Anda di halaman 1dari 3

Bangun Generasi yang Sehat dan Bangsa yang Bermartabat

Perkenalkan saya yassir hafizah dari sekolah yang cukup besar di daerah saya yaitu MAN 1
Padang Pariaman.Saya lahir di kabupatenpadang pariaman. Memang benar jika ada yang
mengatakan kehidupan itu sepertiair yang mengalir. Bagi saya kehidupan memang seperti itu,
terkadang kita berada di posisi atas, tengah, maupun bawah.

Saya lahir dalam keluarga yang kurang berkecukupan, baik untuk makan maupun
pendidikanWaktu kecil saya selalu kesusahan dalam menjalani pendidikan dan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan dengan makan makanan yang bergizi. Waktu itu adik
pertama sedang berumur dua tahun. Mau tidak mau orang tua kami harus bekerja dari pagi
hingga malam untuk memenuhi kebutuhan gizi kami, hal tersebut dikarenakan susah nya
kehidupan kami pada masa itu.

Mungkin dulu saya belum menyadari arti pentingnya pendidikan, namun beruntung, saya
masih bisa melanjutkan pendidikan, meskipun kurang maksimal dikarenakan harus berbagi
kebutuhan dengan adik saya yang saat itu juga mau menempuh pendidikansetelah kami
beranjak dewasa.

Pada waktu itu pemandangan anak kecil yang tidak sekolah dan kurang gizi nya sudah
menjadi hal yang biasa di kalangan masyarakat dahulu. Kenapa saya mengatakan demikian?
Ya karena saya memiliki beberapa teman kecil dan adik-adik yang kurang lebih senasib.

Setelah lulus dari SMP saya melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah Negeri. Saya percaya
pada masa ini Allah menjawab do’a keluarga kami. Saya bertemu dengan “Pak Syakir” salah
satu wakil kesiswaan di madrasah, melalui beliau saya mendapatkan bantuan modal dan
pendidikan dari sekolah. Sejak saat itu saya mulai sadar untuk berubah ke masa depan yang
lebih baik dikarenakan penting nya pendidikan dan banyak nya orang-orang baik disekitar
saya.
Ridlo Allah mengantarkan saya kepada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Duduk di
bangku kuliah saya mendapatkan bantuan dari pemerintah yang saya sebut KIP-K. Pada masa
itu saya merasa kehidupan semakin cerah. Bagaimana tidak? Itulah awal mula tonggak
keberhasilan akan dimulai.

Hal yang paling tidak terpikirkan adalah saya dapat mengenyam pendidikan tinggi di salah
satu perguruan tinggi negeri, yaitu Universitas Indonesia. Tentu saja saya dapat masuk  UI
dibantu oleh banyak pihak. Ketika daftar ulang saya diantar oleh “Kak Alya”senior dahulu
disekolah yang mendapatkan beasiswa yang sama dengan saya. Bahkan biayanya juga
dibantu oleh pemerintah, melalui beasiswa KIP-K dan kemudian saya mendapat kesempatan
untuk mengikuti berbagai organisasi penting di universitas tersebut

Dalam kehidupan saya banyak sekali pihak yang telah berkontribusi membantu saya. Baik itu
keluarga, teman, masyarakat, maupun pemerintah. Merenungkan hal tersebut saya merasa
malu. Apa pantas saya mendapatkan semua hal tersebut? Mungkin salah satu hal yang dapat
saya lakukan adalah “Memantaskan Diri”dan “kembali memperbaiki generasi sekarang “.

Dalam proses “Memantaskan diri” di masa kuliah saya bergabung dengan Organisasi daerah
“Ikatan Mahasiswa indonesia”. Kami menjalankan Program Kerja untukmeningkatkan gizi
generasi muda, dan juga dalam bidang pendidikan, sosial, ekonomi, maupun budaya. Apa
sudah pantas? Belum! akhirnya saya juga bergabung sebagai relawan panitia di “program
kerja ahli gizi indonesia” dengan kegiatan berbagi Inspirasi kepada anak-anak SD di daerah
pinggiran melalui profesi. Apa sudah pantas? Sayangnya belum. Masih dalam rangka
“Memantaskan diri”, sembari kuliah saya juga menyempatkan untuk mengikuti organisasi
maupun komunitas. Organisasi yang saya ikuti adalah “ikatan para mahasiswa(IPM)”.
Sedangkan komunitas yang saya ikuti adalah “Social Studies Learning Society (S2LS)”, ).
Melalui IPM saya dapat belajar bagaimana cara menampung aspirasi mahasiswa lantas
merealisasikannya. Melalui S2LS saya dapat belajar bagaimana cara saling berbagi ilmu
pengetahuan.
Apa semua hal yang sudah saya lakukan melalui organisasi maupun komunitas sudah
membuat diri saya menjadi “Pantas” menerima semua kebaikan yang saya dapatkan dari
pihak-pihak di sekitar saya? Sungguh sangat tidak etis jika saya mengartikan arti sebuah
“kepantasan” hanya berdasarkan hal tersebut. Karena pantas atau tidak pada hakikatnya
bukan diri kita masing-masing yang menilainya, melainkan pihak lain yang memberikan
penilaian tersebut.

Sebagai salah satu lulusan sarjana gizi saya berharap kualitas Sumber Daya Manusia dan gizi
warga negara Indonesia dapat terus meningkat. Saya sadar, tanpa menempuh pendidikan saya
tidak akan pernah sampai pada tahap menulis essay ini. Oleh karena hal tersebut dengan
meningkatkan kualitas diri, saya bertekad untuk bersama memajukan Indonesia melalui
Peningkatan Sumber Daya Manusia dan gizi warga negara Indonesia. Jika saat ini di mata
negara lain Indonesia masih merupakan negara berkembang, itu karena masih berada di
bawah, tapi kita harus ingat,air itu mengalir dimana tujuan kita akan sampai pada titik terbaik
dan terus mengalir , akan tiba saatnya kita berada ditempat yang indah, dan saya percaya,
bersama kita bisa membawa Indonesia menjadi negara maju yang disegani bangsa
lain.”Inilah kontribusi saya untuk bangsa dan generasi yang lebih baik kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai