Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPAUTIK KEPERAWATAN

PADA LANSIA

Dosen Pengampu : Ns.Nuria Muliani, M.Kep, Sp.Kep.J

Kelompok I

Semester 3B:

1. A’TINI NISA’ATUL KHAMIDAH


2. ADINDA RIZKI HEVEANA
3. ALDI SETIADI
4. ANA KUSMEIKA YANTI
5. ANISA FITRI
6. ANNISA DWI AGUSTIN
7. AYU PUTRI FATIKHATUN
8. DAHLIA ANGGRANI
9. DENDI MEIRINDO

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG

2021
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi adalah suatu interaksi antara perawat dan pasien, perawat dan profesional

kesehatan lain, serta perawat dan komunitas. Proses interaksi manusia terjadi melalui komunikasi

verbal dan non verbal, tertulis dan tidak tertulis, terencana dan tidak terencana. Agar perawat efektif

dalam berinteraksi, mereka harus memiliki ketrampilan komunikasi yang baik. Mereka harus

menyadari kata-kata dan bahasa tubuh yang mereka sampaikan pada orang lain. Ketika perawat

mengemban peran kepemimpinan, mereka harus menjadi efektif, baik dalam ketrampilan komunikasi

verbal maupun komunikasi tertulis (Kathleen, 2007).

Komunikasi yang jelas dan tepat penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang efektif,

dan ini adalah tantangan yang unik dalam bidang perawatan kesehatan saat ini. Banyak tantangan

dalam memberikan perawatan untuk pasien, adanya diversitas budaya dan bahasa juga menjadi

tantangan dalam bekerja dengan kolega. Komunikasi yang jelas mengenai perawatan dan mengenai

informasi klien sama pentingnya, baik dalam bentuk interaksi verbal maupun non verbal (Kathleen,

2007).

Komunikasi terapeutik sangat dibutuhkan oleh lanjut usia mengingat lanjut usia sangat

sensitif dan perawat harus menerapkan pola komunikasi terapeutik dengar benar agar para lanjut

usia merasa nyaman atas pelayanan yang diberikan oleh perawat dan merasa puas dan bahagia

tinggal dipanti sosial, karena diperkirakan jumlah lanjut usia akan naik cukup signifikan baik di

negara maju maupun di negara berkembang hal ini tentu saja merupakan tugas dari perawat

untuk memaksimalkan asuhan keperawatan mulai dari tahap pra interaksi, tahap orientasi, tahap

kerja, dan tahap terminasi, jika perawat tidak melakukan komunikasi teraupetik dengan baik

kepada lanjut usia maka akan tercipta kondisi yang tidak nyaman terutama bagi lanjut usia.
Klien dapat merasakan puas ataupun tidak puas apabila klien sudah mendapatkan pelayanan

kesehatan yang diberikan petugas, baik yang bersifat fisik, kenyamanan dan keamanan serta

komunikasi terapeutik yang baik. Data hasil lanjut usia yang tidak puas dengan komunikasi

terapeutik perawat pada tahap oreintasi (19,4%), tahap kerja (35,2%), dan tahap terminasi

(42,6%), untuk data kepuasan terhadap pelayanan keperawatan lanjut usia yang tidak puas

sebanyak (33,3%). Darmawan, (2009). Perawat yang memiliki keterampilan dalam melakukan

komunikasi terapeutik tentu saja bisa mencegah terjadinya kesalapahaman antara klien hal ini

tentu saja menjalin hubungan baik dengan klien. Komunikasi terapeutik sangat penting

diterapkan oleh perawat pada lanjut usia terutama yang tinggal di panti sosial, karena mereka

harus memerlukan pelayanan yang maksimal.

Word Health Organization WHO (2010) mencatat bahwa dari tahun 2000 sampai 2050, populasi

penduduk dunia yang berusia 60 tahun ke atas lansia akan menjadi lebih dari tiga kali lipat. Dan

diperkirakan, pada tahun 2050, sekitar 80% orang tua akan hidup di negara-negara berkembang.

Sehingga, di tahun 2050, kita akan benar-benar melihat begitu banyak lansia yang justru hidup di

perkotaan negara-negara berkembang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas maka rumusan masalah yang dapat diangkat yaitu adakah

hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pelayanan keperawatan

pada lanjut usia.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan pelayanan

keperawatan pada lanjut usia


2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pelaksanaan komunikasi terapeutik

b. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelayanan keperawatan pada lanjut usia

c. Untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan

pelayanan keperawatan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN KUMUNIKASI TERAPAUTIK


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung maupun tidak
langsung, baik secara verbal dan nonverbal (Lestari, 2013).
Komunikasi terapeutik merupakan cara untuk membina hubungan terapeutik antara perawat
dengan klien. Proses komunikasi terjadi karena adanya penyampaian informasi yang dapat
digunakan sebagai alat yang efektif dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien.
Pembelajaran tentang komunikasi terapeutik pada mahasiswa bertujuan agar mahasiswa
keperawatan memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik dan mudah menjalin
hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan
professional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan, tetapi
yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap
sesama manusia (Rahil, 2012).

B. PENTINGNYA KOMUNIKASI TERAPAUTIK YANG EFEKTIF

Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap,
hubungan yang baik. Komunikasi juga menciptakan rasa saling mengerti dan saling percaya
demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dan orang lain pada saat berkomunikasi
(Nugroho, 2012)

Komunikasi terapeutik yang efektif dianggap penting dimana keterampilan komunikasi


terapeutik selalu digunakan oleh semua tenaga kesehatan sehingga perlu menguasai komunikasi
terapeutik terutama dalam praktik klinik supaya dapat meningkatkan kualitas dan efisiensi
pelayanan (Pinto et al., 2012).
C. KOMUNIKASI TERAPAUTIK PADA LANSIA

Komunikasi terapeutik yang akan dilakukan dengan lanjut usia harus lebih memperhatikan
tingkat kebisingan yang minimum, hindari berbicara yang terlalu keras atau berteriak dan
usahakan suara perawat dapat terdengar oleh lanjut usia, mereka lebih senang jika kita
mendengarkan apa yang di ungkapkannya (Damaiyanti, 2010).
Lanjut usia dapat merasakan senang ataupun tidak senang apabila lanjut usia sudah
mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan petugas, kenyamanan dan keamanan serta
komunikasi terapeutik yang baik. Data hasil dengan lanjut usia yang tidak puas dengan
komunikasi terapeutik perawat pada tahap oreintasi (19,4%), tahap kerja (35,2%), dan tahap
terminasi (42,6%). Perawat yang memiliki keterampilan dalam melakukan komunikasi
terapeutik tentu saja bisa mencegah terjadinya kesalapahaman antara lanjut usia, hal ini tentu
saja untuk menjalin hubungan yang baik dengan lanjut usia. Komunikasi terapeutik sangat
penting diterapkan oleh perawat pada lanjut usia untuk berkomunikasi (Rosihan, 2012).
Menurut Ilham (2014) melalui komunikasi terapeutik antara perawat dengan lanjut usia untuk
dapat mengetahui bagaimana cara membentuk hubungan yang baik, yang dapat menciptakan
rasa nyaman kepada lanjut usia. Efektivitas komunikasi yang dilakukan pada lanjut usia tidak
semuanya dikatakan efektif walaupun pelaksanaannya sudah baik (Muhith,2016).

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT KOMUNIKASI TERAPAUTIK

Terdapat beberapa faktor yang menghambat komunikasi terapeutik diantaranya adalah lingkungan,
emosi, persepsi, nilai, jenis kelamin, citra diri, kondisi fisik, perkembangan pengetahuan, dan latar
belakang sosial budaya (Damaiyanti, 2010).
Faktor yang paling penting yang digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara

mahasiswa dan lanjut usia adalah dengan berkomunikasi. Proses komunikasi antara mahasiswa

keperawatan dan lanjut usia untuk memelihara kepercayaan antara lanjut usia dengan

mahasiswa. Salah satu terapi yang dapat digunakan untuk proses penyembuhan pada lanjut usia

adalah dengan memberikan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi

yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan

pasien. Pada saat berkomunikasi dengan lanjut usia mahasiswa harus menggunakan komunikasi

terapeutik dengan cara sentuhan, pertahankan kontak mata, lihat bagaimana body langwich dari
lanjut usia dan dekati lanjut usia pada saat berkomunikasi agar komunikasi yang disampaikan

oleh mahasiswa dapat diterima dan dimengerti oleh lanjut usia (Damaiyanti, 2010).

Permasalahan yang sering dijumpai pada saat komunikasi terapeutik dengan lanjut usia
adalah lanjut usia yang tidak mau untuk berkomunikasi terapeutik dengan mahasiswa, pesan
yang disampaikan oleh mahasiswa kepada lanjut usia tidak dimengerti, terjadi penolakan dari
lanjut usia untuk komunikasi terapeutik, pembicaraan lanjut usia yang tidak dimengerti oleh
mahasiswa dan terjadi miscommunication anatara mahasiswa dan lanjut usia. Dari permasalahan
– permasalahan tentang komunikasi terapeutik mahasiswa keperawatan dengan lanjut usia harus
segera ditangani agar komunikasi yang disampaikan oleh mahasiswa kepada lanjut usia tidak
terjadi miscommunication sehingga komunikasi terapeutik yang diberikan oleh mahasiswa
kepada lanjut usia dapat dilakukan dengan baik (Damaiyanti, 2010).
BAB III
STRATEGI PELAKSANAAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

PROSES KEPERAWATAN
A. Kondisi klien
DS : Klien mengatakan sering sakit kepala
DO : klien tampak
penyebab hipertensi
Tujuan memegangi kepala
TD : 160/90

B. Diagnosa Keperawatan
Kurang pengetahuan b/d faktor penyebab hipertensi

C. Tujuan
Meningkatkan pengetahuan klien terkait faktor resiko hipertensi

D. Intervensi
Edukasi klien mengenai faktor resiko hipertensi

STRATEGI KOMUNIKASI
A. Orientasi
1. Salam
Assalamualaikum ibu, selamat pagi…
2. Perkenalan
Bu saya perawat dahlia ayu fitri biasa di panggil ayu…
Baik dengan ibu siapa ya?
Ibu suka dipanggil siapa?
3. Validasi/evaluasi
Apa yang ibu keluhkan saat ini?
Sudah berapa lama ibu merasakannya?

4. Kontrak
Baik bu, kalau begitu saya akan menensi ibu kurang lebih waktunya 10 menit
disini saja..
5. Tujuan
Jadi saya akan menensi ibu untuk mengetahui apakah tekanan darah ibu normal
atau tidak dan nanti akan saya berikan obat pada ibu ..

B. Kerja
Baik bu, saya akan menensi ibu, apakah ibu bersedia?
Ibu bisa menahan nya sebentar ya bu, karena akan ada sedikit nyeri tekan ?

C. Terminasi
1. Evaluasi subyektif
Bagaimana ibu setelah saya tensi tekanan darah ibu, apa yang ibu rasakan?
2. Evaluasi obyektif
Baik bu, jadi saya sudah menensi tekanan darah ibu dan hasilnya tekanan darah
ibu 160/90 mmHg..
3. RTL/ PR untuk klien
Iya bu, jadi tekanan darah ibu tinggi..
Bagaimana masakan ibu sehari-harinya bu apakah suka dengan yang asin-asin?
Ya bu.. jadi garam yang berlebih itu dapat menyebabkan tekanan darah tinggi bu..
Jadi ibu harus mengurangi makanan yang kandungan garamnya cukup banyak ya
bu, seperti contohnya ikan asin
4. Kontrak
Baik bu, saya akan ambilkan obatnya. Jika nanti sudah tiga hari ibu masih
merasakan pusing, ibu bisa kembali kesini ya bu untuk dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut..
BAB IV
PENUTUP

A. Evaluasi Komunikasi Terapautik Pada Lansia


1. Hambatan
a. Klien datang diruangan pemeriksaan seorang diri, sehingganya untuk memberikan edukasi
dan aturan minum obat harus benar-benar tersampaikan dengan baik pada klien
b. Nada pembicaraan harus sedikit keras dari perawat dan perawat harus mendekatkan diri saat
melakukan komunkasi terapautik pada lansia karena pendengaran klien yang sudah menurun

2. Kelancaran
a. Klien dapat berbicara dengan Bahasa Indonesia, sehingga perawat tidak begitu kesulitan saat
melakukan komunikasi terapautik pada klien saat tidak ada pendamping klien / perawat
penerjemah bahasa
b. Klien dapat menerima dengan baik saat diberi edukasi oieh perawat

B. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian dalam dunia keperawatan khususnya pada komunikasi dalam keperawatan dan

gerontik dengan komunikasi terapeutik mahasiswa keperawatan dengan lanjut usia.

2. Manfaat Praktis

Dari hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai sumber informasi dan sebagai ilmu pengembangan
dalam dunia keperawatan khususnya pada komunikasi dalam keperawatan dan gerontik dengan
komunikasi terapeutik mahasiswa keperawatan dengan lanjut usia.
a. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini digunakan sebagai acuan untuk bahan evaluasi dalam pemahaman tentang
komunikasi terapeutik mahasiswa keperawatan dengan lanjut usia
b. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitin ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menyampaikan informasi mengenai salah
satu upaya tentang komunikasi terapeutik mahasiswa keperawatan dengan lanjut usia.
c. Bagi Pendidikan Keperawatan

Dari hasil penelitian ini bagi pendidikan keperawatan diharapkan lebih memperbanyak literatur –
literatur dan penelitian mengenai komunikasi dalam keperawatan dan keperawatan gerontik.

Anda mungkin juga menyukai