Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Analisa Obat II

Evaluasi Asam Salisilat Pada Sediaan Salep Nosib

Disusun Oleh:

Ibnu Feriyandi

0943050062

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA


I. Tujuan
1. Untuk mengevaluasi asam salisilat pada sediaan salep Nosib
2. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi sediaan salep

II. Dasar Teori ( Ilmu meracik Obat )


Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan
sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogeny dalam dasar
salep yang cocok.
Berdasarkan komposisi dasar salep digolongkan ke dalam 4 kelompok besar:
a. Dasar salep hidrokarbon
b. Dasar salep absorbsi
c. Dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dan
d. Dasar salep yang larut dalam air

Pemilihan dasar salep untuk dipakai dalam formulasi dari salep tergantung pada
pemikiran yang cermat atas sejumlah faktor-faktor termasuk:

a. Laju penglepasan yang diinginkan bahan obat dari dasar salep


b. Keinginan peningkatan oleh dasar salep absorbs per kutan dari obat
c. Kelayakan melindungi lembab dari kulit oleh dasar salep
d. Jangka lama dan pendeknya obat stabil dalam dasar salep
e. Pengaruh obat bila ada terhadap kekentalan atau hal lainnya dari dasar salep.

Homogenitas jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang
cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
III. Monografi Tablet Parasetamol ( FI III hal 38 )

Acidi Benzoici et Salicylici Unguenta ( Salep Asam Benzoat dan Salisilat)

Salep asam benzoat dan salisilat adalah asam benzoat C7H6O2, dan asam
salisilat C7H6O3 dengan perbandingan lebih kurang 2 berbanding 1 yang dikandung
dalam dasar salep yang sesuai. Mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 110,0% C7H6O2 dan C7H6O3 dari jumlah masing-masing seperti yang tertera pada
etiket.

Baku pembanding asam benzoate BPFI; lakukan pengeringan di atas silica gel P
selama 3 jam sebelum digunakan. Asam salisilat BPFI; lakukan pengeringan di atas
silica gel P selama 3 jam sebelum digunakan.

Identifikasi: Lakukan Kromatografi Lapis Tipis seperti yang tertera pada


kromatografi. Pada jarak 2,5 cm dari tepi lempeng kromatografi silica gel setebal 0,25
mm, totolkan masing-masing 5 ml larutan dalam campuran kloroform pekat dan
methanol pekat dengan volume sama yang engndung (1) zat uji secara ± asam benzoat
2,4 mg/ml dan 1,2 mg/ml (2) asam benzoat BPFI 2,4 mg/ml dan (3) asam salisilat BPFI
1,2 mg/ml. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang berisi fase gerak
campuran kloroform P – Aseton P – Isopropanol P – Metanol P – Ammonium
Hidroksida P ( 30 : 30 : 15 : 15 : 10 ) dan biarkan fase gerak merambat ± ¾ tinggi
lempeng, angkat lempeng biarkn fase gerak menguap amati di bawah cahaya UV 366
nm, harga Rf bercak utama yang diperoleh dari larutan (1) sesuai dengan yang
diperoleh dari larutan (2) dan (3).

Penetapan kadar:

Pereaksi Urea – Besi (III) klorida untuk penggunaan dalam sehari, larutkan
tanpa pemanasan 18 g urea dalam campuran 2,5 ml larutan besi (III) klorida P ( 6 dalam
10 ) dan 12,5 ml asam klorida 0,05 N. Kolom A masukkan sedikit wol kaca di batas
penyempitan tabung kromatografi 20 cm x 2,5 cm. Campuran 1 g tanah silica untuk
kromatografi dengan 0,5 ml larutan asam fosfat P ( 3 dalam 10 ) sampai homogeny.
Masukkan campuran halus ke dalam tabung kromatografi di atas wol kaca, tekan
perlahan-lahan. Dengan cara sama, campur 4 g tanah silica untuk kromatografi dengan
3 ml pereaksi urea-besi (III) klorida, dan masukkan ke atas lapisan pertama. Tutup
kolom dengan wol kaca kolom B masukkan sedikit wol kaca di atas penyempitan
tabung kromatografi 20 cm x 2,5 cm. Campur 4 g tanah silica untuk kromatografi
dengan 2 ml larutan Natrium Bikarbonat P ( 1 dalam 12 ) sampai homogeny. Masukkan
campuran ke atas wol kaca. Tutup kolom dengan wol kaca.

Larutan uji: Timbang seksama sejumlah larutan uji, setara dengan lebih kurang
100 mg asam benzoat dan 50 mg asam salisilat, masukkan ke dalam labu kloroform P
dengan pemanasan di atas tangas uap. Dinginkan, encerkan dengan kloroform P sampai
tanda.

Kandungan Asam Salisilat:

Larutan uji eluasi kolom A dengan 95 ml campuran asam asetat glacial P dalam
kloroform P ( 3 dalam 100 ), kumpulkan eluat dalam labu terukur 100 ml, encerkan
dengn pelarut yang sama sampai tanda.

Larutan baku timbang seksama sejumlah asam salisilat BPFI, larutkan dalam
pelarut yang sama. Jika perlu encerkan bertahapdengan pelarut yang sama, hingga kadar
lebih kurang 20 mg per mol.

Prosedur ukur serapan larutan uji dan larutan bku pada panjang gelombang
serapan maksimum lebih kurang 311 nm terhadap blanko campuran asam asetat P, dalam
kloroform P ( 3 dalam 100 ). Hitung jumlah dalam mg, C7H6O3, dalam bagian salep yang
digunakan dengan rumus:

2,5 C ( Au/ As )

C adalah kadar asam salisilat BPFI dalam mg per ml larutan baku, Au dan As
berturut-turut adalah serapan larutan uji dan larutan baku.
Kandungan Asam Benzoat:

Larutan uji dieluasi kolom B denga 95 ml campuran asam asetat glasial P dan kloroform
P ( 3 dalam 100 ), kumpulkan eluat dalam labu terukur 100 ml dan encerkan dengan pelarut yang
sama sampai tanda.

Prosedur ukur serapan larutan uji dan larutan baku pada panjang gelombang serapan
maksimal lebih kurang 275 nm terhadap blanko campuran asam asetat glacial P dalam kloroform
P ( 3 dalam 100 ). Hitung jumlah dalam mg, C7H6O2, dalam bagian salep yang digunakan dengan
rumus:

2,5 C ( Au/ As )

C adalah kadar asam salisilat BPFI dalam mg per ml larutan baku, Au dan As berturut-turut
adalah serapan larutan uji dan larutan baku.

IV. Alat dan Bahan


 Alat : Silika gel
Chamber
Erlenmeyer
Buret
Statip

 Bahan : Eluen
NaOH
PP
Sampel
Aquadest
V. Prosedur Kerja
1. Uji Organoleptis
Meliputi rasa, bau, bentuk atau tekstur salep
2. Identifikasi ( FI III hal 40 )

Lakukan kromatografi lapis tipis (931). Pada jarak 1,5 cm dari lempeng
kromatografi silica gel setebal 0,25 mm, totolkan masing-masing µl larutan dalam
campuran CHCl3 pekat dan methanol pekat dengan volume sama yang mengandung (1)
zat uji secara ± asam benzoat 2,4 mg/ml dan asam salisilat 1,2 mg/ml (2) asam benzoate
BPFI 2,4 mg/ml dan (3) asam salisilat BPFI 1,2 mg/ml. Masukkan lempeng ke dalam
bejana kromatografi yang berisi fase gerak campuran Kloroform P : Aseton P :
Isopropanol P : Metanol P : Ammonium hidroksida P ( 30 : 30 : 15 : 15 : 10 ) dan biarkan
fase gerak merambat ± ¾ tinggi lempeng, angkat lempeng biarkan fase gerak menguap,
amati di bawah cahaya UV 366 nm, harga Rf bercak utama yang diperoleh dari larutan
(1) sesuai denga yang diperoleh dari larutan (2) dan (3).

3. Identifikasi Salep Asam Salisilat ( BP 1993 hal 1903 )

Campurkan 1 g dengan 10 ml air, saring dan tambahkan larutan FeCl3 warna ungu
kemerahan yang stabil akan dihasilkan dengan penambahan asam asetat 6 M.
Penambahan HCl 2 M akan menghilangkan warna tersebut sehingga menghasilkan
kristal.

4. Uji Bobot Salep

Menimbang wadah + isi, keluarkan isinya kemudian timbang wadah kosong.


Bobot salep = ( berat wadah + isi ) – wadah kosong.

5. Uji Homogenitas

Mengoleskan salep pada atas kaca, kemudian dilihat di cahaya yang ccok harus
menunjukkan susunan yang homogen.
Kromatografi:

Kromatografi Lapis Tipis ( FI IV hal 1004 )

Pada kromatografi lapis tipis, zat penyerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang
dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam secara merata, umumnya digunakan lempeng
kaca. Lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan
yang tercapai dapat didasarkan pada adsorbs, partisi atau kombinasi kedua efek, tergantung dari
jenis zat penyangga, cara pembuatan, dan jenis pelarut yang digunakan. Kromatografi lapis tipis
dengan lapis tipis penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Perkiraan
identifikasi diperoleh dengan pengamatan bercak dengan harga Rf yang identik dan ukuran yang
lebih sama, dengan menotolkan zat uji dan baku pembanding pada lempeng yang sama.

Perbandingan visual ukuran bercak dapat digunakan untuk memperkirakan kadar secara
semi kuantitatif. Pengukuran kuantitatif dimungkinkan, bila menggunakan densitometri,
fluoresensi, atau pemadaman fluoresensi atau bercak dapat dkerok dari lempeng, kemudian
diekstraksi dengan pelarut yang sesuai dan diukur secara spektrofotometri. Pada kromatografi
lapis tipis dua dimensi, lempengyang telah dieluasi diputar 900 dan dieluasi lagi, umumnya
menggunakan bejana lain yang dijenuhkan dengan sistem pelarut yang berbeda.

Alat-alat dan bahan untuk kromatografi lapis tipis adalah sebagai berikut:

Lempeng kaca, dengan tebal serta rata dan ukuran yang sesuai, umumnya 20x20 cm.
Lempeng siap pakai boleh dipakai sebagai pengganti lempeng yang pmbuatanny diuraikan disini.

Totolkan larutan uji dan larutan baku, menurut cara yang tertera pada masing-masing
monografi dengan jarak antaralebih kurang 1,5 cm dan lebih kurang 2 cm dari tepi bawah
lempeng, dan dibiarkan mongering. ( Tepi bawah adalah bagianlempeng yang pertama kali
dilalui oleh alat pembuat lapisan pada waktu melapiskan zat penjerap ). Hindarkan gangguan
fisik terhadap zat penjerap pada waktu penotolan ( dengan pipet atau penotol lainnya ) atau
selama bekerja dengan lempeng. Alat sablon menentukan titik tempat penotolan dan jarak 10 cm
hingga 15 cm yang harus dilalui pelarut.
Beri tanda pada jarak 10 cm hingga 15 cm di atas titik penotolan. Tempatkan lempeng
pada rak penyangga, hingga tempat penotolan terletak di sebelah bawah, dan masukkan rak ke
dalam bejana kromatografi. Pelarut dalam bejana harus mencapai tepi bawah lapisan penjerap,
tetap titik penotolan jangan sampai terendam. Letakkan tutup bejana pada tempatnya, dan
biarkan sistem hingga pelarut merambat 10 cm hingga 15 cm diatas titik penotolan, umumnya
diperlukan wakt lebih kurang 15 menit hingga 1 jam. Keluarkan lempeng dari bejana, buat tanda
batas rambat pelarut, keringkan lempeng di udara, dan amati bercak mula-mula dengan
ultraviolet gelombang pendek (254 nm) dan kemudian dengan cahaya ultraviolet gelombang
panjang (366 nm). Ukur dan catat jarak tiap bercak dari titik penotolan serta catat panjang
gelombang untuk tiap bercak yang diamati.
Tentukan harga Rf untuk harga utama (Lihat daftar simbol ). Jika diperlukan, semprot
bercak dengan pereaksi yang ditentukan, amati dan bandingkan kromatogram zat uji dengan
kromatogram baku pembanding.

Skema Pemisahan:
Salep 1 gram + 30 ml
Eter Minyak Bumi

LARUTAN SISA

Dikocok dengan 3x10 ml Sulfonamida asam hidrofil,


senyawa kuartener
NaOH 3 N

Fase air + 25 ml H2SO4 3 N Fase eter minyak bumi


kocok dengan 3x20 ml eter kocok dengan 3x10 ml air
dan 1x20 ml CHCl3 lalu dengan 3x10 ml H2SO4

Berbagai Asam Karbonat Fase air + 25 ml NaOH 3 N


dan Fenol kocok dengan 3x20 ml eter
dan 1x20 ml CHCl3

Berbagai Rasa
VI. Penetapan Kadar Asam Salisilat Dalam Salep “NOSIB”
1. Komposisi
Tiap gram Nosib salep mengandung:
Acidum salicylicum 0,080 gram
Acidum benzoicum 0,080 gram
Sulfur praecipitatum 0,090 gram
Mentholum 0,003 gram
Salep constituent ad 1 gram
2. Dosis
Oleskan merata dan tipis pada bagian yang sakit dan gatal 3x sehari. Untuk
mencegah kambuhnya ekzema yang telah sembuh, sewaktu-waktu oleskan
dengan Nosib salep pada tempat tersebut.
3. Indikasi
Kudis, Ekzema basah/ kering karena jamur, kurap, panu, bisul, kutu air, gatal-
gatal disela paha/ jari.
4. Registrasi
 No. Reg : D 2017892
 No. Batch : 011101
 Expired Date : Oktober 2016
 Pabrik : PT. Bison Jakarta-Indonesia
5. Organoleptis
 Warna : Kuning Muda
 Bau : Khas Aromatis
 Bentuk : Setengah Padat
6. DATA
a. Uji Bobot Salep
 Bobot wadah + isi : 18,81 gram
 Bobot wadah kosong : 5,64 gram
 Bobot isi sediaan : 12,17 gram
b. Uji Homogenitas
Nosib salep tersebut sudah homogen terlihat dari susunan komponen-
komponen bahan pengisi yang tersebar merata dan ukuran-ukura partikel yang
sama besar.

1. Identifikasi Secara Kualitatif


No Reaksi Hasil Pengamatan
1. + FeCl3 Ungu + mengandung As.
Salisilat
2. + methanol + H2SO4 (p) Bau + mengandung As.
Gandapura Salisilat

2. Penetapan Kadar Parasetamol


a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Panjang Gelombang
(nm) Adsorbansi
232 0,232
233 0,287
234 0,316
235 0,346
236 0,384
237 0,423
238 0,466
239 0,493
240 0,543
241 0,574
242 0,586
243 0,564
244 0,546
245 0,531
246 0,495
247 0,463
248 0,447
249 0,394
250 0,365
251 0,350
252 0,344
b. Penentuan Kurva Baku
Cara kerja:

Panjang Gelombang
(nm) Adsorbansi
242 0,503
242 0,455
242 0,403
242 0,348

Persamaan kurva baku: Y = bx + a

Y =0,01034 x + 0,0122

c. Penetapan Kadar Sampel


Salep yang ditimbang 2g
As.salisilat 0,08/gr 0,16 / 2 gr

NO Pengenceran Adsobansi
1 20 X 0,299
2 20 X 0,300
3 20 X 0,299
Perhitungan Kadar:

Y = 0,01034x + 0,0122 x = Y – 0,0122

0.01034

1. X1 = 0,299- 0,0122 x 100


0,01034
= 0,1387 gram

2. X2 = 0,300 – 0,0122x 100


0,01034
= 0,1391 gram
3. X3 = 0,299 – 0,0122x 100
0,01034
= 0,1386 gram
Kadar rata-rata = 0,1387 + 0,1391 + 0,1386 = 0,1388 mg
3
Kadar dalam % = 0,1388 = 87,5%
0,16

VII. Pembahasan

Pada evaluasi Asam Salisilat dalam salep Nosib dilakukan beberapa pengujian
yang meliputi uji secara kualitatif dan kuantitatif. Uji secara kuantitatif yang
dilakukan antara lain yaitu uji homogenitas dan uji identifikasi Asam Salisilat. Pada
uji homogenitas, Salep Nosib memenuhi syarat karena pada pengujian ini komponen-
komponen dalam salep tersbar merata. Sedanka pada uji identifikasi dilakukan
dengan pengujian menggunakan FeCl3 yang menghasilkan warna ungu dan uji
esterifikasi dengan penambahan methanol dan H2SO4 (p) yang kemudian dipanaskan
menghasilkan wangi gandapura. Hal ini menunjukkan bahwa Salep Nosib positif
mengandung Asam Salisilat.
Selain uji secara kualitatif dilakukan juga pengujian secara kuantitatif. Uji secara
kuantitatif dilakukan dengan perhitungan bobot isi sediaan dan kadar Asam Salisilat
yang terkandung dalam Salep Nosib. Ada perhitungan bobot isi sediaan, melalui
penimbangan ini, dapat diketahui isi Salep Nosib adalah 14,16 gram. Pada etiket
tertera bobot sediaan sebesar 14 gram. Hal ini menunjukkan bahwa bobot isi sediaan
salep setara dengan yang tertera pada etiket. Hal ini juga membuktikan bahwa Salep
Nosib memenuhi syarat bobot. Selain itu pada penetapan kadar Asam Salisilat
dilakukan secara spektrofotometri. Pada pengujian ini diukur panjang gelombang
maksimum dari sediaan sebesar 242 nm. Dari panjang gelombang maksimal ini
dilakukan pengukuran kurva baku, dari penentuan kurva baku Asam Salisilat
diperoleh persamaan : Y = 0,01034x + 0,0122. Perhitungan kadar Asam Salisilat
secara spektrofotometri diperoleh adsorbansi sebesar 0,299. Dari adsorbansi yang
diperoleh dilakukan perhitungan kadar menggunakan persamaan kurva baku sehingga
diperoleh kadar Asam Salisilat sebesar 0,075 gram.
Dari perhitungan kadar, maka kadar Asam Salisilat yang terkandung dalam Salep
Nosib TIDAK memenuhi syarat, karena bila dibandingkan dengan kadar yang tertera
pada etiket sangat berselisih jauh. Bila dilihat pada persyaratan kadar yang tertera
pada FI, kadar Asam Salisilat pada pengujian tidak memenuhi syarat, terjadi
penyimpangan pada evaluasi salep didapat kadar as.salisilat 87,5% sedangkan dalam
farmakope Indonesia 90-100%. Penyimpangan ini kemungkinan disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya kesalahan pada waktu penimbangan, kesalahan
pemipetan, kesalahan pada saat pemisahan,, dan lain-lain.

VIII. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian Asam Salisilat pada Salep Nosib maka Salep Nosib TIDAK
MEMENUHI SYARAT Farmakope Indenesia.

IX. DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Depkes RI. Edisi IV.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Depkes RI. Edisi III.
Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia ( UI-
Press ). Jakarta-Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai