Anda di halaman 1dari 17

PENGERTIAN INVESTASI

DISUSUN OLEH:

1. ADHELIA BEENEKE
2. RIRIN PANCA ASTUTI

DOSEN PEMBIMBING:

EDDY SURANTA,S.E.,M.Si.Ak.,C.A

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BENGKULU

Daftar Isi
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
2.1 Pengertian Investasi.....................................................................................................................4
2.2 Proses investasi..........................................................................................................................10
2.3 Dasar Keputusan Investasi.........................................................................................................10
BAB III................................................................................................................................................17
PENUTUP...........................................................................................................................................17
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................................17
3.2 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentu kan proporsi dana atau
sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini dan di masa datang Investasi dapat
diartikan sebagai komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan
memperoleh keuntungan di masa datang. Dengan kata lain, investasi merupakan komitmen
untuk mengorbankan konsumsi se karang (sacrifice current consumption) dengan tujuan
memperbesar konsumsi di masa datang Investasi dapat berkaitan dengan penanaman
sejumlah dana pada aset real seperti: tanah, emas, rumah, dan aset real lainnya atau pada aset
finansial seperti: deposito, saham, obligasi, reksa dana, dan surat berharga lainnya.

Dalam konteks sederhana, seorang pegawai yang baru bekerja dalam suatu
perusahaan, sebut saja Joko memperoleh penghasilan awal yang hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sejalan dengan peningkatan karier, penghasilannya
meningkat lebih besar daripada konsumsi saat ini. Joko dihadapkan pada suatu kondisi untuk
memutuskan berapa penghasilan yang akan dialokasi untuk konsumsi saat ini dan berapa
penghasilan yang akan dialokasi untuk konsumsi pada masa datang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa konsep-konsep dasar tentang keputusan konsumsi saat ini dan masa datang?
2. Bagaimana posisi dan peran pasar modal dalam kegiatan pendanaan dan investasi?
3. Apa saja tujuan, proses, dan dasar-dasar keputusan investasi?

1.3 Tujuan
1. Agar memahami konsep-konsep dasar tentang keputusan konsumsi saat ini dan masa
datang.
2. Agar memahami posisi dan peran pasar modal dalam kegiatan pendanaan dan
investasi
3. Agar memahami tujuan, proses, dan dasar-dasar keputusan investasi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Investasi


1. Definisi Investasi

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa
datang. Seorang investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh
keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan
datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi tersebut.

Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas menginvestasikan


sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin atau bangunan), maupun aset finansial
deposito, saham, reksa dana, sukuk, ataupun obligasi) merupakan aktivitas investasi yang
umumnya dilakukan. Bagi investor yang lebih pintar dan lebih berani menanggung
risiko, aktivitas investasi yang mereka lakukan juga bisa mencakup investasi pada aset-
aset finansial lainnya yang lebih kompleks seperti warrants, option, dan futures maupun
ekuitas internasional.

Aset finansial adalah klaim berbentuk surat berharga atas sejumlah aset-aset pihak
penerbit surat berharga tersebut, sedangkan sekuritas yang mudah diperdagangkan
sekuritas yang mudah diperdagangkan (marketable securities) adalah aset-aset finansial
yang bisa diperdagangkan dengan mudah dan dengan biaya transaksi yang murah pada
pasar yang terorganisir.

Pihak-pihak yang melakukan kegiatan investasi disebut investor. Investor pada


umumnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual (individual/retail
investors) dan investor institusional (institutional investors). Investor individual terdiri
atas individu-individu yang melakukan aktivitas investasi. Sedangkan investor
institusional biasanya terdiri atas perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpan
dana (bank dan lembaga simpan pinjam), lembaga dana pensiun, maupun perusahaan
investasi.

Investasi juga mempelajari bagaimana mengelola kesejahteraan investor (investor's


wealth). Kesejahteraan dalam konteks investasi berarti kesejahteraan yang sifatnya
moneter bukannya kesejahteraan rohaniah. Kesejahteraan moneter bisa ditunjukkan oleh
penjumlahan pendapatan yang dimiliki saat ini dan nilai saat ini (present sale)
pendapatan di masa datang.

Dengan demikian dalam pengertian yang lebih luas, kapan saja seseorang
memutuskan untuk tidak menghabiskan seluruh penghasilan saat ini, dia dihadapkan
pada keputusan investasi. Investasi ini digunakan untuk memperbesar uangnya guna
konsumsi di masa mendatang. Dalam hal ini, maka investasi dapat dipahami sebagai
konsumsi yang ditunda.

Orang seharusnya membuat keputusan seperti berapa banyak penghasilan saat ini
yang seharusnya dihabiskan atau dikonsumsi dan berapa banyak seharusnya
diinvestasikan menurut preferensinya. Dalam menetapkan preferensinya ini, mereka
seharusnya membuat keputusan sedemikian rupa sehingga mencapai tingkat tertinggi
kepuasan personal. Orang seharusnya membuat keputusan konsumsi/ investasi dalam
suatu cara yang akan memaksimalkan utilitasnya. Dalam hal ini, utilitas merupakan
pengukur tingkat kepuasan individu dan akan berbeda-beda antar individu.

Di dalam area keuangan (finance), individu biasanya diasumsikan dapat


memaksimalkan utilitasnya dengan memaksimumkan kesejahteraannya. Seperti yang
telah dibahas sebelumnya, kesejahteraan di ukur dengan nilai sekarang arus penghasilan
individual. Alternatif lain, kesejahteraan dapat diukur dengan nilai sekarang banyaknya
uang yang disediakan oleh individu untuk dikonsumsi. Dengan memperoleh
kesejahteraan tertinggi, orang dapat menikmati konsumsi uangnya misalnya untuk
membeli rumah, mobil, perhiasan, dan sebagainya. Namun, sebagian orang umumnya
tidak akan menghabiskan seluruh penghasilannya yang diterimanya. Mereka
menginvestasikan sebagian uangnya untuk konsumsi di masa datang. Contohnya, mereka
memutuskan untuk menunda konsumsi saat ini dan membeli saham atau mendepositokan
uangnya. Dalam kasus ini, mereka berinvestasi (investing atau lending). Sedangkan di
pihak lain, sebagian individu yang tidak mencukupi dananya untuk konsumsi saat ini
mungkin akan memutuskan untuk konsumsi saat ini dengan meminjam (borrowing).

Gambar 1.1 memperlihatkan contoh trade-off yang dihadapi indi vidu dalam
membuat keputusan konsumsi (K0) dan investasi (K1).
Anggap bahwa jumlah penghasilan dan konsumsi Ibu Tutik dapat dibedakan
menjadi dua bagian yang dikonsumsi saat ini dan yang akan dikonsumsi di masa
mendatang Konsumsi saat ini (K0) diukur dalam sumbu horizontal, sedangkan konsumsi
di masa datang (K.) diukur dalam sumbu vertikal. Ibu Tutik mempunyai penghasilan saat
ini Rp5 juta dan penghasilan masa mendatang Rp5,2 juta. Bagaimana Ibu Tutik memilih
berapa banyak penghasilan yang dikonsumsi?

Satu kemungkinan adalah Ibu Tutik memutuskan untuk mengonsumsi seluruh


penghasilannya secara tepat seperti yang di terimanya. Ini berarti ibu Tutik
menghabiskan Rp5 juta saat ini dan Rp5,2 juta di masa mendatang Secara grafik, pola
konsumsi ini ditunjukkan oleh titik B pada gambar. Pada titik B ini, Ibu T tidak
berinvestasi dan juga tidak meminjam, melainkan mengonsumsi penghasilannya.

Kemungkinan lain adalah Ibu Tutik memutuskan untuk mengonsumsi saat ini dari
seluruh penghasilannya baik penghasilan saat ini maupun penghasilan di masa mendatang.
Untuk melakukan hal ini, Ibu Tutik harus meminjam (misalnya menggunakan kartu kredit
atau pinjaman bank lainnya) agar memungkinkan penghasilan di masa mendatangnya dapat
dikonsumsi saat ini. Karena meminjam adalah tidak gratis tetapi ada biayanya, Ibu Tutik
tidak dapat meminjam Rp5,2 juta dari seluruh penghasilan di masa mendatangnya untuk
dikonsumsi saat ini. Anggap Ibu Tutik dapat meminjam pada biaya bunga 4 persen. Ibu Tutik
dapat meminjam sampai sebesar Rp5,2 juta/1,04 = Rp5 juta saat ini, yang ditambahkan pada
penghasilan saat ini Rp5 juta akan menjadi Rp10 juta yang dapat dikonsumsi saat ini. Pola
konsumsi ini ditunjukkan oleh titik A pada gambar. Pada titik A ini, Ibu Tutik memutuskan
untuk menghabiskan Rp10 juta saat ini dan tidak mengonsumsi di masa mendatang. Dengan
meminjam Rp5 juta saat ini, Ibu Tutik harus mengembalikannya Rp5,2 juta di masa
mendatang.

Pada situasi sebaliknya, Ibu Tutik dapat memutuskan untuk tidak mengonsumsi sama
sekali penghasilan Rp5 juta saat ini. Dia memutuskan untuk meminjamkan atau
menginvestasikan penghasil an saat ini untuk digunakan di masa mendatang menambahkan
penghasilan di masa mendatang Rp5,2 juta. Anggap bahwa Ibu Tutik dapat menginvestasikan
pada tingkat bunga 4%. Dengan menginvestasikan seluruh penghasilan saat ini, dia akan
mempunyai Rp5 juta x 1,04 + Rp5,2 juta = Rp10,4 juta. Pilihan kombinasi ini ditunjukkan
oleh titik C pada gambar 1.1.

Titik A, B, dan C menunjukkan pola konsumsi/investasi yang berbeda-beda. Pilihan


Ibu Tutik tidaklah hanya pada ketiga titik tersebut, tetapi dia dapat memilih titik apa pun di
sepanjang garis ABC pada gambar 1.1. Semakin bergeser pilihan menjauh dari titik B, Ibu
Tutik memilih untuk semakin banyak penghasilannya diinvestasikan (ke arah titik C) atau
semakin banyak meminjam ke arah titik A). Pada titik manakah di sepanjang garis ABC yang
seharusnya dipilih Ibu Tutik? Titik apa pun di sepanjang garis ABC, yang menggabungkan
dalam nilai sekarang penghasilan saat ini dan masa mendatang, merepresentasikan
kesejahteraan Ibu Tutik. Dia seharusnya memilih suatu titik yang dia pertimbangkan adalah
yang paling memuaskan, yaitu kombinasi yang memaksimumkan utilitasnya.

Contoh sebelumnya adalah pada situasi investasi dengan satu aset yang menghasilkan
4%. Jika orang mengetahui dengan pasti return seluruh aset, maka pembahasan juga dapat
dilanjutkan pada banyak aset. Melanjutkan contoh Ibu Tutik sebelumnya, anggap ada sebuah
aset kedua yang memberikan return 8%. Pola konsumsi/investasi pada aset kedua ini
diperlihatkan oleh garis A'BC' pada gambar 1.2.
Dengan tingkat bunga 8%, Ibu Tutik dapat meminjam sampai sebesar Rp5,2 juta /
1,08 = Rp4,8 juta saat ini, yang ditambahkan pada penghasilan saat ini Rp5 juta menjadi
Rp9,8 juta yang dapat dikonsumsi saat ini. Pola konsumsi ini ditunjukkan oleh titik A' pada
gambar. Pada situasi sebaliknya di titik C', Ibu Tutik menginvestasikan seluruh penghasilan
saat ini sehingga ia akan mempunyai Rp5 juta x 1,08 + Rp5,2 juta = Rp10,6 juta.

Dengan keberadaan aset kedua ini, Ibu Tutik pasti akan lebih menyukai aset kedua
yang memberikan 8 persen ketika investasi atau meminjamkan, dan lebih menyukai aset
pertama sebelumnya pada tingkat bunga 4 persen ketika meminjam. Berbagai kombinasi pilih
an konsumsi/investasi yang lebih disukai ini ditunjukkan oleh garis ABC. Selanjutnya aset-
aset lainnya dapat ditambahkan dengan cara sejenis.

Interaksi yang dibutuhkan Ibu Tutik dalam melakukan investasi semakin bertambah
banyak bila kasus investasi mencakup lebih banyak pilihan aset atau melibatkan lebih banyak
pihak. Selain ter kendala oleh kapasitas Ibu Tutik dalam mengelola interaksi, ia juga
dihadapkan pada kesulitan untuk mendapatkan informasi yang tepat untuk keputusan
investasinya. Hal ini menyebabkan ruang lingkup investasi Ibu Tutik menjadi terbatas
sehingga tidak efisien dan tidak efektif.

Kendala tersebut dapat dipecahkan dengan cara mempertemukan Ibu Tutik dan
investor atau pelaku bisnis lainnya dalam suatu pasar sehingga memudahkan mereka dalam
berinvestasi.

2. Tujuan Investasi
Apa tujuan investasi? Pada dasarnya, tujuan orang melakukan investasi adalah untuk
“menghasilkan sejumlah uang”.

Pertimbangkan hal ini. Anggap Sdr. Rudi mulai menabung Rp3 juta per tahun pada usia
25 tahun. Rudi pensiun 40 tahun kemudian pada usia 65 tahun. Jika Rudi memperoleh 8
persen per tahun, dia akan mempunyai uang hampir sebesar Rp800 juta. Tetapi jika Rudi
memperoleh 12 persen per tahun, dia akan mempunyai lebih dari Rp2,3 miliar. Bahkan
andaikan Rudi dapat memperoleh 20 persen per tahun, dia akan memiliki sekitar 22 milyar
pada usia 65 tahun. Banyaknya nilai mendatang dihitung sebagai berikut:

 Pada tingkat bunga 8 persen per tahun, nilai mendatang 40 = Rp3.000.000 x


PVIFA8%.40 = Rp3.000.000 x 259,06 = Rp777.180.000
 Pada tingkat bunga 12 persen per tahun, nilai mendatang 40 = Rp3.000.000 x
PVIFA12%,40 = Rp3.000.000 x 767,09 = Rp2.301.270.000.
 Pada tingkat bunga 20 persen per tahun, nilai mendatang 40 = Rp3.000.000 x PVIFA20%,40
= Rp3.000.000 x 7.343,9 = Rp22.031.700.000.

PVIFA adalah present value interest factor annuity. Konsep ini berlaku untuk
menghitung nilai sekarang dari suatu seri aliran kas yang sama secara periodik (lihat Tabel
ET2). PVIFA dapat dihitung dengan rumus:

n
1
PVIFA ¿ ∑
t=1 ( 1+ i ) t

Rumus (1.1a] dapat disederhanakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

1
PVIFA ¿ 1−¿
( 1+i ) n

Semua orang mungkin setuju dengan pernyataan tersebut. Tetapi pernyataan tersebut
tampaknya terlalu sederhana, sehingga kita perlu mencari jawaban yang lebih tepat tentang
tujuan orang berinvestasi. Seperti telah disinggung di muka, tujuan investasi yang lebih luas
adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah
kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah
nilai saat ini pendapatan masa datang.
Sumber dana untuk investasi bisa berasal dari aset-aset yang di miliki saat ini,
pinjaman dari pihak lain, ataupun dari tabungan. Investor yang mengurangi konsumsinya saat
ini akan mempunyai kemungkinan kelebihan dana untuk ditabung. Dana yang berasal dari
tabungan tersebut, jika diinvestasikan akan memberikan harapan meningkatkan kemampuan
konsumsi investor di masa datang, yang diperoleh dari peningkatan kesejahteraan investor
tersebut.

Secara lebih khusus lagi, ada beberapa alasan seseorang melakukan investasi:

a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang Seseorang yang
bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu
atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat pendapatannya yang
ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
b. Mengurangi tekanan inflasi. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan
perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan
nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
c. Dorongan untuk menghemat pajak. Beberapa negara di dunia banyak melakukan
kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui
pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada
bidang-bidang usaha tertentu.

2.2 Proses investasi


Proses investasi meliputi pemahaman dasar-dasar keputusan investasi dan bagaimana
mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam proses keputusan investasi. Untuk memahami proses
investasi, seorang investor terlebih dahulu harus mengetahui beberapa konsep dasar
investasi, yang akan menjadi dasar pijakan dalam setiap tahap pembuatan keputusan
investasi yang akan dibuat.

Hal mendasar dalam proses keputusan investasi adalah pemahaman hubungan antara
return yang diharapkan dan risiko suatu investasi. Hubungan risiko dan return yang
diharapkan dari suatu investasi merupakan hubungan yang searah dan linear. Artinya
semakin besar return yang diharapkan, semakin besar pula tingkat risiko yang harus
dipertimbangkan. Hubungan seperti itulah yang menjawab pertanyaan mengapa tidak semua
investor hanya berinvestasi pada aset yang menawarkan tingkat return yang paling tinggi. Di
samping memperhatikan return yang tinggi, investor juga harus memper timbangkan tingkat
risiko yang harus ditanggung
2.3 Dasar Keputusan Investasi
Dasar keputusan investasi terdiri atas tingkat return yang diharap kan, tingkat risiko
serta hubungan antara return dan risiko. Berikut ini akan dibahas masing-masing dasar
keputusan investasi tersebut.

Return. Alasan utama orang berinvestasi adalah untuk mem peroleh keuntungan.
Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan investasi disebut sebagai return.
Suatu hal yang sangat wajar jika investor menuntut tingkat return tertentu atas dana yang
telah diinvestasikannya. Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya
merupakan kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya
beli akibat adanya pengaruh inflasi.

Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara yang diharapkan atau
return harapan (expected return), return minimum yang diharapkan (required return) dan
return yang terjadi (realized return). Return harapan merupakan tingkat return yang
diantisipasi investor di mempertimbangan masa datang. Return minimum yang diharapkan
merupakan tingka resiko untuk melakukan return yang disyaratkan investor dengan
mempertimbangkan risiko untuk melakukan investasi.

Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan tingkat return yang telah
diperoleh investor pada masa lalu. Ketika investor menginvestasikan dananya, dia akan
mensyaratkan tingkat return tee tentu dan jika periode investasi telah berlalu, investor
tersebut akan dihadapkan pada tingkat return yang sesungguhnya dia terima. Antara tingkat
return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang diperoleh investor dari investasi yang
dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return yang diharapkan dan return yang
benar-benar diterima return aktual) merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan
dalam proses investasi. Sehingga dalam berinvestasi disamping mem perhatikan tingkat
return, investor harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi.

Risiko. Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan return yang setinggi-tingginya


dari investasi yang dilakukannya. Tetapi, ada hal penting yang harus selalu dipertimbangkan,
yaitu berapa besar risiko yang harus ditanggung dari investasi tersebut. Umumnya semakin
besar risiko, maka semakin besar pula tingkat return yang di harapkan. Penelitian terhadap
return saham dan obligasi di Amerika yang dilakukan oleh Siegel (1992) menemukan bahwa
dalam periode 1802-1990, return saham jauh melebihi return obligasi. Kelebihan return
saham atas return obligasi tersebut disebut juga sebagai equity premium. Salah satu faktor
yang menyebabkan terjadinya fenomena equity premium tersebut adalah adanya fakta bahwa
risiko saham lebih tinggi dari risiko obligasi.

Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return
yang diharapkan. Secara spesifik, mengacu pada kemungkinan realisasi return aktual lebih
rendah dari return minimum yang diharapkan. Return minimum yang diharapkan sering kali
juga disebut sebagai return yang disyaratkan (required rate of return). Dalam ilmu ekonomi
pada umumnya, dan ilmu investasi pada khususnya terdapat asumsi bahwa investor adalah
makhluk yang rasional. Investor yang rasional tentunya tidak akan menyukai ketidakpastian
atau risiko. Investor yang mempunyai sikap enggan terhadap risiko seperti ini disebut sebagai
risk-averse investors. Investor seperti ini tidak akan mau mengambil risiko suatu investasi
jika investasi tersebut tidak memberikan harapan return yang layak sebagai kompensasi
terhadap risiko yang harus ditanggung investor tersebut.

Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung kepada pre ferensi investor
tersebut terhadap risiko. Investor yang lebih beraniakan memilih risiko investasi yang lebih
tinggi, yang diikuti oleh harapan tingkat return yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya,
investor yang tidak mau menanggung risiko yang terlalu tinggi, tentunya tidak akan bisa
mengharapkan tingkat return yang terlalu tinggi.

Hubungan Tingkat Risiko dan Return yang Diharapkan

Seperti telah dijelaskan di atas, secara teoritis, hubungan antara risiko dan return yang
diharapkan secara teoritis merupakan hubungan yang bersifat searah dan linear. Artinya,
Semakin besar risiko suatu aset, semakin besar pula return yang diharapkan atas aset tersebut,
demikian sebaliknya. Gambar 1.3 berikut ini menunjukkan hubungan antara return yang
diharapkan dan risiko pada berbagai jenis aset yang mungkin bisa dijadikan alternatif
investasi.

Garis vertikal dalam gambar 1.3 menunjukkan besarnya tingkat return yang
diharapkan dari masing-masing jenis aset, sedangkan garis horizontal memperlihatkan risiko
yang ditanggung investor. Titik RF pada gambar 1.3 menunjukkan tingkat return bebas risiko
(risk-free rate), untuk selanjutnya akan ditulis sebagai RF. RF dalam gambar 1.3
menunjukkan satu pilihan investasi yang menawarkan tingkat return yang diharapkan sebesar
RF dengan risiko sebesar 0.
Selanjutnya, obligasi pemerintah terlihat mempunyai risiko yang cenderung rendah
dan tingkat return diharapkan yang juga tidak terlalu tinggi. Sedangkan di sisi lain, jika kita
berinvestasi pada kontrak futures misalnya, sesuai dengan gambar 1.3, terlihat bahwa risiko
yang harus ditanggung tergolong sebagai risiko yang tinggi, dengan tingkat return diharapkan
yang tinggi pula. Kesimpulan yang bisa dari pola hubungan antara risiko dan return yang
diharapkan adalah bahwa risiko dana yang diharapkan mempunyai hubungan yang searah dan
linear. Artinya, semakin tinggi risiko suatu aset, semakin tinggi pula tingkat yang diharapkan
dari aset tersebut, demikian sebaliknya.

Proses Keputusan Investasi

Proses keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan


(ongoing process). Proses keputusan investasi terdiri atas lima tahap keputusan yang berjalan
terus-menerus sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik. Tahap-tahap keputusan
investasi meliputi lima tahap keputusan, yaitu

1. penentuan tujuan investasi,


2. penentuan kebijakan investasi,
3. pemilihan strategi portofolio,
4. pemilihan aset,
5. pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.

Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan kelima tahap tahap yang ada dalam proses
keputusan investasi. Dalam gambar ter sebut terlihat bahwa tahap-tahap dalam proses
keputusan investasi merupakan proses yang berkesinambungan (on going process), terdiri
atas lima tahap keputusan yang berjalan terus-menerus.
Penentuan tujuan investasi. Tahap pertama dalam proses ke putusan investasi adalah
menentukan tujuan investasi yang akan di lakukan. Tujuan investasi masing-masing investor
bisa berbeda-beda tergantung pada investor yang membuat keputusan tersebut. Misalnya,
lembaga dana pensiun yang bertujuan untuk memperoleh dana untuk membayar dana pensiun
nasabahnya di masa depan mungkin akan memilih investasi pada portofolio reksadana.
Sedangkan bagi institusi penyimpan dana seperti bank misalnya, mempunyai tujuan untuk
memperoleh return yang lebih tinggi di atas biaya investasi yang dikeluarkan. Mereka
biasanya lebih menyukai investasi pada sekuritas yang mudah diperdagangkan ataupun pada
penyaluran kredit yang lebih berisiko tetapi memberikan harapan return yang tinggi

Penentuan kebijakan investasi. Tahap kedua ini merupakan tahap penentuan kebijakan
untuk memenuhi tujuan investasi yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai dengan penentuan
keputusan alokasi aset (asset allocation decision). Keputusan ini menyangkut pen distribusian
dana yang dimiliki pada berbagai kelas aset yang tersedia (saham, obligasi, real estat ataupun
sekuritas luar negeri). Investor juga harus memperhatikan berbagai batasan yang
memengaruhi kebijakan investasi seperti seberapa besar dana yang dimiliki dan porsi
pendistribusian dana tersebut serta beban pajak dan pelaporan yang harus ditanggung.

Pemilihan strategi portofolio. Strategi portofolio yang dipilih harus konsisten dengan
dua tahap sebelumnya. Ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi portofolio
aktif dan stra tegi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi kegiatan penggunaan
informasi yang tersedia dan teknik-teknik peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi
portofolio yang lebih baik. Strategi portofolio pasif meliputi aktivitas investasi pada
portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar. Asumsi strategi pasif ini adalah bahwa
semua informasi yang tersedia akan diserap pasar dan direfleksikan pada harga saham.

Dengan strategi aktif, investor berusaha mengidentifikasi saham saham yang dia
pertimbangkan akan bagus di masa mendatang, Dengan kata lain, dia mencoba untuk mencari
"winners". Sebaliknya dengan strategi pasif, investor dapat membeli reksa dana (mutual
fund).

Kombinasi strategi portofolio aktif-pasif berdasarkan alokasi aset dan pemilihan sekuritas
menghasilkan empat strategi investasi seperti diringkas pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Empat Strategi Investasi


Pemilihan Sekuritas
Alokasi aset
Aktif Pasif
Aktif AA AP
Pasif PA PP

Dengan strategi AA, investor secara aktif memindahkan dananya antar kelas aset
(misalnya saham, obligasi, dsb.) berdasarkan keyakinan dan harapannya mengenai kinerja
mendatang, dan investor juga se cara aktif mencari sekuritas berkinerja bagus pada tiap kelas
aset Sebaliknya dengan strategi PP, investor menerapkan strategi pasif sepenuhnya. Investor
tidak mengubah alokasi dananya dan juga tidak memilih sekuritas individual yang sekiranya
berkinerja bagus.

Dengan strategi AP, investor secara aktif mengubah aset yang dipegangnya, tetapi
tidak mengusahakan untuk mencari sekuritas tertentu dalam tiap kelas aset. Terakhir dengan
strategi PA, investor tidak mengubah alokasi asetnya, tetapi secara aktif memilih sekuritas
sekuritas individual.

Pemilihan aset. Setelah strategi portofolio ditentukan, tahap selanjutnya adalah


pemilihan aset-aset yang akan dimasukkan dalam portofolio. Tahap ini memerlukan
pengevaluasian setiap sekuritas yang ingin dimasukkan dalam portofolio. Tujuan tahap ini
adalah untuk mencari kombinasi portofolio yang efisien, yaitu portofolio yang menawarkan
return diharapkan yang tertingi dengan tingkat risiko tertentu atau sebaliknya menawarkan
return diharapkan tertentu dengan tingkat risiko terendah.

Perhatikan ilustrasi berikut dari enam investasi dengan nilai-nilai return harapan dan
risiko ditunjukkan pada Tabel 1.2

Tabel 1.2 Contoh dominasi dalam investasi


Investasi Return harapan E(r) Risiko,σ Didominasi?
AAA 0,08 0,05 Tidak
BBB 0.07 0,04 Tidak
CCC 0,11 0,08 Tidak
DDD 0,10 0,08 Ya, oleh CCC dan
EEE
EEE 0,10 0,07 Tidak
FFF 0,07 0,05 Ya, oleh AAA dan
BBB

Investasi DDD didominasi oleh CCC karena CCC mempunyai return harapan yang
lebih tinggi pada tingkat risiko yang sama. Pada tingkat risiko 0,08, return harapan DDD
adalah 0,10 sedangkan return harapan CCC adalah 0,11. Oleh karenanya, investor risk-averse
seharusnya memilih investasi CCC dibanding DDD. Investasi DDD juga didominasi oleh
EEE karena EEE mempunyai return harapan yang sama (0,10) tetapi risiko DDD (0,08)
adalah lebih besar dibanding risiko EEE (0,07). Penjelasan sejenis juga berlaku untuk
mengapa investasi FFF didominasi oleh AAA dan BBB.

Investasi AAA, BBB, CCC, dan EEE tidak didominasi satu dengan lainnya.
Meskipun demikian melalui diversifikasi yang me ngombinasikan portofolio dari AAA,
BBB, CCC, dan EEE, ini di mungkinkan untuk memperoleh tingkat risiko yang lebih rendah
pada tingkat return harapan yang diberikan keempat investasi tersebut. Sekumpulan
portofolio efisien yang mengandung dan didiversifikasi secara bagus dari keempat investasi
tersebut akan mendominasi in vestasi secara individual pada AAA, BBB, CCC, atau EEE.
Melalui diversifikasi, investor dapat memperoleh tingkat return harapan yang lebih tinggi
pada tingkat risiko yang sama yang disediakan oleh investasi individual.

Soal-Jawab 1.1 Dominasi Investasi


Soal: Saham LLL mempunyai return harapan, E(r) = 10 persen dan risiko, σ = 6 persen.
Sedangkan saham WWW mempunyai return harapan, E(r) = 20 persen dan risiko, σ = 6
persen. Apakah ada dominasi di antara kedua investasi tersebut?
Jawab: Ya, saham WWW mendominasi saham LLL Dengan tingkat risiko yang sama, return
harapan WWW lebih tinggi dibanding LLL

Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio. Tahap ini merupakan tahap paling
akhir dari proses keputusan investasi. Meskipun demikian, adalah salah kaprah jika kita
langsung mengatakan bahwa tahap ini adalah tahap terakhir, karena sekali lagi, proses
keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan dan terus-menerus.
Artinya, jika tahap pengukuran dan evaluasi kinerja telah dilewati dan ternyata hasilnya
kurang baik, maka proses keputusan investasi harus dimulai lagi dari tahap pertama,
demikian seterusnya sampai dicapai keputusan investasi yang paling optimal. Tahap
pengukuran dan evaluasi kinerja ini meliputi pengukuran kinerja portofolio dan
pembandingan hasil pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lainnya melalui proses
benchmarking. Proses benchmarking ini biasanya dilakukan terhadap indeks portofolio pasar,
untuk mengetahui seberapa baik kinerja portofolio yang telah di tentukan dibanding kinerja
portofolio lainnya (portofolio pasar).
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan
pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Tujuan orang
melakukan investasi adalah untuk “menghasilkan sejumlah uang”. Proses investasi meliputi
pemahaman dasar-dasar keputusan investasi dan bagaimana mengorganisir aktivitas-
aktivitas dalam proses keputusan investasi. Dasar keputusan investasi terdiri atas tingkat
return yang diharap kan, tingkat risiko serta hubungan antara return dan risiko. Proses
keputusan investasi merupakan proses keputusan yang berkesinambungan (ongoing
process). Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan, yaitu:

1. penentuan tujuan investasi,


2. penentuan kebijakan investasi,
3. pemilihan strategi portofolio,
4. pemilihan aset,
5. pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.

3.2 DAFTAR PUSTAKA


Tandelilin, Eduardus.2017.Pasar Modal : Manajemen Portofolio & Investasi . Yogyakarta :
PT Kanisius

Anda mungkin juga menyukai