PERCOBAAN 2
Dikerjakan oleh:
Kelas/Golongan/Kelompok: C/IV/3
Cara kerja,
20/461333/FA/12904 Victorius Kristiono pembahasan,
konsep pemisahan
protein dengan
SDS-PAGE dan
kesimpulan
20/461334/FA/12905 Waly Prakasa Metode purifikasi
Selalau terbaik, perkiraan
berat molekul dan
kesimpulan
2021
1. TUJUAN
Mahasiswa dapat melakukan pemisahan dan menentukan bobot molekul protein dengan
metode SDS-PAGE.
2. CARA KERJA
Dibersihkan kaca untuk pencetak gel dengan etanol, dikeringkan kemudian dipasang pada
alatnya
Dituang segera campuran gel pemisah ke dalam ruang antara lempeng kaca. Disisakan
kira-kira 2,5 cm dari tepi atas lempeng kaca untuk gel penumpuk.
Diteteskan isobutanol untuk menyingkirkan udara pada bagian atas gel dan agar batas antar
gel dapat terbentuk dengan baik.
↓
Dibuat gel penumpuk
Dituangkan campuran gel penumpuk di atas gel pemisah. Disisipkan plastik (sisir)
pembentuk sumuran sampel.
Diletakkan klem lempeng kaca dan gel secara vertikal pada alat elektroforesis. Diisi tempat
dapar dengan elektroda. Disingkirkan gelembung udara pada bagian bawah gel.
Dicampur larutkan sampel/ marker protein dengan dapar sampel. Setelah itu, dipanaskan
larutan tersebut pada air mendidih (95 - 100ºC) selama 5 menit.
Diberi nomor pada sumuran, kemudian dimasukkan sampel dan marker protein ke dalam
sumur. Dicatat nomor sumuran dan nama sampel yang dimasukkan.
Dibuka klem setelah elektroforesis selesai. Diangkat spacer pada kedua sisi lempeng kaca,
kemudian dipisahkan lempeng kaca dari gel. Dipotong gel pada batas antara gel penumpuk
dan gel pemisah. Ditandai salah satu ujung gel (dipotong sedikit di salah satu ujung atas
gel).
↓
Diangkat gel dan direndam dalam larutan pewarna (coomassie blue) selama 30 - 60 menit.
Kemudian gel dipindahkan ke dalam larutan pencuci (asam asetat metanol). Jika perlu,
ganti larutan pencuci beberapa kali sehingga warna latar belakang memudar dan pita-pita
protein jelas terlihat.
Cara kerja yang dilakukan, pertama adalah membersihkan kaca untuk pencetak gel
dengan etanol, keringkan kemudian pasang pada PAGE insert dan caster. Pastikan cetakan
gel tidak bocor dengan menambahkan air pada cetakan. Kemudian buat gel poliakrilamid
10% dengan mencampur larutan dengan komposisi dan urutan sesuai tabel komposisi
SDS-PAGE. TEMED dan APS ditambahkan paling akhir. APS sebaiknya dibuat sebelum
digunakan.
Tuang segera campuran gel pemisah ke dalam ruang antara lempeng kaca. Sisakan
kira-kira 2,5 cm dari tepi atas lempeng kaca untuk gel penumpuk. Gel pemisah dicetak
terlebih dahulu, setelah gel tersebut mengeras, baru gel penumpuk dicetak diatas gel
pemisah. Teteskan isobutanol untuk menyingkirkan udara pada bagian atas gel dan agar batas
antargel dapat terbentuk dengan baik. Biarkan gel pemisah berpolimerisasi. Setelah gel
pemisah berpolimerisasi bersihkan sisa isobutanol. Buat gel penumpuk seperti pada tabel dan
tuangkan larutan diatas gel pemisah. Sisipkan plastik (sisir) pembentuk sumuran sampel.
Setelah gel penumpuk berpolimerisasi, lepas plastik pembentuk sumuran dan lepaskan PAGE
insert dari caster. Letakkan PAGE insert berisi lempeng kaca dan gel secara vertikal pada alat
elektroforesis. Isi tangki tempat buffer dengan SDS running buffer hingga penuh dan
singkirkan gelembung udara pada bagian bawah gel.
Selanjutnya, disiapkan sampel protein. Lalu, diambil 4 bagian sampel protein uji
(misalnya 240 μL ). Ditambahkan 1 bagian sampel buffer (misalnya 60 μL ), kemudian
dicampur homogen. Lalu dipanaskan pada air mendidih pada suhu 95 ° -100 ° C selama 5
menit. Kemudian, dimasukkan 20 μL sampel yang sudah diberi sampel buffer ke dalam tiap
sumuran. Setelah itu, diingat dan dicatat nomor sumuran serta nama sampel yang
dimasukkan ke dalam tiap sumuran. Digunakan protein marker paling tidak satu sumuran
pada setiap gel. Lalu dihubungkan alat elektroforesis dengan power supply. Setelah menyala,
dijalankan elektroforesis dengan voltase 200 volt (arus sekitar 60 mA) selama 60-120 menit
atau sampai telah running h ingga 80 dan gel pemisah. Dipastikan running berjalan secara
baik dan benar dengan mengamati gelembung yang terjadi pada tangki. Indikator lama
tidaknya proses ini adalah jarak protein yang telah bermigrasi ke kutub positif (anoda).
Setelah elektroforesis selesai, dibuka klem lalu diangkat spacer p ada kedua sisi lempeng
kaca. Kemudian, dipisahkan lempeng kaca dari gel lalu dipotong gel pada batas antara gel
penumpuk dan gel pemisah, lalu ditandai salah satu ujung gel dengan dipotong sedikit di
salah satu ujung atas gel. Setelah itu, disiapkan larutan pewarna yaitu coomassie blue.
Pewarna ini bertujuan untuk mempermudah pengamatan. Gel diangkat dan direndam dalam
larutan pewarna selama 30-60 menit atau sampai pita protein terlihat dengan digoyang
perlahan di atas shaker. Jika pita protein sudah terlihat, dipindahkan larutan pewarna ke
dalam wadah lalu dilakukan pencucian gel dengan larutan pencuci (aquades) lalu digoyang
perlahan di atas shaker. Jika perlu, diganti larutan pencuci beberapa kali sehingga warna latar
belakang memudar dan pita-pita protein jelas terlihat. Lalu diamati dengan dibandingkan
mobilitas protein-protein sampel dengan protein marker untuk menentukan berat molekulnya.
Hasilnya, dicatat dan dilakukan perhitungan Rf dengan membagi jarak migrasi dan jarak
elusi yang diukur menggunakan penggaris, kemudian dihitung juga BM dengan mengganti
log y.
4. KESIMPULAN
erdasarkan praktikum pemisahan protein dengan metode SDS-PAGE diatas dapat disimpulkan
B
bahwa :
protein yang berukuran lebih besar akan bergerak lebih lambat sedangkan molekul yang
lebih kecil akan bergerak lebih cepat pada gel ketika elektroforesis. SDS berfungsi untuk
melarutkan molekul hidrofobik dengan muatan negatif yang akan mendenaturasi protein,
2. Pada Native- PAGE protein dipisahkan dalam bentuk native/ aslinya dan pemisahan
protein berdasarkan ukuran, muatan, dan bentuk native dari protein. Tidak seperti
untuk ikatan disulfida yang tidak dapat didenaturasi oleh SDS, dapat diputus/denaturasi
4. Metode pemurnian yang dipakai ada 3, yaitu salting out, ion exchange chromatography,
dan kromatografi afinitas, dengan metode pemurnian kromatografi afinitas terbukti yang
paling baik.
5. Secara kasar, perkiraan Berat Molekul protein hasil SDS-PAGE adalah 43,000 g/mole
5. DAFTAR PUSTAKA
2.
native/ aslinya dan pemisahan protein berdasarkan ukuran, muatan, dan bentuk native dari
protein. Tidak seperti native-PAGE, dengan SDS-PAGE kita bisa memisahkan subunit
protein. Gambar di kiri menunjukkan suatu protein dengan subunit A, B, C, D. Besarnya
bola menggambarkan ukuran masing-masing sub unit. Ikatan disulfida tidak dapat
β-mercaptoethanol (β-ME)
masing-masing pita protein baik pada hasil SDS-PAGE yang di tengah maupun yang
paling kanan
3. Buatlah kurva baku antara Rf (jarak elusi 70 mm) dan log BM berikut ini dengan terlebih
(mm) (KDa)
1 5 0,07 Myosin 250 2,398
dehydrogenase
dehydrogenase
7 17 0,24 Protein A
y = a + bx x = Rf
y = 2,5567-2,0172x y = Log BM
b. Perkirakan BM protein A dengan jarak migrasi (17 mm) (2)
Rf = 17/70
Rf = 0,24
y = 2,5567 - 2,0172x x = Rf
= 2,5567 - 2,0172(0,24)
= 2,072572 ≈ 2,07
1. Salting Out
Pada metode salting out kenaikan kelarutan protein akan meningkatkan kekuatan
ion larutan. Pada penambahan garam dengan konsentrasi tinggi kelarutan protein akan
menurun. Molekul air akan lebih tertarik pada ion-ion yang kecil dibandingkan ion yang
besar. Molekul air yang berikatan dengan ion-ion garam semakin banyak yang
menyebabkan penarikan selubung air yang mengelilingi permukaan protein sehingga
mengakibatkan protein saling berinteraksi, beragregasi, dan kemudian mengendap
(Sismindari, dkk, 2017).
a. Fase diam dari kolom yang bermuatan negatif, maka protein dengan muatan positif
akan binding pada fase diam tersebut
b. Fase diam bermuatan positif, maka protein dengan muatan negatif akan binding
pada fase diam tersebut
c. Protein yang telah binding pada fase diam tersebut dapat dilepaskan menggunakan
NaCl pada konsentrasi tertentu. Dalam hal ini, NaCl akan berkompetisi dengan molekul
yang terikat pada fase diam sehingga protein tersebut lepas
d. Protein yang muatannya paling tinggi akan terlepas terlebih dahulu dan keluar dari
kolom untuk kemudian ditampung (Sismindari, dkk, 2017)
3. Kromatografi Afinitas
Metode kromatografi yang pemisahannya didasarkan pada aktivitas biologinya.
Fase diam mengandung molekul yang dapat berikatan secara spesifik dengan protein
sehingga akan didapatkan protein yang spesifik. Metode ini merupakan metode
pemisahan yang sangat bagus karena akan segera diperoleh protein murni sesuai yang
diinginkan (Sismindari, dkk, 2017)
b. Berdasarkan gambar hasil SDS-PAGE tersebut, tentukan metode manakah yang
dapat memurnikan protein paling baik (kolom 3-5)? Jelaskan mengapa Anda bisa
menentukan demikian!
Kolom ke-5, yaitu metode Kromatografi Afinitas. Dapat dilihat pada gambar hasil
SDS-PAGE, hasil teknik pemurnian kromatografi afinitas merupakan hasil yang paling
baik diantara tiga teknik.
Alasannya, seperti yang dijelaskan pada poin a, bahwa fase diam dalam metode
kromatografi afinitas mengandung molekul yang secara spesifik berikatan dengan
protein yang ingin dimurnikan, sedangkan protein yang lain akan keluar dari kolom
tersebut.
Pada gambar diketahui bobot molekul protein berada pada rentang 31,000-45,000
g/mole. Secara kasar dapat diperkirakan bobot molekul protein sebesar 43,000 g/mole