A. Pembelajaran Aqidah Akhlak MI dengan Model Blanded Learning
1. Pembelajaran Aqidah Akhlak MI Pembelajaran Aqidah Akhlak MI Merupakan Upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari hari melalui kegiatan bimbingan, pengajarn, latihan, penggunaan pengalamn, keteladanan dan pembiasaan. Pembelajaran Aqidah Akhlak yang merupakan bagian dari pendidikan agama islam yang lebih mengedepankan aspek efektif, baik nilai ketuhanan maupun kemanusiaan yang hendak ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kedalam peserta didik sehingga tidak hanya berkonsentrasi pada persoalan teoritis yang bersifat kognitif semata,tetapi sekaligus juga mampu mengubah pengetahuan aqidah akhlak yang bersifat kognitif menjadi bermakna dan dapat diinternalisasikan serta diaplikasikan kedalam perilaku sehari-hari. 2. Model Pembelajaran Blended Learning Blended Learning merupakan proses pembelajaran yang memadukan pertemuan pembelajaran tatap muka dan online. Blended Learning secara terminologis menekankan pada penggunaan internet dalam mengirim serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.Dalam hal ini pembelajaran harus menyediakan kemudahan dalam berkomunikasi dan berkolaborasi atau disebut dengan diskusi grup yang disediakan dalam bentuk aplikasi yang ada di dunia internet seperti email, WhatsApp, Google Classroom dan lain-lain. Blended Learning memberikan kesempatan yang terbaik untuk belajar dari kelas transisi ke E-learning. Blended Learning melibatkan Kelas ( Tatap Muka ) dan belajar online. Sehingga model Blended Learning ini memungkinkan peningkatan diskusi atau meninjau informasi diluar ruang kelas, serta pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja menggunakan internet. Siswa dapat mengakses internet secara leluasa dan dituntut dapat belajar secara mandiri karena bahan ajarnya sudah tersimpan secara online. 3. Karakteristik Blended Learning Pembelajaran berbasis blended learning dimulai sejak ditemukan komputer, walaupun sebelum itu juga sudah terjadi adanya kombinasi (blended). Terjadinya pembelajaran, awalnya karena adanya tatap muka dan interaksi antara pengajar dan pelajar, setelah ditemukan mesin cetak maka guru memanfaatkan media cetak. Pada saat ditemukan media audio visual, sumber belajar dalam pembelajaran mengombinasi antara pengajar, media cetak, dan audio visual. Namun blended learning muncul setelah berkembangnya teknologi informasi sehingga sumber dapat diakses oleh pembelajar secara offline maupun online. terdapat lima karakteristik untuk melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan blended learning : I. Pembelajaran Tatap Muka Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructorled instruction) secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (virtual classroom). Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung seperti ini masih menjadi pola utama. Namun demikian, pola pembelajaran langsung inipun perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai kebutuhan. Pola ini, juga bisa saja mengkombinasikan teori behaviorisme, kognitif dan konstruktivisme sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna. II. Pembelajaran Mandiri Yaitu mengkombinasikan dengan pembelajaran mandiri (selfpaced learning) yang memungkinkan peserta belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik yang bersifat textbased maupun multimedia based (video, animasi, simulasi, gambar,audio, atau kombinasi dari kesemuanya). Bahan belajar tersebut, dalam konteks saat ini dapat disampaikan secara online (melalui web maupun melalui mobile device dalam bentuk: streaming audio, streaming video, dan ebook) maupun offline (dalam bentuk CD, dan cetak). III. Kerja sama Mengkombinasikan baik pendidik maupun peserta didik yang kedua-duanya bisa lintas sekolah. Dengan demikian, perancang blended learning harus meramu bentukbentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar teman sejawat atau kolaborasi antar peserta didik dan pendidik melalui tooltool komunikasi yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email, website/webblog, dan mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui proses sosial atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving dan projectbased learning. IV. Penilaian Dalam blended learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis penilaian baik yang bersifat tes maupun nontes, atau tes yang lebih bersifat otentik (authentic assessment/portfolio). Disamping itu, juga perlu mempertimbangkan ramuan antara bentukbentuk assessmen online dan assessment offline. Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan penelitian tersebut. V. Aplikasi Jika kita ingin mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatap muka virtual, perhatikan sumber daya untuk mendukung hal tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik secara offline (dalam bentuk CD, MP3 dan DVD) maupun secara online. Jika pembelajaran dibantu dengan suatu Learning/Content Management System (LCMS), pastikan juga bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik dan mudah diakses 4. Kelebihan dan kelemahan Model Blended Learning A. Kelebihan : 1) Pembelajaran lebih efektif dan efisien 2) Peserta mudah dalam mengakses materi pembelajaran 3) Peserta didik leluasa untuk mempelajari materi pelajaran secara mandiri 4) Memanfaatkan materi-materi yang tersedia secara online 5) Peserta didik dapat melakukan diskusi dengan guru atau peserta didik lain di luar jam tatap muka 6) Pengajar tidak terlalu banyak menghabiskan tenaga untuk mengajar 7) Menambahkan materi pengayaan melalui fasilitas internet B. Kelemahan : 1) Sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung. 2) Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki peserta. 3) Akses internet yang tidak merata di setiap tempat. 4) Pengajar perlu memiliki keterampilan dalam menyelenggarakan elearning. 5) Pengajar perlu menyiapkan referensi digital sebagai acuan peserta didik dan referensi digital yang terintegrasi dengan pembelajaran tatap muka. 6) Diperluken strategi pembelajaran oleh pengajar untuk memaksimalkan potensi blended learning. 5. Penerapan Model Pembelajaran Blended Learning pada mata pelajaran Aqidah Akhlak MI Aqidah akhlak merupakan mata pelajaran yang tidak hanya memberikan pengetahuan kepada peserta didik, melainkan juga memberikan pengalaman dalam hal interaksi dengan lingkungan sekitar, agar menjadi pribadi yang lebih baik. Karena pada prinsipnya, pendidikan aqidah akhlak itu membentuk pribadi yang lebih baik, bukan hanya pandai dalam hal pedagogik/ pengetahuan saja, melainkan juga paham dan peka terhadap unsur afektif dan psikomotorik. Proses penerapan model blended learning pada mata pelajaran aqidah akhlak MI ini dilakukan dengan menggabungkan proses pembelajaran secara online dan tatap muka, yang mana dalam pembelajaran itu sendiri terdiri dari beberapa komponen yang harus disiapkan, yaitu tujuan, materi/bahan ajar, metode dan media, peserta didik dan pendidik dan evaluasi. Ketika pembelajaran dilakukan secara online, maka peran dan kerja sama guru dengan orang tua sangat perlu untuk membantu memantau serta mendampingi anak-anak ketika pembelajaran secara online. Hal pertama yang dapat dilakukan orang tua adalah membantu memastikan siswa hadir dalam kelas online sesuai dengan jadwal. Hal kedua adalah membantu anak-anak untuk mempelajari materi, orang tua dapat memanfaatkan ruang-ruang konsultasi pembelajaran yang dibuka oleh sekolah, sehingga apabila ada materi pelajaran yang belum dipahami, guru kemudian akan memberikan video tutorial untuk dipelajari atau mungkin dibahas pada pertemuan selanjutnya. Hal ketiga adalah guru harus mampu menyajikan pembelajaran terencana dan efektif dalam keterbatasan waktu dan selalu memberikan penguatan karakter terhadap siswa. Sedangkan ketika menggunakan pembelajaran secara tatap muka, maka siswa seperti biasa datang kesekolah dan belajar dikelas dan bertemu langsung dengan guru dan teman-temannya. Dan penilaiannya secara langsung mengacu kepada sikap, perilaku dan partisipasi aktif siswa ketika mengikuti pembelajaran dikelas.