Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

“ HIPEREMESIS GRAVIDARUM “

Disusun oleh
dr. Rizqa Alfa Yusro MS

DPJP :
dr. Selamat Widodo, Sp. OG

PROGAM INTERNSHIP DOKTEER INDONESIA


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Rumah Sakit Islam Fatimah Banyuwangi
2020

0
BAB I
PENDAHULUAN

Kehamilan biasanya ditandai dengan adanya riwayat terlambat haid dan keluhan
mual muntah. Mual dan muntah dalam kehamilan dikenal dengan morning sickness,
dialami 80% wanita hamil. Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar
terjadi pada usia kehamilan trimester I . Mual biasanya terjadi pada pagi hari, dapat
juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala ini biasanya terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung ± 10 minggu. Derajat beratnya mual
dan muntah yang terjadi pada kebanyakan kehamilan sampai dengan gangguan yang
berat dimana keluhan semakin memburuk, menetap, hingga mengganggu aktivitas
sehari-hari dikenal dengan hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan
sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu hebatnya sehingga
segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi
keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi
dan terdapat aseton dalam urin.
Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan
perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet dan
simptom akan teratasi hingga akhir trimester I. Etiologinya belum diketahui secara
pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat hubungannya dengan
endokrin, biokimia dan psikologis.
Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-
90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-60%
multi gravida. Dari seluruh kehamilan di USA 0,3-2% diantaranya mengalami
hiperemesis gravidarum. Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya
dimulai pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-13
minggu, dan kebanyakan sembuh pada umur kehamilan 12-14 minggu, 1-10% dapat
berlanjut melampaui 20-22 minggu.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hiperemesis Gravidarum.


Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal
kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu
hebatnya sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan
sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan
sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.

B. PATOFISIOLOGI
C. Patofisiologi hiperemesis gravidarum
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan
Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah.
Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung
menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil muda
bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi. (Winkjosastro, 2007 hal 185) Pada beberapa kasus berat,
perubahan yang terjadi berhubungan dengan malnutrisi dan dehidrasi yang
menyebabkan terdapatnya non protein nitrogen, asam urat, dan penurunan klorida
dalam darah, kekurangan vitamin B1, B6, B12, dapat mengakibatkan terjadinya
anemia (Mitayani, 2009 hal 56).
D. Etiologi dan faktor yang berhubungan dengan hiperemesis gravidarum Etiologi
hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Dulu penyakit ini
dikelompokkan ke dalam penyakit toksemia gravidarum karena diduga adanya
semacam “racun” yang berasal dari 12 janin atau kehamilan. Penyakit ini juga
digolongkan ke dalam gestosis bersama pre-eklampsi dan eklampsi. Nama gestosis
dini diberikan untuk hiperemesis gravidarum dan gestosis lanjut untuk hipertensi (pre-
eklampsi dan eklampsi) dalam kehamilan (Runiari, 2010 hal 63).

Runiari (2010) dan Guyton (2004) menjelaskan beberapa teori penyebab


terjadinya hiperemesis gravidarum namun tidak ada satupun yang dapat menjelaskan

2
proses terjadinya secara tepat. Teori tersebut antara lain adalah (Runiari, 2010 hal
63):

1) Teori Endokrin Teori endokrin menyatakan bahwa peningkatan kadar


progesteron, estrogen, dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat menjadi
faktor pencetus mual muntah. Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot
polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi, hal itu mengakibatkan
penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan lambung melambat. Refleks
esofagus, penurunan motilitas lambung dan penurunan sekresi dari asam hidroklorid
juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Selain itu HCG juga
menstimulasi kelenjar tiroid yang dapat mengakibatkan mual dan muntah. Hormon
progesteron ini dihasilkan oleh korpus luteum pada masa awal kehamilan dan
mempunyai fungsi menenangkan tubuh ibu hamil selama kehamilan, termasuk saraf
ibu hamil sehingga perasaan ibu hamil menjadi tenang. Hormon ini berfungsi untuk 13
membangun lapisan di dinding rahim untuk menyangga plasenta di dalam rahim.
Hormon ini juga dapat berfungsi untuk mencegah gerakan kontraksi atau pengerutan
otot-otot rahim. Hormon ini dapat "mengembangkan" pembuluh darah sehingga
menurunkan tekanan darah, itu penyebab mengapa Anda sering pusing saat hamil.
Hormon ini juga membuat sistem pencernaan jadi lambat, perut menjadi kembung
atau sembelit. Hormon ini juga mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu,
meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pernafasan, mual, dan menurunnya gairah
berhubungan intim selama hamil. Seseorang dalam kondisi stress akan meningkatkan
aktifitas saraf simpatis, untuk melepaskan hormon stress berupa adrenalin dan
kortisol (Guyton, 2004 hal 46). Sistem imun merupakan komponen penting dan
responden adaptif stress secara fisiologis. Stress menggunakan adrenalin dalam tubuh
untuk meningkatkan kepekaan, prestasi dan tenaga. Peningkatan adrenalin akan
memperkecil kontraksi otot empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer,
meluaskan pembuluh darah koroner, meningkatkan tekanan darah terial dan
menambah volume darah ke jantung dan jumlah detak jantung. Adrenalin juga
menambah pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah
(Guyton, 2004 hal 46). 14 Tekanan darah yang tinggi dan peningkatan denyut jantung
akan dapat meningkatkan HCG. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin) adalah
hormone yang dihasilkan selama kehamilan, yang dapat dideteksi dari darah atau air
seni wanita hamil sesudah kurang lebih 10 hari sesudah pembuahan. HCG ini dapat
menstimulasi terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil (Guyton, 2004 hal 47).

2) Teori Metabolik Teori metabolik menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6


dapat mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan.

3) Teori Alergi Adanya histamin sebagai pemicu dari mual dan muntah
mendukung ditegakkannya teori alergi sebagai etiologi hiperemesis gravidarum. Mual
dan muntah berlebihan juga dapat terjadi pada ibu hamil yang sangat sensitif
terhadap sekresi dari korpus luteum.

3
4) Teori Infeksi Hasil penelitian menemukan adanya hubungan antara infeksi
Helicobacter pykori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum, sehingga dijadikan
dasar dikemukakannya teori infeksi sebagai penyebab hiperemesis gravidarum.

5) Teori Psikosomantik Menurut teori psikomatik, hiperemesis gravidarum


merupakan keadaan gangguan psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala 15 fisik.
Kehamilan yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan
pendapatan menyebabkan terjadinya perasaan berduka, ambivalen, serta konflik dan
hal tersebut dapat menjadi faktor psikologis penyebab hiperemesis gravidarum.
Gejala mual dan muntah dapat juga disebabkan oleh gangguan traktus digestif seperti
pada penderita diabetes mellitus (gastroparesis diabeticorum). Hal ini disebabkan
oleh gangguan motilitas usus atau keadaan pasca operasi vagotomi. Selain merupakan
reflesi gangguan intrinsik dari lambung, gejala mual dan muntah dapat disebabkan
oleh gangguan yang bersifat sentral pada pusat muntah (chemoreceptor trigger zone).
Perubahan metabolisme hati juga dapat menjadi penyebab penyakit ini, oleh karena
itu pada kasus yang berat harus dipikirkan kemungkinan akibat gangguan fungsi hati,
kantung empedu, pankreatitis, atau ulkus peptikum (Runiari, 2010 hal 69).

Mitayani (2009 hal 57) menyebutkan beberapa faktor yang berpengaruh


terhadap kejadian hiperemesis gravidarum meliputi :

1) Faktor predisposisi terdiri dari primigravida, molahidatidosa dan kehamilan


ganda

2) Faktor organik seperti alergi masuknya vilikohirialis sirkulasi, perubahan


metabolik akibat kehamilan dan resistensi ibu yang menurun.

3) Faktor psikologis, meliputi pengetahuan, sikap, umur, paritas, pekerjaan,


stress, peningkatan hormon progesteron, estrogen dan HCG, alergi, infeksi dan
diabetes melitus.

Mual dan muntah mempengaruhi hingga 50% kehamilan, kebanyakan


perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet
dan simptom akan teratasi hingga akhir trimester pertama. Etiologinya belum
diketahui secara pasti, tetapi adal beberapa ahli yang menyatakan bahwa erat
hubungannya dengan endokrin, biokimia dan psikologis. Faktor-faktor yang
menjadi predisposisi diantaranya:
a) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan
hehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.

4
b) Faktor organik : masuknya vili khoriales dalam sirkulasi maternal dan
perubahan metabolik.
c) Faktor psikologik: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa
takut terhadap kahamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab
dan sebagainya.
d) Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes dan lain-lain.

E. Klasifikasi
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan,

yaitu:1

a) Tingkat I : muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap


makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah
pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang
terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100x/ menit dan tekanan
darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit
berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal.
b) Tingkat II : gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum
dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan > 100 – 140x/
menit,tekanan darah sistolik < 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor,
kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat
menurun.
c) Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah
berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus,
gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria.

F. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum diantaranya:1,2
a) Amenore yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.
b) Tanda vital: nadi meningkat 100 x / menit, tekanan darah menurun pada
keadaan berat, subfebril dan gangguan kesadaran.

5
c) Fisik: dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis, berat badan menurun, pada
vaginal toucher uterus besar sesuai besarnya kehamilan, konsistensinya
lunak, pada pemeriksaan inspekulo seviks berwarna biru.
d) Pemeriksaan USG: untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan dan
kemungkinan adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan mola
hidatidosa.
e) Laboratorium: kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton dan
proteinuria.
G. Gejala Klinik.
Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai
adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialism (saliva yang
berlebihan), tanda-tanda dehidrasi, hipotensi dan takikardi. Pemeriksaan
laboratorium dapat dijumpai hiponatremi, hipokalemia, dan peningkatan
hematokrit.1,2,3

H. Diagnosis Banding
Penyakit-penyakit yang sering menyertai wanita hamil dan mempunyai
gejala muntah-muntah yang hebat harus dipikirkan. Beberapa penyakit tersebut
antara lain:
a) Appendicitis akut.
Pada pasien hamil dengan appendicitis akut keluhan nyeri tekan perut
sangat menonjol sedangkan pada pasien hamil tanpa appendicitis akut
keluhan tersebut sedikit bahkan tidak ada. Tanda-tanda defance
musculare juga bisa dijadikan petunjuk membedakan hamil dengan
appendictis akut dan tanpa appendicitis akut.
b) Ketoasidosis diabetes.
Pasien dicurigai menderita ketoasidosis diabetes jika sebelum hamil
mempunyai riwayat diabetes atau diketahui pertama kali saat hamil
apalagi disertai dengan penurunan kesadaran dan pernafasan
kussmaul. Perlu dilakukan pemeriksaan keton, pemeriksaan gula darah,
dan pemeriksaan gas darah.
c) Gastritis dan ulkus peptikum.

6
Pasien dicurigai menderita gastritis dan ulkus peptikum jika pasien
mempunyai riwayat makan yang tidak teratur, dan sering menggunakan
NSAID. Keluhan nyeri epigastrium tidak terlalu dapat membedakan
dengan wanita hamil yang tanpa gastritis/ulkus peptikum karena hampir
semua pasien dengan hiperemesis gravidarum mempunyai keluhan nyeri
epigastrium yang hebat. Pasien dengan gastroenteritis selain menunjukkan
gejala muntah-muntah, juga biasanya diikuti dengan diare. Pasien
hiperemesis gravidarum yang murni karena hormon jarang disertai diare.
d) Hepatitis.
Pasien hepatitis yang menunjukkan gejala mual-muntah yang hebat
biasanya sudah menunjukkan gejala ikterus yang nyata disertai
peningkatan Serum Glutamic Oxaloacetate Transaminase (SGOT) dan
Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) yang nyata. Kadang-
kadang sulit membedakan pasien hiperemesis gravidarum tingkat III
(tanda-tanda kegagalan hati) yang sebelumnya tidak menderita hepatitis
dengan wanita hamil yang sebelumnya memang sudah menderita
hepatitis.
e) Pankreatitis akut
Pasien dengan pankreatitis biasanya mempunyai riwayat peminum
alkohol berat. Gejala klinis yang dijumpai berupa nyeri epigastrium,
kadang-kadang agak ke kiri atau ke kanan. Rasa nyeri dapat menjalar ke
punggung, kadang-kadang nyeri menyebar di perut dan menjalar ke
abdomen bagian bawah. Pemeriksaan serum amylase dapat membantu
menegakkan diagnosis.
f) Tumor serebri.
Pasien dengan tumor serebri biasanya selain gejala mual-muntah yang
hebat juga disertai keluhan lain seperti sakit kepala berat yang terjadi
hampir setiap hari, gangguan keseimbangan, dan bisa pula disertai
hemiplegi. Pemeriksaan CT scan kepala pada wanita hamil sebaiknya
dihindari karena berbahaya bagi janin.

I. Komplikasi 1

7
a. Maternal : akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan teradinya
diplopia, palsi nervus ke-6, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera
ditangani akan terjadi psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya
kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Komplikasi yang
perlu diperhatikan adalah Ensephalopati Wernicke. Gejala yang timbul
dikenal sebagai trias klasik yaitu paralisis otot-otot ekstrinsik bola mata
(oftalmoplegia), gerakan yang tidak teratur (ataksia), dan bingung.
b. Fetal : penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian
gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR).
c.

J. Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksananakan
dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-
kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan
akan hilang setelah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makanan
sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Makanan
yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Defekasi yang
teratur hendaknya dapat teratur.1,2,3

K. Penatalaksanaan 1-4
 Obat-obatan.
Apabila keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan.
Sedativa yang sering diberikan adalah phenobarbital, vitamin yang
dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B6, antihistamin juga dianjurkan. Pada
keadaan lebih berat diberikan antiemetik seperti prometazin (avopreg),
proklorperazin, atau mediamer B6.
 Isolasi.
Dilakukan dalam kamar yang tenang, batasi pengunjung / tamu, hanya
dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar sampai muntah berhenti
dan pasien mau makan. Catat cairan yang masuk dan keluar dan tidak

8
diberikan makan dan minum dan selama 24 jam. Kadang-kadang dengan
isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.

 Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
 Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila
perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B komplek
dan vitamin C dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam
amino secara intra vena.
Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. urin
perlu diperiksa sehari-hari terhadap protein, aseton, khlorida dan bilirubin. Suhu
dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari. Dilakukan
pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut keperluan.
Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertambah baik
dapat dicoba untuk diberikan minuman, dan lambat laun minuman dapat
ditambah dengan makanan yang tidak cair.
Penghentian kehamilan dilakukan bila keadaan umum memburuk
melalui pertimbangan beberapa aspek meliputi pemeriksaan medik dan
psikiatrik, manifestasi klinis berupa:
 Gangguan kejiwaan: delirium, apatis, somnolen sampai koma, gangguan
jiwa Ensephalopati Wernick.
 Gangguan penglihatan: perdarahan retina, kemunduran visus.
 Gangguan faal: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria,
jantung dan pembuluh darah dalam bentuk nadi meningkat dan tekanan
darah menurun.

9
BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SN
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Terakhir : SLTP
Alamat : Jatisari RT.03/RW. V Gunung Pati Semarang
Tanggal masuk : 01/03/2013
No. CM : 409416
Biaya pengobatan : Jampersal

Nama Suami : Tn. AM


Umur : 28 tahun
Alamat : Jatisari RT.03/RW. V Gunung Pati Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan Terakhir : SLTP

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesis dengan pasien dan keluarga pasien
pada hari Sabtu tanggal 2 Maret 2013 di bangsal Bougenvil.
 Keluhan Utama :
Pasien datang ke RSUD Tugurejo dengan rujukan dokter Puskesmas
Gunungpati karena mual dan muntah.
 Riwayat Penyakit Sekarang :

10
Pasien datang ke IGD RSUD Tugurejo dengan keluhan mual dan muntah
sejak kemarin 3 hari yang lalu (26 Februari 2013). Mual muntah awalnya
hanya terjadi pada pagi hari saja dan terjadi setelah makan dan minum,
namun sejak 2 hari sebelum masuk RSUD Tugurejo muntah yang dialami >
10 kali per hari dengan volume kurang lebih 1/2 - 3/4 gelas besar. Isi yang
dimuntahkan berupa makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya,
pada muntahan tidak terdapat darah. Keluhan mual dan muntah semakin
bertambah berat bila setelah makan dan minum, dan berkurang saat
istirahat. Selain itu pasien juga mengeluh badan terasa lemas sehingga tak
mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya, bibir terasa
kering, nafsu makan dirasakan menurun karena pasien takut muntah. BAB
dan BAK dirasakan semakin menurun. Pasien juga mengeluh nyeri ulu hati
dan berat badan menurun. Pasien mengaku tidak ada permasalahan dalam
kehidupan rumah tangganya maupun dalam pekerjaan.
 Riwayat Haid :
Menarche : 14 tahun
Haid : teratur
Siklus : 28 hari
Lama Haid : ± 5 hari
Hari Pertama Haid Terakhir : 13 Desember 2012
Hari Perkiraan Lahir : 20 September 2013
 Riwayat Nikah :
Merupakan pernikahan yang pertama dan sudah sudah berjalan 8 tahun.
 Riwayat Obstetri :
G2P1A0
1. Perempuan, aterm, berat badan lahir 3000 gram, lahir spontan di
tolong oleh bidan, sekarang usia 7 tahun, sehat
2. Hamil ini.
 Riwayat Keluarga Berencana (KB) :
Pasien mengaku menggunakan KB suntik 3 bulanan, sudah berhenti 2,5
tahun yang lalu.

11
 Riwayat Ante Natal Care (ANC) :
Pasien memeriksakan kehamilannya di bidan 3 kali, belum mendapatkan
imunisasi TT
 Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Alergi Obat : disangkal
- Riwayat Gastritis : disangkal
- Riwayat penyakit selama kehamilan: disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
 Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan ibu rumah tangga, sedangkan suami bekerja sebagai
swasta, mempunyai 1 orang anak. Biaya pengobatan menggunakan
Jampersal. Kesan ekonomi: kurang

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Sabtu tanggal 2 Maret 2013 di bangsal
Bougenvil.

Status internus

 Keadaan Umum : tampak lemas


 Kesadaran : composmentis
 Tanda Vital :
 Tekanan Darah : 100 / 70 mmHg
 Nadi : 104 x / menit, isi dan tegangan kurang

12
 Pernapasan : 22 x / menit, teratur
 Suhu : 37,5 0C
 Mata : mata cekung (+/+), konjungtiva palpebra anemis (+/+),
sklera ikterik (-/-)
 Telinga : discharge (-/-)
 Hidung : discharge (-/-), napas cuping hidung (-/-)
 Mulut : sianosis (-), bibir kering (+)
 Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
 Thorak :
Cor : BJ I, II reguler, bising (-)
konfigurasi jantung dalam batas normal
Pulmo : SD vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 Abdomen : TFU tidak teraba, turgor kulit menurun, bising usus (+) ,
nyeri
tekan epigastrium (+)
 Ekstremitas :
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Refleks Fisiologis +N/+N +N/+N
Refleks Patologis -/- -/-
Status Ginekologi

VT : fluor (-), fluksus (-)


Vagina/Uretra/Vulva : tak ada kelainan
Portio : sebesar jempol tangan
OUE : tertutup
Adnekasa parametrium : tak ada kelainan
Cavum douglass : tak ada kelainan

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Usulan : pemeriksaan laboratorium:darah rutin, kimia urin, elektrolit, gula darah
pemeriksaan USG

13
V. DIAGNOSA KERJA

G2P1A0, usia 26 tahun, hamil 11 minggu.


Hiperemesis Gravidarum
VI. PENATALAKSANAAN
 Infus RL 20 tpm + drip B12 1 ampul
 Injeksi Ondansetron 1 x 1 ampul
 Asam folat 1 x 400 mg
 Mediamer B6 3 x 1 tablet

VII.PROGNOSIS
Quo Ad Visam : dubia ad bonam
Quo Ad Sanam : dubia ad bonam
Quo Ad fungionam : dubia ad bonam
Quo Ad Vitam : dubia ad bonam

14
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada laporan kasus ini akan dibahas pasien Ny. SN usia 26 tahun, G2P1A0,
hamil 11 minggu dengan hiperemesis gravidarum. Pasien datang ke IGD RSUD
Tugurejo dengan keluhan mual dan muntah sejak kemarin 3 hari yang lalu. Mual
muntah awalnya hanya terjadi pada pagi hari saja dan terjadi setelah makan dan
minum, namun sejak 2 hari SMRS muntah yang dialami > 10 x / hari dengan volume ±
1/2 - 3/4 gelas besar. Isi muntahan berupa makanan minuman yang dikonsumsi
sebelumnya, pada muntahan tidak terdapat darah. Keluhan mual dan muntah semakin
bertambah berat bila setelah makan dan minum, dan berkurang saat istirahat. Selain itu
pasien juga mengeluh badan terasa lemas sehingga tak mampu melakukan aktivitas
sehari-hari seperti biasanya, bibir terasa kering, nafsu makan dirasakan menurun karena
pasien takut muntah. BAB dan BAK dirasakan semakin menurun. Pasien juga
mengeluh nyeri ulu hati. Pasien mengaku tidak ada permasalahan dalam kehidupan
rumah tangganya maupun dalam pekerjaan.
Riwayat haid pasien: menarche pada usia 14 tahun, haid teratur dengan siklus
28 hari, lama haid ± 5 hari, HPHT 13-12-2012 sehingga HPL 20-9-2013. Riwayat
pernikahan: berumah tangga selama 8 tahun, merupakan pernikahan yang pertama.
Riwayat Obstetri : G2P1A0, anak pertama perempuan, aterm, berat badan lahir 3000
gram, lahir spontan di tolong oleh bidan, sekarang usia 7 tahun dalam kondisi sehat.
Riwayat KB: suntik 3 bulanan, sudah berhenti 2,5 tahun yang lalu. Pasien ANC di
bidan 3 kali, belum mendapatkan imunisasi TT.
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan hiperemesis gravidarum karena
berdasarkan anamnesis pada pasien ini ditemukan adanya gejala mual dan muntah yang
berat, dimana keluhan tersebut sampai menggangu aktivitas sehari-hari sampai
pekerjaanya. Muntah tersebut juga menimbulkan komplikasi dehidrasi karena
kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah. Pada

15
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas, tekanan darah 100 / 70
mmHg, nadi 88 x / menit, frekuensi pernapasan 22x / menit, teratur, suhu 37,5 0C,
mata cekung (+/+), konjungtiva palpebra anemis (+/+) dan bibir kering (+).
Dimana hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal
kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang begitu
hebatnya sehingga segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat
mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan
menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin.1-4
Secara klinis hiperemesis gravidarum di bedakan atas 3 tingkatan, yaitu:

Tingkat I : Muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan,
lender dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat
sampai 100x/ menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering,
turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih normal. Tingkat II : Gejala lebih
berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi
cepat dan > 100 – 140x/ menit,tekanan darah sistolik < 80 mmHg, apatis, kulit pucat,
lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat
menurun. Tingkat III : terjadi gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah
berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan
jantung, bilirubin, dan proteinuria.1,2,3
Tanda kehamilan yang didapat pada anamnesis penderita ini adalah adanya
riwayat telat haid sejak tanggal 13 Desember 2012, pasien sudah melakukan tes
kehamilan dengan hasil yang positif, sedangkan pada pemeriksaan fisik ditemukan
adanya hiperpigmentasi pada areola mamae.
Pasien dimasukan dalam hiperemesis gravidarum tingkat II, karena muntah
semakin berat, penderita tampak lemah, mata cekung, turgor kulit menurun dan bibir
kering, frekuensi nadi cepat (104x/menit), pernafasan agak cepat (22 x/menit), mata.
Namun dalam penegakan diagnosis ini perlu dilakukan pemeriksaan darah rutin, kimia
urin, elektrolit, gula darah dan USG.
Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum dibedakan menjadi rehidrasi dan
koreksi elektrolit, isolasi, terapi nutrisi, terapi dengan obat-obatan, dan psikoterapi.

16
Terapi cairan dilakukan untuk mengatasi dehidrasi dengan pemberian cairan rehidrasi.
Umumnya kehilangan air dan elektrolit diganti dengan cairan isotonik, misalnya Ringer
Laktat, ringer asetat atau normal salin. Cairan yang digunakan untuk memperbaiki
keadaan pasien ini adalah kristaloid yaitu Ringer Laktat, dengan pertimbangan bahwa
pada pasien terjadi penurunan volume cairan intravaskuler dan kecenderungan defisit
cairan intraseluler dan interstisial. Resusitasi dikatakan adekuat bila terdapat parameter
seperti tekanan darah arteri rata-rata 70-80 mmHg, denyut jantung kurang dari 100x per
menit, ekstremitas hangat dengan pengisian kapiler baik, susunan saraf pusat baik,
produksi urine baik 0.5-1 ml
Pada pasien ini diberikan terapi obat-obatan antara lain vitamin B12 drip 1 ampul
dalam infus RL, injeksi Ondansetron 1 x 1 ampul, asam folat 1 x 400 mg dan mediamer
B6 3 x 1 tablet.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H. 2007. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu


Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal 814-
818.
2. Mochtar, R., Sofian, A. 2012. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Sinopsis
Obstetri. Jakarta: EGC. Hal 141-142.
3. Tim Obsgin RSUD Ulin- FK UNLAM. 2008. Hiperemesis Gravidarum. Dalam:
Kegawatdaruratan Obstetri dan Ginekologi. Banjarmasin: Bagian/SMF Obstetri
dan Ginekologi RSUD ULIN – FK UNLAM Banjarmasin. Hal 51-52.
4. Ogunyemi DA. Hyperemesis Gravidarum. Emedicine. Available from:
http://www.emedicine.com (Accesed : 18 Maret 2013).

18

Anda mungkin juga menyukai