Anda di halaman 1dari 6

UAS SEDIMENTOLOGI

Nama : Muhammad Mulyanto


NIM : 08051381823086
Kelas : B
MK : Sedimentologi

Jelaskan secara singkat istilah di bawah ini:


1. Diagenesis (10)
2. Cementattion (10)
3. Compaction (10)
4. Bioturbation (10)

Jelaskan hal di bawah ini:


5. Sebutkan proses-proses yang meliputi proses Diagenesis dan jelaskan tiap
proses tersebut secara rinci.Sertakan dengan contoh (60)

Jawab :
1. Diagenesis adalah perubahan dari sedimen atau batuan sedimen yang ada
menjadi batuan sedimen yang berbeda selama dan setelah terbentuknya batuan
(litifikasi), pada suhu dan tekanan kurang dari yang dibutuhkan untuk
pembentukan batuan metamorf.

2. Cementation atau sementasi merupakan proses pengendapan mineral yang


merupakan semen dari batuan sedimen, semen tersebut nantinya akan diendapkan
pada saat proses primer ataupun proses sekunder.

3. Compaction adalah proses mengkompakkan butiran-butiran batuan sedimen ke


pori-pori batuan.

4. Bioturbation atau bioturbasi adalah proses sedimentasi batuan sedimen menjadi


batuan sedimen kimiawi yang disebabkan oleh makhluk hidup.
5. Proses-proses yang meliputi diagenesis yaitu:
a. Sementasi
Merupakan proses presipitasi yang terjadi pada saat lubang antar pori batuan
karbonat terisi oleh fluida jenuh karbonat. Dalam proses ini butiran-butiran sedimen
direkat oleh material lain yang terbentuk kemudian, dapat berasal dari air tanah atau
pelarutan mineral-mineral dalam sedimen itu sendiri. Proses ini merupakan proses
diagenetik yang penting untuk semua jenis batuan sedimen, termasuk didalamnya
batuan karbonat. Di lantai laut, sementasi terjadi di air hangat dalam pori dari
butiran ruangan antar butiran karbonat. Di meteoric realm (lingkungan meteorik
dimana pengaruh air yang hadir hanya dari hujan saja) sementasi juga hadir disini,
semennya dominan kalsit.
Meskipun kondisi yang mengontrol sementasi pada kedalaman kurang
dipahami pasti, tapi beberapa faktor dapat diketahui mengontrol hal ini. Air pori,
peningkatan temperatur, dan penurunan tekanan parsial dari karbondioksida
merupakan faktor-faktor yang diperlukan untuk presipitasi semen kalsit ini. Pada
proses sementasi ini diperlukan suplai kalsium karbonat secara mutlak. Sifat
sementasi ini berlawanan dengan pelarutan, dimana sementasi membuat mineral
semen (karbonat) terpresipitasi, sementara pelarutan akan merusak struktur mineral
yang telah terbentuk.

b. Disolusi
Merupakan proses melarutnya komponen karbonat yang terjadi saat fluida
pori tidak jenuh (undersaturated) oleh mineral-mineral karbonat. Pelarutan akan
terbantu oleh adanya mineral yang bisa larut (mineral karbonat yang tidak stabil
seperti aragonit dan Mg-calcite), serta nilai pH yang rendah (lingkungan menjadi
asam). Fluida air pori yang ada dalam ruang antar butiran pada batuan karbonat
biasanya akan sangat “agresif” melarutkan karbonat jika terkandung konsentrasi
gas CO2 yang disumbangkan oleh lingkungan sekitar (misalnya karbon dan oksigen
yang dilepaskan oleh jasad oganik). Pelarutan karbonat kurang banyak terjadi di
lingkungan laut. Tapi justru banyak terjadi pada lingkungan darat atau manapun
yang ada perkolasi (rembesan) dari air meteorik (air hujan maupun air tawar).
Bentang alam karst merupakan hasil dari proses pelarutan batuan karbonat.
Pembentukkannya dipengaruhi oleh proses pelarutan yang sangat tinggi di
bandingkan dengan batuan di tempat lainnya dimanapun. Proses pelarutan tersebut
umumnya dibarengi dengan proses-proses lainnya seperti runtuhan, transport dalam
bentuk larutan melalui saluran bawah tanah, juga longsoran dan amblesan
dipermukaan. Pelarutan yang terjadi secara terus menerus, pada akhirnya
menciptakan bentukan alam yang sangat beragam. Proses pelarutan tersebut dapat
digambarkan dalam reaksi kimia yaitu :

CaCO3 + CO2+H2O ==> Ca2- + 2HCO3-


(batu gamping) (air hujan) (larutan batu gamping)

Salah satu bentangan Karst yang ada di Indonesia yaitu Kawasan Karst
Gunung Sewu, dimana daerah ini memiliki topografi Karst yang terbentuk oleh
proses pelarutan batuan kapur. Kabupaten Wonogiri merupakan bagian dari
bentangan Karst Gunung Sewu yang dimana daerah ini memiliki topografi karst
yang terbentuk oleh proses pelarutan batuan kapur.
Secara umum, pelarutan karena pergerakan air melewati batuan karbonat
akan melarutkan mineral karbonat yang dilewatinya, maka imbasnya: (1) air akan
berubah kimianya (karena adanya konsentrasi ion karbonat di dalamnya), (2) air
akan masuk ke litologi berbeda atau sebaliknya air datang membawa material
”asing” dari batuan lain sebelum menerobos karbonat dan membawa sistem baru,
(3) perilaku pelarutan bergantung pada variabel kontrol kelarutannya (misalnya P,
T, Eh, PCO2, dll).
Pelarutan karbonat lebih intensif terjadi di daerah permukaan, sedangkan
hal sebaliknya terjadi di daerah bawah permukaan. Hal ini disebabkan karena
peningkatan temperatur pada kedalaman cenderung akan menurunkan tingkat
kelarutan karbonat. Kelarutan karbonat akan meningkat di kedalaman atau
dimanapun asalkan ada penambahan gas CO2 dalam air pori (yang bisa saja berasal
dari hasil pembusukan jasad organisme yang tertimbun), maka meskipun
temperatur meningkat kalau terdapat konsentrasi gas CO2 dalam air pori, mineral-
mineral karbonat yang ada tetap akan larut.
c. Dolomitisasi
Merupakan proses penggantian mineral-mineral kalsit menjadi dolomit.
Dolomit mempunyai komposisi CaMg(CO3)2 dan secara kristalografi serupa
dengan kalsit, namun lebih besar densitasnya, sukar larut dalam air, dan lebih
mudah patah (brittle). Secara umum, dolomit lebih porous dan permeable
dibandingkan limestone. Dalam proses dolomitisasi, kalsit (CaCO3)
ditransformasikan menjadi dolomite (CaMg(CO3)2) menurut reaksi kimia :

2CaCO3 + MgCl3 ==> CaMg(CO3)2 + CaCl2

Contoh, pada batu gamping yang terdolomitasi mempunyai porositas yang


lebih besar dari pada batugamping itu sendiri. Dolomitisasi bisa terjadi dilaut
dangkal-campuran fresh dan sea water, tidal flat, di danau, lagoon, dll, apalagi kalau
ada batuan yang mengandung Mg yang dilewati sungai-sungai dan membawanya
ke lingkungan dimana batu gamping berada atau terjadi.

d. Kompaksi
1. Secara Fisika
Merupakan proses diagenesa yang terjadi akibat adanya peningkatan
tekanan overburden. Seperti halnya pada batuan silisiklastik, kompaksi terjadi
karena adanya pembebanan sedimen yang berada diatasnya. Proses kompaksi ini
menyebabkan berkurangnya porositas batuan, karena terjadi juga thining
(penipisan) dari bed (perlapisan batuan) pada kedalaman dangkal. Seiring
bertambahnya kedalaman, tekanan juga akan bertambah, sedangkan porositas
karbonat berkurang sampai setengahnya atau lebih (porositas saat batuan
mengendap) sekitar 50-60% pada kedalaman sekitar 100 m.
Proses kompaksi ini terjadi karena adanya gaya berat/gravitasi dari
material-material sedimen yang semakin lama semakin bertambah sehingga volume
akan berkurang dan cairan yang mengisi pori-pori akan bermigrasi ke atas,
menyebabkan hubungan antar butir menjadi lebih lekat dan juga air yang dikandung
dalam pori terperas keluar.. Kompaksi menyebabkan berkurangnya porositas
batuan karena adanya rearangement (penyusunan ulang) dari butiran butiran yang
jarang (tidak bersentuhan) menjadi saling bersentuhan atau makin rapat. Ketika
sedimen pertama kali terendapkan tentu saja berupa material lepas (loose) dan
sifatnya porous (berpori), ketika kompaksi terjadi material lepas ini akan menjadi
lebih rapat dan padat yang otomatis akan mengurangi porositasnya.
2. Secara Kimia
Pada kedalaman burial sekitar 200-1500 m, kompaksi kimia dari sedimen
karbonat dimulai. Tekanan larutan pada kontak antar butiran seperti pada diagenesa
sedimen klastik lainnya akan melarutkan permukaan butiran mineral dan pada
karbonat dapat membentuk kontak bergerigi. Pada skala yang lebih besar pressure
solution pada batuan karbonat membentuk pola bergerigi (zig-zag) yang kita kenal
sebagai struktur styolite. Styolite umumnya hadir pada batuan karbonat berbutir
halus. Jadi pressure solution pada batuan karbonat diikuti perkembangan strktur
styolite, mencirikan hilangnya porositas dan thining (penipisan) dari bed
(perlapisan batuan).
Pada batuan karbonat terkadang tidak mengalami semua proses diagenesa
tersebut, namun biasanya justru hanya melalui beberapa proses diagenesa saja.
Proses diagnesa ini akan sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter
akhir batuan sedimen yang dihasilkannya.

e. Authigenesis
Perubahan dari salah satu mineral untuk membentuk mineral baru yang mungkin
dapat menjadi suatu semen < pirit (reduksi), hematit (oksidasi), Feldspar -> mineral
lempung.

f. Rekristalisasi
Perubahan ukuran umumnya menjadi tumbuh atau membesar, selain itu juga terjadi
perubahan bentuk tanpa merubah komposisi secara signifikan. Tekstur asalnya
masih terlihat akan tetapi strukturnya hancur.
contohnya: Lime Mud -> Coarse Crystalline Limestone
g. Inversion
Penggantian mineral dengan polimorfnya (mineral yang memiliki komposisi kimia
sama tetapi bentuk kristal yang berbeda), biasanya disertai dengan proses
rekristalisasi. contoh: aragonit (orthorombik) -> kalsit (rhombohedral)

h. Bioturbasi
Aktifitas organisme akan mempercepat atau memacu terjadinya proses
diagenesis lainnya. Organisme yang menyebabkan proses ini merupakan organisme
yang sangat kecil (mikrobia) dimana aktivitas jasad renik sangat berhubungan
dengan proses dekomposisi material organik. Proses dekomposisi material organik
akan mempengaruhi pH air pori sehingga mempercepat terjadinya reaksi kimia
dengan mineral penyusun sedimen. Aktifitas mikrobia antara lain fermentasi,
respirasi, pengurangan nitrat, besi, sulfat dan pembentukan gas metana.
Organisme dalam lingkungan pengendapan karbonat merework sedimen
dalam bentuk jejak boring, burrowing, dan sedimen-ingesting activity (memakan
dan mencerna sedimen). Aktivitas ini akan merusak struktur sedimen yang
berkembang pada sedimen karbonat dan meninggalkan jejak-jejak aktivitasnya saat
organisme ini beraktivitas. Kebanyakan bioturbasi terjadi pada sedikit di bawah
permukaan pengendapan, setelah pengendapan material sedimen dengan
kedalaman beberapa puluh sentimeter. Proses ini akan membentuk kenampakan
yang khas pada batuan sedimen yang disebut struktur sedimen.
Semua jenis organisme kecil macam fungi bakteri, dan alga, membentuk
microboring dalam fragmen skeletal dan butiran karbonat lainnya yang berukuran
besar. Boring dan presipitasi mikrit dapat intensif di lingkungan yang berair hangat
dimana butiran karbonat menjadi berkurang dan terubah menjadi mikrit, proses
pada kondisi ini dikenal sebagai mikritisasi. Di beberapa kasus, aktivitas organisme
ini dapat meningkatkan kompaksi batuan dan biasanya merusak struktur sedimen
yang halus seperti paralel laminasi.

i. Replacement
Kristalisasi mineral baru dalam bidang mineral lama atau agregat mineral dari
komposisi yang berbeda. Tekstur dan struktur asal masih dapat terlihat.
contoh: Clay mineral -> kalsit, calcite shells -> glaukonit

Anda mungkin juga menyukai