Anda di halaman 1dari 5

BAB III

METODE PERENCANAAN

3.1 Tahapan Persiapan


Tahap persiapan adalah rangkaian kegiatan sebelum dilakukannya pengumpulan
serta pengolahan data. Pada tahap awal dapat disusun hal-hal yang perlu dilakukan agar
waktu pengerjaan dapat berjalan efektif. Tahap persiapan memiliki kegiatan-kegiatan
antara lain :
1. Perumusan dan identifikasi masalah
2. Penentuan kebutuhan data dan sumber data
3. Perencanaan jadwal rencana desain perencanaan.

3.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data sangat perlu dilakukan agar nantinya dapat memperoleh
kesimpulan untuk menentukan standar perencanaan yang digunakan selanjutnya.
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah :
1. Data Primer
a. Metode Observasi
Dengan dilakukannya survei langsung ke lokasi jembatan , maka akan diketahui
kondisi di lapangan secara garis besar.
2. Data Sekunder
a. Metode Literatur
Yaitu mengumpulkan, mengidentifikasi dan mengolah data tertulis dan metode
pengerjaan yang digunakan.
b. Data Jembatan
Data jembatan didapatkan dari Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat
Jenderal Bina Marga Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi
NTB. Data yang diperoleh adalah data sondir tanah, data pondasi tiang pancang,
panjang bentang jembatan, lebar jembatan, lebar sungai meninting dan tinggi
muka air banjir sungai.

37
3.3 Analisis Data
Analisis dilakukan jika data-data yang dibutuhkan telah terkumpul. Selanjutnya
diidentifikasi sehingga diperoleh pemecahan masalah yang efektif. Analisa yang akan
digunakan adalah :
1. Membahas permasalahan berdasarkan dari pengumpulan data primer
maupun data sekunder,
2. Pemilihan alternatif perencanaan.

3.4 Lokasi Jembatan

Lokasi Jembatan Meninting berada di Desa Meninting, Kecamatan Batulayar,


Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.

Lokasi Jembatan

Gambar 3.1 Lokasi Jembatan Meninting.

3.5 Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan dalam perencanan adalah sebagai berikut :

a) Bentang Total Jembatan : 60 m


b) Lebar Perkerasan :7m
c) Lebar Trotoar :2x1m
d) Gelagar Utama : I Girder Beton Prategang
Sistem Penengangan : Sistem Pascatarik (Post Tention)

38
Sistem Pengangkuran : Sistem Freyssinet
Dasar Perencanaan : Partial Prestressing

3.4 Preliminary Design

Balok prategang didesain berdasarkan kekuatan lentur dan geser dengan


menggunakan beban ultimit. Desain kekuatan lentur meliputi penentuan dimensi
penampang, penentuan tegangan gagal nominal baja prategang, batas-batas nilai indeks
penulangan, dan kuat lentur nominal penampang. Untuk mendesain terhadap geser,
perlu ditentukan apakah geser lentur atau geser badan menentukan pemilihan kuat geser
beton (Vc).

3.5 Perhitungan Momen

Pada perhitungan momen beban-beban yang diperhitungkan meliputi beban


sendiri balok I girder, beban lantai kendaraan, aspal dan air hujan serta beban terpusat
diafragma, beban hidup (lalu lintas), beban gempa, dan beban akibat aksi lingkungan
yang terjadi.

3.6 Kehilangan Gaya Prategang

Kehilangan gaya prategang dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu pada tahap
pertama kehilangan prategang yang diakibatkan oleh perpendekan elastis beton,
pengangkuran, dan gesekan (friksi). Pada tahap kedua yaitu akibat rangkak beto, akibat
susut, dan relaksasi baja.

3.7 Pembebanan pada Struktur Jembatan

Pembebanan yang diterapkan mengacu pada muatan dan aksi lain (beban
perpindahan dan pengaruh lainnya) yang timbul pada jembatan berdasarkan pada SNI
1725-2016.

3.8 Bagan Alir Perencanaan

39
MULAI

Mengumpulkan data dan literatur:


1. Data umum jembatan dan bahan
2. Buku referensi
3. Peraturan-peraturan terkait

Preliminary Desain :
Dimensi balok
Merencanakan tebal pelat lantai kendaraan
Menetapkan desain trotoar dan pagar

Perhitungan pembebanan pada jembatan dan


perkiraan kehilangan tegangan

Penentuan daerah aman tendon

Kontrol terhadap :
Tegangan izin
Kehilangan tegangan sesungguhnya
Lendutan dan geser

tidak
Penampang aman ?

iya

SELESAI

Gambar 3.2 Bagan Alir Perencanaan Jembatan.

40
MULAI

Diketahui Ac, Ic, Sb, St, fpu, fpy,


Eps, f ‘c, f ‘ci, L, Aps, WD, WL,
Δ

Susut (SH)
ΔfpSH = 8,2x10-6. KSH.Eps (1
- 0,006 ) (100 – RH)
Perpendekan Elastis Beton (ES)

Post tension :

Relaksasi Baja (RE)


ΔfpR = [Kre – J (fpES + fpCR +
fpSH)] . C

Pengangkuran (ANC) Total Kehilangan (ΔfpT)


ΔfpT = ΔfpES + ΔfpR + ΔfpCR +
ΔfpSH + ΔfpA + ΔfpF

Gesekan atau Friksi (FR)


SELESAI

Rangkak Beton (CR)

KCR = 1,6 untuk komponen pascatarik

Gambar 3.3 Bagan Alir Kehilangan Prategang.

41

Anda mungkin juga menyukai