Anda di halaman 1dari 8

TUGAS FTS PADAT

Review Jurnal Tablet Salut

DISUSUN OLEH

NAMA : JAMALIA NOSARI

NIM : F201801019

KELAS : B1 FARMASI

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA


KENDARI
2021
Judul Jurnal : MODIFIKASI NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN
PENYALUT UNTUK TABLET SALUT ENTERIK

Jurnal : Indonesian Polymer Journal

Vol dan Hal : Vol 17,No.2 dan 78-83

Tahun : 2014

Penulis : Jemmy A. Prasetia,Saleh Wikarsa dan Sukmadjaja Asyarie

Tanggal : 6 Januari 2021

REVIEW

ABSTRAK :

Natrium alginat (NaA) merupakan polimer alam yang dapat mengembang dalam
larutan asam dan larut pada suasana basa sehingga berpotensi sebagai bahan
penyalut tablet. FilmNaA bersifat mudah rapuh. Sifat fisikomekanis NaA dapat
ditingkatkan melalui mekanisme clay-containing polymeric nanocomposites
(CPNC) dengan filler nanoclay natrium bentonit (NaB). Tujuan penelitian ini
adalah menghasilkan tablet salut enterik dari bahan penyalut polimer NaA/NaB
dengan metode CPNC. Polimer NaB 5 % dikembangkan melalui metode sonikasi.
Larutan nanokomposit NaA/NaB (SE-NaA/NaB) yang dihasilkan digunakan
sebagai bahan penyalut tablet dengan bahan aktif natrium diklofenak. Evaluasi
tablet salut meliputi organoleptik, waktu hancur dan uji disolusi. Hasil yang
diperoleh dibandingkan terhadap tablet dengan penyalutan hanya menggunakan
polimer NaA (SE-NaA). Secara organoleptik, tablet SE-NaA/NaB memiliki
permukaan halus tanpa kecacatan film. Uji waktu hancur tablet SE-NaA dan SE-
NaA/NaB berturut-turut adalah 5,9±0,6 dan 13,8±1,0 menit. Pada uji disolusi,
tablet SE-NaA dan tablet SE-NaA/NaB tidak memberikan pelepasan pada media
asam pH 1,2±0,1 namun terjadi pelepasan pada media basa pH 6,8±0,1 berturut-
turut sebesar 95,7±1,1% dan 93,3±1,5%. Hasil tersebut menunjukkan SE-
NaA/NaB memiliki potensi sebagai bahan penyalut untuk tablet salut enterik.
PENDAHULUAN :

Nanopartikulat di definisikan sebagai kombinasi antara matriks polimer dengan


bahan pengisi (filler).Penambahan filler dalam jumlah sedikit ke dalam polimer
akan mampu meningkatkan sifat fisikomekanis seperti sifat elastisitas dan
kekuatan polimer, permeabilitas, serta kemampuan penahanan terhadap panas
yang melebihi sifat awal polimer [2]. Komposit yang dikombinasi dengan polimer
mampu menghasilkan suatu lapisan salut lapis tipis, namun lapisan ini memiliki
kekuatan film yang rendah [3]. Peneliti lain menegaskan bahwa komposit
memiliki harga modulus elastisitas yang rendah jika dibandingkan dengan
nanokomposit [4]. Penggunaan metode clay-containing polymer nanocomposite
(CPNC) memiliki kemampuan dalam membantu meningkatkan sifat mekanis film
[1]. Natrium alginat (NaA) merupakan polimer alam yang telah banyak digunakan
dalam formulasi sediaan farmasi. Sifat pembentukan gel alginat dari residu
guluronat dengan ion polivalen seperti kalsium dan alumunium mengarahkan
pada pembentukan ikatan sambung silang [5]. Namun demikian, film alginat
dapat mengalami deformasi sehingga tampak garis pada permukaan film. Selain
itu, film alginat memiliki sifat fisikomekanis yang rendah [6,7]. Natrium alginat
yang telah diinkorporasi dengan 5% nanoclay natrium bentonit (NaB) melalui
sistem CPNC telah mampu meningkatkan sifat fisikomekanis film alginat yang
dihasilkan sehingga berpotensi sebagai bahan penyalut tablet [8]. Tujuan
penelitian ini adalah menghasilkan tablet salut enterik dari bahan penyalut polimer
NaA/NaB dengan metode CPNC (SE-NaA/NaB). Evaluasi tablet salut meliputi
organoleptik, waktu hancur dan uji disolusi. Hasil yang diperoleh dibandingkan
terhadap tablet dengan penyalutan hanya menggunakan polimer NaA (SE-NaA).

BAHAN DAN METODE

Bahan

Natrium alginat (NaA) diperoleh dari Wako Pure Chemical Industries, Ltd.;
Natrium bentonit (NaB) (Opazil AM®) dari PT. Sud-Chemie Indonesia; Natrium
diklofenak dari Yung Zip Chemical Ind-Taiwan; PVP K-25 dari ISP Technology
Inc.; Avicel PH 101, Amprotab, Primogel, Mg Stearat, Talk dan aquadest dari
Brataco.

Preparasi Larutan Penyalut Tablet Salut Enterik


NaA (1 g) didispersikan secara merata dalam 100 mL aquades pada 60 °C.
Campuran didiamkan beberapa saat hingga natrium alginat mengembang. Larutan
diaduk pada kecepatan 500 rpm selama 1 jam hingga terbentuk gel NaA.
Sebanyak 5 g NaB ditimbang dan dilarutkan hingga terbentuk nanosolution
menggunakan sonikator. Kemudian larutan ini dimasukkan sedikit demi sedikit ke
dalam gel NaA sambil diaduk pada kecepatan 500 rpm selama 1 jam.

Preparasi Tablet Inti Natrium Diklofenak


Tablet inti natrium diklofenak dibuat dengan kadar zat aktif sebesar 50 mg dan
bobot total tiap tablet 150 mg.Tablet inti dibuat secara granulasi basah. Massa
granul kemudian ditabletasi dengan mesin tablet single punch dengan punch
biconcave berdiameter 7 mm.

Penyalutan Tablet Inti


Tablet inti yang telah dicetak kemudian disalut menggunakan panci penyalut
pada kecepatan pemutaran 70 rpm. Larutan penyalut disemprotkan melalui
spray gun dengan tekanan 3 bar dan kecepatan penyemprotan sebesar ±7
mL/menit. Pengeringan tablet dilakukan melalui proses pengaliran udara kering
ke dalam panci dengan suhu antara 40-50 °C. Penambahan bobot yang
diharapkan yaitu sebesar 5% dari bobot tablet semula.

Evaluasi Tablet Salut Enterik

Pengamatan organoleptik tablet salut dilakukan dengan memperhatikan bentuk


permukaan tablet dan warna yang dihasilkan terhadap 10 sampel tablet dari
masing-masing formula. Selain pengamatan secara visual, organoleptik
permukaan tablet salut juga diamati dengan menggunakan alat SEM (JEOL, JSM-
6360LA). Sampel tablet dipotong dengan ukuran yang sesuai dengan wadah
spesimen yang telah dilapisi dengan pasta perak. Lapisan sampel kemudian
diletakkan di atas wadah untuk selanjutnya dikeringkan pada suhu 20 °C. Setelah
itu, sampel dimasukkan ke dalam alat fine coat yang telah diatur tegangan
listriknya sebesar 1,2 KV, arus listrik 6-7,5 mA dan tekanan udara 0,2 Torr selama
4 menit sehingga diperoleh hasil penyalutan dengan ketebalan sekitar 400 Å.
Sampel kemudian dimasukkan ke dalam alat SEM untuk diambil gambarnya.
Pengujian waktu hancur dilakukan dengan mengambil sebanyak 1 tablet dari
masing-masing formula. Kemudian dimasuk-kan ke masing-masing tabung dari
alat waktu hancur tanpa menggunakan cakram. Sebagai media yang pertama
digunakan adalah media dapar HCl pH 1,20±0,05 bersuhu 37±2 ºCdan alat
dijalankan selama 2 jam. Setelah 2 jam, media diganti dengan dapar fosfat pH
6,80±0,05 bersuhu 37±2 ºC dan pada masing-masing tabung dimasukkan cakram.
Alat dijalankan, lalu dicatat waktu yang dibutuhkan untuk tablet menjadi hancur.
Uji pelepasan zat aktif dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi USP
Apparatus 3 (reciprocating cylinder). Sebagai media disolusi digunakan media
dapar HCl pH 1,20±0,05 dan dapar fosfat pH 6,80±0,05. Labu kaca disolusi
pertama kali diisi dengan media larutan dapar HCl pH 1,20±0,05 sejumlah 250 mL
dengan suhu 37±0,5 ºC selama 2 jam. Sampel larutan disolusi diambil sejumlah
10 mL pada menit ke 10; 20; 30; 60; 90; dan 120. Setelah 2 jam, reciprocating cell
diarahkan menuju labu selanjutnya yang telah diisi dengan media dapar fosfat
pH 6,80±0,05 sejumlah 250 mL dengan suhu 37±0,5 ºC selama 60 menit. Sampel
larutan disolusi diambil sejumlah 10 mL pada menit ke 10; 20; 30; 40; 50 dan 60.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Evaluasi Tablet Inti Natrium Diklofenak Massa granul dicetak menjadi tablet
kemudian dilakukan serangkaian evaluasi meliputi organoleptik, keseragaman
bobot, kekerasan, friabilitas dan friksibilitas, waktu hancur serta penetapan
kadar tablet. Tablet selanjutnya digunakan sebagai tablet inti dalam proses
penyalutan.hasil evaluasi tablet inti telah sesuai dengan persyaratan tablet
dalam Farmakope Indonesia IV, sehingga pada tablet inti tersebut dapat diberi
perlakuan selanjutnya, yaitu penyalutan tablet.

Evaluasi Tablet Salut Enterik Natrium


Pada tablet inti natrium diklofenak Pada tablet inti Natrium diklofenak kemudian
dilakukan proses penyalutan.tablet SE-NaA dan SE-NaA/NaB sama-sama
menghasilkan tablet dengan permukaan halus dan licin. Namun demikian, hasil
ini menunjukkan adanya perbedaan warna dimana tablet SE-NaA/NaB
memberikan warna yang lebih opaque jika dibandingkan dengan tablet SE-NaA.
Hal ini disebabkan karena adanya penambahan NaB sebagai filler nanoclay
sehingga terbentuk campuran nanokomposit dan memberikan warna yang lebih
opaque. Dari hasil pengamatan SEM tampak bahwa permukaan tablet SE-
NaA/NaB lebih kompak dan mulus daripada SE-NaA. Tablet SE-NaA memiliki
permukaan yang kurang rata dengan kecacatan lapisan film berupa picking [9].
Tablet SE-NaA/NaB menunjukkan hasil yang lebih baik karena adanya pengaruh
penambahan filler nanoclay menyebabkan terjadinya ikatan nanoclay-polimer
yang kuat sehingga mampu mengurangi timbulnya kecacatan lapisan penyalut
pada tablet.

Pengamatan penampang melintang menunjukkan bahwa tablet SE-NaA dan SE-


NaA/NaB memiliki ketebalan lapisan penyalut yang sama. Berdasarkan hal
tersebut, formula penyalut SE-NaA/NaB lebih potensial digunakan sebagai bahan
penyalut dan penambahan natrium bentonit mampu mengurangi kecacatan film
yang ditimbulkan. Pengujian waktu hancur terhadap tablet SE-NaA dalam media
asam pH 1,20±0,05 menunjukan bahwa tablet mampu bertahan selama 120 menit
namun mengalami perubahan bentuk fisik tablet. Kemudian tablet dimasukkan
dalam media basa pH 6,80±0,05 dan menghasilkan waktu hancur 5,88±0,62.
Tablet SE-NaA/NaB mampu bertahan tanpa perubahan bentuk fisik dalam media
asam pH 1,20±0,05, sedangkan pada media basa pH 6,80±0,05 menghasilkan
waktu hancur 13,79±0,98 menit.

Berdasarkan kurva persen kumulatif pelepasan zat aktif dari tablet inti
menunjukkan bahwa terjadi proses pelepasan zat aktif dalam media asam pH
1,20±0,05 namun tidak terjadi pada tablet SE-NaA dan SE-NaA/NaB. Hal ini
menunjukkan bahwa sediaan tablet mampu terlindungi oleh bahan penyalut dari
lingkungan bersuasana asam. Dalam media pH 6,80±0,05 tampak bahwa seluruh
tablet mampu melepaskan zat aktif dari sediaannya. Ditinjau dari pelepasan awal
zat aktif, tablet inti tidak memiliki lag time dan mampu melepaskan zat aktif
dengan cepat (38,35±0,58%) sedangkan tablet SE-NaA dan SE-NaA/NaB
memiliki lag time yang sama yaitu 10 menit. Tablet SE-NaA memberikan
pelepasan yang lebih besar (1,23±0,04%) dibandingkan dengan tablet SE-
NaA/NaB (0,75±0,03%).

Tablet inti menunjukkan jumlah persen kumulatif pelepasan zat aktif yang paling
besar dibandingkan dengan tablet SE-NaA dan SE-NaA/NaB yaitu sebesar
99,77±0,25%; 95,72±1,11% dan Tablet SE-NaA menghasilkan persen kumulatif
pelepasan zat aktif yang lebih besar daripada tablet SE-NaA/NaB. Hal ini
disebabkan oleh kelarutan alginat terutama residu asam α-L-guluronat [10].
Kemampuan melarut dari natrium alginat dihambat oleh adanya filler natrium
bentonit. Molekul aluminosilikat (Al-Si) pada natrium bentonit membentuk ikatan
hidrogen berliku-liku dalam matriks alginat. Hal ini menghambat terjadinya
penembusan air melalui lapisan film nanokomposit dan menurunkan kelarutan
natrium alginatTablet SE-NaA menghasilkan persen kumulatif pelepasan zat aktif
yang lebih besar daripada tablet SE-NaA/NaB. Hal ini disebabkan oleh kelarutan
alginat terutama residu asam α-L-guluronat [10]. Kemampuan melarut dari
natrium alginat dihambat oleh adanya filler natrium bentonit. Molekul
aluminosilikat (Al-Si) pada natrium bentonit membentuk ikatan hidrogen berliku-
liku dalam matriks alginat. Hal ini menghambat terjadinya penembusan air
melalui lapisan film nanokomposit dan menurunkan kelarutan natrium alginat.
KESIMPULAN

Tablet salut enterik dengan larutan penyalut SE-NaA/NaB memberikan bentuk


morfologi permukaan tablet yang halus tanpa kecacatan film serta mampu
melepaskan zat aktif natrium diklofenak dalam media basa lebih dari 80%
(Q+5%) dalam waktu kurang dari 45 menit. Hal ini menunjukkan bahwa formula
SE-NaA/NaB potensial untuk dikembangkan sebagai bahan penyalut untuk tablet
salut enterik.
DAFTAR PUSTAKA

L. A. UTRACKI, Clay-Containing Polymeric Nanocomposite (Volume 1), Rapra


Technology Limited, United Kingdom (2004)

A. LAGASHETTY and A. VENKATARAMAN, Resonance, 10(2005) 49

N. RUSTANTO, Recent Advances in Film Coating Technologies, Prosiding Seminar


Pharmaceutical Technology, Bandung (2012)

B. CHEN and J.R.G. EVANS, Carbohydr. Polym., 61 (2005) 455


B. SARMENTO, A. RIBEIRO, F. VEIGA, P. SAMPAIO, R. NEUFELD, and D. FERREIRA,
J. Pharm. Res., 24(2007) 2198
H. J. WELLER PARK, P. J. VERGANO, and R. F. TESTIN, J. Food Sci., 58 (1993) 1361

M. PUAUD, Mechanical Properties of Biopolymer Films, Tesis, University of


Nottingham (2000)

J. A. PRASETIA, S. WIKARSA dan S. ASYARIE, Int. J. Pharm. Teach. & Pract., 4(2) –
Supplement II (2013) 681

J. W. MCGINITY, Aqueous Polymeric Coating for Pharmaceutical Dosage Forms,


Marcel Dekker, Inc., New York (1997) 419
H. BANGUN, P. TARIGAN, T. SIMANJUNTAK, dan T. ISMANELLY, Media Farmasi,
13 (2005) 70
Y-W. MAI and Z-Z. YU, Polymer Nanocomposites Part I, CRC Press, Washington
DC (2006) 273

Anda mungkin juga menyukai