Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nabila Dwi Septiana Mohune

NIM : 432419016

Mata kuliah : Biokimia Analitik

Hasil diskusi kelompok 3 materi SPEKTROSKOPI

1. Zachrianty Suaiba (Kelompok 1)

1. Bagaimana dalam aplikasi fluometri dalam menganalisis asam nukleat


seperti DNA dan protein?

Menjawab : 1. Desi Permata Sari Laima

Terdapat 2 (dua) metode kuantifikasi yang umum digunakan antara lain : a)


Menggunakan zat pewarna fluoresensi yang akan terinterkalasi dengan DNA
rantai ganda (dsDNA) misalnya SyBr Green, dan b) Probe (penanda) yang berasal
dari hasil modifikasi DNA oligonukleotida yang akan berpendar (flourensensi)
ketika terhibridisasi dengan DNA komplemen, misalnya probe FRET
(Hybridisasi) dan probe TaqMan. Dalam setiap pengamatan proses PCR, sinyal
fluoresensi yang dipancarkan akan meningkat secara proporsional setiap siklus
PCR telah berhasil dilakukan sejalan dengan bertambahnya produk DNA (DNA
hasil amplifikasi) yang dihasilkan.

Menambahkan : 2. Brenda Febrina Zuriadi

Salah satu aplikasi penerapan fluometri dalam analisis protein dan DNA adalah
dengan menggunakan alat qubit fluorometer. Qubit fluorometer adalah instrumen
laboratorium yang digunakan untuk kuantifikasi DNA , RNA ,dan protein . Qubit
fluoromeer menggunakan pewarn a fluorescent untuk menentukan konsentrasi
baik asam nukleat atau protein dalam sampel. Di sisi lain, sistem Qubit dilengkapi
dengan pewarna fluoresen yang mengikat secara khusus analit yang diinginkan
seperti DNA untai ganda (dsDNA), DNA untai tunggal (ssDNA), RNA, miRNA
atau protein yang memberikan kuantifikasi yang lebih akurat.
Metode umum lainnya untuk mengukur konsentrasi asam nukleat dan protein
adalah metode serapan UV, yang menggunakan spektrofotometer untuk mengukur
serapan alami cahaya pada 260 nm (untuk DNA dan RNA) atau 280 nm (untuk
protein). Karena begitu banyak molekul yang menyerap cahaya pada 260 nm,
pengukuran ini menjadi tidak akurat karena kemungkinan kontaminasi sampel
dengan molekul lain ini dan tidak dapat membedakan antara DNA, RNA,

protein atau nukleotida bebas atau asam amino dalam sampel. Adapun untuk
nama alatnya adalah nanovue plus spektrometer.

2. Andi Uswatun Hasanah ( kelompok 5)

Apakah setiap jenis pelarut itu menimbulkan pengaruh yang berbeda pada proses
oksidasinya? atau pengaruh yang di berikan tetap sama?

Menjawab : . Desi Permata Sari Laima

Metode destruksi basah lebih baik daripada cara kering karena tidak banyak bahan
yang hilang dengan suhu pengabuan yang sangat tinggi (Anggraeni, 2018)
Destruksi dengan cara basah biasanya dilakukan untuk memperbaiki cara kering
yang biasanya memerlukan waktu yang lama Sifat dan karakteristik asam
pendestruksi yang sering digunakan antara lain:

1) Asam sulfat pekat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk


mempercepat terjadinya oksidasi. Asam sulfat pekat merupakan bahan
pengoksidasi yang kuat. Meskipun demikian waktu yang diperlukan untuk
mendestruksi masih cukup lama (Rahayu, 2020)

2) Campuran asam sulfat pekat dengan kalium sulfat pekat dapat


dipergunakan untuk mempercepat dekomposisi sampel. Kalium sulfat pekat akan
menaikkan titik didih (Dewi, 2012)

3) Campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat banyak digunakan
untuk mempercepat proses destruksi. Kedua asam ini merupakan oksidator yang
kuat. Dengan penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu destruksi sampel
yaitu pada suhu 350°C, dengan demikian komponen yang dapat menguap atau
terdekomposisi pada suhu tinggi dapat dipertahankan dalam abu yang berarti
penentuan kadar abu lebih baik (Yani, 2011)

4) Asam perklorat pekat dapat digunakan untuk bahan yang sulit mengalami
oksidasi, karena perklorat pekat merupakan oksidator yang sangat kuat.
Kelemahan dari perklorat pekat adalah sifat mudah meledak (explosive) sehingga
cukup berbahaya, dalam penggunaan harus sangat hati-hati.

5) Aqua regia yaitu campuran asam klorida pekat dan asam nitrat pekat
dengan perbandingan volume 3:1 mampu melarutkan logam-logam mulia seperti
emas dan platina yang tidak larut dalam HCl pekat dan HNO3 pekat. Reaksi yang
terjadi jika 3 volume HCl pekat dicampur dengan 1 volume HNO3 pekat:

Rahmi Idrus (Kelompok 4)

bagaimana cara mengatasi gangguan tersebut? Menjawab : Brenda Febrina


Zuriadi

a. Gangguan kimia

Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianalisis mengalami reaksi kimia
dengan anion atau ketion tertentu dengan senyawa yang refraktori, sehingga tidak
semua analit dapat teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu: 1)penggunaan suhu nyala yang lebih tinggi,

2) penambahan zat kimia lain yang dapat melepaskan kation atau anion
pengganggu dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lain yang ditambahkan
disebut zat

pembebas (Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective Agent) (Aprilia.


2015). b.Gangguan Matrik
Gangguan ini terjadi bila sampel mengandung banyak garam atau asam, atau bila
pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar, atau bila suhu
nyala untuk larutan sampel dan standar berbeda.Gangguan ini dalam analisis

kualitatif tidak terlalu bermasalah, tetapi sangat mengganggu dalam analisis


kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam analisis kuantitatif dapat

digunakan cara analisis penambahan satandar (Standar Adisi) (Aprilia. 2015).

c. Gangguan Ionisasi

Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga mampu
melepaskan elektron dari atom netral dan membentuk ion positif. Pembentukan
ion ini mengurangi jumlah atom netral, sehingga isyarat absorpsi akan berkurang
juga. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan penambahan larutan
unsur yang mudah diionkan atau atom yang lebih

elektropositif dari atom yang dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan Na. Penambahan
ini dapat mencapai 100-2000 ppm (Aprilia. 2015).

d. Absorpsi Latar Belakang (Back Ground).Solusi

1. Penggunaan nyala temperatur yang lebih tinggi yang dapat memecahkan


zat-zat pengabsorpsi molekular ( lihat solusi gangguan kimia )

2. Penggunaan "background correction" yaitu suatu sumber continuum lampu


deuterium arc dengan panjang gelombang UV, atau lampu Tungsteniodida dengan
panjang gelombang vissbel.panjang gelombang yang sama yang digunakan untuk
mengukur absorpsi atom. Dengan sistem ini, cahaya dari sumber utama ( hollow
cathode ) dan dari sumber continuum dilewatkan bergantian melewati nyala.
Unsur yang ditentukan akan mengabsorpsi cahaya dari hollow

cathode raja, sedang background mengabsorpsi kedua sinar. Sehingga kalau


perbandingan kedua cahaya tersebut diukur secara sinar elektronis, effek dari
"background absorpstion" bisa dihilangkan.
4. Nur'ain Marton Angio (kelompok 2)

Pada jenis atomonasi dengan nyala di man penggunaan bahan bakar dan oksidan
yamg berbeda akan memberikan sensitivitas yang berbeda pula. Bisakah pemateri
nemberikan contoh dari pernytaan yersebur, dengan jenis bahan yang berbeda
maka bagaimana sensitivitas yg di dapatkan?

Menjawab : Andi Uswatun Hasanah ( kelompok 5)

Atomisasi dengan nyala dilakukan dengan cara membakar analit (unsur yang akan
dianalisis) menggunakan oksidator untuk mencapai suhu yang diinginkan
sehingga analit akan teratomisasi. Oksidator yang sering digunakan adalah:
campuran udara – propana yang dapat mencapai suhu nyala 1800ºC, campuran
udara-asetilen dapat mencapai suhu pembakaran hingga 2300ºC,dancampuran
N2O-asetilen yang dapat mencapai suhu pembakaran 3000ºC digunakan untuk
senyawa yang sulit diuraikan misalnya senyawa Ca-fosfat. Penentuan
unsur analit dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi standar yang telah
disiapkan hingga diperoleh kurva yang linier atau koefisien korelasi mendekati
angka 1 (satu). Selanjutnya pengukuran dilaksanakan untuk standar acuan CRM
GBW 09101 yang dapat dikonversi langsung dalam kosentrasi (µg/mL). Jika hasil
pengukuran CRM GBW 09101 berada dalam rentang sertifikat, maka selanjutnya
pengukuran dilakukan terhadap sampel rambut

Anda mungkin juga menyukai