sehingga perlu penyamaan antara
kelompok yang akan dikenai perlakuan dengan kelompok yang
tidak dikenai perlakuan (dua kelompok yang akan dibandingkan
tersebut harus komparabel)
LANGKAH LANGKAH PENELITIAN

Melakukan Mengumpulkan
Melakukan
eksperimen / data tahap ke dua
tinjauan literatur
percobaan (posttest)

Melakukan
Mengidentifikasi
pengumpulan Megolah data dan
dan membatasi
data tahap menganalisa data
masalah penelitian
pertama (pretest)

Merumuskan Menyususn
Menyusun
hipotesis rencana
laporan
penelitian eksperimen
Dalam penelitian eksperimen sering digunakan
KONTROL. Kontrol dalam penelitian eksperimen ini
sangat penting, antara lain :

Untuk mencegah faktor faktor yang sebenarnya


tidak diharapkan berpengaruh terhadap variabel
terikat

Untuk membedakan berbagai variabel yang tidak


diperlukan dari variabel yang diperlukan

Untuk menggambarkan secara kuantitatif hubungan


antara variabel bebas dengan variabel terikat, dan
sejumlah mana tingkat hubungan antara kedua
variabel tersebut
VALIDITAS HASIL EKSPERIMEN

Suatu eksperimen dikatakan valid jika hasil yang diperoleh hanya


disebabkan oleh variabel bebas yang dimanipulasi, dan jika hasil
tersebut dapat digeneralisasikan pada situasi di luar setting
eksperimental. Sehingga ada dua kondisi yang harus diterima yakni
faktor internal dan eksternal.

VALIDITAS HASIL EKSPERIMEN

Validitas Validitas
Internal Eksternal
VALIDITAS HASIL EKSPERIMEN

Validitas Internal Validitas Eksternal


• Historis • Efek seleksi berbagai “Bias”
• Maturasi • Efek pelaksanaan pretest
• Seleksi • Efek prosedur eksperimen
• Testing • Gangguan penanganan
• Instrumentasi perlakuan ganda
• Mortalitas
• Regresi Kenilai rata-rata
Desain penelitian
Eksperimen
Pre Quasy
True experimental
Experimental experimental
design
design design

Posttest One Static Pretest- Posttest Time Control Non Separated


Only Grup Grup posttest Randomized only series time equivale sample
Design Pretest Comparii salomon design
with four group control series nt pretest
Posttest son control control posttest
group design design
group design group
PRE EXPERIMENTAL DESIGN

Posttest Only Design One Grup Pretest Posttest One Grup Pretest Posttest

Pada jenis ini tidak Pada desain ini dilakukan Perbandingan kelompok
terdapat kelompok kontrol pretest untuk mengetahui statik terdapat kelompok
dan hanya satu kelompok keadaan awal subjek sebelum kontrol selain kelompok
yang diukur dan diamati diberi perlakuan sehingga eksperimen. Masing-masing
gejala-gejala yang muncul peneliti dapat mengetahui kelompok tidak diberikan pretes
setelah diberi perlakuan kondisi subjek yang diteliti untuk mengetahui kondisi
(postest). sebelum atau sesudah diberi awalnya namun diberi postes
Desainnya sebagai berikut: perlakuan yang hasilnya dapat untuk mengetahui gejala yang
dibandingkan atau dilihat terjadi setelah diberikan
perubahannya. perlakuan.
Perlakuan Posttest
X 02 Kelompok Perlakuan Postest
Eksperimen X 02
Kontrol - 02
TRUE EXPERIMENTAL DESIGN

Pretest-posttest with control group Randomized salomon four group

Dalam rancangan ini dilakukan randomisasi, Rancangan ini dapat mengatasi


artinya pengelompokan anggota-anggota kelemahan aksternal validitas yang ada
kelompok kontrol dan kelompok pada rancangan randomized control
eksperimen dilakukan berdasarkan random. group pretest posttest. Rancangan
Kemudian dilakukan pretest (01) pada kedua salomon ini dapat mengatasi masalah
kelompok tersebut, dan diikuti intervensi (X) dengan menambah kelompok ke 3 (
pada kelompok eksperimen. Setelah dengan perlakuan, tanpa pretest) dan
beberapa waktu dilakukan posttest pada ke 4 ( tanpa perlakuan, tanpa pretest)
kedua kelompok tersebut.
Kelompok Pretest Perlakua Postest
Pretest Perlakuan n
Posttest (R) Eksperimen 01 X 02
(R)Eksperimen 01 X 02 (R) Kontrol 1 01 - 02
(R)Kontrol 01 - 02 (R) Kontrol 2 - X 02
(R) Kontrol 3 - - 02
TRUE EXPERIMENTAL DESIGN

Posttest only control group design

Rancangan ini memungkinkan peneliti mengukur


pengaruh perlakuan (intervensi) pada kelompok
eksperimen dengan cara membandingkan kelompok
tersebut dengan kelompok kontrol. Tetapi rancangan
ini tidak memungkinkan peneliti untuk menentukan
sejauh mana atau seberapa besar perubahan itu terjadi,
sebab pretest tidak dilakukan untuk menentukan data
awal.

Perlakuan Posttest
(R) Kelompok eksperimen X 02
(R) Kelompok Kontrol - 02
QUASY EXPERIMENTAL DESIGN
Control time series design
Time series design
Rancangan ini lebih
Ciri desain ini adalah grup yang menungkinkan adanya kontrol
digunakan tidak dapat dipilih secara terhadap validitas internal
random. Sebelum diberi perlakuan, grup sehingga keuntungan dari
diberi pretest sampai empat kali, dengan rancangan ini lebih menjamin
maksud untuk mengetahui kestabilan dan adanya validitas internal yang
kejelasan keadaan grup sebelum diberi tinggi.
perlakuan. Jika hasil pretest selama Pretest Perlakuan Posttest
empat kali ternyata nilainya berbeda-
beda, berarti grup tersebut dalam kondisi (R)Eksperimen 1 2 3 X 4 5 6 7
tidak stabil dan tidak konsisten. Setelah (R)Kontrol 1 2 3 X 4 5 6 7
kondisi tidak labil maka perlakuan dapat
mulai diberikan.
Pretest Perlakuan Posttest
1 2 3 4 X 5 6 7 8
QUASY EXPERIMENTAL DESIGN
Separated sample pretest posttest design
Non equivalent control group Pretest dilakukan terhadap sampel
yang dipilih secara acak dari populasi
Desain ini hampir sama dengan tertentu. Kemudian dilakukan intervensi
pretest-posttest control group design, pada seluruh populasi tersebut.
tetapi pada desain ini group Selanjutnya, dilakukan pengukuran
eksperimen maupun group kontrol kedua (posttest) pada kelompok
tidak dipilih secara random. sampel lain yang juga dipilih secara
acak dari populasi yang sama.
Pretest Perlakuan Posttest Pretest Perlakuan Posttest
Kel.Eksperimen 01 X 02
Kel. Kontrol 01 - 02 Kel.Eksperimen 01 X
Kel. Kontrol - X 02
Bentuk Studi Eksperimental
Education
Plan
1. Uji Klinis(clinical trial)

a. Uji terapeutik.
b. Uji intervensi.
c. Uji preventiv atau profilaksis.

2. Uji Komunitas (community trial)


Berupa studi eksperimental yang ditujukan pada sekelompok
masyarakat (bukan perorangan) untuk mengetahui efisiensi suatu
obat atau prosedur dalam menurunkan frekuensi penyakit yang
terjadi di masyarakat. Contohnya, studi pemberian zat fluorida pada
sumber air minum.
Faktor –faktor yang perlu diperhatikan

1. Variabel perancu (confounding variable).

seperti komparabilitas sampel, parameter standar


penilaian, dan lain sebagainya. Variabel perancu dapat
memengaruhi hasil penelitian. Variabel perancu ini dapat
dihilangkan antara lain dengan melakukan randomisasi
terhadap sampel peneiltian dan melakukan Standardisasi
dalam pengukuran dan penilaian hasil penelitian.
Lanjutan 2. Follow-up bias.
… Bias ini merupakan penyimpangan yang terjadi selama
melakukan follow-up. Bias ini disebabkan oleh sampel loss of control
yang menyebabkan komparabilitas antara kelompok studi dan
kontrol tidak sesuai lagi. Follow-up bias dapat dihilangkan dengan
cara menjaga jumlah sampel yang loss of control sekecil mungkin.

3. Bias observasi.
Bias ini merupakan penyimpangan yang terjadi selama
proses observasi pada pengukuran efek dan hasil pengobatan
penyakit dan dihilangkan dengan. cara melakukan single atau
double blind study.

4. Asosiasi antara dua variabel yang disebabkan oleh faktor


kebetulan.
Asosiasi antara faktor risiko dan outcome mungkin saja
terjadi karena faktor kebetulan. Untuk menghilangkannya, perlu
dilakukan uji hipotesis.
DESAIN STUDI PENELITIAN

Populasi
referen
Randomisasi

Outcome (+)
Kelompok
Studi Outcome (-)
Populasi
Eksperimen Outcome (+)
Kelompok
Kontrol Outcome (-)
Analisis Data

Outcome
Sampel Total
Positif Negatif
Kelompok
a b m1
Studi
Kelompok
c d m2
Kontrol
Total ni no t
Rumus :
• Kelompok Studi :
𝑎 𝑏
p1 = q1 =
𝑚1 𝑚1

• Kelompok Kontrol :
𝑐 𝑑
Keterangan :
p2 = q2 = p1 = Proporsi keberhasilan kelompok studi
𝑚2 𝑚2
P2 = Proporsi keberhasilan kelompok
Keefektifan = 100(1 – p1/p2) kontrol
q1 = (1-p1)
q2 = (1-p2)
Contoh Kasus

Penelitian mengenai tetanus neonatorum menemukan bahwa dikalangan


100 ibu hamil yang diberi imunisasi tetanus toksoid (kelompok studi),
terdapat 1 orang bayi yang mengalami tetanus neonatorum. Sedangkan,
pada 100 ibu hamil yang diberi plasebo (kelompok kontrol), sebanyak 10
bayi mengalami tetanus neonatorum. Pertanyaannya adalah berapa
persentase tingkat keberhasilan pemberian imunisasi tetanus toksoid dalam
menurunkan angka kesakitan bayi akibat penyakit tetanus ?
Jumlah kesakitan
Sampel Tetanus neonatorum Total
Ya Tidak
Kelompok 100
1(5,5) 99 (94,5)
Studi
Kelompok 100
10 (5,5) 90 (94,5)
Kontrol
Total 11 189 200
Education
Plan Perhitungan :
• Kelompok studi :
1 99
p1 = = 0,01 q1 = = 0,99
100 100

• Kelompok kontrol :
10 99
p1 = = 0,1 q1 = = 0,90
100 100

Keefektifan = 100(1 – p1/p2)


P1 = 0,01
E = 100(1 – 0,01/0,1) = 90 %
Rumus uji chi-square

Rumus :
𝒐 −𝒆 ²
𝒙=+ ෍
𝒆

Keterangan :
o = frekuensi observasi
e = frekuensi harapan

𝟏𝟏 𝒙 𝟏𝟎𝟎 𝟏𝟏𝟖𝟗𝒙 𝟏𝟎𝟎


= 𝟓, 𝟓 = 𝟗𝟒, 𝟓
𝟐𝟎𝟎 𝟐𝟎𝟎
Frekuensi ekspektasi :

(O - E) (O²/E)
1 -5,5 = -4,5 ( 4,5² / 5,5) = 3,681
99 - 94,5 =+4,5 ( 4,5² / 94,5) = 0,214
10 - 94,5 = +4,5 ( 4,5² / 5,5 ) = 3,681
90 -95,5 = -4,5 ( 4,5² / 94,5) = 0,214
0 X²= 7,79

a. Ho(hipotesis nol) : p1 = p2
HI (hipotesis alternatif) ; p1 # p2
b. Derajat kemaknaan (α) = 0,05
c. Daerah kritis penolakan X² > 3,841
d. Kesimpulan : X² hitung > 3,841
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN STUDI EKSPERIMENTAL

Kelebihan Studi Eksperimental


Kekurangan Studi Eksperimental
Kelebihan studi eksperimental lebih
banyak dibandingkan dengan
Kekurangan studi ini menyangkut
kekurangan yang ada. Uji
masalah-masalah yang berhubungan
eksperimental merupakan uji yang
dengan etika, rumit, mahal, dan
paling baik untuk menentukan
terkadang kurang praktis untuk
hubungan asosiasi antara faktor risiko
dan penyakit, serta dapat dilakukan.
menentukan etiologi penyakit.
Jurnal
SENAM KAKI MENINGKATKAN SENSASI SENSORIS
DIABETISI DENGAN
DIABETIC PERIPHERAL NEUROPATHY

Penelitian bertujuan untuk mengetahui


pengaruh senam kaki terhadap DPN
pada diabetisi.
Pendahuluan

Neuropati diabetik atau Diabetic Peripheral


Neuropathy (DPN) merupakan suatu tanda atau
gejala dari disfungsi saraf perifer pada diabetisi.

DPN mengakibatkan sensasi sensorik pada kaki menurun bahkan


hilang. Penurunan sensasi mengakibatkan pasien tidak mampu
mengontrol trauma, sehingga pasien mudah mengalami luka pada kaki
(ulkus diabetikum).
METODE

sampel penelitian 13 diabetisi di wilyah kerja


Puskesmas Ubud Sampel dipilih secara acak
sederhana

metoda quasi eksperimen, menggunakan


rancangan pre test post test without control
group design

Prosedur senam kaki mengacu pada senam kaki


yang ditetapkan oleh Perkeni tahun 2019. Senam
kaki dilaksanakan setiap dua hari selama 6
minggu

Data DPN menggunakan alat monofilament sehari


sebelum dan sehari sesudah perlakuan selesai. Data
dianalisis dengan uji t berpasangan pada dua sisi
dengan tingkat kemaknaan 5%.
Kode Jenis Kelamin Umur Alamat
001 Laki 66 Ubud Kelod
Br Tengah Kauh
002 Perempuan 62
003 Laki 70 Lodtunduh
004 Perempuan 50 Lodtunduh
005 Perempuan 45 Lodtunduh
006 Laki 53 Lodtunduh
007 Perempuan 60 Lodtunduh
008 Perempuan 79 Ubud Kelod
010 Perempuan 67 Lodtunduh
013 Perempuan 46 Tebesaya
014 Perempuan 70 Tebesaya
015 Perempuan 62 Bentuyung
016 Laki 65 Br Pd. Tegal Kaja

Tampak usia terendah 69,23% responden berjenis


diabetisi adalah 45 tahun. kelamin perempuan
Hasil pengukuran sebelum perlakuan
ditemukan bahwa rata-rata jumlah
titik yang mengalami DPN = 4,42
titik dari 20 titik pemeriksaan,
dengan Sd 3,58.

Responden yang paling parah


mengalami 13 titik DPN.
Sebagian besar (53,8%)
responden mengalami DPN pada
area metatarsal plantar, dan 46,2%
DPN terjadi pada ujung kaki
bawah. DPN terjadi pada salah
satu kaki atau kedua kaki.
METATARSAL PLANTAR
Hasil post test menemukan bahwa
seluruh (100%) diabetisi mengalami
peningkatan sensasi sensoris, dan
83,3% diantaranya terbebas dari DPN.
Hasil uji t berpasangan menemukan
nilai t = 3,802 dengan nilai p = 0,003,
sehingga disimpulkan bahwa senam
kaki dapat meningkatkan sensasi
sensoris pada diabetisi dengan DPN.

Senam kaki merupakan suatu aktivitas


yang meningkatkan aliran darah. Aliran
darah yang lancar mengakibatkan adanya
perbaikan pada pembuluh darah dan
system saraf Penelitian (24) menemukan
bahwa 73,3% diabetisi mengalami
peningkatan aliran darah setelah senam
kaki
KESIMPULAN

1. Jumlah titik yang mengalami DPN sebelum senam kaki = 4,42 titik dari 20 titik
pemeriksaan, dengan Sd 3,58.
2. Sebagian besar (92%) diabetisi mengalami DPN pada kaki kiri.
3. Seluruh (100%) diabetisi mengalami peningkatan sensasi sensoris setelah
senam kaki tiap 2 hari selama 6 minggu, dan 83,3% diantaranya terbebas dari
DPN.
4. Rata-rata jumlah titik yang masih mengalami DPN = 0,46 dengan Sd 1,24.
5. Hasil uji t berpasangan menemukan nilai t = 3,802 dengan nilai sig = 0,003.

Dengan demikian disimpulkan bahwa senam kaki dapat meningkatkan sensasi


sensoris pada diabetisi dengan DPN
DAFTAR PUSTAKA

Chandra,B., 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan.


Jakarta : EGC 01

Notoatmodjo,S., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta 02

Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta :


03
Bumi Aksara

Sukawana, Wayan, Ni Made Wedri , I Made Sukarja. Jurnal :


04
Senam Kaki Meningkatkan Sensasi Sensoris
Diabetisi Dengan Diabetic Peripheral Neuropathy
Thank You

Anda mungkin juga menyukai