Anda di halaman 1dari 13

Faktor Yang Mempengaruhi

Sintesis Nanopartikel
Disusun oleh Kelompok 2 :
1.  Jimmi Harianto Purba (1715041021)
2.  Heri Ramadhan (1715041024)
3.  Ashari Ardian Azwan (1715041031)
4.  Alfred Creyna Muhammad T. (1715041034)
5.  Ati Nuria Rohmah (1915041003)
6.  Kanesia Natalie Yobel (1915041006)
7.  Dwi Tarisa Mastur (1915041011)
8.  Khansa Arikah Azalpa (1915041028)
9.  Desra Nursaputri (1915041052)
10. M. Fadhil Hartansyah (1955041004)

Rekayasa Nanoteknologi
Pengaruh
pH
 Nilai pH dari media reaksi berperan penting dalam pembentukan nanopartikel.
 Memvariasikan PH media reaksi menghasilkan variabilitas dalam bentuk dan
ukuran nanopartikel yang disintesis.
 Partikel dengan ukuran besar diproduksi pada PH asam lebih rendah dibandingkan
dengan nilai PH tinggi.

Contoh:
Nanopartikel Au berbentuk rods disintesis dengan biomassa Avena Sativa lebih
besar (25-85 nm) ketika terbentuk pada PH 2 dan relatif lebih kecil (5-20 nm)
pada PH 3 dan 4.
Diketahui bahwa:
 Pada PH 3 dan 4 lebih mudah mengakses kelompok fungsional yang
terkandung dalam ekstrak yang tersedia untuk nukleasi partikel.
 Pada PH 2 kelompok fungsional lebih sedikit yang tersedia dan
menyebabkan agregasi partikel untuk membentuk nanopartikel Au yang
lebih besar.
Pengaruh Volume
Reaktan
Konsentrasi volume reaktan dapat mempengaruhi pembentukan nanopartikel logam.

Contoh  Sintesis Nanopartikel Tembaga dengan Prekusor CuNO3


1. Digunakan bioreduktor menggunakan tanaman cengkeh, cengkeh mengandung eugenol
sekitar 73% sehingga membantu mereduksi prekusor menjadi partikel logam.
2. Filtrat ekstrak bunga cengkeh diuji dengan GC-MS (Analisis kandungan senyawa pada
cengkeh), serta untuk mengetahui kadar % kemiripan senyawa.
3. Pembuatan larutan CuNO3 0,01 N dengan cara melarutkan serbuk CuNO3 dengan
aquades. Campurkan larutan CuNO3 dengan larutan cengkeh dan diaduk dengan stirer
selama 30 menit, maka akan berubah warna menjadi coklat kekuningan.
4. Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat reaksi
oksidasi dan reduksi pada proses.
5. PH larutan diatur sampai 4, fungsinya agar mempermudah
terbentuknya nanopartikel tembaga. Larutan didiamkan sekama
24 jam.
6. Pembuatan larutan dilakukan sebanyak 4 kali sesuai perbedaan
rasio antara larutan bioreduktor dan prekusornya (1:1, 1:2, 1:3,
1:4)
7. Pada larutan A setelah pencampuran, didiamkan selama 1 jam
dan diamati sampai kuning bening. Pada larutan B didiamkan
selama 2 jam, warna berubah menjadi kuning kehijauan dan
banyak endapan. Disimpulkan bahwa larutan tersebut
mengalami reaksi antara bioreduktor dengan larutan CuNO3
0,01 N.
8. Setelah larutan didiamkan selama 24 jam, dilakukan
penyaringan dengan kertas saring untuk memisahkan endapan
dengan cairannya. Endapan coklat kehitaman dioven pada suhu
250˚C sampai cairan terbawa menguap dan tersisa endapan
berupa serbuk.
9. Nanopartikel yang terbentuk dalam endapan kemudian diuji dengan XRD untuk
mengetahui kandungan nanopartikel tembaga. Terlihat bahwa endapan sampel
mempunyai posisi puncak-puncak pada difraktogram. Diketahui bahwa nanopartikel
tersebut merupakan nanopartikel tembaga setelah dicocokan dengan data JCPDS yaitu
puncak 43˚, 50˚, dan 73˚.
10. Hasil analisis TEM menunjukan:
 Rasio 1:1 yang terbentuk memiliki ukuran yang hampir seragam, berukuran 10,39 nm.
Nanopartikel yang terbentuk tidak menunjukan adanya agregasi karena ukurannya kecil
dan tersebar merata
 Rasio 1:2 jika dibandingkan dengan rasio 1:1, pada rasio 1:2 memiliki ukuran lebih
besar, namun sedikit terjadi agregasi. Ukuran rata-rata sebesar 12,18 nm.
 Rasio 1:3 jika dibandingkan dengan rasio 1:2 memiliki ukuran lebih besar dan tidak
seragam, agregasi masih terbentuk. Ukuran rata-rata sebesar 14,01 nm.
Berdasarkan hasil analisa TEM disimpulkan bahwa perbedaan volume bioreduktor larutan
ekstrak cengkeh dan volume prekusor CuNO3, pada setiap rasio berpengaruh pada
pembentukan nanopartikel.

Semakin kecil perbandingan bioreduktor dan prekusor, maka semakin kecil terjadinya
agregasi, sehingga nanopartikel tembaga yang terbentuk semakin kecil.

2 langkah proses agregasi nanopartikel:


1. Partikel saling mendekat dan saling bertubrukan (transport step)
2. Partikel yang bertubrukan saling mendekat. (attachment step)
Pengaruh Waktu Reaksi
Dalam sintesis nanopartikel perak dari larutan perak nitrat menggunakan bioreduktan
ekstrak daun teh hijau (Camelia Sinesis) dapat dilihat pengaruh waktu reaksi, Penelitian ini
menghasilkan perubahan warna yang cepat dalam waktu 2 menit. Larutan AgNO3 dalam
media reaksi berkurang dan nanopartikel muncul dalam 2 menit. Reaksi berlangsung
hingga 5 menit, tetapi setelah itu hanya sedikit variasi warna yang diamati. Sehingga
dilakukan pengamatan berdasarkan ukuran partikel yang terbentuk berdasarkan analisis
TEM.
 Nanopartikel variabel 2 jam yang terbentuk memiliki ukuran yang tidak seragam.
Diameter nanopartikel perak yang terbentuk pada variabel 2 jam dan rata-rata ukuran
nanopartikel perak yang terbentuk adalah 7,44 nm
 Pada gambar 7.8 b) variabel 3 jam jika dibandingkan dengan variabel 2 jam, nanopartikel
pada variabel 3 jam memiliki ukuran yang lebih besar, terbentuk nanopartikel yang lebih
banyak. Rata-rata ukuran yang terbentuk 8,44 nm.
 Pada gambar 7.8 c) variabel 6 jam jika dibandingkan dengan variabel 2 dan 3 jam
nanopartikel perak memiliki ukuran lebih besar dan tidak seragam. Rata-rata ukuran yang
terbentuk 9,15 nm.
 Pada gambar 7.8 d) variabel 24 jam terlihat bahwa ukuran yang terbentuk cukup besar,
terdapat beberapa nanopartikel berkumpul saling menempel menjadi satu. Rata-rata
ukuran yang terbentuk adalah 26,39 nm.
 Pada proses terbentuknya nanopartikel secara visual, banyak agregasi nanopartikel pada
semua variabel.
 Waktu kontak yang semakin lama menyebabkan ukuran nanopartikel semakin besar
karena adanya agregasi. Agregasi tersebut disebabkan oleh adanya gaya antarpartikel
yang kuat sehingga partikel-partikel tersebut akan mendekat dan berkumpul bersama
membuat suatu kluster partikel yang lebih besar seiring berjalannya waktu.
Pengaruh Suhu
Reaksi
Suhu merupakan faktor penting dalam menentukan ukuran, bentuk, dan
hasil dari nanopartikel disintesis dengan ekstrak tanaman.

Contoh:
Sintesis nanopartikel Ag pada suhu reaksi 25˚C dengan ekstrak kulit
Citrus sinesis menghasilkan partikel dengan ukuran rata-rata sekitar 35
nm. Namun ketika suhu reaksi meningkat 60˚C ukuran partikel rata-rata
menurun menjadi 10 nm.

Maka diketahui bahwa laju reaksi dan tingkat pembentukan partikel


menjadi lebih cepat bila suhu reaksi meningkat, namun ukuran partikel
rata-rata menurun dan tingkat konversi partikel terus meningkat dengan
meningkatnya suhu.
Pengaruh Reagen
Pereduksi
 Distribusi ukuran dan ukuran koloid logam bervariasi secara signifikan secara bersamaan
dengan jenis dan konsentrasi dari pereduksi reagen yang digunakan dalam sintesis.
 Pereduksi reagen dengan laju reaksi yang cepat menunjukkan hasil formasi nanopartikel
lebih kecil. Pereduksi reagen dengan laju reaksi lambat menginduksi partikel yang relatif
lebih besar. Namun, reaksi lambat dapat mengakibatkan distribusi lebih lebar atau bahkan
lebih sempit.
 Jika reaksi lambat menyebabkan pembentukan terus menerus dari inti baru atau inti
sekunder, maka distribusi ukuran lebar akan diperoleh. Sedangkan, jika tidak ada nukleasi
(pembentukan inti) lanjut atau tidak terjadi nukleasi sekunder, reaksi reduksi lambat akan
mengakibatkan pertumbuhan difusi yang terbatas.
 Sehingga pertumbuhan inti akan dikontrol oleh ketersediaan atom bervalensi-nol. Hasil,
distribusi ukuran yang akan diperoleh.
Pengaruh dari Polimer
Stabilizer (Polimer Penstabil)
 Stabilisator polimer berguna untuk membentuk monolayer pada permukaan nanopartikel
sehingga mencegah aglomerasi nanopartikel.
 Polimer stabilizer berpengaruh pada proses pertumbuhan nanopartikel.
 Stabilisator polimer dapat berinteraksi dengan zat terlarut, katalis, pelarut, juga memiliki
efek katalitik pada reaksi reduksi.
 Pada agen pereduksi alami, biasanya memiliki fungsi ganda yaitu sebagai reduktor
sekaligus stabilisator. Semakin besar konsentrasi prekursor yang digunakan dalam sintesis
menyebabkan semakin banyak jumlah ion yang harus direduksi yang menyebabkan
berkurangnya fungsi stabilisator sehingga menimbulkan aglomerasi lebih besar, akibatnya
distribusi lebar dan ukuran nanopartikel perak menjadi semakin besar.
Thank You 

Anda mungkin juga menyukai