Anda di halaman 1dari 1

Sel Punca dan Pemanfaatannya

Sel punca adalah sel yang belum berdiferensiasi sehingga memiliki kemampuan untuk tumbuh
menjadi berbagai sifat sel tergantung dari lingkungan mikro (niche) di sekitarnya. Menurut asalnya, sel
punca dapat dibedakan menjadi dua varietas, yaitu Sel punca embryonal dan Sel punca jaringan atau
disebut juga sel punca dewasa (Kumay, Vinar, 2019).

Berdasarkan potensinya untuk melakukan diferensiasi, sel punca dibedakan menjadi :

1. Totipoten, kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi semua bentuk sel dan jaringan
ekstraembrional.
2. Pluripoten, berasal dari seluruh massa dari sel lapisan dalam blastosit, ketiga jaringan dari
semua germ cell layer, dan tidak termasuk dalam jaringan ekstraembrional.
3. Multipoten, mampu berdiferensiasi menjadi sejumlah macam sel dalam lingkup tertentu
dalam germ cell layer yang sama.

(Puruhito, 2013).

Dalam bidang farmasi, stem cell dapat digunakan dalam penemuan obat baru yang berbasis
seluler dan molekuler. Secara farmakologi, sel menjadi kunci dan memainkan peran penting untuk
mengetahui efektivitas dan keamanan obat-obatan, reproduksibilitas sistem pengiriman, dan sensitivitas
obat. Ketersediaan sel induk berpotensi majemuk dalam pengujian obat dengan jangkauan yang lebih luas
dari jenis sel. Contohnya, sel induk pluripoten (iPSCs) yang diinduksi akan memberi gambaran
bagaimana latar belakang genetik sel induk secara luas untuk menciptakan sel iPSCs yang dapat
menanggulangi penyakit manusia (Ikrar, 2015).

Contoh kasus, pada Juni 2008 para Ahli di Hangzhou, China telah berhasil mengobati seorang
anak Amerika berusia 6 tahun yang telah mengalami kebutaan sejak umur 3 tahun dengan menggunakan
stem cell yang diambil dari darah tali pusat (umbilical cord blood). Sel punca ini disuntikkan ke tubuh
gadis tersebut secara spinal dan intravena. Kebutaan pada gadis tersebut disebabkan oleh kelainan bawaan
yang dikenal sebagai septo-optic dysplasia, suatu kelainan bawaan yang ditandai oleh tidak
berkembangnya nervus opticus, defisiensi satu atau lebih hormon hipofisa dan tidak terbentuknya
jaringan otak yang terletak pada garis tengah. Pada beberapa kasus juga dapat disertai terjadinya
gangguan intelektual. Para dokter berusaha untuk membentuk kembali nervus optikus, yaitu saraf yang
menghubungkan retina dengan otak. Setelah mendapat terapi sel punca penglihatan gadis tersebut
mengalami peningkatan secara bertahap (Jusuf, 2008).

Daftar Pusaka

Ikrar, 2015, Kemujaraban dan Pemanfaatan Stem Cell Dalam Kedokteran Modern,
https://www.tribunnews.com/tribunners/2015/04/27/kemujaraban-dan-pemanfaatan-stem-cell-dalam-
kedokteran-modern?page=all, diakses pada tanggal 10 Oktober 2020 pukul 13.42 WIB.

Jusuf, A. A., 2008, Potensi Sel Punca untuk Memperbaiki Cacat Lahir di Masa Depan, Jurnal
Bagian Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 10

Kumay, Vinar., 2019, buku ajar patologi robbins, Elsevier Health Sciences, Singapore.

Puruhito, 2013, Ilmu Bedah Toraks Primer, Kardiak, dan Vaskular, Airlangga University Press,
Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai