Anda di halaman 1dari 2

Nama : Ririn Panca Astuti

NPM : C1C019122

Mata Kuliah : Akuntansi Pemerintahan

Bagaimana Pengakuan Tanah Terhadap Standar Akuntansi Indonesia?

UU Pokok Agraria mengatur Hak Menguasai (oleh) Negara, merupakan hak tertinggi atas tanah
di wilayah NKRI. Menurut UUPA, Negara menguasai seluruh tanah wilayah NKRI tanpa perlu
membuktikan dengan bukti Hak Milik, walau pihak swasta dapat menunjukkan bukti Hak Milik
atas tanah.

Sesuai Pasal 1 (3) PP 24/1997, Tanah Negara adalah tanah (1) berdokumen kepemilikan atau hak
lain oleh negara dan (2) tanah yang tidak berdokumen hukum sebagai tanah milik negara atau
bukti dikuasai negara, mencakupi:

1. Tanah yang diserahkan kepada Negara oleh pemilik tanah


2. Tanah dengan hak yang berakhir masa berlaku hak tersebut, tidak diperpanjang
3. Tanah dengan hak, pemegang hak meninggal dunia tanpa akhli waris
4. Tanah diambil alih untuk kepentingan umum sesuai Perpres 65/2006.
Hak individu/perorangan vide Pasal 4 UUPA mencakupi Hak Atas Tanah, Tanah Wakaf, dan
Hak Jaminan atas Tanah. Hak atas tanah mencakupi Hak Milik, HGU, HGB, Hak Pakai, dan Hak
Sewa. Hak Jaminan atas Tanah mencakupi Hak Tanggungan dan Hak Gadai.

Penerbitan ED ISAK 25: Hak atas Tanah bertujuan untuk meminta tanggapan atas semua
pengaturan dan paragraf dalam ED ISAK 25 tersebut.

Untuk memberikan panduan dalam memberikan tanggapan, berikut hal yang diharapkan
masukannya:

1. Pengaturan mengenai komponen biaya perolehan tanah


ED ISAK 25: Hak Atas Tanah tidak mengatur secara rinci mengenai komponen-
komponen biaya perolehan tanah seperti yang diatur dalam PSAK 47: Akuntansi Tanah.
Pengaturan biaya perolehan tanah sebagai aset tetap sudah diatur prinsipnya di dalam
PSAK 16 (revisi 2011): Aset Tetap.
2. Perlakuan mengenai penurunan nilai aset
ED ISAK 25: Hak Atas Tanah tidak mengatur perlakuan akuntansi untuk tanah yang
menyusut fisiknya (misalnya karena longsor). PSAK 47: Akuntansi Tanah paragraf 21
mengatur mengenai hal tersebut. Pengaturan ini dihilangkan karena sudah diatur dalam
PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset.
3. Ketentuan Transisi
ED ISAK 25: Hak Atas Tanah mengatur ketentuan transisi dimana pada tanggal awal
penerapan Interpretasi ini, entitas mereklasifikasi sisa saldo beban tangguhan yang
berasal dari biaya legal perolehan awal hak atas tanah yang belum teramortisasi
direklasifikasi ke dalam saldo aset tanah.

ED ISAK 25: Hak Atas Tanah mengatur mengenai:

1. pengakuan tanah yang dimiliki entitas melalui Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan
dan Hak Pakai sebagai asset tetap
2. bilamana umur ekonomik tanah sebagai aset tetap menjadi terbatas
3. pengakuan atas beban yang dikeluarkan entitas dalam hal pengakuan awal hak legal atas
tanah maupun perpajangan atau pembaruan hak atas tanah.

Hak kepemilikan tanah di Indonesia secara absolut dibatasi oleh Undang-undang Dasar Negara
tahun 1945. Dalam Undang-undang Dasar tersebut menyatakan bahwa bumi dan air dan
kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Atas dasar tersebut, entitas dalam memperoleh hak atas
tanah harus melalui Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai. Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang diperoleh entitas dapat diperpanjang dan diperbarui
dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan persyaratan dalam peraturan perundang-undangan.
Dengan adanya perpanjangan dan pembaruan hak atas tanah secara terus menerus maka tanah
dapat memiliki umur ekonomik yang tidak terbatas.

Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai yang diperoleh entitas dapat
diperpanjang dan diperbarui dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan persyaratan dalam
peraturan perundang-undangan. Dengan adanya perpanjangan dan pembaruan hak atas tanah
secara terus menerus maka tanah dapat memiliki umur ekonomik yang tidak terbatas.

Dalam peraturan perundang-undangan juga menjelaskan bahwa seluruh hak atas tanah memiliki
fungsi sosial. Dalam kondisi tertentu, entitas dapat kehilangan kepemilikan tanah melalui Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai jika tanah yang diperoleh entitas harus
dilepaskan untuk kepentingan sosial. Dengan demikian, tanah memiliki umur ekonomik yang
terbatas. Interpretasi ini diterapkan untuk akuntansi tanah sebagai aset tetap oleh entitas yang
memiliki hak atas tanah melalui Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai. Jika
tanah diakui sebagai properti investasi atau persediaan maka hak atas tanah dicatat berdasarkan
PSAK 13 (revisi 2011): Properti Investasi dan PSAK 14 (revisi 2008): Persediaan.

Anda mungkin juga menyukai