Anda di halaman 1dari 7

Nama: Widyadara Paramita

NIM: 175070200111016

Kelas: PSIK 2017 Reguler 2

Rangkuman Materi Risiko Perilaku Kekerasan (RPK) dan Perilaku Kekerasan (PK)

Sehat merupakan Suatu kondisi dimana seseorang dalam keadaan bugar dan nyaman seluruh
tubuh dan bagian-bagiannya (KBBI). Dikatakan nyaman bugar dan nyaman apabila seseorang dapat
melakukan melakukan aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikologis. Aktivitas psikologis ini
merupakan kemampuan seseorang untuk dapat berpikir secara rasional dan bisa mengontrol amarahnya
dengan baik. Seseorang juga masih dapat mengontrol dirinya ketika ia stress, cemas, dan sedih.

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial dan mental yang lengkap dan
tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Individu dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam
kondisi fisik, mental dan sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit) atau tidak dalam kondisi tertekan
sehingga dapat mengendalikan stress yang timbul. Sehingga memungkinkan individu untuk hidup
produktif, dan mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan(WHO,2008). Kriteria orang sehat
jiwa menurut World Health Organization (WHO,2008) yaitu orang yang dapat :

1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk.
2. Merasa bebas secara relative dari ketegangan dan kecemasan
3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya
4. Merasa lebih puas untuk memberi daripada menerima
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan.
6. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
7. Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari.
8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.

Batasan karakteristik seseorang yang mengalami sehat jiwa yaitu:

1. Melihat setiap hari adalah baik, tidak ada satu alasan sehingga pekerjaan harus ditunda, karena setiap
hari adalah baik.

2. Hari besok adalah hari yang baik.

3. Tahu apa yang diketahui dan tahu apa yang tidak diketahui.
4. Bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan membuat lingkungan menjadi lebih baik.

5. Selalu dapat mengembangkan usahanya.

6. Selalu puas dengan hasil karyanya.

7. Dapat memperbaiki dirinya dan tidak menganggap dirinya selalu benar.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapatdisimpulkan bahwa sesesorang dikatakan sehat jiwa jika:
1. Nyaman terhadap diri sendiri
• Mampu mengatasi berbagai perasaan : rasa marah, rasa takut, cemas, iri, rasa bersalah, rasa
senang, cinta mencintai, dll.
• Mampu mengatasi kekecewaaan dalam kehidupan.
• Mempunyai Harga Diri yang wajar.
• Menilai diri secara nyata, tidak merendahkan dan tidak pula berlebihan.
• Merasa puas dengan kehidupan sehari-hari.
2. Nyaman berhubungan dengan orang lain.
• Mampu mencintai dan menerima cinta dari orang lain.
• Mempunyai hubungan pribadi yang tetap.
• Mampu mempercayai orang lain.
• Dapat menghargai pendapat orang yang berbeda.
• Merasa menjadi bagian dari kelompok.
• Tidak mengakali orang lain, dan tidak memberikan dirinya diakali orang lain.
3. Mampu memenuhi kebutuhan hidup
• Menetapkan tujuan hidup yang nyata untuk dirinya.
• Mampu mengambil kjeputusan.
• Menerima tanggung jawab.
• Merancang masa depan.
• Menerima ide / pengalaman hidup.
• Merasa puas dengan pekerjaannya.

Gangguan jiwa adalah suatu keadaan dimana kondisi psikis seseorang terganggu yang berdampak
pada perubahan perilaku, bahasa dan pikiran seseorang. Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut
maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat sedang berlangsung perilaku
kekerasan atau perilaku kekerasan terdahulu. (Damaiyanti, 2012). Perilaku kekerasan biasanya dilakukan
oleh pasien skizofrenia jenis paranoid, hebepfrenik, residual, dan akut. Karena pada jenis ini pasien
seolah mendapatkan ancaman, tekanan psikologis, dan menganggap orang lain sebagai musuh. Reaksi
yang spontan karena halusinasi juga bisa berupa pukulan, ancaman, dan ekspresi marah yang lain. Jenis
pelayanan kesehatan yang biasa dilakukan pada penanganan pasien skizofrenia dengan perilaku kekerasan
di atas adalah : isolasi ruangan, pemberian medika mentosa (pengobatan), pengikatan, dan pembentukan
tim krisis (Stuart and Sundeen, 1998). Kesemuanya masih mengarah pada perlindungan pada aspek
keselamatan pada pasien dan juga orang lain di sekitarnya, namun belum mengarah pada aspek penyebab
kemarahan itu sendiri dan kurang memperhatikan respon fisik dan psikologis dari pasien. Seperti
pelaksanaan komunikasi terapeutik yang berusaha mengekspresikan persepsi, pikiran, dan perasaan serta
menghubungkan hal tersebut untuk mengamati dan melaporkan kegiatan yang dilakukan (Stuart and
Sundeen, 1998).
Pada penanganan masalah gangguan jiwa terdapat diagnosa keperawatan yaitu resiko perilaku
kekerasan (RPK). Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan
merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol.
Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobsevasi tanda dan gejala perilaku kekerasan muka
merah dan tegang, mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup , jalan mondar-
mandir, bicara kasar, suara tinggi, menjerit dan berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar
atau memukul benda/ orang lain, merusak barang atau benda, serta tidak memiliki kemampuan mencegah/
mengendalikan perilaku kekerasan
Pada klien dengan perilaku kekerasan terlihat adanya gejala positif dari empat dimensi utama
gejala skizofrenia. Ketika individu mendapatkan stresor dalam faktor predisposisi maupun presipitasi
yang berasal dari biologis, psikologis maupun sosiokultural akan berlanjut pada proses penilaian terhadap
stresor tersebut. Penatalaksanaan pasien dengan resiko perilaku kekerasan juga banyak dikaji
keakuratanya. Salah satu keabnormalan pasien RPK juga dapat dibantu proses penyembuhanya dengan
terapi musik. Menurut hasil riset penelitian Aprini & Prasetya (2017), terapi musik musik klasik dapat
menurunkan perilaku kekerasan yang dilakukan kepada dua subjek penelitian dan didapatkan hasil
penurunan perilaku kekerasan dari subjek pertama yaitu 28% menjadi 25% sedangkan pada subjek kedua
hasilnya mengalami penurunan perilaku kekerasan dari 31% menjadi 20%. Jenis musik klasik yang
digunakan dalam studi kasus ini adalah menggunakan Musik Klasik Mozart karena musik klasik ini dapat
mengurangi perilaku agresif, anti sosial, mengatur hormon yang berkaitan dengan stres. Hal ini terbukti
efektif jika dilakukan pada pasien dengan Perilaku kekerasan.
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Resiko Perilaku Kekerasan
(Utomo dkk, 2009)
1. Pengkajian keperawatan
Pada dasarnya pengkajian pada klien dengan perilaku kekerasan ditunjukkan pada semua aspek,
yaitu biopsikososial-kultural spiritual. Aspek biologi timbul kegiatansistem saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin, sehingga tekanan darah meningkat, wajah memerah, pupil melebar, dan
frekuendi pengeluaran urine meningkat. Aspek emosional (Individu yang marah merasa tidak nyaman,
merasa tidak berdaya, jengkel, dendam, ingin berkelahi, mengamuk, bermusuhan, sakit hati,
menyalahgunakan dan menuntut. Aspek intelektual (Pengalaman kehidupan individu sebagian besar
didapatkan melalui proses intelektual. Peran panca indera sangat penting untuk beradaptasi pada
lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelekutal sebagai suatu pengalaman), Aspek sosial
(meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering
merangsang kemarahan dari orang lain. Menimbulkan penolakan dari orang lain, sebagain klien
menyalurkan kemarahan dengan nilai dan mengkritik tingkah laku orang lain, sehingga orang lain merasa
sakit hati). Aspek spiritual (Kepercayaan, nilai, dan moral mempengaruhi ungkapan marah individu.
Aspek tersebut mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan).
2. Diagnosa keperawatan yang sesuai dapat ditegakkan pada kondisi tersebut
menurut Varcarolis, et.al (2006) diantaranya : resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri dan orang
lain dan koping tidak efektif. Diagnosa keperawatan lainnya pada klien perilaku kekerasan adalah resiko
membahayakan diri sendiri, resiko membahayakan orang lain, sindrma pasca trauma, harga diri rendah
kronis, harga diri rendah situasional, dan kerusakkan
interaksi sosial.Terapi latihan adalah suatu teknik fisioterapi untuk memulihkan
dan meningkatkan kondisi pada gangguan neurologis, musculosceletal, cardiorespiration, balance,
gangguan koordinasi dan gangguan fungsional pada seorang pasien. Salah satu faktor penting yang
berpengaruh pada efektifitas program terapi latihan adalah edukasi kepada pasien dan keluarganya serta
keterlibatan pasien secara aktif dalam rencana pengobatan yang telah disusun. Pemberian terapi latihan
baik secara aktif maupun pasif, baik menggunakan alat maupun tanpa menggunakan alat dapat
memberikan efek naiknya adaptasi pemulihan kekuatan tendon, ligament serta dapat menambah kekuatan
otot, sehingga dapat mempertahankan stabilitas sendi dan menambah luas gerak sendi. Sehingga
ketercapaian tujuan untuk latihan fungsional dapat tercapai dengan baik.
3. Intervensi Keperawatan

Strategi Pelaksanaan Pasien Strategi Pelaksnaan Keluarga


SP 1P SP 1K
1. Membina hubungan saling percaya 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
2. Identifikasi penyebab perilaku kekerasan keluarga dalam merawat pasien
3. Tanda dan gejala perilku kekerasan 2. Jelaskan kepada keluarga : Pengertian
4. Identifikasikan akibat perilaku kekerasan perilaku kekerasan, tanda gejala, dan akibat
yang di lakukan perilaku kekerasan
5. Bantu pasien memperaktikkan latihan cara 3. Jelaskan/ bermain peran cara-cara merawat
mengontrol secara fisik 1 (menarik nafas pasien resiko perilaku kekerasan yaitu dengan
dalam cara : Latihan nafas dalam, latihan memukul
6. Anjurkan pasien memasukkan cara bantal/kasur, secara verbal, spiritual dengan
mengontrol PK secara fisik 1 dalam jadwal beribadah
kegiatan harian

SP 2P SP 2K
1. Evaluasi kegiatan harian pasien (SP 1) 1. Evaluasi kemampuan Sp 1
2. Bantu pasien memperaktikkan cara 2. Latih keluarga merawat langsung
mengontrol secara fisik 2 (memukul bantal) pasien RPK
3. Anjurkan pasien memasukkan cara
mengontrol PK secara fisik 2 dalam jadwal
kegiatan harian
SP 3P SP 3K
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Bantu keluarga membuat jadwal aktifitas
(Sp 1 dan Sp 2) termasuk minum obat
2. Bantu pasien memperaktikkan latihan cara 2. Jelaskan follow up pasien
mengontrol secara verbal (meminta dengan
baik, menolak dengan baik, mengungkapkan
dengan baik)
3. Anjurkan pasien memasukkan cara
mengontrol PK secara verbal kedalam
jadwal kegiatan harian

SP 4P
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien (sp
1. Sp 2, Sp 3)
2. Bantu klien memperaktikkan latihan
mengontrol secara spiritual (Shalat dan
berdoa)
3. Anjurkan pasien memasukkan cara
mengontrol secara spiritual kedalam jadwal
kegiatan harian

SP 5P
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
(Sp 1, 2, 3 dan 4)
2. Bantu pasien memperaktikkan latihan cara
mengontrol minum obat secara teratur 3.
Anjurkan pasien memasukkan cara
mengontrol PK dengan minum obat kedalam
jadwal kegiatan harian

Daftar Pustaka:

Irawan, Yogi Firdaus; Noer Saudah dkk. 2017. ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN PADA KLIEN NARAPIDANA PENYALAHGUNAAN NAPZA DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN KLAS II B MOJOKERTO. Mojokerto: STIKES BinaSehat PPNI
Mojokerto. http://repository.stikes-
ppni.ac.id:8080/xmlui/bitstream/handle/123456789/359/MANUSKRIP%2002.pdf?
sequence=1&isAllowed=y diakses pada tanggal 3 Februari 2019

Ismaya, Annisa; Arnika Dwi Asti dkk.2019. PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK UNTUK
MENURUNKAN TANDA DAN GEJALA PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI
RUMAH SINGGAH DOSARASO KEBUMEN. Gombong: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Gombong.
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/584/570 diakses pada tanggal 3
Februari 2020

Yusuf Ah; Fitryasari, Rizky PK; Nihayati, Hanik Endang. 2015. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. 2015.
Jakarta: Salemba Medika, 2015
file:///C:/Users/param/Downloads/BukuAjarKeperawatanKesehatanJiwa.pdf diakses pada tanggal 3
Februari 2020.

Adams and Victor's . 2014. Principles of Neurology. United States: McGraw-Hill education.
file:///C:/Users/param/Downloads/Adams%20and%20Victor's%20%20Principle%20of
%20Neurology%2010th%20Ed.pdf diakses pada tanggal 3 Februari 2020

Benjamin James Sadock, Virginia Alcott Sadock, Pedro Ruiz. 2015. Kaplan&Sadocks Synopsis of
Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry..New York: Wolters Kluwer
file:///C:/Users/param/Downloads/88625_Benjamin%20J.%20Sadock,%20Virginia%20A.
%20Sadock,%20Pedro%20Ruiz%20-%20Kaplan%20and%20Sadock’s%20Synopsis%20of
%20Psychiatry%20(2015,%20LWW).pdf diakses pada tanggal 3 Februari 2020

Keliat, dkk 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.

Keliat & Akemat (2009). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta :EGC.

Stuart , G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed 5. EGC, Jakarta

Townsend, (2010). Psychiatric Mental Healt Nursing : Concepts of Care I Evidence-Basedpractice (6th
ed), Philadelphia : F.A. Davis

Anda mungkin juga menyukai