Anda di halaman 1dari 16

DISTRIBUSI DALAM EKONOMI ISLAM

A. LATAR BELAKANG
Pembahasan mengenai pengertian distribusi pendapatan, tidak akan lepas dari
pembahasan mengenai kondep moral ekonomi yang dianut. Islam dengan tegas
menggariskan kepada penguasa, untuk meminimalkan kesenjangan dan
ketidakseimbangan distribusi. Pajak diterapakan atas kekayaaan seseorang untuk
membantu yang miskin dan bentuk dari sistem perpajakan ini berkaitan dengan salah
satu prinsip pokok dalam islam (zakat). Dengan demikian, tidak ada ruang bagi muslim
untuk melakukan tindak kekerasan dalam upaya melancarkan proses distribusi
pendapatan.
Hal pertama yang perlu dibahas adalah konsep-konsep moral yang melatarbelakangi
pembahasan aspek-aspek ekonomi dari penentuan sumber maupun distribusi pendapatan.
Konsepmoral tersebut diterjemahkan menjadi faktor endogen dalam sistem distribusi
pendapatan perspektif islam. Setelah itu barulah penulis membahas masalah distribusi
pendapatan yang diihat melalui pendekatan instrumen dan mekanisme pada perspektif
individu maupun negara.
Kajian tentang distribusi kekayaan dan pendapatan merupakan satu isu yang paling
kontoversial dalam ilmu ekonomi. Kontroversial ini muncul karena biasanya dalam ilmu
ekonomi yang menjadi kajian utama adalah masalah produksi, bukan distribusi. Salah
satu alasan yang melatarbelakangi diabaikannya pembahasan tentang masalah distribusi
dalam ilmu ekonomi karena dipengaruhi oleh pandangan subjektif seorang ekonom.
Disamping karena penagruh cara pandang positivisme. Akan tetapi, ilmu ekonomi islam
mempunyai pandangan dan pendekatan yang berbeda dari ekonomi konvensial (yang
bersifat positivisme). Ekonomi islam secara esensial mengandung nilai-nilai yaitu nilai-
nilai religius dan moral.

1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana definisi distibusi?
2. Bagaimana prinsip-prinsip distribusi secara garis besar?
3. Bagaiman pembagian distribusi berdasarkan beberapa pola?
a. Distribusi pendapatan melalui pola kemitraan usaha
b. Distribusi pendapatan melalui pola hubungan perburuhan
c. Distribusi pendapatan melalui mekanisme pasar
d. Distribusi pendapatan melalui sedekah wajib (zakat) dan sedekah sunah (sedekah,
infak, hibah)
e. Distribusi pendapatan melalui sistem pewarisan dan wasiat
4. Apakah tujuan distribusi dalam ekonomi islam?
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Dapat memahami definisi distribusi secara jelas
2. Memahami prinsip-prinsip distrbusi secara garis besar
3. Agar dapat memahami pembagian distribusi berdasarkan beberapa pola yaitu:
a. Distribusi pendapatan melalui pola kemitraan usaha
b. Distribusi pendapatan melalui pola hubungan perburuhan
c. Distribusi pendapatan melalui mekanisme pasar
d. Distribusi pendapatan melalui sedekah wajib (zakat) dan sedekah sunah (sedekah,
infak, hibah)
e. Distribusi pendapatan melalui sistem pewarisan dan wasiat
4. Mengerti tujuan distribusi pendapatan atau kekayaan dalam ekonomi islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI DISTRIBUSI
Distribusi adalah suatu proses (sebagian hasi penjualan produk) kepada faktor-
faktor produk yang ikut menentukan pendapatan. Secara umum distribusi dapat
diartiakn sebagai penyaluran barang ke tempat-tempat. Menurut Collins distribusi
adalah proses penyimpanan dan penyaluran produk kepada pelanggan, diantaranya
melalui perantara. Definisi yang diungkapkkan Collins memiliki pemahaman yang
sempit apabila dikaitkan dengan tujuan ekonomi islam. Hal ini disebabkan karena
definisi tersebut cenderung mengarah pada perilaku ekonomi yang bersifat individual.
Sementara Anas Zarqa mengemukakan bahwa definisi distribusi itu sendiri
sebagai suatu transfer dari pendapatan kekayaan antara individu dengan cara
pertukaran (melalui pasar) atau dengan cara lain, seperti warisan, shadaqoh, wakaf
dan zakat. Jadi konsep distribusi menurut pandangan islam adalah peningkatan dan
pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga
kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar diantara
golonagn tertentu saja serta dapat memberikan konribusi kearah kehidupan manusia
yang lebih baik1.
Distribusi ekonomi islam berbeda dengan sistem konvensional dilihat dari sisi
tujuannya, asas ideologinya, moral dan sosialnya yang tidak dapat dibandingakn
dengan sistem ekonomi konvensional.
1. Konsep moral Islam dan sistem distribusi pendapatan
Secara umum islam mengarahakan mekanisme berbasis moral, spiritiual dalam
pemeliharaan keadilan sosial pada setiap aktivitas ekonomi. Latar belakangnya karena
tidak seimbangnya distribusi kekayaan adalah hal yang mendasari hampir semua
konflik individu maupun sosial. Upaya pencapaian manusia akan kebahagiaan
membimbing manusia untuk menerapakan keadilan ekonomi yang dapat menyudahi
kesengsaraan. Untu itu, dalam merespon laju perkembangan pemikiran ini yang harus
dilakukan adalah:
a) Mengubah pola pikir dan pembelajaran mengenai niali islam dari yang fokus
perhatiannya bertujuan materialistis kepada tujuan yang mengarahkan
1
Taqiyuddin Nabani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif, (Surabaya: Rislah Gusti, 1999), hlm. 54

3
keejahteraan umum berbasis pembagian sumber daya dan resiko yang
berkeadilan untuk mencapai kemanfaatan yang lebih besar bagi komunitas
sosial.
b) Keluar dari ketergantungan kepda orang lain. Hidup diatas kemempuan
pribadi sebagai personal maupun bangsa, melaksanakan kewajiban sinancial
sebagaiman yang ditunjukan oleh ajaran islam dan meyakini dengan sungguh-
sungguh bahwa dunia saat ini buaknlah akhir cerita kita. Akan ada kehidupan
baru setselah kehidupan di dunia yang fana ini.
Islam sendiri mengutamakan tema distribusi dengan perhatian besar yang nampak
dalam beberapa fenomena, dimana yang terpenting diantara adalah sebagai berikut:
1. Banyaknya nash al-Qur’an dan hadist yang mencakup tema distribusi dengan
menjelaskan sistem menejemennya, himbauan komitmen kepada cara-cara yang
terbaik, dan memperingatkan penyimpangan dari sistem yang benar.
2. Syariat islam tidak hanya menetapakan prinsip-prinsip umum bagi distribusi dan
pengembalian distrubusi, namun juga merincikan dengan jelas dan lugas,
diantaranya denagn menjelaskan cara pendistribusian harta dan sumber-sumber
nya yang terpenting.
3. Al-Qur’an menyebutkan secara tekstual dan eksplisit tenetng tujuan peringanan
perbedaan di dalam kekayaan, dan mengantisipasi pemutusan harta dalam
kalangan minoritas, seperti penjelasan firman Allah “agar harta tidak beredar
diantara orang-orang kaya diantara kamu”.
B. PRINSIP-PRINSIP DISTRIBUSI DALAM EKONOMI ISLAM
Pada dasarnya prinsip distribusi secara umum sejauh ini dapat dikatakan
belum berhasil memberikan pemerataan distribusi kepada seluruh level masyarakat
khususnya masyarakat menengah ke bawah, fakta membenarkan prinsip distribusi
umum hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu dalam distribusi. Berikut beberapa
prinsip distribusi secara umum:2
a. Tidak ada larangan mengenai riba dan gharar
b. Mekanisme distribusi dibiarkan kerja sendiri, sehingga tidak akan tercitanya
kemaslahatan
c. Dapat terjadi penumpukan harta
2
Nasution Edwin Mustafa, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Prenadamedia GROUP,
2015), hlm. 131

4
Sistem ekonomi yang berbasis islam mengehendaki bahwa dalam hal
pendistribusian harus berdasarkan dua sendi yaitu sendi kebebasan dan keadilan
kepemilikan3. Ada beberapa prinsip yang mendasari proses distribusi dalam ekonomi
islam yang terlahir dalam QS Al-Hasyr (59): 7 yang artinay “agar harta itu jangan
hanya beredar di antara golongan kaya diantara kamu”, prinsip tersebut memiliki
bebrapa arti yaitu4:
1. Larangan riba dan gharar
Secara terminologi riba didefinisikan sebagai melebihkan keuntungan dari salah
satu pihak terhadap pihak lain dalam transaksi jual beli, tukar menukar dengan
tanpa memberikan imbalan atas kelebihan tersebut. Pelarangan riba merupakan
permasalahn penting dalam ekonomi islam terutama dikarenakan riba secara jelas
dilarang dalam al-Qur’an. Riba mempengaruhi dua masalah dalam distribusi
yakni pertama berhubungan dengan distribusi pendapatan antara bankir dan
masyarakat secara umum serta nasabah secara khusus dan kaitannya dengan
bunga bank. Masalah kedua yang timbul yakni berhubungan dengan distribusi
pendapatan antara berbagai kelompok di masyarakat
2. Keadilan dalam distribusi
Keadilan dalam distribusi merupakan satu kondisi yang tidak memihak pada salah
satu pihak atau golongan tertentu dalam ekonomi, sehingga menciptakan
keadilan.
3. Larangan menumpuk harta
Islam membenarkan hak milik pribadi tapi tidak membenarkan penumpukan harta
benda pribadi sampai batas-batas fondasi yang dapat merusak fondasi sosial
islam. Karena penumpukan harta berlebihan bertentangan dengan kepentingan
umum yang berimbas pada rusaknaya sistem sosial dengan munculnya kelas-
kelas yang mementingkan pribadi, disamping itu penumpukan harta berlebihan
dapat melemahkan daya beli masyarakat dan menghambat mekanisme
pasarbekerja secara adil karena harta tidak tersebar di masyarakat.
Akan tetapi secara garis besar prinsip-prinsip ekonomi dalam kegiatan
distribusi menurut syariat islam terbagi dalam beberapa elemen yaitu sebagai
berikut:
a. Prinsip peggunaan
3
Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press,2001), hlm. 47
4
Zainuddin Ahmad, Kemiskinan Dan Pemerataan Pendapatan, (Jogjakarta:Dana Bakti Prima Yasa,
1998), hlm. 7

5
Segala sesuatau diciptakan oleh Allah untuk digunakan oleh manusian dan
untuk melayani manusia. Seperti penjelasan pada al-Qur’an surat an-Nahl
ayat 116.
b. Prinsip pertengahan
Islam sangat mengajarkan kita agar menyukai pertengahan artinya tidak
berlebihan terhadap suatu perkara apapun
c. Mengutamakan persaudaraan dan persatuan
Di dalam masyarakat islam tidak terdapat kelas antagonistik kaya-dan miskin
yang dibenturkan satu sama lain. Sekalipun terdapat ketimpangan kekayaan,
masyarakat islam tidaklah terbagi menjadi permusuhan-permusuhan karena
perbrdaan antara si kaya dan miskin
d. Pengembangan moral dan material
Dengan mendorong orang untuk membayar zakat dan sedekah dari sebagian
hartanya, islam mendorong semangat pengorbanan, cinta, kebaikan hati dan
kerjasama
C. PEMBAGIAN DISTRIBUSI BERDASARKAN BEBERAPA POLA yaitu:5
1. Distribusi Pendapatan Melalui Pola Kemitraan Usaha : Modharabah/Trust
Financing, Trunst Investment, dan Musyarakah
Skema mudharabah merupakan jenis kemitraan dalam muamalah islam yang
menggabungkan pengalaman keuangan dengan pengalaman bisnis. Dalam sistem
ini suatu pihak memberikan modalnya dan pihak lain mengelola dengan
pengalaman dan pengetahuan. Selanjutnya laba dibagi menurut rasio yang telah
disetujuisebelumnya pada perjanjian awal. Sedangkan dalam kerugian pihak
pertama memikul semua resiko keuangan dan nasabah hanya kehilangan nilai
kerjanya, bila hal ini merupakan keadaan diluar kemampuan nasabah.
Dalam mudharabah, pemilik modal tidak diberikan peran dalam manajemen
perusahaan. Konsekuensinya mudharabah merupakan perjanjian profit and loss
sharing. Musyarakah atau syirkah secara bahasa berarti al-ikhtilath
(percampuran, penggabungan, parthner). Syirkah atau perseroan adalah suatu
bentuk transaksi antara dua orang atau lebih, yang kedua-duanya sepakat untuk
melakukan kerja sama yang bersifat finansial dnegan tujuan untuk mencari
keuntungan. Musyarakah juga merupakan salah satu bentuk kerja sama (joint

5
Nasution Edwin Mustafa, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Prenadamedia GROUP,
2015), hlm. 135

6
enterprised) antara dua orang atau lebih dalam sebuah usaha atau modal dalam
bentuk coorporate dengan bagi hasil keuntungan berdasarkan kesepakatan.
Musyarakah berbeda dengan mudharabah, dalam mudharabah pemilik modal
tidak diberikan peran dalam menjalankan manajemen perusahaan, sedangkan
dalam musyarakah juga ada bagi hasil, tapi semua pihak berhak turut serta dalam
pengambilan keputusan manajerial.
2. Distribusi Pendapatan Melaluui Pola Hubungan Perburuhan
Kekayaan merupakan hasil kerja sama antara buruh dan majikan. Dalam
islam, terdapat peringatan terhadap mereka akan tanggungjawabnya kepada Allah
SWT dan ciptaanya, dan memerintahkan kepada mereka untuk menjaga
kepentingan orang lain sama dengan kepentinganya sendiri.
Keefektifan dalam perencanaan pembagian keuntungan terletak pada kerja
sama antara buruh dan majikan serta peningkatan mutuhubungan mereka. Jika
pembagian keuntungan dari hasil usaha diberikan kepada buruh, atu akan sangat
meningkatkan efisieni kerja, manakala diketahuinya bahwa dia akan memperoleh
bagian dari keuntungan-keuntungan maka dia akan bekerja dengan sungguh-
sungguh dan sebaik mungkin demi peningkatan produksi.
3. Distribusi Pendapatan Melalui Mekanisme Pasar
a) Penentuan harga
Dalam konsep ekonomi Islam, penentuan harga dilakukanoleh kekuatan-
kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan penawaran. Dalam konsep
islam pula, pertemuan permintaan dengan penawaran adalah terjadi secara
seimbang dengan rela sama rela atau tidak ada pemaksaan terhadap harga
tersebut pada saat transaksi. Silam mengatur agar persaingan dipasar dilakukan
secara adil.
b) Larangan penimbunan
Dalam terminologi fiqih penimbulam dieknal dengan istilah ijtikar, yang
berasal dari kata hakara yang berarti az-zulm (aniaya) dan isa’ah al-
muasyarah(merusak pergaulan). Denagn timbangan ihtikara, yahtakiru,
ihtikara kata ini berarti upaya penimbunan barang dagangan untuk menunggu
lonjaka harga. Menurut Al-Ghazali ihtikar dalah “Penyimpanan barang
dagangan oleh penjual makanan untuk menunggu melonjaknya harga dan
penjualannya ketika harga melonjak”. Sedangkan menurut Taqiyudin al-
Nabhani, penimbunan adalah orang yang mengumpulkan barang-barang

7
denagn menunggu waktu naiknya harga barang-barang tersebut, sehingga
dapat dijual dengan harga yang tinggi. Syarat terjadi nya penimbunan adalah
sampainya pada suatu batas yang menyulitkan warga setempat untuk membeli
barang yang tertimbun , semata karena fakta penimbunan tersebut tidak terajdi
selain dalam keadaan semacam ini. Orang-orang yang menyembunyikan
(menimbun) hartanya yang dikumpulkan sesungguhnya mereka telah
menghambat arus industri, serta menghalangi kemajuan danpembangunan
negara. Seharusnya harta mereka digunakan untuk menghasilkan kekayaan
lebih banyak keuntungan masyarakat dan kapitalis-kapitalis itu sendiri.
c) Larangan spekulasi
Al-Masri memberikan pengertian spekulasi sebagai: Spekulasi adalah outcome
dari sikap mental ingin cept kaya. Jika seseorang telah terjebak pada sikap
mental ini, maka ia akan berusaha dengan menghalalkan segala macam cara
tanpa memperdulikan rambu-rambu agama dan etika. Kegiatan spekulasi ada
kemiripannya dengan gambling (al-qimar) dalam konteks pengambilan
keuntungan dan dianggap sebagai kegiatan misdeed ( tidak senonoh). Dalam
istilah fiqih muamalah dikenal sebagai istilah tas’ir wa al-jabari yaitu
pematokan harga harga dan pengambilan paksa terhadap barang.
4. Distribusi Pendapatan Melalui Sedekah Wajib (Zakat) dan sedekah Sunat
(Sedekah, infaq, Hibah).
Zakat merupakan langkah dua yang sah yang digunakan segera untuk
membagi-bagi harta di antara masyarakat. Langkah ini metupakan suatu pungutan
wajib yang dikumpulkan dari orang-orang muslim yang kaya dandiserahkan
kepada orang miskin ketika mencukupi tarif dasar (nisab dan haul). Zakat adalah
poros dan pusat keuangan islami. Zakat meliputi bidang normal, sosial dan
ekonomi. Dalam bidang sosial zakat bertindak sebagai alat khusus yang diberikan
oleh islam untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat dengan
menyadarkan sikaya akan tanggung jawab sosial yang mereka miliki dalam
bidang ekonomi. Zakat mencegah penumpukan kekayaan dalam tangan segelintir
orang dan Menurut M.A Mannan, zakat mempunyai enam prinsip. Pertama,
prinsip keyakinan keagamaan (faith), yaitu keyakinan keagamaan menyatakan
bahwa orang yang membayar zakat yakin bahwa pembayaran tersebut merupakan
salah satu manifestasi keyakinan agamanya, sehingga kalau orang yang
bersangkutan belum menunaikannya, maka dia merasakan belum sempurna

8
ibadahnya. Kedua, Prinsip pemerataan (equity) dan keadilan (justice), yaitu
pemerataan dan keadilan cukup jelas menggambarkan tujuan zakat yaitu
membagi lebih adil kekayaan yang telah diberikan oleh Allah AWT kepada umat-
Nya. Ketiga, Prinsip produktivitas (productivity) dan kematangan, artinya
produktivitas dan kematangan menekankan bahwa zakat memang harus.
5. Distribsui Pendapatan Melalui Sistem Pewarisan dan Wasiat
Hukum waris merupakan suatu aturan yang sangat penting dalam mengurangi
ketidakadilan pembagian warisan dalam masyarakat. Tokoh-tokoh ekonmi
menyetujui bahwa pembagian warisan yang tidak merata merupakan penyebeb
utama dari ketidakadilan dalam masyarakat. Menurut Taussig, warisan
mempunyai dampak-dampak yang sangat besar dalam masyarakat. Hal tersebut
senantiasa memperbesar jurang pemisah antara si kaya dan si miskin. Hukum
waris bagi Muslim merupakan alat penimbang yang sangat kuatdan efektif dalam
rangka mencegah pengumpulan kekayaan di kalangan tertentu dan
pengembangannya dalam kelompok-kelompok yang besar dalam masyrakat. Oleh
karena itu, hukum waris mempunyai pengaruh yang cukup baik dalam
pengembangan sirkulasi harta di kalangan masyarakat banyak.
D. TUJUAN DISTRIBUSI DALAM EKONOMI ISLAM
Ekonomi islam mempunyai sistem distribusi yang merealisasikan beragam
tujaun yang mencakup berebagai bidang kehidupan diman distribusi dikelompokan
menjadi empat bagian, antara lain:6
a. Tujuan dakwah
Yang dimaksud dakwah disini adalah dakwah kepada islam dan menyatukan hati
kepada Allah. Contohnya, bagian mukallaf di dalam zakat. Dimana mukallaf itu
adakalanya orang kafir yang diharapakn keislamannya.
b. Tujuan pendidikan
1) Pendidikan terhadap akhlak terpuji, seperti susk memberi, berderma dan
mengutamakan orang lain
2) Mensuciakan dari akhlak tercela seprti pelit, egois dll
c. Tujuan sosial
1) Memenuhi kebutuahan kelompok yang membutuhakan, dan menghidupkan
prinsip soladoritas di dalam masyarakat muslim

6
Madnasir. 2010. “Distribusi Dalam Islam”. Volume 2, No. 1, Januari 2010

9
2) Menguatkan ikatan cinta dan kasih sayang di antara individu dan kelompok
masyarakat
3) Mengikis sebab-sebab kebenciaan dalam masyarakat, yang akan berdampak
pada terealisasinya keamanan dan ketentraman masyarakat
4) Keadilan dalam distribusi yang mencakup pendistribusian sumber-sumber
kekayaaan
d. Tujuan ekonomi
1) Pengembangan harta dan pembersihannya, karena pemilik harta ketiak
menginfakan sebagian hartanya kepada orang lain, baik infak wajib maupun
sunnah, maka demikian akan mendorong untuk menginvestasikan hartanya
sehingga tidak akan habis karena zakat
2) Memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur dengan
terpenuhinya kebutuhan tetang harta atau persiapan yang dilakukan untuk
melaksanakannya dengan melakukan kegiatan ekonomi
3) Andil dalam merealisasikan kesejahteraan ekonomi, dimana tingkat
kesejahteraan ekonomi berkaitan dengan tingkat konsumsi sedangkan tingkat
konsumsi tidak hanya berkaitan dengan bentuk pemasuakn saja namun juga
berkaitan dengan cara pendistribusiannya diantara individu masyarakat
Secara garis besar tujuan dari nilai-nilai islam dalam kegiatan distribusi yaitu
sebagai berikut:7
1. Pencapaian falah merupakan tujuan pada setiap manusia yang dibawa oleh islam
yang mencakup aspek yang lengkap dan menyeluruh bagi kehudupan manusia.
2. Distribusi yang adil dan merata melalui pelembagaan zakat dan sedekah, hukum
pewarisan dan wasiat, penghapusan bunga, melarang perolehan kekayaan
melalui cara yang haram dan melarang penimbunan.
3. Tersedianya kebutuhan dasar merupakan jaminan tersedianya kebutuhan dasar
bagi setiap orang yang memerlukan melalui sistem keamanan sosialnya yang
komprehensif.
4. Tegaknya keadilan sosial artinya jika seluruh ajaran ekonomi islam pada islam
dilaksanakan maka distribusi ekonomi akan tercapai denagn sendirinya.

7
Rahmawati, Anita. 2013. “Distribusi dalam Ekonomi Islam”. Volume 1, No. 1, Juni 2013

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

11
Distribusi adalah suatu proses (sebagian hasi penjualan produk) kepada faktor-
faktor produk yang ikut menentukan pendapatan. Secara umum distribusi dapat
diartiakn sebagai penyaluran barang ke tempat-tempat. Menurut Collins distribusi
adalah proses penyimpanan dan penyaluran produk kepada pelanggan,
diantaranya melalui perantara. Definisi yang diungkapkkan Collins memiliki
pemahaman yang sempit apabila dikaitkan dengan tujuan ekonomi islam. Hal ini
disebabkan karena definisi tersebut cenderung mengarah pada perilaku ekonomi
yang bersifat individual. Distribusi ekonomi islam berbeda dengan sistem
konvensional dilihat dari sisi tujuannya, asas ideologinya, moral dan sosialnya
yang tidak dapat dibandingakn dengan sistem ekonomi konvensional.
Pada dasarnya prinsip distribusi secara umum sejauh ini dapat dikatakan
belum berhasil memberikan pemerataan distribusi kepada seluruh level
masyarakat khususnya masyarakat menengah ke bawah, fakta membenarkan
prinsip distribusi umum hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu dalam
distribusi. Berikut beberapa prinsip distribusi secara umum:
a. Tidak ada larangan mengenai riba dan gharar
b. Mekanisme distribusi dibiarkan kerja sendiri, sehingga tidak akan tercitanya
kemaslahatan
c. Dapat terjadi penumpukan harta
Ekonomi islam mempunyai sistem distribusi yang merealisasikan
beragam tujaun yang mencakup berebagai bidang kehidupan diman distribusi
dikelompokan menjadi empat bagian, antara lain:
a. Tujuan dakwah
b. Tujuan pendidikan
c. Tujuan sosial
d. Tujuan ekonomi
Secara garis besar tujuan dari nilai-nilai islam dalam kegiatan distribusi yaitu
sebagai berikut:
1. Pencapaian falah merupakan tujuan pada setiap manusia yang dibawa
oleh islam yang mencakup aspek yang lengkap dan menyeluruh bagi
kehudupan manusia.
2. Distribusi yang adil dan merata melalui pelembagaan zakat dan sedekah,
hukum pewarisan dan wasiat, penghapusan bunga, melarang perolehan
kekayaan melalui cara yang haram dan melarang penimbunan.

12
3. Tersedianya kebutuhan dasar merupakan jaminan tersedianya kebutuhan
dasar bagi setiap orang yang memerlukan melalui sistem keamanan
sosialnya yang komprehensif.
4. Tegaknya keadilan sosial artinya jika seluruh ajaran ekonomi islam pada
islam dilaksanakan maka distribusi ekonomi akan tercapai denagn
sendirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Edwin Mustafa.2015. Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam.


Jakarta: Prenadamedia GROUP
Nofrianto. 2009. “Distribusi Pendapatan dan Pemenuhan Kebutuhan
dalam Ekonomi Islam”. Volume 8, No. 2, Juli-Desember 2009

13
Rahmawati, Anita. 2013. “Distribusi dalam Ekonomi Islam”. Volume
1, No. 1, Juni 2013
Madnasir. 2010. “Distribusi Dalam Islam”. Volume 2, No. 1, Januari
2010
Qaardhawi, Yusuf. 2001. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta:
Gema Insani Press
Zainuddin, Ahmad. 1998. Kemiskinan Dan Pemerataan Pendapatan.
Jogjakarta: Dana Bakti Prima Yasa
Arwani, Agus, Hadout Ekonomi Islam,
www.repostory.iainpekalongan.ac.id
Arwani, A. (2015). Ekonomi Islam Salah Satu Model Alternatif Strategi
Merekatkokohkan Nkri. An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah, 2(1), 275-294.

HASIL DISKUSI
Pertanyaan kelompok 1
Apakah dalam Indonesia sudah menerapkan sistem distribusi secara Islam?

14
Jawaban: sudah. Meskipun Indonesia menganut sistem ekonomi pancasila namun mayoritas
masyarakatnya beragama islam sehingga menimbulkan penerapan distribusi islam seperti
kegiatan zakat, infaq, shodaqoh, waris.
Pertanyaan kelompok 2
Bagaiman cara distribusi melalui zakat dan waqof ?
Jawaban: cara berdistribusi melalui zakat dapat dilakukan dengan menyalurkan kekayaan
pada pihak yang pantas mendapatkan zakat seperti yang sudah ditentukan. Sedangkan
distribusi melalui waqof dilakukan dengan menyalurkan kakayaan pada seseorang yang
berhak mendapatkan waqof tersebut atau baitulmal.
Pertanyaan kelompok 3
Jelaskan tentang infak wajib dan infak sunnah?
Jawaban: infak wajin adalah kewajiban seorang muslim yang wajib diberiakan kepada
golongan tertentu contohnya zakat, nazar. Infak sunnah adalah kegiatan yang lebih baik
dilakukan seorang muslim untuk memberikan kekayaan kepada golongan tertentu contohnya
shodaqoh, hibah, hadiah.
Pertanyaan kelompok 4
Apa permasalahan utama dalam distribusi dan apa solusinya?
Jawaban: masalah utama dalam distribusi adalah ketidakadilan dan ketimpanagn dalam
pendistribusian pendapatan dan kekayaaan, walaupun saat ini belum dapat diselesaikan
karena sistem ekonomi masih didoinasi oleh sistem ekonomi pasar (kapitalis). Akan tetapi
sistem ekonomi islam menawarkan sistem distribusi ynag mengedepankan nilai kebebasan
dalam bertindak dengan dilandassi oleh ajaran agama serta nilai keadilan dan kepemilikan
yang didasarkan pada dua sendi, yaitu kebebasan dan keadilan.
Pertanyaan kelompok 6
Apa saja bentuk-bentuk distribusi yang ada di masyarakat?
Jawaban: distribusi yang terjadi di pasar, zakat, infak, shodaqoh, waris, waqoh, hibah, hadiah.
Pertanyaan kelompok 7
Apa saja etika-etika dalam distribusi?
Jawaban: menhiasi amal dengah niat ibadah dna ikhlas, transparan dan barangnya halal serta
tidak membahayakan, adil dan tidak mengerjakan hal-hal yang dilarang dalam islam, tolong-
menolong, dan toleransi.
Pertanyaan kelompok 8
Apakah ada distribusi yang dilarang dalam islam?jelaskan

15
Jawaban: distribusi yang dilarang dala islam yaitu distribusi dengan tujuan tertentu. Misalnya
seperti kegiata penyogokan calon pemilu pada masyarakat dengan memberikan sedekah
dengan maksud agar memilih calon pemilu tersebut.
Pertanyaan kelompok 9
Apa faktor penghambat distribusi?
Jawaban: kurangnya modal, ketersediaan SDM, hasil produksi, pemasaran yang buruk, daya
beli masyarakat yang lemah.
Pertanyaan kelompok 10
Apakah waqof sudah memberikan konstribusi yang baik?
Jawaban: tentu saja karena waqof merupakan bantuk distribusi sebagai upaya pengembangan
kekayaan pada orang-orang tertentu.

16

Anda mungkin juga menyukai