Anda di halaman 1dari 26

JENIS – JENIS BUBU SEBAGAI ALAT TANGKAP IKAN DI SUNGAI

Disusun oleh:

1. Lintang Yuni Anna NIM.14/366047/PN/13762


2. Sultan Aulia NIM.14/36590/PN/13756

JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan Tugas Makalah Mata Kuliah Dasar – Dasar Penangkapan Ikan.

Dengan di dasari semangat dan motivasi belajar, maka kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tema “ Jenis Alat Tangkap Ikan Di Sungai ”. Makalah ini ditulis dengan tujuan
untuk memenuhi tugas kuliah Dasar-dasar Penangkapan Ikan. Selain itu juga untuk memberikan
informasi kepada masyarakat Indonesia tentang jenis alat tangkap ikan di sungai.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas makalah ini berjalan atas dukungan dari segala
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada:

1. Bapak Djamhari selaku Dekanat Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.


2. Bapak Djumanto selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Dasar – Dasar Penangkapan
Ikan, yang telah membimbing penulis dalam kegiatan belajar mengajar .
3. Orang Tua yang senantiasa memberikan motivasi doanya.
4. Semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini ,

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat memberikan kontribusi
positif dan bermakna bagi pembaca serta mendaptkan nilai maksimal sesuai kriteria.

Yogyakarta, 11 April 2015

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

DAFTAR TABLE……………………………………………………………............................................iv

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..........................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Kerangka Pemikiran.............................................................................................2

1.3 Rumusan Masalah..............................................................................................2

1.4 Tujuan Penelitian.................................................................................................2

1.5 Manfaat Penelitian..............................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Tangkap Ikan ...............................................................................................3

2.2 Penangkapan Ikan...............................................................................................5

2.3 Bubu....................................................................................................................6

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat..............................................................................................8

3.2 Metode Penelitian...............................................................................................8

3.3 Alat dan Bahan....................................................................................................8

3.4 Proses Pembuatan Bubu......................................................................................9


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil...................................................................................................................10

4.2 Pembahasan......................................................................................................11

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan........................................................................................................20

5.2 Saran..................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................21

LAMPIRAN...............................................................................................................22

DAFTAR TABLE

Table 1.........................................................................................................................4

Table 2…………………………………………………………………………..........................................10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.………………………………………………………………………............................................6

Gambar 2.……………………………………………………………………..............................................9

Gambar 3………………………………………………………………………...........................................11

Gambar 4……………………………………………………………………….......................................... 12

Gambar 5………………………………………………………………………...........................................14

Gambar 6………………………………………………………………………...........................................14

Gambar 7………………………………………………………………………...........................................15

Gambar 8………………………………………………………………………...........................................16

Gambar 9………………………………………………………………………...........................................16

Gambar 10……………………………………………………………………….........................................16

Gambar 11...................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara yang memiliki perairan yang luas, hampir 2/3 dari
wilayah Indonesia atau sekitar 70% wilayah Indonesia ialah perairan. Ekosistem perairan
memiliki kontribusi dan keterlibatan yang sangat besar dalam mengatur keseimbangan
alam semesta. Salah satunya adalah perairan air tawar yaitu sungai.
Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi manusia. Sungai di
Indonesia umumnya mempunyai sifat multiguna, misalnya di Sumatera dan Kalimantan
dipergunakan sebagai sarana transportasi. Sungai juga menyediakan air bagi manusia baik
untuk berbagai kegiatan seperti pertanian, industri maupun domestik. Sungai memberikan
potensi sumber daya alam dan sumberdaya perikanan yang sangat besar bagi manusia,
misalnya memberikan protein hewan seperti ikan, udang, kepiting dan lain sebagainya
untuk dikonsumsi.
Keberadaan potensi kekeyaan sumber perikanan yang terdapat di sungai sangat
tinggi, untuk memanfaatkan potensi tersebut dapat dilakukan eksploitasi potensi sumber
perikanan dengan menggunakan alat tangkap ikan. Pemanfaatan sumberdaya perikanan
dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan, mengikuti permintaan yang cenderung
terus bertambah, baik jumlah maupun jenisnya. Meningkatnya upaya sumberdaya
perikanan mendorong berkembangnya teknik dan taktik penangkapan (fishing technique
and fishing tactics) untuk dapat memproduksi secara lebih efektif dan efisien.
Pemanfaatan sumber daya hayati laut tidak lepas dari kegiatan operasi penangkapan
ikan yang melibatkan berbagai alat penangkapan ikan. Alat tangkap ikan di sungai begitu
beragam mulai dari yang tradisional hingga modern, mulai dari yang sederhana hingga
yang berteknologi tinggi, jenisnya pun beragam. Diantaranya adalah tombak, serkap ikan,
bubu, pancing, jala dan lain sebagainya. Alat - alat tersebut termasuk dalam golongan alat
yang ramah lingkungan, sehingga alat tersebut digunakan nelayan sebagai alat
penangkapan ikan disungai. Jika melihat berbagai jenis alat tangkap yang beroperasi di
suatu perairan, tentu dari masing-masing alat tangkap memiliki teknik pengoperasian yang
berbeda-beda. Namun beberapa alat tangkap ada yang mempunyai kemiripan dalam
pengoperasiannya, sebagai contoh  adalah alat tangkap bubu dengan serkap ikan.
Kemajuan teknologi yang begitu pesat membuat alat tangkap yang sederhana atau
tradisional mulai jarang digunakan. Nelayan lebih sering menggunakan alat tangkap ikan
berupa jala karena lebih mudah dan praktis dalam penggunaanya serta mendapatkan hasil
yang banyak. Sementara itu penggunaan alat tangkap ikan tradisional yang masih banyak
digunakan oleh nelayan di sungai – sungai adalah bubu. Oleh sebab itulah penulis memilih
alat tangkap bubu sebagai studi penelitian mengapa penggunaan bubu sebagai jenis alat
tangkap ikan disungai masih digunakan oleh masyarkat terutama di Kalimantan dan
bagaimana jenis jenis alat tangkap bubu dengan pengaruh hubungannya terhadap
ekosistem sungai.

1.2 Kerangka Pemikiran


Penulis memfokuskan makalah ini pada jenis alat tangkap ikan disungai berupa
bubu, karena jenis alat tangkap ikan di sungai begitu banyak dan beragam, maka
penulis membatasi makalah ini.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis - jenis alat tangkap bubu?
2. Apakah alat tangkap ikan berupa bubu mempengaruhi ekosistem sungai?
3. Bagaimana hubungan organisme disungai dengan alat tangkap bubu?
4. Bagaimana metode atau cara dan teknik penankapan ikan dengan bubu?

1.4 Tujuan
1. Mempelajari jenis – jenis alat tangkap ikan air sungai berupa bubu.
2. Mempelajari pengaruh dan hubungan jenis alat tangkap ikan terhadap organisme
ekosistem sungai..
3. Mepelajari metode dan teknik penangkapan ikan dengan bubu.

1.5 Manfaat
1. Mengetahui jenis – jenis alat tangkap ikan air sungai berupa bubu
2. Mengetahui pengaruh dan hubungan jenis alat tangkap ikan terhadap organisme
ekosistem sungai.
3. Mengetahui metode dan teknik penangkapan ikan menggunakan bubu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Tangkap Ikan

Alat tangkap ikan merupakan sarana dan perlengkapan, peralatan atau benda –
benda lainnya yang dipergunakan nelayan dan pemancing untuk mendapatkan ikan dan
hewan air lainnya seperti kepiting, udang, rajungan dan lain sebagainya.

Alat tangkap ikan memiliki peranan yang sangat penting bagi perkembangan hidup,
karena dengan adanya alat tangkap ikan maka akan mempengaruhi beberapa aspek sebagai
berikut:

a. Aspek ketenaga-kerjaan

- alat penangkap ikan dapat digunakan untuk mencari nafkah yaitu sebagai alat
mata pencaharian nelayan. Oleh karena itu dapat mengurangi pengangguran
(unemployment)

- sifatnya : subsistent dan komersial

b. Aspek ekonomi

adanya alat penangkap ikan, tentunya telah terkait dengan proses-proses


sebelumnya, yaitu : pengadaan bahan, pembuatan, dan pengoperasian.

c. Aspek perdagangan/komersial

Selain bahan dan alat penangkap ikan dapat diperjual-belikan, alat ini juga
menghasilkan ikan yang menjadi komoditas penting dalam bidang perdagangan,
baik ditingkat lokal, nasional, regional maupun internasional. Sehingga dapat
meningkatkan devisa negara.

d. Aspek Sosial dan Organisasi

Adanya alat penangkap ikan berkaitan langsung dengan adanya nelayan dan
ABK yang terkait. Adanya tenaga kerja ini memerlukan wadah (organisasi)
untuk ketertiban, efisiensi dan efektifitas kerja bagi para anggotanya. seperti:
HNSI, KUD Mina.

e. Aspek Pertahanan dan Keamanan Negara

Dengan adanya masyarakat nelayan maka Sistem Pengawasan oleh Masyarakat


(Siswasmas) akan dapat dilaksanakan, sehingga kerja pemerintah akan lebih
efektif dan efisien dalam memperkuat pertahanan dan keamanan Negara,
terutama dalam membentengi daerah-daerah terpencil.

f. Aspek Kesehatan

Hasil-hasil tangkapan berupa ikan atau non ikan merupakan sumber bahan
pangan yang memiliki gizi protein yang tinggi dan pada umumnya tidak
mengandung kolesterol sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan.

Tabel 1. Klasifikasi alat tangkap menurut FAO dan Statistik Perikanan Indonesia

FAO (1971) Statistik Perikanan Indonesia (1987)


1. Jaring lingkar (purse seine, payang, 1. Pukat udang
dll). 2. Pukat kantong (payang, dogol, pukat
2. Pukat (dogol, beach seine, dll). pantai,dll)
3. Pukat harimau (Bottom trawl, midwater 3. Pukat cincin (purse seine)
trawl, dsb). 4. Jaring insang (gill net), (JI hanyut,
4. Penggaruk (penggaruk berperahu, lingkar, tetap, dll)
p.biasa). 5. Jaring angkat (lift net) (bagan
5. Tangkul (portable liftnet, bagan perahua, bagan tancap, dll)
perahu). 6. Pancing (hook & line) (rawai tuna,
6. Alat yang dijatuhkan (jala dan lainnya). pancing tonda, dll)
7. Jaring insang dan jaring puntal (Gill 7. Perangkap (trap) (sero, jermal, bubu,
net, trammel net, dsb). dll)
8. Perangkap (Bubu, sero, dll). 8. Alat pengumpul kerang dan rumput
9. Pancing (rawai, tonda, dll). laut
10. Alat penjepit dan melukai (tombak). 9. Muroami
11. Mesin pemanen (pompa, penggaruk 10. Lain-lain (Jala, tombak, dll)
mekanis,dll).
12. Alat-alat lainnya (racun, peledak,
listrik, dll).
13. Alat tangkap untuk rekreasi
14. Alat yang belum diketahui/ditentukan
Sumber: power point dokumen pribadi milik Riza Rahman Hakim, S.Pi
2.2 Penangkapan Ikan

Penangkapan merupakan kegiatan memproduksi ikan dengan menangkap (capture)


dari perairan di daratan (inland capture) seperti sungai, danau, waduk dan rawa, serta
perairan laut (marine capture) seperti perairan pantai dan laut lepas.

Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak
dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang
menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani,
mengolah, dan/ atau mengawetkannya. (UU tentang Perikanan, 2004)

Penangkapan (fishing) adalah usaha melakukan penangkapan ataupun


pengumpulan ikan dan jenis-jenis aquatic resources lainnya, dengan dasar pemikiran
bahwa ikan dan aquatic resources tersebut mempunyai nilai ekonomi. (Sudirman &
Achmar Mallawa, Teknik Penangkapan Ikan, 2004).

Ada beberapa point yang menunjukan perkembangan teknik penangkapan ikan, antara
lain adalah sebagai berikut:

1. Perubahan usaha penangkapan dari seekor demi seekor ke arah usaha penangkapan
dalam jumlah yang banyak. Misal: hand line  long line

2. Perubahan dari fishing ground ke arah yang lebih jauh dari pantai, sehingga terjadi
pula perubahan dari depth perairan (dari perairan dangkal ke perairan yang lebih
dalam). Misal: adanya kapal penangkap ikan yang mampu menjangkau ratusan mil.

3. Penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin.

Ketiga hal diatas menunjukkan perkembangan dari penangkapan tradisional


menjadi penangkapan industri.

Penangkapan berkaitan dengan stok ikan di suatu peraira, ada beberapa faktor
yang mempengaruhi stok ikan yaitu reproduksi, pertumbuhan alamiah, aktivitas
penangkapan, kematian alamiah dan musim. Faktor yang sangat mempengaruhi
penangkapan ialah musim, sehingga dikenal musim ikan dan musim paceklik.
Salah satu penyebab berkurangnya stok ikan di perairan disebabkan oleh upaya
penangkapan dengan produksi yang telah melampaui MSY (Maximum Sustainable Yield).
Maximum Sustainable Yield merupakan biomassa ikan yang masih boleh ditangkap
sehingga stok ikan yang tertinggal di perairan tersebut masih memungkinkan untuk
berkembang biak dan tumbuh secara normal. Dalam Maximum Sustainable Yield terjadi
keseimbangan antara penangkapan dan kematian alami ikan dengan reproduksi dan
pertumbuhan alami sehingga stok ikan selalu tersedia. Aktivitas penangkapan dengan hasil
tangkapan ikan yang telah melampaui Maximum Sustainable Yield disebut tangkap lebih
(overfishing).

2.3 Bubu

Menurut Ayodhyoa dan Diniah (1989), alat perangkap bermacam-macam dan alat
tangkap tersebut adalah pancing, bubu dan trawl dasar. Bubu yang umum dipakai di
perairan Indonesia adalah jenis bubu dasar. Pengoperasian bubu dilakukan dengan cara
meletakan bubu disela-sela karang atau tempat hunian ikan. Bubu merupakan alat tangkap
pasif, tradisional yang berupa perangkap ikan tersebut dari bubu, rotan, kawat, besi, jaring,
kayu dan plastik yang dijalin sedemikian rupa sehingga ikan yang masuk tidak dapat
keluar (Brandt 1984).

Gambar 1. Alat tangkap bubu


Monintja dan Martasuganda (1991) mengemukakan bahwa bubu merupakan alat
tangkap tradisional yang memiliki banyak keistimewaan, antara lain : (1) pembuatan bubu
mudah dan murah; (2) mudah dalam pengoperasiannya; (3) hasil tangkapan diperoleh
dalam keadaan segar; (4) tidak merusak sumberdaya, baik secara ekologi maupun teknik;
(5) biasanya dioperasikan di tempat-tempat yang ada tangkap lain tidak bias dioperasikan.
Bubu adalah perangkap yang mempunyai satu atau dua pintu masuk dan dapat diangkat ke
beberapa daerah penangkapan dengan mudah, dengan atau tanpa perahu (Rumajar 2002).

Brandt (1984) menambahkan lagi bahwa bubu adalah semacam perangkap yang
memudahkan ikan untuk memasukinya dan menyulitkan ikan untuk keluar, alat ini sering
diberi nama fishing pots atau fising basket. Bubu adalah alat tangkap yang sangat efektif
untuk menangkap organisme yang bergerak lambat di dasar perairan, baik laut maupun
sungai, (Rumajar 2002).
BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu :Penulisaan ini kami lakukan pada tanggal 28 Maret sampai 11 April 2015.

Tempat :Penulisan ini kami lakukan di Universitas Gadjah Mada seperti

Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada, Perpustakaan Fakultas

Pertanian Universitas Gadjah Mada, Gedung Perikanan Universitas Gadjah

Mada serta kediaman penulis dan berbagai tempat di Yogyakarta.

3.2 Metode

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif dengan studi

pustaka. Studi pustaka digunakan untuk mendapatkan informasi tentang jenis – jenis alat

tangkap ikan di sungai, alat tangkap ikan berupa bubu, pengaruh dan hubungan alat

tangkap dengan organisme sungai serta untuk mengetahui metode dan teknik penangkapan

ikan.

3.3 Alat dan Bahan

Alat Tangkap ikan Bubu terbuat dari bambu, dengan rotan cincin sebagai bingkai. Ini
berbentuk seperti tong tapi meruncing menjelang akhir menyerupai kerucut. Mulutnya
dilengkapi dengan saluran separat pintu masuk yang memungkinkan ikan atau udang untuk
melewati dengan mudah dalam satu arah saja.
3.4 Proses Pembuatan Bubu

Untuk membuat sebuah alat tangkap bubu, batang bambu dipisahkan dan dibuat
menjadi rata, cincin berukuran jari batang, jumlah dan panjang yang bergantung pada
dimensi yang diusulkan perangkap ikan. Rotan cincin, yang menentukan ketebalan dan
memegang tongkat bambu bersama-sama, ditempatkan pada pembukaan dan spasi keluar
beberapa sentimeter terpisah untuk suatu titik di mana tongkat merupakan membungkuk
untuk membentuk berbentuk kerucut akhir.

Tongkat yang diikat ke cincin dengan rotan potongan dan berbentuk kerucut-akhir ini
baik ditenun dengan rotan strip atau diikat dengan tempurung kelapa. Seorang pembuat
bubu yang sangat terampil dapat menyelesaikan pekerjaan pada ikan berukuran sedang-
perangkap dalam beberapa hari saja cara penggunaanpun sangatlah mudah dan sederhana
kita hanya perlu memasukkan bubu kedalam sungai maupun kolam.

Gambar 2. Macam – Macam bubu


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil studi yang kami dapatkan dari berbagai literatur diperoleh jenis –
jenis ikan hasil penangkapan alat tangkap sungai dengan bubu diberbagai bagian
Sungai Bengawan Solo yang kami ambil sebagai sample, sebagai berikut:

Tabel 2. Jenis-jenis ikan yang tertangkap menggunakan alat tangkap bubu

Jenis Ikan Hasil Tangkapan Bagian Sungai

1. Nila (Orechromis niloticus) Hulu


2. Jambal sius ( Pangasius hypopthalmus) Hulu dan hilir
3. Jambal lokal (Pangasius jambal) Hulu dan hilir
4. Tawes (Barbonymus gonionotus) Hulu dan tengah
5. Sogo (Hemibagrus nemurus) Hulu dan hilir
6. Lukas (Labiobarbus leptocheilus) Hilir
7. Betutu (Oxyeleotris marmorata) Hilir
8. Wader (Mystacoleucus marginatus) Hilir
9. Kutuk (Channa striata) Hilir
10. Sapu-sapu (Liposarcus pardalis) Tengah
11. Bendol (Barbichthys laevis) Hilir
12. Keting (Bagroides melopterus) Hilir
13. Garingan (Mystus nigriceps) Hilir
14. Bandeng (Chanos chanos) Hilir
15. Bader (Cyclocheilichthys enoplos) Hilir
16. Wader pari (Rasbora ateristriata) Hilir
17. Wagal (Pangasius polyuranodon) Hilir
18. Conggah Hilir
19. Arengan (Labeo chrysophekeadion) Hilir
20. (Macrognathus aculeatus) Hilir
21. Lumbet (Kryptopterus spp) Hilir
22. Lemper (Notopterus notopterus) Hilir

Sumber: Hasil penelitian jenis tangkapan ikan dengan bubu pada Sungai Bengawan Solo tahun 2009
Tidak hanya itu hewan avertebrata air pun dapat menjadi hasil tangkapan bubu. Dapat
dilihat dari gambar diagram berikut yang menunjukan hasil tangkapan dengan bubu
tambun di daerah Jakarta pada tahun 2010.

Gambar 3. Diagram hasil tangkap menggunakan bubu

4.2 Pembahasan
Berdasarkan pada tabel hasil studi dapat dijelaskan bahwa jenis – jenis alat tangkap
akan mempengaruhi banyaknya jenis-jenis ikan yang menjadi tangkapan bubu pada
perairan sungai. Jenis ikan hasil tangkapan bubu menjadi beragam karena terpengaruh oleh
faktor lingkungan. Seperti hasil penelitian jenis tangkapan ikan dengan bubu pada Sungai
Bengawan Solo tahun 2009 pada tabel.
Sementara itu, Ikan lain seperti lutjanus juga merupakan jenis ikan tangkapan bubu di
Kabupaten Pontianak. Hasil tangkap ikan didaerah ini cukup beragam terdiri dari rawai
hanyut, rawai tetap dan bubu (Dinas Perikanan dan Kelautan, 2006).
Kecamatan Mempawah Hilir merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Pontianak
yang melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan bubu, baik bubu bambu maupun
bubu jaring. Meskipun demikian, ikan yang tertangkap cukup beragam dan merupakan
ikan ekonomis penting, seperti Lutjanus sp, Lutjanus johni, Pomadasys sp, Plectropoma
leopardus, Panulirus sp, Cheilinus undulatus, dan lain-lain.
Pada gambar diagram hasil penangkapan hewan avertebrata air yang ikut masuk
kedalam perangkap bubu dibagi ke dalam 12 Famili yaitu Famili Serranidae sebanyak 73
ekor, Labridae sebanyak 62 ekor, Nemipteridae sebanyak 39 ekor, Scaridae sebanyak 36
ekor, Lutjanidae sebanyak 19 ekor, Apogocentridae sebanyak 15 ekor, Siganidae sebanyak
12 ekor, Holocentridae sebanyak 8 ekor, Haemulidae sebanyak 3 ekor, Mulidae sebanyak 3
ekor, Caesionidae sebanyak 2 ekor, dan Lethrinidae sebanyak 2 ekor. Hasil tangkapan
sampingan bubu tambun yang tertangkap selama penelitian dibagi ke dalam 10 Famili
yaitu Famili Pomacentridae sebanyak 201 ekor, Chaetodontidae sebanyak 52 ekor,
Monachantidae sebanyak 51 ekor, Pomachantidae sebanyak 11 ekor, Scorpanidae
sebanyak 3 ekor, Diodontidae sebanyak 1 ekor, Muraenidae sebanyak 1 ekor,
Scyliorhinidae sebanyak 1 ekor, dan yang termasuk ke dalam Crustacea yaitu Famili
Xanthidae sebanyak 73 ekor, Grapsidae sebanyak 73 ekor, dan Diogenidae sebanyak 73
ekor.

4.2.1 Jenis-jenis Bubu

1. Bubu Dasar (Ground Fish Pots)


Bubu yang daerah operasionalnya berada di dasar perairan. Untuk bubu dasar,
ukuran bubu dasar bervariasi, menurut besar kecilnya yang dibuat menurut kebutuhan.
Untuk bubu kecil, umumnya berukuran panjang 1m, lebar 50-75 cm, tinggi 25-30 cm.
untuk bubu besar dapat mencapai ukuran panjang 3,5 m, lebar 2 m, tinggi 75-100 cm.
Hasil tangkapan dengan bubu dasar umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan, udang kualitas
baik, seperti, Baronang (Siganus spp), Ikan Kaji (Diagramma spp), Lencam (Lethrinus
spp), udang penaeld, udang barong, kepiting, rajungan, dan lain - lain.
2. Bubu Apung (Floating Fish Pots).
Bubu yang dalam operasional penangkapannya diapungkan. Tipe bubu apung
berbeda dengan bubu dasar. Bentuk bubu apung ini bisa silindris, bisa juga menyerupai
kurung-kurung atau kantong yang disebut sero gantung. Bubu apung dilengkapi dengan
pelampung dari bambu atau rakit bambu yang penggunaannya ada yang diletakkan tepat di
bagian atasnya. Pengoperasian Bubu apung dilengkapi pelampung dari bambu atau rakit
bambu, dilabuh melalui tali panjang dan dihubungkan dengan jangkar. Panjang tali
disesuaikan dengan kedalaman air, umumnya 1,5 kali dari kedalaman air.

Gambar 4. Bubu apung


3. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots).

Bubu yang dalam operasional penangkapannya dihanyutkan. Bubu hanyut atau “


pakaja “ termasuk bubu ukuran kecil, berbentuk silindris, panjang 0,75 m, diameter 0,4-0,5
m. Pada waktu penangkapan, bubu hanyut diatur dalam kelompok-kelompok yang
kemudian dirangkaikan dengan kelompok-kelompok berikutnya sehingga jumlahnya
banyak, antara 20-30 buah, tergantung besar kecil perahu/kapal yang digunakan dalam
penangkapan.

Menurut Brandt (1984), alat tangkap bubu diklasifikasikan menjadi beberapa jenis,
yaitu :

1. Berdasarkan sifatnya sebagai tempat bersembunyi / berlindung :


 Perangkap menyerupai sisir (brush trap);
 Perangkap bentuk pipa (eel tubes);
 Perangkap cumi-cumi berbentuk pots (octoaupuspots).
2. Berdasarkan sifatnya sebagai penghalang :
 Perangkap yang terdapat dinding / bendungan;
 Perangkap dengan pagar-pagar (fences);
 Perangkap dengan jeruji (grating);
 Ruangan yang dapat terlihat ketika ikan masuk (watched chambers).
3. Berdasarkan sifatnya sebagai penutup mekanis bila tersentuh
 Perangkap kotak (box trap);
 Perangkap dengan lengkungan batang (bend rod trap);
 Perangkap bertegangan (torsion trap).
4. Berdasarkan dari bahan pembuatnya
 Perangkap dari bahan alam (genuine tubular traps);
 Perangkap dari alam (smooth tubular);
 Perangkap kerangka berduri (throrrea line trap).
5. Berdasarkan ukuran, tiga dimensi dan dilerfgkapi dengan penghalang
 Perangkap bentuk jambangan bunga (pots);
 Perangkap bentuk kerucut (conice);
 Perangkap berangka besi.

4.2.2 Konstruksi Bubu

Menurut Subani dan Barus. (1999), Bentuk bubu bervariasi. Ada yang seperti
sangkar (cages), silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi
banyak, bulat setengah lingkaran, dll. Bahan bubu umumnya dari anyaman bambu
(bamboo`s splitting or-screen). Secara umum, bubu terdiri dari bagian-bagian badan
(body), mulut (funnel) atau ijeh, pintu.
Gambar 5. Konstruksi bubu

Umumnya bubu yang digunakan terdiri dari tiga bagian yaitu:

a. Badan atau tubuh bubu

Badan atau tubuh bubu biasanya terbuat dari anyaman bambu yang berbentuk
empat persegi panjang dengan panjang 125 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 40 cm bagian
ini di lengkapi dengan pemberat dari batu bata (bisa juga pemberat lain) yang berfungsi
untuk menenggelamkan bubu kedasar perairan yang terletak pada keempat sudut bubu.

b. Lubang tempat mengeluarkan hasil tangkapan

Lubang tempat mengeluarkan hasil tangkapan terletak pada sisi bagian bawah
bubu, lubang ini berdiameter 35 cm, posisisnya tepat di belakang mulut bubu. Lubang
ini di lengkapi dengan penutup.

Gambar 6. Bubu dengan bukaan besar

c. Mulut bubu

Mulut bubu berfungsi sebagai tempat masuknya ikan yang terletak pada bagian
depan badan bubu, posisi mulut bubu menjorok kedalam badan atau tubuh bubu
berbentuk selinder, semakin kedalam diameter lubangnya semakin mengecil dan
bagian mulut dalam melengkung kebawah sepanjang 15 cm. Lengkungan ini
berfungsi agar ikan yang masuk akan kesulitan untuk keluar.
4.2.3 Alat Bantu Penangkapan Bubu

Dalam operasi penangkapan ikan menggunakan bubu, terdapat alat bantu


penangkapan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak.Alat
bantu penangkapan tersebut antara lain :

 Umpan
Umpan diletakkan di dalam bubu yang akan dioperasikan. Umpan yang dibuat
disesuaikan dengan jenis ikan ataupun udang yg menjadi tujuan penangkapan.
 Rumpon
Pemasangan rumpon berguna dalam pengumpulan ikan.
 Pelampung
Penggunaan pelampung membantu dalam pemasangan bubu, dengan tujuan agar
memudahkan mengetahui tempat-tempat dimana bubu dipasang.

Gambar 7. Pelampung bubu

 Perahu
Perahu digunakan sebagai alat transportasi dari darat ke laut (daerah tempat
pemasangan bubu).
 Katrol
Membantu dalam pengangkatan bubu. Biasanya penggunaan katrol pada
pengoperasian bubu jermal.

4.2.4 Teknik Penangkapan dengan Bubu

1. Manual
Teknik manual adalah teknik dengan bilik harus mudah dilihat, melibatkan
nelayan untuk mengoperasikan / menutup bukaan. Mekanisme penangkapan
yang melibatkan kerja nelayan untuk mengoperasikan. Kerugiannya yaitu harus
bilik masukan (bukaan) yang mudah dilihat oleh nelayan dan keterlibatan
nelayan besar. Sementara keuntungannya jumlah mangsa disesuaikan dengan
keinginan nelayan dan kapasitas alat tangkap.

Gambar 8. Bubu manual

2. Mekanis
Teknik dimana saat satu mangsa terperangkap, maka mulut perangkap akan
tertutup, rugi sekali karena hanya dapat satu mangsa. Mekanisme khusus yang
dapat menutup mulut bubu secara mekanis ketika mangsa telah berada di dalam
bubu. Keuntunganyaitu keterlibatan nelayan kecil, sedangkan kerugiannya
hanya mampu digunakan untuk menangkap mangsa dalam satuan (single).

Gambar 9. Bubu mekanis

3. Modern
Teknik menangkap ikan dengan cara membuat bukaan/ bilik masukan sekecil-
kecilnya sehingga bukaan menjadi non return devices, yang membiarkan target
tangkapan masuk namun membuatnya kesulitan untuk meninggalkan bilik
masukan lagi.

Gambar 10. Bubu modern


4.2.5 Pengaruh Bubu terhadap Ekosistem Sungai

Penangkapan ikan di sungai dengan menggunakan bubu sebenarnya tidak banyak


memengaruhi ekosistem pada sungai. Karena penyimpanan alat tangkap berupa perangkap
untuk ikan bukanlah termasuk salah satu faktor pembatas pada perubahan ekosistem
sungai.

Sungai merupakan perairan air tawar yang mengalir, secara fisik dan biologis
menghubungkan habitat darat dan habitat laut. Dibandingkan dengan air laut, sungai
mempunyai kadar garam yang rendah, dan arus kuat. Hewan di dalam ekosistem ini harus
mampu memelihara keseimbangan kadar air dan garam, sehingga air harus terus-menerus
banyak dibuang. Karena arus yang kuat, kadar atau tekanan oksigen tinggi dan makhluk
yang tinggal di sini memiliki toleransi yang rendah terhadap perubahan kadar oksigen itu.
Pencemaran atau ampas industri dan sampah kota mudah sekali meracuni bagi makhluk air
tawar, karena oleh proses pembusukan tidak langsung menurunkan kadar oksigen dalam
air (Soemarwoto, 1982).

Menurut Hutabarat 1997, pengaruh lain dari arus adalah adanya unsur hara yang
sifatnya fisik, kimia maupun biologis. Selain akan menentukan adaptasi biota, efek
selanjutnya adalah kecerahan dan kekeruhan suatu perairan. Pengaruhnya terhadap
perairan adalah :

1. Penetrasi cahaya matahari ke dalam air.


2. Perubahan panas radiasi.
3. Pelapisan dasar perairan.
4. Kehidupan biotanya.

Kalaupun penangkapan ikan dengan menggunakan bubu dapat memengaruhi


ekosistem pada sungai, mungkin itu disebabkan oleh kekeruhan air yang terjadi akibat
penyimpanan bubu dasar. Pengaruh kekeruhan terhadap konsumen yang hidup pada habitat
perairan tergantung pada bahan yang menimbulkan kekeruhan. Kekeruhan yang
disebabkan oleh erosi dapat mempengaruhi adaptasi ikan atau bahkan mungkin akan
menyebabkan faktor lethal atau mengurangi kemampuan untuk bertahan dalam keadaan
hidup (Soemarwoto, 1982).

Gambar 11. Pengaruh bubu pada ekosistem lobster


4.2.6 Kelebihan dan Kelemahan Bubu

Kelebihan dan kelemahan bubu dapat didasarkan dari jenis bubu yang dipakainya. Dari
tiga jenis bubu yang sudah dijelaskan, dapat diketahui bahwa kelebihan dan kelemahannya
adalah sebagai berikut:
1. Bubu dasar
Kelebihan bubu dasar:
 Dapat menangkap ikan yang tergolong ikan dasar perairan maupun
permukaan perairan.
 Relatif murah dan mudah cara pengoperasiannya.
   Cukup efektif dan efisien untuk tangkapan ikan atau kepiting yang berada
di dasar perairan.
Kelemahan bubu dasar:
 Dapat terbawa arus dasar perairan apabila arus terlalu deras dan tidak
diikatkan oleh media yang tetap (batang pohon, bambu, atau kayu).
 Apabila tidak ada penanda khusus, bubu mungkin dapat hilang
diambil/dicuri orang.
 Apabila ada penanda khusus namun hilang, maka bubu juga sulit untuk
proses hauling.
 Apabila bubu yang digunakan dari bahan yang mudah berkarat (korosi) dan
tidak segera diambil maka dapat merusak terumbu karang.

2. Bubu apung
Kelebihan bubu apung:
 Dapat menangkap ikan dari berbagai lapisan (dasar, tengah, permukaan)
perairan.
 Lebih murah daripada bubu hanyut namun tidak lebih murah dari bubu
dasar.
 Cukup efektif dan efisien untuk hasil tangkapan ikan lapisan tengah
perairan.
Kelemahan bubu apung:
 Dapat terbawa arus dasar dan permukaan perairan apabila tali yang diikatkan
pada batang pohon, bambu, atau kayu terlepas/putus.
 Apabila tidak ada penanda khusus, bubu mungkin dapat hilang diambil/dicuri
orang.
 Apabila pelampung hilang terbawa arus, maka bubu akan tenggelam dan sulit
untuk proses hauling.
3. Bubu hanyut
Kelebihan bubu hayut:
 Dapat menangkap ikan dari berbagai lapisan tengah dan permukaan perairan
 Cukup efektif dan efisien untuk hasil tangkapan ikan lapisan tengah dan
permukaan perairan.
 Hasil yang didapatkan bervariatif tergantung fishing ground kapal.
Kelemahan bubu apung:
 Relatif mahal karena memerlukan perahu dalam pengoperasaiannya.
 Apabila bubu yang terpasang dengan tali pada kapal putus, maka bubu akan
hanyut atau tenggelam.
 Apabila kapal mengalami kerusakan maka proses pencarian ikan dengan bubu
dapat dihentikan secara tiba-tiba.

4.2.6.1 Keuntungan dan Kerugian menggunakan alat tangkap ikan jenis bubu
~ Keuntungan
Ikan hasil tangkapan dengan alat tangkap Bubu memiliki harga jual tinggi, karena
pada umumnya ikannya masih segar, tidak rusak dan pada umumnya tertangkap dalam
perangkap bubu dalam kondisi masih hidup sehingga disukai oleh masyarakat. Disamping
itu, pemilihan penggunaan alat tangkap ikan dengan bubu ditinjau dari sisi biaya juga lebih
murah dibandingkan menggunakan alat tangkap ikan jenis lainnya, mudah dalam hal
perawatannya dan bahan baku pembuatan bubu tersedia didaerah nelayan bertemppat
tinggal serta tergolong kedalam alat tangkap ikan ramah lingkungan.
~ Kerugian
Bubu waring banyak digunakan oleh masyarakat nelayan di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Kapuas untuk menangkap ikan dari berbagai ukuran untuk pakan ikan toman dalam
keramba.Akibatnya banyak ikan kecil atau benih dari berbagai jenis ikan tidak sempat
menjadi besar dan berkembang biak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil yang telah kami coba, dapat disimpulkan:

1. Bubu merupakan salah satu jenis alat penangkapan ikan di sungai yang berupa
perangkap. Jenis-jenis bubu ada tiga yaitu bubu dasar, bubu apung, dan bubu
hanyut.
2. Pengaruh penangkapan ikan dengan menggunakan bubu tidak banyak dalam
perubahan ekosistem di sungai, karena bukan merupakan salah satu faktor
pembatas untuk ekosistem sungai.
3. Teknik penangkapan ikan dengan bubu dibagi menjadi tiga cara yaitu manual,
mekanis, dan modern.

5.2 Saran

Saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Perlu dikembangkan dan disosialisasikan kemabali alat tangkap ramah lingkungan,


misalnya bubu. Hal ini dikarenakan dengan menggunakan alat tangkap ramah lingkungan
maka suatu usaha perikanan dapat berjalan berkelanjutan dan lestari. Selain itu,
dikarenakan sudah terjadi kerusakan lingkungan perairan akibat alat tangkap yang
berbahaya dan merusak lingkungan. Apabila alat tangkap ramah lingkungan dapat
berkembang dan dimodifikasi lebih maju diharapkan menjadi alat tangkap yang efektif
dan efisien dalam kegiatan penangkapan ikan.
DAFTAR PUSTAKA

Martasuganda S. 2003. Bubu (Traps). Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya


Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Sainsbury J C. 1996. Commercial Fishing Methods. An Introduction to Vessel and Gears.


3ed Edition. London: Fishing News Book.

Subani W dan HR Barus. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia.
Jurnal Penelitian Perikanan Laut. No. 50. Jakarta: Balai Penelitian
Perikanan Laut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian.

Susilo E. 2006. Percobaan Pengoperasian Bubu pada Zona Fotik dan Afotik di Teluk
Palabuhanratu. [Skripsi] . Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN

Macam – macam alat tangkap bubu Alat tangkap bubu untuk ikan sidhat

Nelayan sedang merakit alat tangkap Ikan yang terperangkap dengan bubu
bubu

Alat tangkap bubu dijual – belikan


Alat tangkap bubu dengan ukuran besar dipasar

Anda mungkin juga menyukai