Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“TEOREMA BINOMIAL”

Tentang

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan


Teori Bilangan

Kelompok II :
FADHILAH HASWENOVA
FITRI ELVIRA
HAMIDAH
HANA ZAFIRAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT.yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "TEOREMA
BINOMIAL” dan untuk memenuhi tugas dari mata kuliah “Teori Bilangan” yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan.Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar.Namun
dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata kuliah ini yaitu Bapak
syafruddin, M.Pdyang telah memberikan tugas untuk pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari
pembaca yang membangun.

Terima kasih.

Payakumbuh, 13 Oktober 2020

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I . PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................... 1
C.     Tujuan Penulisan.................................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN 
A.    Sejarah Teorema Binomial..................................................................................................3
B.     Koefesien Binomial.............................................................................................................3
C.     Teorema Binomial............................................................................................................... 4
D. Identitas Pascal................................................................................................................... 5
F.    Penggunaan Teorema Binomial..........................................................................................7
G. Penggunaan Identitas Pascal............................................................................................... 8
H. Teorema Binomial untuk Sembarang Pangkat Real............................................................ 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 11
B. Saran.................................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Dalam perkuliahan Sehari−¿hari pasti kita tidak asing dengan kata Teorema.Secara
umum Teorema ialah pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya.Biasanya teorema menjadi
sarana umtuk menjawab permasalahan.Lebih jelasnya teorema adalah sebuah pernyataan, sering
dinyatakan dalam bahasa alami, yang dapat dibuktikan atas dasar asumsi yang dinyatakan secara
eksplisit ataupun yang sebelumnya disetujui.Dalam logika, sebuah teorema adalah pernyataan
dalam bahasa formal yang saat diturunkan dengan mengaplikasikan aturan inferensi dan aksioma
dari sebuah sistem deduktif.
Pembelajaran di bidang mata kuliah Matematika diskrit pun tidak luput dengan yang
namanya teorema dalam beberapa pembelajaran didalamnya.Dimana matematika diskrit atau
diskret adalah cabang matematika yang membahas segala sesuatu yang bersifat diskrit. Diskrit
disini artinya tidak saling berhubungan(lawan dari kontinyu). Objek yang dibahas dalam
matematika diskrit seperti bilangan bulat,graf, atau kalimat logika dan tidak berubah secara
kontinyu, namun memiliki nilai yang tertentu dan terpisah. Salah satu yang akan dipelajari di
matematika diskrit adalah Teorema Binomial dimana ini juga dipelajari di Teori Bilangan
ataupun Aljabar Elementer. Dalam aljabar elementer, Teorema Binomial adalah teorema yang
menjelaskan mengenai pengembangan eksponen dari penjumlahan antara dua variable
(binomial).Dimana dalam Teorema Binomial pun masih terdapat pembahasan−¿pembahasan
lainnya seperti identitas pascal dan lain−¿lainnya.
B. Rumusan Masalah
a) Bagaimana dengan Sejarah dari Teorema Binomial ?
b) Apa yang dimaksud dengan Koefesien Binomial ?
c) Apa yang dimaksud dengan Teorema Binomial ?
d) Apa yang dimaksud dengan identitas pascal ?
e) Bagaimana dengan penggunaan Teorema Binomial ?
f) Bagaimana dengan penggunaan Identitas pascal ?
g) Apa yang dimaksud dengan Teorema Binomial untuk Sembarang Pangkat Real ?
B.   Tujuan Penulisan
a) Mengetahui Sejarah dari Teorema Binomial
b) Mengetahui yang dimaksud dengan Koefesien Binomial
c) Mengetahui yang dimaksud dengan Teorema Binomial
d) Mengetahui yang dimaksud dengan identitas pascal
e) Mengetahui penggunaan Teorema Binomial
f) Mengetahui penggunaan Identitas pascal
g) Mengetahui yang dimaksud dengan Teorema Binomial untuk Sembarang
Pangkat Real
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Teorema Binomial
Rumus dan susunan segitiga dari koefisien binomial ini sering dikaitkan dengan
Blaise Pascal, yang menguraikannya pada abad ke-17.Tetapi, sebenarnya rumus dan
susunan tersebut telah dikenal oleh banyak matematikawan jauh sebelum
Pascal.Contohnya, Sir Isaac Newton dihargai atas jasanya yang menjelaskan mengenai
teorema binomial umum, yang berlaku untuk setiap eksponen.Matematikawan Yunani
abad ke-4 SM Euklides menyebutkan kasus khusus teorema binomial untuk eksponen,
seperti yang dilakukan oleh matematikawan India abad ke-3 SM Pingala untuk tingkat
yang lebih tinggi. Sebuah teorema binomial yang lebih umum dan kemudian disebut
"segitiga Pascal" telah dikenal di abad ke-10 M oleh matematikawan India Halayudha
dan matematikawan PersiaAl-Karaji, di abad ke-11 oleh penyair dan matematikawan
Persia Umar Khayyām, dan di abad ke-13 oleh matematikawan CinaYang Hui, yang
semuanya memperoleh hasil yang sama. Al-Karaji juga memberikan sebuah pembuktian
matematika dari teorema binomial dan segitiga Pascal, dengan menggunakan induksi
matematika.
B. Koefesien Binomial
Koefesien binomial merupakan bilangan-bilangan yang muncul dari hasil
penjabaran penjumlahan dua peubah yang dipangkatkan, misalnya (x + y)n. Sepintas
terlihat bahwa ekspresi (x + y)n tidak ada hubungannya dengan kombinasi, tetapi
kenyataannya kita bisa mendapatkan rumus untuk penjabaran (x + y)n dengan
menggunakan rumus banyaknya kombinasi-k dari n unsur. Teori untuk menurunkan
rumus yang diperoleh dari penjabaran (x + y)n dengan menggunakan kombinasi dikenal
dengan Teorema Binomial. Sebelum membahas teorema ini, perhatikan ilustrasi berikut
ini. Dalam aljabar kita tahu bahwa :
(x + y)2 = x2 + 2xy + y2
Penjabaran dari (x + y)2 merupakan perkalian 2 faktor (x + y), yaitu :
(x + y)2 = (x + y) ( x + y) =x2 + 2xy + y2
C. Teorema Binomial

Kita tentu telah akrab dengan formula (𝑎+𝑏)2=𝑎2+2𝑎𝑏+𝑏2atau


(𝑎+𝑏)3=𝑎3+3𝑎2b+3𝑎𝑏2+𝑏3. Ruas kiri dari persamaan-persamaan itu merupakan ekspresi
binomial berpangkat (power of binomial expression), sedang ruas kanan persamaan-
persamaan tersebut dinamakan ekspansi dari ekspresi binomial di ruas kiri. Pada sub bab
ini akan dibahas sebuah teorema penting dalam kombinatorika yang dikenal dengan nama
Teorema Binomial. Teorema ini memberikan koefisien-koefisien dari ekspansi ekspresi
binomial berpangkat. Kita akan membuktikan teorema ini menggunakan argumen
kombinatorial. Ilustrasi berikut akan memberikan gambaran bagaimana penalaran
kombinatorial digunakan untuk membukti-kan teorema tersebut.
ILUTRASI: Kita tahu bahwa (𝑎+𝑏)3= (𝑎+𝑏)(𝑎+𝑏)(𝑎+𝑏) . Ketika melakukan
ekspansi, kita menjumlahkan semua hasil kali sebuah suku pada faktor pertama, sebuah
suku pada faktor ke dua, dan sebuah suku pada faktor ke tiga.Dihasilkan suku-suku
dengan bentuk 𝑎3, 𝑎2b, 𝑎𝑏2, dan 𝑏3.Untuk menemukan suku dengan bentuk 𝑎3, pada tiap-
tiap faktor harus dipilih sebuah 𝑎. Ini dapat dilakukan dengan 1 cara. Dengan demikian,
koefisien dari 𝑎3 adalah 1. Untuk menemukan suku 𝑎2b, dari dua faktor harus dipilih
masing-masing sebuah 𝑎, dan memilih 𝑏 dari faktor yang lain. Ini berarti kita memilih 2

dari 3 buah 𝑎 yang tersedia, yang diketahui dapat kita lakukan dengan (32 ) =3 cara. Sama
halnya dengan suku 𝑎𝑏2 yang dapat ditemukan dengan (31 ) =3 cara. Terakhir, suku 𝑏 3

dapat ditemukan dengan 1 cara, yaitu memilih 𝑏 dari setiap faktor. Konsekuensinya,
ditemukan (𝑎+𝑏)3=𝑎3+3𝑎2b+3𝑎𝑏2+𝑏3.
 TEOREMA BINOMIAL: Misal 𝑎dan 𝑏merupakan bilangan-bilangan real, dan
𝑛sebuah bilangan bulat nonnegatif, maka

(a+ b)n= n a n+ n an−1 b+ n an−2 b 2 n abn−1 + n b n


0 () ()1 ()
2 ( )
n−1 n ()
n
¿ ∑ n an−k bk
()
k=0 k
Bilangan (nk) pada persamaan ini disebut koefisien binomial.
Bukti: Terdapat 𝑛 faktor yang berbentuk (𝑎 + 𝑏). Faktor-faktor ini akan
diekspansi sehingga ditemukan suku-suku berbentuk 𝑎n−k𝑏k , dengan 𝑘 = 0, 1, 2, ⋯ , 𝑛.
Banyak caramenemukan suku berbentuk 𝑎𝑛−𝑘𝑏k sama dengan banyak cara memilih 𝑛 − 𝑘

buah 𝑎 dari 𝑛 faktor yang ada. Ini dapat dilakukan dengan (n n– k )=( nk)cara. Dengan
demikian, koefisien dari 𝑎𝑛−𝑘𝑏kadalah (n n– k )=( nk ).
D. Identitas Pascal
 IDENTITAS PASCAL: Untuk 𝑛dan 𝑘bilangan bulat positif, dengan 𝑘≤, berlaku

(n+k 1)=(k −1
n + n
) ( k ).
Bukti: Misal Aadalah himpunan dengan 𝑛+1 elemen. Asumsikan 𝑎 sebuah elemen

dalam A dan misal B = A – {𝑎}. Jelas bahwa, terdapat (n+k 1) himpunan bagian dari
Adengan 𝑘 elemen. Tentu saja, terdapat dua cara membentuk himpunan bagian dari A
dengan 𝑘 elemen: (1) memuat 𝑎 bersama 𝑘−1 elemen dari B; atau (2) hanya memuat 𝑘

n
elemen dari B (tidak memuat 𝑎). Jelas bahwa, karena terdapat ( k−1 ) himpunan bagian
n
dari B dengan 𝑘−1 elemen, maka terdapat ( k−1 )himpunan bagian dari Adengan 𝑘 elemen
yang memuat 𝑎. Juga karena terdapat (nk) himpunan bagian dari B dengan 𝑘 elemen,
padahal B = A – {𝑎}, maka terdapat (nk) himpunan bagian dari A dengan 𝑘 elemen yang
tidak memuat 𝑎. Konsekuensinya,

(n+k 1)=(k −1
n + n
) ( k ).
Catatan: Selain dengan bukti kombinatorial, seperti yang sudah dipaparkan,

Identitas Pascal dapat juga dibuktikan dengan manipulasi aljabar formula (nk) .
Identitas Pascal adalah dasar untuk sebuah susunan geometris koefisien-koefisien
binomial dalam sebuah segitiga, seperti ditunjukkan gambar berikut. Baris ke 𝑛 dalam

segitiga memuat koefisien-koefisien binomial (nk) , dengan 𝑘 = 0,1,2, ⋯ , 𝑛 . Segitiga ini


dikenal dengan namaSegitiga Pascal.

Identitas pada proposisi berikut dapat diperoleh dari Teorema Binomial, tetapi
kita akan membuktikannya menggunakan argumen kombinatorial. Suatu identitas yang
dihasilkan dari proses counting (kombinatorial) dinamakan identitas kombinatorial.

 PROPOSISI: Jika 𝑛sebuah bilangan bulat nonnegatif, maka


n

∑ (nk )=(n0 )+(n1 )+(n2 )+…+(nn )=2n


k=0

Bukti: Sebuah himpunan dengan 𝑛 elemen mempunyai 2n himpunan bagian


berbeda. Setiap himpunan bagian mungkin mempunyai 0 elemen, 1 elemen, 2

elemen, . . . , atau 𝑛 elemen. Terdapat (n0 ) himpunan bagian dengan 0 elemen (sama
dengan banyak cara memilih 0 elemen dari 𝑛 elemen) , (n1 ) himpunan bagian dengan 1
elemen, (n2 ) himpunan bagian dengan 2 elemen, (n3 ) himpunan bagian dengan 3
elemen, . . . , dan (nn ) himpunan bagian dengan 𝑛 elemen. Konsekuensinya,
n

∑ (nk )=(n0 )+(n1 )+(n2 )+…+(nn )=2n


k=0

 PROPOSISI: Jika 𝑛sebuah bilangan bulat positif, maka


n

∑ (−1)k (nk )=(n0 )−(n1 )+( n2)+ …+(−1)n (nn )=0


k=0

Bukti: Berdasarkan Teorema Binomial, diperoleh


n n
0=(1+ (−1 ) )
n
∑ ( nk) 1n−k (−1)k =∑ (−1)k (nk )
k=0 k=0

E. Penggunaan Teorema Binomial


Penggunaan Teorema Binomial diilustrasikan pada contoh-contoh berikut.
 CONTOH: Temukan ekspansi (𝑎+𝑏)5
Solusi: Menurut Teorema Binomial
5
( a+ b ) =∑ 5 a5−k bk
5

k=0 k
()
¿ ( 5 ) a + ( 5 ) a b+ ( 5 ) a b +( 5 ) a b +( 5 ) ab +(5 ) b
5 4 3 2 2 3 4 5

0 1 2 3 4 5
¿ a5 +5 a 4 b+10 a3 b2 +10 a2 b3 +5 ab 4 +b5

 CONTOH: Carilah koefisien 𝑎4b6 dalam ekspansi (𝑎+𝑏)10


Solusi: Menurut Teorema Binomial, koefisien yang dimaksud adalah
10 = 10 ! = 10.9.8 .7 =210
( )
6 6 ! 4 ! 4.3 .2.1
 CONTOH: Carilah koefisien 𝑥13 dalam ekspansi (1+𝑥)n
Solusi: Menurut Teorema Binomial,
n
(1+ x)n =∑ n x k
()
k=0 k

1–1
(Catatan: Formula ini juga sering disebut Teorema Binomial)

Koefisien 𝑥13 diperoleh jika 𝑘=13, yaitu (13n ).


F. Penggunaan Identitas Pascal
Berikut diberikan beberapa contoh identitas kombinatorial yang dapat kita
buktikan dengan argumen kombinatorial atau menggunakan identitas-identitas
kombinatorial sebelumnya.
 CONTOH: Gunakan argumen kombinatorial untuk membuktikan

(22n )=2 ( n2)+ n 2

Bukti: Misal 𝑋 sebuah himpunan dengan 2𝑛 elemen yang dipartisi menjadi dua
himpunan saling lepas, 𝐴 dan 𝐵, masing-masing dengan 𝑛 elemen. Banyak himpunan

bagian dengan 2 elemen dari 𝑋adalah (22n) . Sembarang himpunan bagian dari 𝑋
mempunyai 2 elemen jika dan hanya jika termuat dalam satu dari tiga kelas berikut: (1)
kelas semua himpunan bagian dengan 2 elemen dari 𝐴; (2) kelas semua himpunan bagian
dengan 2 elemen dari 𝐵; atau (3) kelas semua himpunan bagian dengan 2 elemen dari 𝑋
sedemikian hingga setiap himpunan bagian memuat tepat satu elemen dari 𝐴 dan satu

elemen dari 𝐵. Kelas (1) dan (2) masing-masing memuat (n2 )himpunan bagian. Sebuah
elemen dari 𝐴 dapat dipilih dengan 𝑛cara, dan sebuah elemen dari 𝐵 juga dapat dipilih
dengan 𝑛 cara, sehingga kelas (3) memuat 𝑛∙𝑛=𝑛2 himpunan bagian. Dengan demikian,

banyak himpunan bagian dari 𝑋 adalah 2 (n2)+n 2

 CONTOH: Gunakan Identitas Pascal untuk menunjukkan bahwa


n

∑ (kr )=(n+1
r +1 )
k=r

Bukti: Menurut Identitas Pascal,

( k+r +11)=( kr)+(r +1k ),


sehingga diperoleh

( kr)=( kr +1+1)−(r +1k ) ,


n

∑ (kr )=(rr )+( r+r 1)+(r +2


r )+ …+( n−1 ) +( n)
r r
k=r

¿ 1+ r+ 2 − r +1 + r +3 − r +2 + …+ n − n−1 + n+1 − n
( ) ( )( )( )
r+ 1 r +1 r +1 r r +1 r +1 ( )( )( )( )
r +1 r +1

¿ n+1 .
( )
r +1

 CONTOH: Buktikan bahwa


n(n+1)
1+2+3+…+ n=
2
Solusi: Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan induksi matematik, tetapi di sini
kita akan menggunakan identitas kombinatorial yang sudah kita buktikan pada Contoh
sebelumnya,

1+2+3+…+ n= 1 + 2 + 3 +…+ n
1 1 1 ()()()
1 ()
¿ ( n+1)
2
( n+1 ) !
¿
2! ( n−1 ) !
n(n+1)
¿
2
G. Teorema Binomial untuk Sembarang Pangkat Real.

kita perlu mendefinisikan (nk) agar berlaku untuk sembarang bilangan real 𝑛 dan
bilangan bulat nonnegatif 𝑘.
 1.3.13 DEFINISI: Untuk bilangan real 𝑛 dan bilangan bulat nonnegatif 𝑘,
didefinisikan

(nk)=¿
Berdasarkan definisi ini, kita dapat
( 2.5)(1.5)(0.5)
(−20 )=1 ;(53)=0 ;(2.53)= 3!
=0.3125

 TEOREMA BINOMIAL DIPERLUAS (EXTENDED BINOMIAL THEOREM): `


Untuk sembarang bilangan real 𝑛dan 𝑥, dengan |x|<1

(1+ x) = n + n x + n x 2 + n x 3 +…=∑ n x k
n

0 1 ()() () ()
2 3 k=0 k
()

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
o TEOREMA BINOMIAL: Misal 𝑎dan 𝑏merupakan bilangan-bilangan real, dan
𝑛sebuah bilangan bulat nonnegatif, maka

(a+ b)n= n a n+ n an−1 b+ n an−2 b 2 n abn−1 + n b n


0 () ()
1 2 ()n−1 ( )
n ()
n
¿ ∑ n an−k bk
k=0 k
()
Bilangan (nk) pada persamaan ini disebut koefisien binomial.
oIDENTITAS PASCAL: Untuk 𝑛dan 𝑘bilangan bulat positif, dengan 𝑘 ≤ ,
berlaku

(n+k 1)=(k −1
n + n
) ( k ).
oTEOREMA BINOMIAL DIPERLUAS (EXTENDED BINOMIAL THEOREM):
Untuk sembarang bilangan real 𝑛dan 𝑥, dengan |x|<1

(1+ x) = n + n x + n x 2 + n x 3 +…=∑ n x k
n

0 1()() () ()
2 3 k=0 k
()
B. Saran
`Teorema Binomial ini sebenarnya mudah dimengerti.Untuk itu bagi para
pembaca pelajari lah teorema ini karena sangat bermanfaat dibidang Matematika diskrit.

LATIHAN

1. Jika n dan k bilangan-bilangan asli dan n>k maka (nk)=…


n!
A.
( k−n ) ! k !
n!
B.
k!
n!
C.
k !(n−k )!
k!
D.
( n−k ) ! n!
2. Dengan notasi kombinatorik, (k-2)(k-1)k(k+1) ditulis sebagai...
k +2
A. 4 ! ( )
4
B. ( k+4 1)
k+ 2
C. (
4 )
k +1
D. 4 ! (
4 )
3. (n-1) (n+1)n=...
n
A. 3
3()
n−1
B. 3 (
2 )
n+ 1
C. 2 (
3 )
n−1
D. 2 (
3 )
9
4. 10 ( ) =…
6
10
A. 11 ( )
6
10
B. 9 ( )
6
10
C. 6 ( )
6
10
D. 5 ( )
5
10 6
5. ( )( )=.....
6 2
10 9
A. ( )( )
2 6
10 10
B. ( )( )
6 2
10 9
C. ( )( )
2 5
10 10
D. ( )( )
5 2

Anda mungkin juga menyukai