Anda di halaman 1dari 5

Pembelajaran AKidah Akhlak MI

Nama :Firman Aulia Ramadhan

Kelas :d2

NIM :T20184056

A. Pembelajaran Aqidah Akhlak MI dengan Model Blanded Learning


1. Pembelajaran Aqidah Akhlak MI
Pembelajaran Aqidah Akhlak MI Merupakan Upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani
Allah SWT dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan
sehari hari melalui kegiatan bimbingan, pengajarn, latihan, penggunaan pengalamn,
keteladanan dan pembiasaan.
Pembelajaran Aqidah Akhlak yang merupakan bagian dari pendidikan agama
islam yang lebih mengedepankan aspek efektif, baik nilai ketuhanan maupun
kemanusiaan yang hendak ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kedalam peserta
didik sehingga tidak hanya berkonsentrasi pada persoalan teoritis yang bersifat
kognitif semata,tetapi sekaligus juga mampu mengubah pengetahuan aqidah akhlak
yang bersifat kognitif menjadi bermakna dan dapat diinternalisasikan serta
diaplikasikan kedalam perilaku sehari-hari.
2. Model Pembelajaran Blended Learning
Blended Learning merupakan proses pembelajaran yang memadukan
pertemuan pembelajaran tatap muka dan online. Blended Learning secara
terminologis menekankan pada penggunaan internet dalam mengirim serangkaian
solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.Dalam hal ini
pembelajaran harus menyediakan kemudahan dalam berkomunikasi dan
berkolaborasi atau disebut dengan diskusi grup yang disediakan dalam bentuk
aplikasi yang ada di dunia internet seperti email, WhatsApp, Google Classroom dan
lain-lain.
Blended Learning memberikan kesempatan yang terbaik untuk belajar dari kelas
transisi ke E-learning. Blended Learning melibatkan Kelas ( Tatap Muka ) dan belajar
online. Sehingga model Blended Learning ini memungkinkan peningkatan diskusi
atau meninjau informasi diluar ruang kelas, serta pembelajaran dapat dilakukan
dimana saja dan kapan saja menggunakan internet. Siswa dapat mengakses
internet secara leluasa dan dituntut dapat belajar secara mandiri karena bahan
ajarnya sudah tersimpan secara online.
3. Karakteristik Blended Learning
Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan komputer,
walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended). Terjadinya
pembelajaran, awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi antara pengajar dan
pelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru memanfaatkan media cetak.
Pada saat ditemukan media audio visual, sumber belajar dalam pembelajaran
mengombinasi antara pengajar, media cetak, dan audio visual. Namun blended
learning muncul setelah berkembangnya teknologi informasi sehingga sumber dapat
diakses oleh pembelajar secara offline maupun online. terdapat lima karakteristik
untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan blended learning :
I. Pembelajaran Tatap Muka
Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructorled instruction) secara
sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun
waktu
sama tapi tempat berbeda (virtual classroom). Bagi beberapa orang
tertentu,
pola pembelajaran langsung seperti ini masih menjadi pola utama.
Namun demikian, pola pembelajaran langsung inipun perlu didesain
sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan. Pola ini, juga
bisa saja mengkombinasikan teori behaviorisme, kognitif dan
konstruktivisme sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna.
II. Pembelajaran Mandiri
Yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran mandiri (selfpaced learning)
yang memungkinkan peserta belajar kapan saja, dimana saja dengan
menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus
untuk belajar mandiri baik yang bersifat textbased maupun multimedia
based (video, animasi, simulasi, gambar,audio, atau kombinasi dari
kesemuanya). Bahan belajar tersebut, dalam konteks saat ini dapat
disampaikan secara online (melalui web maupun melalui mobile device
dalam bentuk: streaming audio, streaming video, dan ebook) maupun
offline (dalam bentuk CD, dan cetak).
III. Kerja sama
Mengkombinasikan baik pendidik maupun peserta didik yang kedua-duanya
bisa lintas sekolah. Dengan demikian, perancang blended learning harus
meramu bentukbentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar teman sejawat
atau kolaborasi antar peserta didik dan pendidik melalui tooltool komunikasi
yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email,
website/webblog, dan mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan
untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui proses
sosial atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi,
problem solving dan projectbased learning.
IV. Penilaian
Dalam blended learning, perancang harus mampu meramu kombinasi
jenis penilaian baik yang bersifat tes maupun nontes, atau tes yang lebih
bersifat otentik (authentic assessment/portfolio). Disamping itu, juga perlu
mempertimbangkan ramuan antara bentukbentuk assessmen online dan
assessment offline. Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas
peserta belajar mengikuti atau melakukan penelitian tersebut.
V. Aplikasi
Jika kita ingin mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam
kelas dan tatap muka virtual, perhatikan sumber daya untuk mendukung hal
tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam
bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta
belajar baik secara offline (dalam bentuk CD, MP3 dan DVD) maupun secara
online. Jika pembelajaran dibantu dengan suatu Learning/Content
Management System (LCMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini
telah terinstal dengan baik dan mudah diakses
4. Kelebihan dan kelemahan Model Blended Learning
A. Kelebihan :
1) Pembelajaran lebih efektif dan efisien
2) Peserta mudah dalam mengakses materi pembelajaran
3) Peserta didik leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri
4) Memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara online
5) Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan guru atau peserta didik lain di
luar jam tatap muka
6) Pengajar tidak terlalu banyak menghabiskan tenaga untuk mengajar
7) Menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet
B. Kelemahan :
1) Sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.
2) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta.
3) Akses internet yang tidak merata di setiap tempat.
4) Pengajar perlu memiliki keterampilan dalam menyelenggarakan elearning.
5) Pengajar perlu menyiapkan referensi digital sebagai acuan peserta didik dan
referensi digital yang terintegrasi dengan pembelajaran tatap muka.
6) Diperluken strategi pembelajaran oleh pengajar untuk memaksimalkan
potensi blended learning.
5. Penerapan Model Pembelajaran Blended Learning pada mata pelajaran Aqidah
Akhlak MI
Aqidah akhlak merupakan mata pelajaran yang tidak hanya memberikan
pengetahuan kepada peserta didik, melainkan juga memberikan pengalaman dalam
hal interaksi dengan lingkungan sekitar, agar menjadi pribadi yang lebih baik. Karena
pada prinsipnya, pendidikan aqidah akhlak itu membentuk pribadi yang lebih baik,
bukan hanya pandai dalam hal pedagogik/ pengetahuan saja, melainkan juga
paham dan peka terhadap unsur afektif dan psikomotorik.
Proses penerapan model blended learning pada mata pelajaran aqidah akhlak
MI ini dilakukan dengan menggabungkan proses pembelajaran secara online dan
tatap muka, yang mana dalam pembelajaran itu sendiri terdiri dari beberapa
komponen yang harus disiapkan, yaitu tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media,
peserta didik dan pendidik dan evaluasi. Ketika pembelajaran dilakukan secara
online, maka peran dan kerja sama guru dengan orang tua sangat perlu untuk
membantu memantau serta mendampingi anak-anak ketika pembelajaran secara
online. Hal pertama yang dapat dilakukan orang tua adalah membantu memastikan
siswa hadir dalam kelas online sesuai dengan jadwal. Hal kedua adalah membantu
anak-anak untuk mempelajari materi, orang tua dapat memanfaatkan ruang-ruang
konsultasi pembelajaran yang dibuka oleh sekolah, sehingga apabila ada materi
pelajaran yang belum dipahami, guru kemudian akan memberikan video tutorial
untuk dipelajari atau mungkin dibahas pada pertemuan selanjutnya. Hal ketiga
adalah guru harus mampu menyajikan pembelajaran terencana dan efektif dalam
keterbatasan waktu dan selalu memberikan penguatan karakter terhadap siswa.
Sedangkan ketika menggunakan pembelajaran secara tatap muka, maka siswa
seperti biasa datang kesekolah dan belajar dikelas dan bertemu langsung dengan
guru dan teman-temannya. Dan penilaiannya secara langsung mengacu kepada
sikap, perilaku dan partisipasi aktif siswa ketika mengikuti pembelajaran dikelas.

Anda mungkin juga menyukai