Anda di halaman 1dari 9

Aspek Legalitas

Pengangkatan Anak
Dari Segi Hukum

Disampaikan Oleh:
Ketua Pengadilan Agama Wonosari Kelas IB
Rogaiyah, S.Ag.
DASAR HUKUM PENGANGKATAN ANAK

Staatsblad Nomor 129 Tahun 1917 Tentang Pengangkatan Anak


Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang
Peradilan Agama
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak Perubahan dari UU Nomor 23
Tahun 2002
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak
Surat Edaran Mahkamah Agung RI Nomor 6 Tahun 1983 tentang Pengangkatan Anak
Kompilasi Hukum Islam Tahun 1991
Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 110/HUK/2009 tentang Persyaratan Pengangkatan Anak
Dan aturan-aturan teknis lainnya yang dilakukan oleh instansi yang berkaitan.
Pengertian Anak Angkat
Menurut Undang-Undang dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

”Anak Angkat” adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan
keluarga, orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab
atas perawatan, pendidikan, dan membesarkan anak tersebut, ke dalam
lingkungan keluarga orang tua angkatnya berdasarkan putusan atau
penetapan pengadilan. [UU No. 23 Tahun 2002, pasal 1 angka 9 jo. PP No.54 tahun 2007
tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak, Pasal 1 Angka 1]

“Anak Angkat” adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untuk hidupnya
sehari-hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari
orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan Pengadilan
[Pasal 171 huruf (h) Kompilasi Hukum Islam].
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 pada penjelasan Pasal 49 huruf a poin 20, Pengadilan Agama
memiliki kewenangan absolut untuk menerima, memeriksa dan mengadili perkara permohonan pengangkatan anak
berdasarkan Hukum Islam

Pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan
adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 39 Undang-Undang
Nomor. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak);

Persyaratan Pengangkatan Anak di Pengadilan:


1. Surat Permohonan Pengangkatan Anak
2. Fotocopy KTP & KK orang tua kandung dan calon orang tua angkat satu agama dg anak
3. Fotocopy surat pernyataan penyerahan anak dari orang tua kandung kepada calon orang tua angkat minimal 6
bulan sebelum permohonan
4. Fotocopy buku nikah calon orang tua angkat/orang tua kandung
5. Fotocopy akte kelahiran anak
6. Fotocopy surat keterangan dari kepala desa/lurah tentang pengangkatan anak
7. Fotocopy surat keterangan kesehatan dari RS/Puskesmas
8. Fotocopy SKCK dari kepolisian untuk keperluan pengangkatan anak
9. Fotocopy pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak adalah demi kepentingan terbaik anak,
kesejahteraan dan perlindungan anak
10. Fotocopy Surat Keterangan Penghasilan dari Kepala Desa/slip gaji calon orang tua angkat
11. Surat rekomendasi dari Dinas Sosial
Catatan: Semua bentuk fotokopi harus sudah dinazegeling (materai) Kantor Pos.
Syarat Pengangkatan Anak berdasar PP No.54 tahun 2007 (Pasal 12 s/d 17)

Syarat anak yang akan diangkat, meliputi:

a. belum berusia 18 (delapan belas) tahun, dengan rincian:


6 tahun: prioritas utama.
6 sampai < 12 tahun: sepanjang ada alasan mendesak.
12 sampai < 18 tahun: sepanjang anak memerlukan perlindungan khusus.

b. merupakan anak terlantar atau ditelantarkan;

c. dalam asuhan keluarga/lembaga pengasuhan dan memerlukan perlindungan khusus.


Calon orang tua angkat harus memenuhi syarat-syarat:

Sehat jasmani dan rohani;


Berumur min. 30 tahun dan max. 55 tahun;
Beragama sama dengan agama calon anak angkat;
Berkelakuan baik, tidak pernah dihukum;
Berstatus menikah min. 5 (lima) tahun;
Tidak merupakan pasangan sejenis;
Tidak atau belum mempunyai anak atau hanya memiliki satu anak;
Dalam keadaan mampu ekonomi dan sosial;
Memperoleh persetujuan anak dan izin tertulis orang tua atau wali anak;
Pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak adalah demi kepentingan terbaik anak;
Adanya laporan sosial dari pekerja sosial setempat;
Telah mengasuh calon anak angkat min. 6 bulan, sejak izin pengasuhan diberikan;
Memperoleh izin Menteri dan/atau kepala instansi sosial.

[ Pasal 13 PP No.54 tahun 2007]


Akibat Hukum Pengangkatan Anak dalam Islam

Tanggungjawab pemeliharaan biaya hidup, pendidikan, bimbingan agama dan lain-lainnya


beralih dari orang tua asal kepada orang tua angkat tanpa memutuskan hubungan nasab
dengan orang tua asalnya sebagaimana Firman Allah subhanahu wa ta’ala yang artinya:

“Dan Tuhan tidak menjadikan anak-anak angkatmu sama status-nya dengan anak kandungmu
sendiri, yang demikian itu hanyalah perkataan di mulutmu saja, akan tetapi Allah menyatakan
yang sebenarnya dan dia menunjukkan jalan yang benar, panggillah mereka dengan memakai
nama ayah-ayah mereka, yang demikian itu lebih adil di sisi Allah…”
[Q.S. Al-Ahzab ayat 4 dan 5]

Orang tua angkat dengan anak angkat tidak saling mewarisi, namun mempunyai hubungan
hukum keperdataan berupa wasiat wajibah, sehingga terhadap orang tua angkat yang tidak
menerima wasiat diberi wasiat wajibah maks. 1/3 (sepertiga) dari harta warisan anak angkatnya,
demikian juga sebaliknya terhadap anak angkatnya yang tidak menerima wasiat diberikan wasiat
wajibah maks. 1/3 (seper-tiga) dari harta warisan orang tua angkatnya
[Pasal 209 (1) dan (2) Kompilasi Hukum Islam]
Akibat Hukum Pengangkatan Anak dalam Islam

Anak angkat tidak boleh mempergunakan nama orang tua angkatnya secara langsung
kecuali sekadar sebagai tanda pengenal/alamat.

Orang tua angkat tidak dapat bertindak sebagai wali dalam perkawinan terhadap anak
angkatnya.

Anak angkat bukan mahram, sehingga wajib bagi orang tua angkatnya maupun
keluarganya yang lain untuk menutupi aurat di depan anak angkat tersebut,
sebagaimana ketika mereka di depan orang lain yang bukan mahram
Terima Kasih!

Anda mungkin juga menyukai