Di susun oleh:
NUR AISAH
14901.07.20030
NIM :14901.07.20030
1. Definisi
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan
usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran
gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai
muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Adhi Djuanda, 2019).
Gastroentritis merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa
perubahan peningkatan volume, keenceran, dan frekuensi dengan atau
tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/ hari dan pada neonatus lebih
dari 4 kali/ hari. (Nancy, 2020).
Gastroentritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan
usus halus. Gastroentritis akut di tandai dengan diare, dan pada
beberapa kasus, munta-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan
elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit dan biasanya berlangsung kurang dari 14 hari (munaida,2018).
2. Etiologi
Menurut Ngastiyah (20019) penyebab terjadinya gastroenteritis ada 5
faktor, yaitu :
a. Faktor Infeksi adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama gastroentritis pada infeksi internal,
meliputi :
a) Infeksi bakteri
Vibrio, E Coli, Samonela, Shigella, Campylobachter, yersinia,
aeromonas dan sebagainya.
b) Infeksi virus
Ento (virus echo), coxsackie, poliomytis, adenovirus, rotavirus,
astovirus, dan lain-lain.
c) Infeksi parasit
Cacing, protozoo, dan jamur
b. Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat meliputi air di sakarida (intoleransi
lactora, maltose, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
friktosa, dan gluktosa), pada bayi dan anak yang terpenting dan
tersering intoleransi laktosa. Laktosa merupakan karbohidrat utama
dari susu (susu sapi mengandung 50 mg laktosa perliter). Maka pada
bayi dam balita diare intoleransi laktosa mendaat perhatian khusus.
Penyababnya karena pada bayi pembentukan enzim lipase yang
berfungsi memecah laktosa belum sempurna, sehingga
menyababkan bayi diare, dan lipase akan berfungsi optimal saat
berusia 4-6 bulan. Kondisi ini biasanya terjadi pada usia bayi 1-2
bulan dan tidak menyababkan berat badannya turun. Selain itu
malabsorbsi lemak dan protein.
c. Faktor Makanan
Makanan basi beracun dan alergi makanan.
d. Faktor Kebersihan
Penggunaan botol susu, air minum tercemar dengan bakteri tinja,
tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang
tinja atau sebelum mengkonsumsi makanan.
3. Anatomi Fisiologi.
Anatomi
Fisiologi
1) Anatomi sistem pencernaan
a. Mulut
2) Kolon asenden.
4) Kolon transversum.
(virus,bakteri, (basi,beracun,alergi
Masuk ke saluran cerna dan berkembang Masuk ke saluran cerna Tercemar bakteri
parasit) )
GASTROENTRITIS
Diare
Nafsu makan menurun
a. Pemeriksaan Feses
Tes tinja untuk mengetahui makroskopis dan mikroskopis, biakan kuman
untuk mengetahui kuman penyebab, tes resistensi terhadap berbagai antibiotik
serta untuk mengetahui pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi glukosa.
b. Pemeriksaan Darah
Darah perifer lengkap, analisa darah dan elektrolit (terutama Na, Ca,K dan P
serum pada diare yang disertai kejang), anemia dan dapat terjadi karena
malnutrisi/malabsorbsi tekanan fungsi sum-sum tulang (proses inflamasi kronis)
peningkatan sel-sel darah putih, pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah
untuk mengetahui faal ginjal.
c. Pemeriksaan elektrolit tubuh
Untuk mengetahui kadar Natrium, Kalium, Kalsium dan Bikarbonat.
d. Duodenal Intubation
Untuk mengetahui penyebab sevara kuantitatif dan kualitatif terutama pada
diare kronik.
e. Urinalisis dan kultur
Berat jenis bertambah karena dehidrasi: organisme shigella keluar melalui
urine
10. Penatalaksanaan
a. Medis
Menurut Sunanto (2019) penatalaksanaan medis pada pasien gastroenteritis
meliputi:
a) Pemberian cairan
Pemberian cairan pada pasien gastroenteritis dan memperhatikan derajat
dehidrasinya dan keadaan umum.
b) Pemberian cairan
Pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang cairan yang di berikan
peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na HCO3, KCL dan glukosa
untuk diare akut.
c) Cairan Parenteral
Sebenarnya ada beberapa jenis cairan yang di perlukan sesuai dengan
kebutuhan pasien, tetapi semuanya itu tergantung tersedianya cairan
setampat. Pada umumnya cairan Ringer Laktat (RL) di berikan tergantung
berat / ringan dehidrasi, yang di perhitungkan dengan kehilangan cairan
sesuai dengan umur dan berat badannya.
1) Dehidrasi Ringan
1 jam pertama 25 – 50 ml / kg BB / hari, kemudian 125 ml / kg BB /oral.
2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50 – 100 ml / kg BB / oral kemudian 125 ml / kg BB /hari.
3) Dehidrasi berat
1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit (inperset 1 ml
:20 tetes), 16 jam nerikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
d) Obat- obatan
Prinsip pengobatan diare adalah mengganti cairan yang hilang melalui
tinja dengan tanpa muntah dengan cairan yang mengandung elektrolit dan
glukosa / karbohidrat lain ( gula, air tajin, tepung beras, dsb).
1) Obat Anti sekresi
Asetosal, dosis 25 mg / ch dengan dosis minimum 30 mg.
Klorrpomozin, dosis 0,5 – 1 mg / kg BB / hari.
2) Obat spasmolitik
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin ekstrak beladora,
opium loperamia tidak di gunakan untuk mengatasi diare akut lagi, obat
pengeras tinja seperti kaolin, pectin,charcoal, tabonal, tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare sehingga tidak diberikan lagi.
3) Antibiotik
Umumnya antibiotik tidak diberikan bila tidak ada penyebab yang
jelas. Bila penyebabnya kolera, diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB /
hari. Antibiotic juga diberikan bila terdapat penyakit seperti OMA,
faringitis, bronchitis / bronkopeneumonia.
DIETIK
1. Umur > 1 tahun dengan BB>7 Kg, makanan padat atau makanan cair
atau susu.
2. Dalam keadaan malabsorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat
diberi elemen atau semi elemental formula.
3. Supportif : Vitamin A 200.000. IU/IM,usia 1-5 tahun.
b. Keperawatan.
Menurut Ngastiya (2019) penatalaksanaan keperawatan antara lain:
a) Rencanakan dan berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
b) Monitor tanda-tanda dehidrasi : penurunan kesadaran, takikardi, tensi turun,
anuria, keadaan kulit/turgor.
c) Hentikan makanan padat
d) Monitor tanda –tanda vital
e) Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
11. Masalah Keperawatan
a. Diare
b. Resiko ketidak seimbangan Cairan
c. Defisit Nutrisi
d. Gangguan integritas kulit
e. Hipertermi
f. Nyeri Akut
g. Ansietas
12. Asuhan Keperawatan
Asuhan Keperawatan secara Teori
A. Anamnesis (pengkajian)
1. Identitas
Perlu di perhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan.indsiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi. Hal ini membantu
menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang lebih besar. Indentitas
disini mencangkup nama, jenis kelamin,alamat, usia dll.
2. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan oleh klien saat pertama kali dilakukan pengkajian
klien mengatakan BAB lebih dari 3x, tinja semakin cair, muntah, bila kehilangan
banyak cairan dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu (RKD)
Pernah mengalami diare sebelumnya,pemakaian antibiotik atau jangka
panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi
makanan, ISPA, ISK, OMA campak
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
BAB warna kuning kehijauan, bercampur lendir dan darah atau lendir
saja.konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran: 3-5
hari(diare akut), lebih dari 7 hari (diare berkepanjangan),lebih dari 14 hari
(diare kronis).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Adalah salah satu keluarga yang mengalami diare
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel,lesu ,kesadaran menurun.
2) Tingkat kesadaran : composmentis
3) Berat badan : Biasanya terjadi penurunan berat badan
4) Tanda-Tanda vital
Tekanan darah : Biasanya tekanan darah klien meningkat
Suhu : Biasanya suhu klien hipotermi
Pernafasan : Biasanya pernafasan klien mengalami sesak nafas
Nadi : Biasanya klien mengalami peningkatan denyut nadi
5) Kepala:
Inspeksi: Mengamati bentuk kepala, adanya lesi, warna, kesimetrisan
Palapasi : Adanya oedema, atau nyeri tekan.
6) Rambut:
Inspeksi: mengamati warna (hitam), kebersihan, apakah ada ketombe
atau tidak.
Palpasi: tekstur (lembut kasar, tebal tipis), kekuatan pada rambut
7) Wajah:
Inspeksi: mengamati kesimetrisan wajah, lesi, bentuk wajah
Palpasi: adanya nyeri tekan, oedema
8) Mata:
Inspeksi: amati kesimitrisan, warna, lesi, sclera ikterik, pupil bulat,
konjungtiva pucat, sclera ikterik
Palpasi: kekenyalan pada mata nyeri tekan, benjolan (dilakukan
dengan menutup mata)
9) Hidung:
Inspeksi: amati adanya lesi, kesimetrisan, warna, bentuk khusus
hidung, adanya radang, adanya nafas cuping hidung
Palpasi: keenturan hidung, nyeri tekan.
10) Mulut:
Amati bibir: cyanosis, lesi, kering, sumbing.
Buka mulut pasien: kebersihan, bau mulut, lesi mukosa
Amati gigi: kebersihan gigi, karies gigi, gigi berlubang atau tidak, gigi
palsu
Minta pasien menjulurkan lidah: amati kesimetrisan, warna, lesi
Palpasi lidah: lakukan penekanan dengan menggunakan sudip lidah,
dengan meminta pasien membunyikan huruf “A”
11) Leher:
Inspeksi: amati bentuk, kesimetrisan, warna, lesi, biasanya tida
adanya pembesaran kelenjer thyroid
Palpasi: perikasa adanya benjolan, ukuran, tanda oliver (pada saat
denyut trakea tertarik ke bawah)
12) Paru-paru
Inspeksi : amati simetris kiri dan kanan, lesi, warna, frekuensi saat
bernafas (permenitnya) dan bentuk
Palpasi : melakukan takstil fremitus dengan mengatakan 77
Perkusi : terdapat bunyi sonor
Auskultasi : tidak terdapat bunyi wheezing ,ronchi dll (bunyi normalnya:
trakeal, bronchial, bronkovasikyler, vasikuler)
13) Jantung
Inspeksi : amati kesimitrisan pada kedua sisi, adanya lesi, warna
Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak, terdapat pembesaran pada
jantung
Perkusi : normalnya terdengar bunyi pekak saat diperkusi yang
untuk menentukan batas jantung
auskultasi : normalnya s1 (lub) dan s2 tunggal (dub), abnormalnya
terdapat bunyi s4 (gallop) sesudah bunyi dub
14) Perut/Abdomen
Inspeksi : warna, bentuk dan ukuran perut
Auskultasi: dengarkan suara bising usus normlanya adalah sebanyak
8-35 per menit
Palpasi : rasakan adanya nyeri tekan dan pembesaran hati
Perkusi : untuk menentukan suara timpani
15) Genetalia
Inspeksi: Biasanya keadaan dan kebersihan genetalia pasien baik..
16) Sistem integrumen (kulit dan kuku)
Inspeksi: biasanya tidak terdapat odem saat di amati dan kuku tidak
cyanosis atau ikterik
Palpasi: Rasakan adanya perubahan-perubahan pada kelembapan
atau turgor kulit serta lakukan CRT
17) Ekstermitas: kaji kekuatan otot .
e. Pola fungsi kesehatan
1) Pola Persepsi-Managemen Kesehatan
Menggambarkan Persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan
kesehatan menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan
kesehatan persepsi terhadap arti kesehatan, dan penatalaksanaan
kesehatan
2) Pola Nurtisi –Metabolik
Di awali dengan mual, muntah, anoreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
3) Pola Eliminasi
Pola eliminasi akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4
x sehari, BAK sedikit atau jarang.
4) Pola Aktivitas
Akan terganggu kondisi karena adanya distensi abdomen yang
akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
5) Pola Kognitif Perseptual
Menjelaskan Persepsi sensori dan kognitif. Pola persepsi sensori
meliputi pengkajian fungsi penglihatan, pendengaran, perasaan,
pembau dan kompensasinya terhadap tubuh.
6) Pola Istirahat-Tidur
Pola istirahat tidur akan terganggu karena adanya distensi
abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
7) Pola Konsep Diri
Pola konsep diri merupakan gambaran, peran, identitas, harga,
ideal diri pasien selama sakit.
8) Pola Peran dan Hubungan
Menggambarkan dan mengetahui hubungan dan peran klien
terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal klien
Pekerjaan.
9) Pola Reproduksi/Seksual
Menggambarkan kepuasan atau masalah yang actual atau
dirasakan dengan seksualitas. Dampak sakit terhadap seksualitas,
riwayat haid,pemeriksaan mamae sendiri, riwayat penyakit hub sex.
10) Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stres )
Menggambarkan kemampuan untuk menanngani stress dan cara
individu dalam menghadapi suatu masalah.
B. Diagnosa keperawatan
a. Diare berhubungan dengan proses infeksi
b. Resiko ketidak seimbangan Cairan
c. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
d. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis
e. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)
f. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera fisik
g. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3.INTERVENSI
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat
2 Keseimbangan Cairan Manajemen Cairan
Resiko ketidak
seimbangan Cairan Observasi
Indikator 1 2 3 4 5
a. Disfungsi intestinal Asupan Cairan 1. Monitor status hidrasi