Anda di halaman 1dari 8

Resuman Pembelajaran Akidah Akhlak MI

Nama :Firman Aulia Ramadhan


NIM :T20184056
Kelas :D2
A. Pembelajaran Konstruktivistik
1. Pengertian pembelajaran konstruktivistik
Dari maknanya bahwa konstruktivis berarti ‘bersifat membangun”.
Konstruktivis berupaya membina suatu konsensus yang paling luas sekaligus
mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia. Dalam
proses pembelajaran, menurut Imam Barnabib mengungkapkan bahwa konsep
ini menghendaki agar siswa dapat dibandingkan kemampuannya untuk secara
konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan dari ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pembelajaran konstruktivistik adalah membangunkan pengetahuan
melalui pengalaman, interaksi sosial, dan dunia nyata. Piaget (1991:310)
menyebutkan pengetahuan itu bukan satuan obyektif yang ada dilingkungan,
melainkan merupakan interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Pengetahuan akan tumbuh melalui proses adaptasi pengalam kognitif dan sosial.
Pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran berpusat pada peserta didik
(student oriented), guru sebagai mediator, fasilitator, dan sumber belajar dalam
pembelajaran.
Model pembelajaran kostruktivistik adalah model pembelajaran yang
diarahkan pada bagaimana pengetahuan itu dibentuk dan bagaimana
pengetahuan itu dianggap banar. Pengetahuan dibentuk oleh pengamat dari
abstaksi terhadap pengalamannya, baik fisik maupun mental. Pengetahuan yang
dibentuk ini digunakan untuk menghadapi persoalan siswa. Pembelajaran
konstruktivisme adalah sebuah model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menjadi kreatif dan melakukan berbagai
aktifitas didalam berbagai interaksi edukatif untuk dapat melakukan eksplorasi
dan dapat menemukan pengetahuannya sendiri. Konstruktivis memberi asumsi
bahwa setiap peserta didik mulai dari sejak usia kanak-kanak sampai menginjak
jenjang Perguruan Tinggi telah memiliki gagasan atau pengetahuan tentang
lingkungannya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Pembelajaran Konstruktivisme memungkinkan tersedianya kesempatan yang
lebih banyak untuk keterlibatan siswa di dalam kelas secara aktif, melakukan
eksplorasi, serta menggali secara lebih dalam potensi atau kemampuan baik
secara kognitif afektif maupun psikomotor.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan
pembelajaran konstruktivistik, yaitu : (1) mengutamakan pembelajaran yang
bersifat nyata dalam konteks yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3)
menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, (4) Pembelajaran
dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.
2. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran konstruktivistik
a. Kelebihan pembelajaran konstruktivistik
 Guru bukan satu-satunya sumber belajar
 Siswa (pembelajar) lebih aktif dan kreatif
 Pembelajaran jadi lebih bermakna
 Pembelajar memiliki kebebasan belajar
 Perbedaan individual terukur dan dihargai
 Membina sikap produktif dan percaya diri
 Proses evaluasi difokuskan pada penilaian proses
 Guru berpikir proses membina pengetahuan baru, siswa berpikir
untuk menyelesaikan masalah dan membuat keputusan.
 Siswa jadi lebih mudah paham dan mudah ingat karena siswa
terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru.
b. Kelemahan pembelajaran konstruktivistik
Dalam membahas kekurangan atau kelemahan ini, mungkin bisa
kita lihat dalam proses belajarnya dimana peran guru sebagai pendidik
itu sepertinya kurang begitu mendukung yang dapat dijelaskan yaitu :
 Proses belajar konstruktivistik secara konseptual adalah proses
belajar yang bukan merupakan perolehan informasi yang
berlangsung satu arah dari luar kedalam diri siswa kepada
pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang
bermuara pada pemutakhiran struktur kognitifnya kegiatan belajar
lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan
pengetahuan dari pada fakta-fakta yang terlepas-lepas.
 Peran siswa. belajar merupakan suatu proses pembentukan
pengetahuan. Pembentukan ini harus dilakukan oleh si belajar. Ia
harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep,
dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru
memang dapat dan harus mengambil prakarsa
B. Pembelajaran Saintifik
1. Pengertian pembelajaran saintifik
Pendekatan saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi,
menginspirasi, menguatkan dan melatih pemikiran tentang bagaimana metode
pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu. Kemendikbud (2013)
memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach)
dalam pembelajaran di dalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya,
mencoba, menggali informasi, eksperimen, menalar, mengasosiasikan,
mengolah informasi, menyajikan/mengomunikasikan. Pendekatan scientific
dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya,
mencoba, menalar, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran.
Esensi Pendekatan Saintifik merupakan proses pembelajaran dapat
dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Pendekatan ilmiah diyakini sebagai
titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik. Dalam pendekatan atau proses kerja yang
memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif
(inductive reasoning) dibandingkan dengan penalaran deduktif (deductive
reasoning). (Alferd De Vito, 1989) Pembelajaran saintifik merupakan
pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun
pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang diperlukan
adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains,
terkembangnya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa. Proses
pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik hal ini dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Oleh karena itu kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik
untuk mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu.
Pendekatan saintifik dapat membentuk peserta didik agar mempunyai domain
sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang seimbang dan utuh sesuai tuntutan
pendidikan abad21.
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang
terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin
diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis),
mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik,
mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan
serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan sikap. Langkah-langkah tersebut dapat
dilanjutkan dengan kegiatan mencipta.
2. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran saintifik
a. Kelebihan Pendekatan Saintifik
 Membuat guru memiliki keterampilan membuat RPP, dan
menerapkan pendekatan saintifik secara benar
 Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan
sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
 Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,
memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran
b. Kelemahan pembelajaran saintifik
 Dapat menghambat laju pembelajaran yang menyita waktu.
 Kegagalan dan kesalahan dalam melakukan eksperimen akan
berakibat pada kesalahan penyimpulan.
 Apabila terdapat siswa yang kurang berminat terhadap materi
yang dipelajari, dapat menyebabkan pembelajaran menjadi tidak
efektif
C. Penerapan Pembelajaran Konstruktivistik-Saintifik Dalam Pembelajaran Aqidah
Akhlak MI
a. Implementasi pembelajaran konstruktivistik dalam pembelajaran aqidah
akhlak
Dalam menerapkan pembelajaran konstruktivistik mata pelajaran
aqidah akhlak, langkah– langkah yang dilakukan oleh guru adalah
sebagai berikut :
Pertama, guru memotivasi siswa dalam mengemukakan
pengetahuan awalnya tentang konsep yang berkaitan dengan materi
yang akan dibahas. Untuk memancing pengetahuan siswa, guru
memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang problematika
yang sering ditemui sehari – hari dengan mengaitkan konsep yang akan
dibahas. Kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengkomunikasikan serta mengilustrasikan pemahamannya. Jawaban
dari masing – masing siswa kemudian ditampung terlebih dahulu untuk
didiskusikan bersama – sama. Dengan mengajukan pertanyaan, dapat
mendorong siswa berpikir dan mengembangkan pengetahuan yang
mereka miliki. Dengan demikian, kegiatan ini akan memberikan
pengalaman yang mendalam kepada siswa sehingga dapat mendorong
kemandirian dan inisiatif siswa.
Kedua, siswa dibantu untuk mengungkapkan idenya dengan cara
berdiskusi dan menulis. Dalam kegiatan pembelajaran guru membagi
siswa menjadi beberapa kelompok, yang mana didalam kelompok
masing – masing siswa dapat mengungkapkan ide dan pendapat yang
mereka miliki. Dengan bekerja kelompok siswa dapat bertukar fikiran
serta dapat berpartisipasi secara aktif didalam diskusi.
Ketiga, yaitu siswa membangun ide baru dari ide – ide teman
diskusinya. Setelah masing–masing siswa mengemukakan pendapat
didalam diskusi kelompok, siswa menjelaskan dan memberi solusi
berdasarkan hasil temuannya dan dari penjelasan – penjelasan guru
untuk menguatkan pengetahuan baru yang mereka bangun. Dengan
demikian kegiatan ini dapat membantu siswa dalam membangun
pengetahuan dan pemahaman baru tentang konsep yang sedang
mereka pelajari. Sehingga tujuan pembelajaran adalah bagaimana
siswa mengkonstruksi makna bukan hanya mengetahui jawaban benar
atau salah.
Keempat, siswa mereview penemuannya dengan menambahkan
keterangan atau mengubahnya menjadi lebih lengkap. Dalam
pelaksanaan pembelajaran konstruktivistik, siswa dituntut untuk lebih
aktif dalam menemukan pengetahuan yang baru. Salah satu tujuan
pembelajaran konstruktivistik adalah untuk menghasilkan siswa yang
memiliki kemampuan untuk berfikir. Dengan demikian, keaktifan siswa
dalam kegiatan pembelajaran mempunyai peranan penting untuk
mencapai tujuan dari pembelajaran konstruktivistik.
b. Implementasi pembelajaran saintifik dalam pembelajaran aqidah akhlak
Pada kegiatan ini guru menggunakan langkah-langkah yang ada
pada pendekatan saintifik yaitu, peserta didik disuruh untuk mengamati,
menanya, bernalar, mengasosiasi, mengomunikasikan dan
mengkreasikan.
1) Mengamati
Peserta didiknya diberi apersepsi dengan
mengamati gambar atau bacaan yang ada pada buku
yang disediakan guru, setelah mengamati gambar,
kemudian peserta didik menanggapi appersepsi sesuai
dengan pengamatan mereka masing-masing. Kemudian
guru menjelaskan kepada peserta didik tujuan
pembelajaran mereka dan guru juga memberikan motivasi
agar peserta didiknya semangat mengikuti pelajaran.
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas
dan bervariasi dengan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui
kegiatan: melihat tayangan gambar, menyimak,
mendengar, dan membaca yang diformulasikan pada
skenario proses pembelajaran
2) Menanya
Setelah mengamati gambar dan bacaan yang ada
di buku, guru menyuruh peserta didik untuk melakukan
tanya jawab atau memberikan pertanyaan kepada guru
dan kepada temannya terkait dengan gambar atau bacaan
yang kurang jelas. Pada kegiatan ini peserta didik melalui
hasil pengamatannya selanjutnya adalah peserta didik
diberikan kesempatan untuk memberikan pertanyaan
terkait dengan pengamatan peserta didik yang kurang
jelas atau yang tidak mereka pahami. Sebelum pertanyaan
tersebut diajukan kepada guru, guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengajukan
pertanyaan tersebut kepada teman kelasnya terlebih
dahulu, dalam hal ini pertanyaan tersebut diajukan oleh
peserta didik untuk teman kelasnya. Setelah memberikan
pertanyaan kepada temannya, bagi peserta didik yang
berani dan bisa menjawab diminta untuk mengacungkan
tangannya sebelum menjawab, hal ini dilakukan agar
proses Tanya jawabnya berjalan dengan baik. Peserta
didik yang mampu menjawab mulai menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh temannya sesuai dengan pemahaman
yang mereka miliki.
3) Bernalar
Pada langkah bernalar peserta didik diminta untuk
membaca bacaan yang ada pada buku terkait dengan
adab pergaulan remaja dengan suara yang lantang dan
keras. Cara ini dilakukan guru untuk mengumpulkan
informasi agar dijawab oleh teman-teman dikelas. Setalah
itu siswa dibagi menjadi dua kelompok dengan diberi LKS,
kemudian berdiskusi untuk menyusun hasil diskusinya
dengan menjawab pertanyaan yang ada pada LKS dan
mengumpulkan informasi berkaitan dengan adab
pergaulan remaja.
4) Mengasosiasi
Pada langkah mengasosiasi setelah peserta didik
melakukan penalaran dengan mengumpulkan informasi,
peserta didik mulai menganalisis dari hasil mengumpulkan
informasi yang telah dilakukan pada saat melakukan
penalaran yang
kemudian untuk di presentasikan oleh kelompok peserta
didik yaitu dengan mengaitkan, dengan demikian peserta
didik akan mendapatkan keluasan pemahaman dan
kedalaman pemahaman .
5) Mengomunikasikan
Pada tahap ini peserta didik diminta untuk
mempresentasikan hasil diskusinya tentang adab
pergaulan remaja dan guru menunjuk salah satu kelompok
untuk yang
siap untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.
Pada saat presentasi peneliti melihat keberanian dari
peserta didik yang berani untuk maju dan
mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan
kelas.
6) Mengkreasikan
Tahap terakhir adalah guru memberikan arahan
kepada peserta didik untuk menerapkan pembelajaran
yang baru saja dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini terlihat dari penyampaian guru setelah selesai
mengikuti pembelajaran, bahwasanya beliau
mengharapkan kepada peserta didiknya untuk
menerapkan apa yang baru saja mereka dapatkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai