Pengangkatan Anak
Dari Segi Hukum
Disampaikan Oleh:
Ketua Pengadilan Agama Wonosari Kelas IB
Rogaiyah, S.Ag.
DASAR HUKUM PENGANGKATAN ANAK
”Anak Angkat” adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan
keluarga, orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab
atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke dalam
lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau
penetapan pengadilan. [UU No. 23 Tahun 2002, pasal 1 angka 9 jo. PP No.54 tahun 2007
tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, Pasal 1 Angka 1]
“Anak Angkat” adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untuk hidupnya
sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari
orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan Pengadilan
[Pasal 171 huruf (h) Kompilasi Hukum Islam].
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 pada penjelasan Pasal 49 huruf a poin 20, Pengadilan Agama
memiliki kewenangan absolut untuk menerima, memeriksa dan mengadili perkara permohonan pengangkatan anak
berdasarkan Hukum Islam
Pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan
adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 39 Undang-Undang
Nomor. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak);
“Dan Tuhan tidak menjadikan anak-anak angkatmu sama status-nya dengan anak kandungmu
sendiri, yang demikian itu hanyalah perkataan di mulutmu saja, akan tetapi Allah menyatakan
yang sebenarnya dan dia menunjukkan jalan yang benar, panggillah mereka dengan memakai
nama ayah-ayah mereka, yang demikian itu lebih adil di sisi Allah…”
[Q.S. Al-Ahzab ayat 4 dan 5]
Orang tua angkat dengan anak angkat tidak saling mewarisi, namun mempunyai hubungan
hukum keperdataan berupa wasiat wajibah, sehingga terhadap orang tua angkat yang tidak
menerima wasiat diberi wasiat wajibah maks. 1/3 (sepertiga) dari harta warisan anak angkatnya,
demikian juga sebaliknya terhadap anak angkatnya yang tidak menerima wasiat diberikan wasiat
wajibah maks. 1/3 (seper-tiga) dari harta warisan orang tua angkatnya
[Pasal 209 (1) dan (2) Kompilasi Hukum Islam]
Akibat Hukum Pengangkatan Anak dalam Islam
Anak angkat tidak boleh mempergunakan nama orang tua angkatnya secara langsung
kecuali sekadar sebagai tanda pengenal/alamat.
Orang tua angkat tidak dapat bertindak sebagai wali dalam perkawinan terhadap anak
angkatnya.
Anak angkat bukan mahram, sehingga wajib bagi orang tua angkatnya maupun
keluarganya yang lain untuk menutupi aurat di depan anak angkat tersebut,
sebagaimana ketika mereka di depan orang lain yang bukan mahram
Terima Kasih!