DI POLI BEDAH
RUMAH SAKIT H. DAMANHURI BARABAI
DISUSUN OLEH :
HADERIANSYAH
LEMBAR PERSETUJUAN
1
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
DOSEN PEMBIMBING
POLTEKES KEMENKES BANJARMASIN
PRODI D3 KEPERAWATAN
MARWANSYAH, S.Kep,Ns.,M.Kep.
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade II, sesuai dengan namanya,
adalah ulkus yang terjadi pada kaki penderita diabetes dan merupakan komplikasi
kronik yang diakibatkan oleh penyakit diabetes itu sendiri. Diabetes Melitus (DM)
memiliki berbagai macam komplikasi kronik dan yang paling sering dijumpai adalah
kaki diabetik (diabetic foot). Di Amerika Serikat, penderita kaki diabetik mendekati
angka 2 juta pasien dengan diabetes setiap tahunnya.2 Sekitar 15% penderita DM di
kemudian hari akan mengalami ulkus pada kakinya.
Insiden ulkus diabetikum atau ulkus diabetes mellitus grade II setiap tahunnya
adalah 2% di antara semua pasien dengan diabetes dan 5 – 7,5% di antara pasien
diabetes dengan neuropati perifer. Meningkatnya prevalensi diabetes di dunia
menyebabkan peningkatan kasus amputasi kaki karena komplikasi diabetes. Studi
epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi dilakukan pada penyandang
diabetes setiap tahunnya. Ini berarti, setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena
diabetes di seluruh dunia.
Sebanyak 85% amputasi pada ekstremitas bawah pada pasien diabetes didahului
oleh ulkus pada kaki. Oleh sebab itu, pencegahan dan manajemen yang tepat dari lesi-
lesi kaki merupakan hal yang terpenting. Ulserasi disebabkan oleh interaksi beberapa
faktor, tetapi terutama adalah neuropati.
1. Rumusan Masalah
4
1. Tujuan
Berikut merupakan tujuan dari penyusunan Askep pada pada Ny. B dengan ulkus
diabetes melitus grade II, yaitu :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari asuhan keperawatan ini yaitu untuk mengetahui perkembagan
pemenuhan asuhan keperawatan pada Ny. B dengan ulkus diabetes melitus grade II.
2. Tujuan Khusus
3. Untuk mengetahui pengertian dari ulkus.
4. Untuk mengetahui bagaimana etiologi dari ulkus diabetikum atau ulkus diabetes
mellitus grade II.
5. Untuk mengetahui bagaimana tanda dan gejala dari ulkus diabetikum atau ulkus
diabetes mellitus grade II.
6. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari ulkus diabetikum atau ulkus
diabetes mellitus grade II.
7. Untuk mengetahui bagaimanamanifestasi klinis dari ulkus diabetikum atau ulkus
diabetes mellitus grade II.
8. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan Pada Ny. B dengan ulkus
diabetes melitus grade II.
9. Untuk mengetahui format penulisan asuhan keperawatan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Definisi Ulkus
Ulkus merupakan luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lender dan usus
adalah kematian jaringan yang luas disertai invasive kuman saprofit (Zaidah, 2008).
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu
gejala klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer, (Andyagreeni,
2010).
Ulkus Diabetik merupakan komplikasi kronik dari Diabetes Melllitus sebagai sebab
utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita Diabetes. Kadar LDL yang
tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetic melalui
pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah, (zaidah 2005).
Ulkus kaki Diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas
akibat Diabetes Mellitus. Ulkus kaki Diabetes merupakan komplikasi serius akibat
Diabetes, (Andyagreeni, 2010).
Pankreas adalah sebuah organ yang terletak di daerah perut. Bagian ini memainkan
peran penting dalam mengubah makanan yang kita makan menjadi bahan bakar bagi
sel-sel dalam tubuh. Fungsi pankreas ada 2 yaitu:
6
1. Fisiologi
Kadar glukosa dalam darah sangat dipengaruhi fungi hepar, pankreas, adenohipofisis
dan adrenal. Glukosa yang berasal dari absorpsi makanan diintestin dialirkan ke hepar
melalui vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini
kadar glukosa di vena porta lebih tinggi daripada vena hepatica, setelah absorsi selesai
gliogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena hepatica
lebih tinggi dari vena porta.
Jadi hepar berperan sebagai glukostat. Pada keadaan normal glikogen di hepar cukup
untuk mempertahankan kadar glukosa dalam beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar
terganggu akan mudah terjadi hipoglikemi atau hiperglikemi. Sedangkan peran insulin
dan glucagon sangat penting pada metabolisme karbonhidrat.
4. Etiologi
5. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
Faktor genetic
Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksisel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksisel β pancreas.
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan
reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang
8
responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat
dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi
pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia (Price,1995).
Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin
(DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan
suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-
kanak.Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
5. Patofisiologi
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energy supaya sel
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari
bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari
unsure karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolisme
sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40% diubah
menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena
terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya
terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam
sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar
gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan
hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga
apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bias menyaring dan mengabsorbsi
sejumlah glukosa dalam darah.
Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan
bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah
air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra
9
selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus
terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-
sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein
menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh,
maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang
disebut poliphagia.
Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah
yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni
tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan
pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-
buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang
disebut koma diabetik (Price,1995).
6. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and
Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:
1. Klasifikasi Klinis
Diabetes Mellitus
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan
hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan
insulin diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I
ditandai oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes
10
mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin)
atau akibat penurunan jumlah produksi insulin.
7. Manifestasi Klinis
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita
Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah,
Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
8. Komplikasi
1. Akut
Hipoglikemia dan hiperglikemia
Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit
jantung koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati,
nefropati.
Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
Neuropati diabetik
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik
Proteinuria
Kelainan koroner
Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
11
9. Kaki Diabetes
10. Pengertian
Kaki diabetes adalah kelainan pada ekstrimitas bawah yang merupakan komplikasi
kronik DM. manifestasi kelaianan kaki diabetes dapat berupa: dermopati, selulitis,
ulkus, osteomilitis dan gangrene.
Faktor endogen:
1. Neuropati
1. Angiopati
Dapat disebabkan oleh faktor genetic, metabolic dan faktor resiko lain.
1. Iskemia
Merokok
Hiperlipidemia
Manifestasi kaki diabetes iskemia:Kaki dingin, Nyeri nocturnal, Tidak terabanya denyut
nadi, Adanya pemucatan ekstrimitas inferior, Kulit mengkilap, Hilangnya rambut dari
jari kaki, Penebalan kuku, Gangrene kecil atau luas.
Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara menekan, jangan
digosok
Setelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik dan gesekan yang
berlebih
Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong
Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempit
Gunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempit
Bila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan cara kaki direndam
dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian gosok dengan handuk atau dikikir jangan
dikelupas.
Proses keperawatan adalah suatu langkah yang digunakan dalam memberikan asuhan
keperawatan meliputi pengakajian, diagnosa keperwatan, perencanaan, implementasi,
dan evaluasi.
Mencakup data biolgrafi atau identitas, keluhan masuk rumah sakit, data fisiologi dasar,
konsep diri dan data penunjangnya.
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan diperoleh dari hasil analisa data sehingga muncul prioritas
masalah dan diagnosa keperawatan.
1. Perencanaan
Berupa rencana keperawatan sesuai dengan permasalahan yaitu: tujuan, kriteria hasil,
rencana tindakan, dan rasionalisasi yang berkaitan dengan teori.
14
1. Implementasi
1. Evaluasi
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
1. Identitas
Biodata Pasien
Pendidikan : SD
1. Riwayat Penyakit
2. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Luka di tumit kaki kiri dan terasa nyeri skala 5-6, nyeri hilang timbul, nyeri pada saat
digerakkan, klien tampak merintih jika nyeri tiba.
Satu bulan sebelum masuk rumah sakit, klien kena luka di tumit kaki kiri, namun klien
tidak mengetahui penyebabnya. Mulai saat itu klien lebih berhati-hati dan pelan-pelan
saat berjalan. Dua minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan dirasa semakin
bertambah, luka pada tumit menjadi bengkak. Diperiksakan ke dokter praktik dan
hanya diberi obat oral. Satu minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan pada tumit
klien makin bertambah, luka makin membengkak dan oleh cucunya luka tersebut
dibuka atau diiris keluar pusnya banyak. Klien hanya istirahat dirumah dan akhirnya
karena merasa tidak kuat dan tidak bisa mengobati luka tersebut maka oleh
keluarganya klin dibawa ke rumah sakit. Hari masuk rumah sakit, keluhan luka
tumit,kemudian dilakukan perawatan luka.
Klien menderita tekanan darah tinggi sudah sejak 10 tahun yang lalu. Klien terdeteksi
diabetes mellitus saat menjalani perawatan di rumah sakit ini. Klien belum pernah
dirawat di rumah sakit sebelumnya.
Pemeriksaan Penunjang
Normal
Differential
MXD : 6,2% ( 0 – 8 )
Klien dan keluarga belum mengetahui penyakit diabetes mellitus yang diderita klien,
karena klien dan keluarga hanya mengethaui kalau klien tersebut dirawat di rumah
sakit karena adanya luka ulkus di tumit tersebut. Untuk pemeliharaan kesehatan klien
selalu memeriksakan diri ke dokter atau mantri praktik di sekitar rumahnya.
18
2. Pola Nutrisi/Metabolik
Intake makanan : sebelum sakit klien makan 3 kali sehari, dengan sayur dan
lauk. Klien mempunyai pantangan makanan yaitu daging kambing. Saat sakit/ dirawat
di rumah sakit klien hanya menghabiskan rata-rata ¼ porsi pemberian. Menurut klien
BB turun dari biasanya, BB tidak terkaji.
Intake cairan : sebelum sakit klien mminum 6-7 gelas sehari, minuman
pantangan kopi. Saat di rumah sakit ini klien mendapat cairan infus 1000 ml sehari dan
minum air putih 3-4 gelas sehari.
3. Pola Eliminasi
4. Buang air besar
Sebelum sakit : sekali per dua atau tiga hari. Dan saat sakit di rumah sakit klien per dua
atau tiga hari, dengan konsistensi padat warna kuning.
Sebelum sakit klien BAK 7-8 kali sehai. Dan selama di rumah sakit klien terpasang
dower cateter mulai tanggal. Dalam satu hari -+ 800 CC warna kuning pekat.
Makan / minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
19
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
0 : mandiri, 1 : alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat,
4: tergantung total. Oksigenasi : klien bernapas secara spontan tanpa bantuan alat
oksigenasi.
Klien tidur selama 7-8 jam setiap hari, tidak ada gangguan tidur. Saat di rumah sakit
klien banyak istirahat dan tidur.
1. Pola Perceptual
Klien mengatakan bahwa tidak ada perubahan pada penglihatan dan klien tidak
menggunakan alat bantu dengar.
Klien sudah menopause, klien menikah dua kali. Dengan suami yang pertama
mempunyai 7 anak dan dengan suami yang kedua klien tidak mempunyai anak. Klien
merasa senang dan bahagia karena didampingi oleh suami yang kedua.
1. Pola Peran-Hubungan
Klien lebih dekat dengan suami. Komunikasi dengan perawat sekarang hanya apabila
ditanya, menggunakan bahasa jawa.
Sebelum sakit klien taat sholat, saat sakit klien tidak bisa sholat lagi, tapi meyakini
apapun penderitaannya Tuhan yang mengatur-Nya.
1. Pemeriksaan Fisik
2. Keluhan yang dirasakan saat ini
Nyeri pada luka di tumit kaki kiri, skala 5-6, merasa panas seperti terbakar.
2. Tanda-tanda vital
3. Suhu : 36,5°C
4. Nadi : 80x / menit
5. Pernafasan : 20x/ menit
6. Tekanan darah : 160/100 mmHg
7. BB/TB : TB : 150cmBB : 70kg
8. Kepala
Rambut : Lebat, sedikit berubah, terakhir keramas 5 hari yang lalu, rambut berbau.
Mata : Konjungtiva : tidak pucat (-/-), Sklera: ikterus (-/-), reflek cahaya +/+,
fungsi penglihatan baik.
Mulut : Bibir kelihatan kering, gigi banyak yang sudah tanggal, nafas berbau.
5. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran limfe nodus. Tidak ada
peningkatan JVP.
6. Thorak
Inspeksi : simetris
21
7. Abdomen
Palpasi : Abdomen supel, hati dan limfe tidak teraba, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Tidak ada kelainan di regio inguinal. Klien terpasang dower catheter sejak tanggal 23
Maret.
9. Ektremitas
Terdapat ulkus di tumit kiri, luas ulkus dengan diameter kurang lebih 5cm
kedalamannya kurang lebih 1cm, nampak jaringan nekrotik warna putih. Terdapat
oedema dibagian kaki distal kanan kiri. Infus terpasang ditangan kiri.
Pergerakan:
B B
B TB
22
1. Analisa data
DS:
a. Pasien mengatakan
nyeri.
DO:
d. S: 5-6
pemberian.
DS:
DO :
a. Pasien selama di rumah
sakit terpasang dower
cateter.
DS : –
DO :
a. Rambut lebat sedikit
beruban, terakhir keramas 5 Defisit
hari yang lalu, rambut Kurangnya
5. perawatan
berbau pengetahuan
diri
DS : –
Prioritas Masalah
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan ulkus DM ditandai
dengan adanya luka pada tumit dan keluar pus banyak, luka ulkus dengan diameter :
± 5 cm kedalaman : ± 1 cm, tterdapat jaringan nekrotik warna putih, terdapat edema
di bagian kaki kiri
2. Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan ditandai dengan adanya luka
pada tumit kaki yang menyebabkan nyeri, nyeri bertambah saat beraktifitas, nyeri
seperti ditusuk-tusuk pada area ekstremitas bawah dengan skala nyeri 6, pasien
meringis kesakitan ditunjukkan dengan memegangi area nyeri.
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya
nafsu makan, ditandai dengan intake makanan selama di rumah sakit pasien hanya
menghabiskan rata-rata ¼ porsi pemberian.
4. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya ulkus pada kaki
ditandai dengan pasien selama di rumah sakit terpasang dower cateter, alam
melakukan makan/minum, mandi, berpakaian, mobilitas di tempat tidur,
berpindah, ambulasi/ROM dibantu oleh orang lain, dan untuk kebutuhan toileting
pasien dibantu oleh orang lain dan dengan bantuan alat
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
ditandai dengan rambut lebat sedikit beruban, terakhir keramas 5 hari yang lalu,
rambut berbau, bibir kering, gigi banyak yang sudah tanggal, nafas berbau.
1. Intervensi keperawatan
No.
Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Dx
presipitasi nyeri.
intensitas nyeri
dengan menggunakan 8. Berikan
skala nyeri (0-10). analgetik untuk
mengurangi nyeri.
f. Mempertahankan
im- mobilisasi (back 9. Evaluasi
slab). tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
10. Kolaborasi
dengan dokter bila ada
komplain tentang
pemberian analgetik
tidak berhasil.
11. Monitor
penerimaan klien
tentang manajemen
nyeri.
Dx. Kebutuhan Setelah dilakukan 1. Kaji intake klien 1. Mengidentifikasi
3. nutrisi tindakan keperawatan 2. Tingkatkan kekurangan dan
kurang dari selama 3×24 jam, intake makan melalui penyimpangan dari
kebutuhan kebutuhan nutrisi kebutuhan terapeutik.
berhubungan kurang dari 2. Mengkaji
a. Kurangi gangguan
dengan kebutuhan klien pemasukan makanan
dari luar
hilangnya membaik, dengan yang adekuat (termasuk
nafsu makan kriteria hasil: absorbsi dan
a. Nafsu makan b. Sajikan makanan utilisasinya).
28
7. Bantu
identifikasi program
latihan yang sesuai
11. Fasilitasi
penggunaan alat Bantu
kebutuhannya.
6. Pertahankan
aktivitas perawatan diri
secara rutin
7. Evaluasi
kemampuan klien
dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
8. Berikan
reinforcement atas
usaha yang dilakukan
dalam melakukan
perawatan diri sehari
hari.
31
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas ,disertai invasif kuman saprofit. Faktor utama yang
berperan pada timbulnya ulkus diabetikum adalah angiopati, neuropati dan infeksi.
1. Saran
Ulkus diabetes mellitus grade II sangat rawan untuk terjadinya infeksi. Jika perawatan
Ulkus diabetes mellitus grade II tidak dilakukan dengan baik dan benar, maka akan
menimbulkan infeksi. Selain itu, Ulkus diabetes mellitus grade II akan mengganggu
aliran darah dan syaraf-syaraf yang peka terhadap rasa nyeri.
32
Apabila ada Ulkus diabetes mellitus grade II, diharapkan untuk selalu dibersihkan,
biasanya dengan NaCl dan ditutup dengan kassa steril. Jika ada jaringan yang mati,
maka segera dilakukan pengangkatan, agar tidak terjadi pelebaran ulkus diabetikum.
Dan selalu menjaga adar gula darah dengan menjaga pola makan yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR KONSULTASI
NAMA MAHASISWA : HADERIANSYAH
NIM. :
SEMESTER :
RUANGAN : POLI BEDAH
RUMAH SAKIT : RSUD. H.DAMANHURI BARABAI
JUDUL ASKEP : ULKUS DIABETIS MELITUS
PERIHAL CATATAN PEMBIMBING
NO. TANGGAL YANG DIKONSULKAN / PARAF
34